Anda di halaman 1dari 37

NATIONAL ANTI FRAUD CONFERENCE

ACFE INDONESIA CHAPTER

1
 Keuangan Negarai
 Pengelolaan Keuangan
 Tanggung Jawab Keuangan

 Konsep Dasar Fraud


 Penyimpangan
 Kerugian Negara
 Menghitung Kerugian Negara

2
 Landasan konstitusional dari keuangan negara tercantum
dalam beberapa peraturan perundang-undangan yang
sampai saat ini masih berlaku, yaitu
 Undang-Undang Nomor: 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi dan
 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

 Keuangan Korporasi dapat disetarakan dengan apa saja


yang tertuang dalam Laporan Keuangan yang disusun
oleh suatu korporasi.

3
 Penjelasan umum Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
“Keuangan negara yang dimaksud adalah seluruh kekayaan
negara dalam bentuk apapun, yang dipisahkan atau yang tidak
dipisahkan, termasuk di dalamnya segala bagian kekayaan
negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena:
 berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban
pejabat lembaga negara, baik di tingkat pusat maupun di daerah; dan
 berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban
Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, yayasan,
badan hukum, dan perusahaan yang menyertakan modal negara, atau
perusahaan yang menyertakan modal pihak ketiga berdasarkan
perjanjian dengan negara.

4
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara. Pasal 1 Ayat (1)
 Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara
yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik
berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan
milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut.” Selanjutnya lingkup dari keuangan
negara diuraikan dalam Pasal 2 yang berbunyi:
 “Keuangan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
angka 1, meliputi:
 hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan
uang, dan melakukan pinjaman;
 kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum
pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga;

5
 penerimaan negara;
 pengeluaran negara;
 penerimaan daerah;
 pengeluaran daerah;
 kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh
pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-
hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang
dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah;
 Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan
umum;
 kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas
yang diberikan pemerintah.

6
 Pengelolaan Keuangan Negara
 keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan
negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya,
yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan
dan pertanggungjawaban.
 Tanggung Jawab Keuangan Negara
 kewajiban pemerintah untuk untuk melaksanakan
pengelolaan keuangan negara secara secara tertib, taat
pada peraturan perundang-undangan, effisien,
ekonomis, efektif dan transparan, dengan
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

7
 The use of one’s occupation for personal enrichment through the
deliberate misuse or misapplication of the employing organization’s
resources or assets. (ACFE)
 Penggunaan kedudukan/jabatan seseorang untuk memperkaya diri
melalui penyalahgunaan sumber daya atau asset perusahaaan
 For purposes of the Statement, fraud is an intentional act that
results in a material misstatement in financial statements that are
the subject of an audit. (ASB-SAS #99)
 Untuk tujuan penyajian Laporan Keuangan, Fraud adalah tindakan
yang dilakukan secara sengaja dengan tujuan agat terjadi salah
saji yang material dalam laporan keuangan yang merupakan
subyek yang diaudit.

8
PREDIKASI

HYPOTESA

A I E
KETENTUAN N N
V FAKTA
V
A E A
L S L
T
I I U
S G A
A
PENYIMPANGAN I S S KERUGIAN
S I I

KONSPIRASI

PIHAK TERKAIT

PROSES HUKUM
9
 is clandestine; (tersembunyi)
 violates the perpetrator’s fiduciary duties to the victim
organization; (penyimpangan dari kewajiban pelakunya
dengan mengorbankan organisasi)
 is committed for the purpose of direct or indirect financial
benefit to the perpetrator; and (dilakukan dengan tujuan
baik langsung maupun tidak langsung demi keuntungan
secara finansial)
 costs the employing organization assets, revenue, or
reserves. (menjadikan kerugian bagi asset, pendapatan
ataupun cadangan dari organisasi)

10
 Penyimpangan berarti Proses, cara, perbuatan
menyimpang atau menyimpangkan atau sikap, tindak di
luar ukuran (kaidah) yang berlaku. (Kamus Besar Bahasa
Indonesia hal.942). Penyimpangan juga dapat diartikan
sebagai Ketidaktaatan kepada peraturan yang berlaku.
 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku
menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan,
atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang
bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada
di dalam masyarakat.
REALITA REALITA

