Pengaturan diadakan sistem pemilu yang sedemikian rupa memiliki tujuan untuk
memperkuat sistem ketatanegaraan yang demokratis, mewujudkan pemilu yang adil dan
berintegritas, menjamin konsistensi pengaturan sistem pemilu, memberikan kepastian
hukum dan mencegah duplikasi dalam pengaturan pemilu dan yang terakhir mewujudkan
pemilu yang efektif dan efisien. Menurut Prihatmoko Pemilu didalam pelaksanaannya
memiliki tiga tujuan, yaitu sebagai sistem kerja untuk menyeleksi para pemimpin
pemerintahan dan alternative kebijakan umum, pemilu sebagai sarana untuk pemindahan
konflik kepentingan dari masyarakat kepada badan-badan atau perwakilan rakyat melewati
wakil-wakil yang sudah dipilih atau partai yang memenangkan kursi sehingga integritas
masyarakat tetap terjamin, yang terakhir ialah pemilu sebagai sarana memobilisasi,
penggerak atau penggalang dukungan rakyat kepada negara dan pemerintahan dengan jalan
ikut serta dalam proses politik.
1
rakyat yang dimana kedaulatan rakyat itu sendiri memiliki arti kekuasaan tertinggi berada
ditangan rakyat tanpa campur tangan negara lain dan kehendak rakyat merupakan kehendak
tertinggi, melalui pemilu rakyat memilih calon pemimpin dan menyaring calon-calon
pemimpin tersebut melalui nilai yang berlaku di masyarakat. Keikutsertaan rakyat dalam
pemilu dapat dikatakan wujud partisipasi dalam membangun pemerintahan, sebab melalui
lembaga masyarakat ikut menentukan kebijaksanaan dasar yang akan dilaksanakan
pemimpin yang terpilih kelak, pelaksanaan prinsip kedaulatan rakyat dapat dilakukan
melalui demokrasi langsung maupun demokrasi tidak langsung.
C. Dasar-dasar Landasan
1. Landasan Filosofis
Oleh karena kedaulatan rakyat tak mungkin terwujud tanpa Lembaga perwakilan
rakyatmaka lembaga perwakilan rakyat ditata sedemikian rupa agar mampu
mencerminkan kemajemukan masyarakat dan menyuarakan aspirasi rakyat. Di sinilah
arti penting kata perwakilan dalam sila keempat Pancasila, bahwa cita kerakyatan, cita
permusyawaratan, dan cita hikmat-kebijaksanaan tidak mungkin terwujud tanpa adanya
orang-orang yang mewakili rakyat yang duduk di lembaga perwakilan rakyat. Oleh
karena itu meskipun kata pemilihan atau pemilihan umum tidak muncul dalam naskah
asli Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, namun kata-kata
itu disampaikan berulangkali oleh para pendiri Republik Indonesia dalam membahas
dasar negara dan konstitusi negara. Sebab, tanpa pemilihan atau pemilihan umum tidak
mungkin rakyat bisa mengirimkan wakilwakilnya untuk duduk pada lembaga
pemerintahan.
2
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
bahwa Pemilu secara serentak sebagai sarana memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pengaturan Pemilu secara serentak dinilai akan
menciptakan efisensi sehingga pembiayaan penyelenggaraan lebih menghemat uang
negara yang berasal dari pembayar pajak dan hasil eksploitasi sumber daya alam serta
sumber daya ekonomi lainnya. Hal itu akan meningkatkan kemampuan negara untuk
mencapai tujuan negara sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang antara lain untuk memajukan
kesejahteraan umum dan sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.
2. Landasan Sosiologis
Pada dasarnya seluruh pengaturan dan tata cara dalam pelaksanaan Pemilu
berkaitan erat dengan upaya mewujudkan hak warga negara untuk dapat memilih secara
cerdas dan efisien. Kecerdasan masyarakat berkaitan dengan metode pemilihan dimana
masyarakat dapat memilih Anggota Legislatif Pusat dan Daerah yang berasal dari Partai
yang sama dengan Calon Presiden & Wakil Presiden untuk menciptakan presidensial
yang kuat (straight ticket) atau masyarakat sengaja memilih partai tertentu yang tidak
sama dengan calon presidennya untuk menciptakan check and balances (split ticket).
3
petualangpetualang politik untuk mengejar kekuasaan. Keadaan ini tidak hanya
mengundang kerumitan dalam masa Pemilu, tetapi juga menghasilkan pemerintahan
yang tidak efektif pasca Pemilu. Sebab, salah satufaktor yang menyumbang efektivitas
pemerintahan adalah sistem multi partai sederhana di parlemen, yang berarti parlemen
didominasi oleh tiga, empat atau lima partai politik. Lebih dari itu, pengambilan
keputusan akan berkepanjangan dan diwarnai oleh politik transaksional.
Oleh karena itu, perlu dibentuk suatu pengaturan yang dapat membantu masyarakat
agar dapat memilih secara efisien, mudah dan cerdas, menciptakan pembiayaan
penyelenggaraan Pemilu yang lebih menghemat uang negara yang berasal dari
pembayar pajak dan hasil eksploitasi sumber daya alam serta sumber daya ekonomi
lainnya serta mendorog terciptanya sistem kepartaian yang sederhana. Adapun efisiensi
dalam memilih berhubungan dengan penggunaan waktu, energi, biaya warga negara
untuk melaksanakan Hak Pilihnya yang lebih terjamin dengan penyelenggaraan
Pemilihan Umum Serentak.
3. Landasan Yuridis
4
daerah atau lokal. Pemilu nasional untuk memilih presiden dan wakil presiden, anggota
DPR dan DPD. Sedangkan Pemilu daerah dilaksanakan untuk memilihgubernur dan
wakil gubernur dan anggota DPRD provinsi, serta bupati dan wakil bupati/walikota dan
wakil walikota dan anggota DPRD kabupaten/kota.
D. Kesimpulan
E. Pertanyaan
1