KRITERIA
PELAKU

REALITA REALITA
FAKTA, KONDISI
&IMPLEMENTASI

ETIKA
PERBEDAAN

PENYIMPANGAN

HUKUM

KRITERIA,
PERATURAN, SOP
PERUNDANGAN ADMINISTRASI PERDATA PIDANA
 Etika, merupakan seperangkat kesepakatan umum untuk
mengatur hubungan antar orang per orang atau orang
per orang dengan masyarakat, atau masyarakat dengan
masyarakat yg lain
 Pengaturan tingkah laku ini perlu agar terjadi hubungan
yang tidak saling merugikan di antara orang perorang,
atau antara orang per orang dengan masyarakat, atau
antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
 Etika tsb kemudian dituangkan dalam bentuk tertulis,
maka lahirlah kebijakanyang berupa: undang-undang,
hukum, peraturan, dsb.
 Administrasi Negara adalah segenap proses
penyelenggaraan yang dilakukan oleh aparatur
pemerintah suatu Negara, untuk mengatur dan
menjalankan kekuasaan Negara, guna
menyelenggarakan kepentingan umum.
 Administrasi Negara adalah fungsi bantuan
penyelenggaraan dari pemerintah artinya pemerintah
(pejabat) tidak dapat menunaikan tugas – tugas
kewajibannya tanpa Administrasi Negara.
 Administrasi Negara yaitu organisasi dan manajemen
dari manusia dan benda guna mencapai tujuan – tujuan
pemerintah.
 Administrasi Negara adalah merupakan proses kegiatan
yang bersifat penyelenggaraan.
 Administrasi Negara diselenggarakan oleh aparatur
pemerintah dari suatu Negara.
 Administrasi Negara diselenggarakan untuk kepentingan
umum.
 Administrasi negara merupakan bentuk pengaturan
secara lebih teknis dalam penyelenggaraan kegiatan
negara
 Administrasi Negara disusun untuk mengatur bahkan
untuk kerja sama antar bangsa dan negara.
Subekti:
Hukum perdata dalam arti luas meliputi semua hak privat
materiil, yaitu segala hukum pokok yang mengatur
kepentingan kepentingan-kepentingan perseorangan
Sudikno Mertokusumo:
Hukum Perdata adalah hukum antar perorangan yang
mengatur hak dan kewajiban perorangan yang satu
terhadap yang lain di dalam hubungan keluarga dan di
dalam pergaulan masyarakat. Pelaksanaannya
diserahkan masing-masing pihak.
 Perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan
yang mana disertai sanksi berupa pidana tertentu bagi barang
siapa yang melanggar aturan tersebut.
 perbuatan yang dilarang hukum dan diancam pidana asal saja
dalam hal itu diingat bahwa larangan ditujukan kepada
perbuatan (yaitu kejadian atau keadaan yang ditimbulkan oleh
kelakuan orang), sedangkan ancaman pidananya ditujukan
pada orang yang menimbulkan kejahatan.
 Unsur-unsur perbuatan pidana harus memenuhi unsur:
a. Perbuatan manusia;
b. Memenuhi rumusan dalam undang-undang (syarat formil)
c. Bersifat melawan hukum (syarat materiil)

19
 Penyimpangan biasanya tidak terjadi secara tiba-tiba,
kecuali dalam situasi yang genting, namun bertahap,
dalam skala kecil;
 Penyimpangan selalu berdampak terhadap target-target,
capaian-capaian dan bisa juga berdampak yang lebih
besar berupa terjadinya kerugian bagi organisasi;
 Adanya upaya pelaku penyimpangan untuk menutupi
penyimpangan agar tidak diketahui oleh pihak-pihak yang
terkait dan yang dikelabui.
 Penyimpangan akan selalu berkaitan dengan upaya
pengendalian dimana pengendalian mengupayakan agar
penyimpangan segera dapat ditemukan.
 Motivasi adalah sebuah alasan atau dorongan seseorang
untuk bertindak. Alasan atau dorongan itu bisa datang dari luar
maupun dari dalam diri. Sebenarnya pada dasarnya semua
motivasi itu datang dari dalam diri, faktor luar hanyalah pemicu
munculnya motivasi tersebut.
 Pada dasarnya motivasi itu hanya dua, yaitu untuk meraih
kenikmatan atau menghindari dari rasa sakit atau kesulitan.
Uang bisa menjadi motivasi kenikmatan maupun motivasi
menghindari rasa sakit.
 Jika kita memikirkan uang supaya kita tidak hidup sengsara,
maka disini alasan seseorang mencari uang untuk
menghindari rasa sakit. Sebaliknya ada orang yang mengejar
uang karena ingin menikmati hidup, maka uang sebagai
alasan seseorang untuk meraih kenikmatan.
 Memperoleh keuntungan keuangan merupakan salah satu
motivasi yang menunjukkan adanya kesengajaan dalam fraud.

21
 Alteration Of Documents
 Concealment and Destruction Of Evidences
 False Exculpatory
 Personal Gain
 Obstruction Of Justice
 Pattern Of Conduct – Repetition
 Testimony Of Co-conspirator
 Admissions And Confessions

22
PERENCANAAN
PEJABAT/PIHAK YANG

MELAWAN HUKUM
PELAKSANAAN
BERWENANG

KERUGIAN
MODUS
PENATAUSAHAAN KEUANGAN
OPERANDI
NEGARA
PERTANGGUNGJAWABAN

PEMERIKSAAN
 Kerugian keuangan negara yang dimaksud adalah kerugian
atas keuangan negara secara luas meliputi seluruh kekayaan
negara dalam bentuk apapun, yang dipisahkan atau yang
tidak dipisahkan, termasuk didalamnya segala bagian
kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul
karena:
 berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban
pejabat lembaga Negara, baik di tingkat pusat maupun di daerah;
 berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban
Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, yayasan,
badan hukum, dan perusahaan yang menyertakan modal negara,
atau perusahaan yang menyertakan modal pihak ketiga
berdasarkan perjanjian dengan Negara.
 Dengan menjadikan penjelasan Kerugian Keuangan Negara
sebagai referensi, dapat diidentifikasikan beberapa aspek
yang terkait dengang kerugian keuan gan, yaitu aspek lingkup
dan otoritas pengelola keuangan tersebut.
 Aspek lingkup dari keuangan yaitu kerugian atas keuangan
perusahaan secara luas meliputi seluruh kekayaan
perusahaan dalam bentuk apapun, yang dipisahkan (dimiliki
secara langsung) atau yang tidak dipisahkan (dimiliki melalui
entitas lain berupa kepemilikan saham entitas tersebut.
 Aspek Subyek berupa berupa hak dan kewajiban yang dapat
dinilai dengan mata uang yang menjadi tanggung jawab dari
pejabat pengelola keuangan dari suatu entitas.

25
Kerugian Negara/Daerah adalah kekurangan uang,
surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti
jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum
baik sengaja maupun lalai.

PERBUATAN
MELAWAN
HUKUM
KERUGIAN
(KEUANGAN)
NEGARA
SENGAJA ATAU
LALAI

26
 Pengeluaran suatu sumber/kekayaan (dapat berupa uang
atau barang) yang seharusnya tidak dikeluarkan;
 Pengeluaran suatu sumber/kekayaan lebih besar dari yang
seharusnya menurut kriteria yang berlaku;
 Hilangnya sumber/kekayaan yang seharusnya diterima
(termasuk di antaranya penerimaan uang palsu, barang
fiktif);
 Penerimaan sumber/kekayaan lebih kecil/rendah dari yang
seharusnya diterima (termasuk penerimaan barang rusak,
kualitas tidak sesuai);
 Timbulnya suatu kewajiban yang seharusnya tidak ada;
 Hilangnya suatu hak yang seharusnya dimiliki/diterima
menurut aturan kesepakatan yang berlaku;
 Hak yang diterima lebih kecil dari yang seharusnya diterima.

27
EFISIENSI

INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME

EKONOMI EFEKTIVITAS
 Ekonomis merupakan pemerolehan masukan dengan kualitas
dan kuantitas tertentu pada tingkat harga yang terendah.
 Efisien merupakan pencapaian keluaran yang maksimum
dengan masukan tertentu atau penggunaan masukan terendah
untuk mencapai keluaran tertentu.
 Efektif merupakan pencapaian hasil program dengan target
yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan
keluaran dengan hasil.
 Pengertian Kerugian dalam perspektif pengelolaan keuangan
negara ini dapat diidentifikasikan sebagai kerugian jika terjadi:
 Ketidakekonomisan dalam pemerolehan masukan.
 Ketidakefisienan dalam penggunaan masukan.
 Ketidakefektifan dalam pencapaian target yang telah ditetapkan.
 Jika kerugian keuangan negara tersebut terjadi akibat kejadian
force majeur maka dihapusbukukan dari pembukuan asset
negara dengan mengacu kepada peraturan yang terkait
dengan pengelolaan Barang Milik Negara.
 Jika kerugian keuangan negara tersebut terjadi akibat adanya
kelalaian maka pihak/pejabat yang bertanggung jawab harus
mengganti kerugian keuangan negara tersebut sebesar jumlah
yang ditetapkan oleh institusi yang berwenang.
 Dalam hal terjadi keberatan dari pihak-pihak yang
diindikasikan bertanggung jawab baik dari aspek tanggung
jawabnya, besarnya ganti kerugian atau masalah lainnya
maka dapat dilakukan proses hukum perdata agar diperoleh
keputusan yang bersifat mengikat.

30
 Jika kerugian keuangan negara tersebut terjadi akibat
tindakan melawan hukum yang dilakukan oleh pihak-
pihak yang bertanggung jawab, maka konsekwensi
hukum yang pertama adalah hukum pidana yaitu Tindak
Pidana Korupsi sebagaimana di atur dalam pasal 2
maupun pasal 3 Undang-undang Nomor: 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
 Pihak yang bertanggung jawab akan terkena sanksi
pidana berupa kurungan dan juga denda serta ditambah
dengan kewajiban secara perdata untuk mengembalikan
kerugian keuangan negara yang diputuskan oleh Hakim
untuk diserahkan ke kas negara/daerah.

31
32
 Metode dan cara menghitung kerugian keuangan tidak
dapat dipolakan secara seragam karena sangat
beragamnya modus operandi suatu kecurangan.
 Berikut langkah-langkah berikut ini dapat dipergunakan
sebagai pedoman dalam menghitung kerugian keuangan
atas penyimpangan yang terjadi, yaitu:
1. Mengidentifikasikan penyimpangan
2. Mengidentifikasi transaksi
3. Mengidentifikasi, mengumpulkan, verifikasi, dan analisis
bukti.
4. Menghitung besarnya kerugian negara dengan
menggunakan pendekatan program logic dengan aspek
ekonomi, efisiensi dan efektifitas.

33
 Identifikasi jenis  Teliti apakah kasus yang
penyimpangan yang terjadi diaudit masuk kategori
misalnya
kontrak/pembayaran fiktif, keuangan negara
Mark up/kemahalan harga,  Tentukan penyebab
Volume barang lebih kecil kerugiannya (unsur-
dari yang seharusnya,
kualitas barang lebih
unsur melawan hukum,
rendah, harga jual terlalu penyalahgunaan jabatan,
rendah. kelalaian, dsb)
 Pelajari dasar hukum  Identifikasi waktu
kegiatan yang diperiksa terjadinya penyimpangan
(UU, PP, Keppres,
Pertanahan, Ruislag, dsb)
 Identifikasi jenis transaksi (pengadaan
barang/jasa, tanah, ruislag, penyaluran kredit,
PNBP (NTCR, PSDH, DR, dll), Penerimaan
Pajak, dll).
 Tentukan jenis kerugiannya (misalnya
hilang/kurang diterimanya suatu hak,
timbul/bertambahnya kewajiban, pengeluaran
lebih besar, penerimaan diterima lebih
kecil/tidak diterima, dsb)
 Nilai perolehan Penggunaan macam-macam
(historical cost) penilaian dalam praktek
penghitungan kerugian negara
 Nilai jual (Sales price)
harus memperhatikan
 Nilai ganti (Replacement peraturan perundang-
cost) undangan yang berlaku serta
 Nilai pasar wajar (Fair kelaziman yang dapat
market value) dipertanggungjawabkan secara
profesional dan dapat diterima
 Nilai buku (Nilai
secara hukum. Nilai yang lazim
perolehan-penyusutan) diterapkan adalah nilai
 Nilai Jual Obyek Pajak perolehan (historical cost).
37

Anda mungkin juga menyukai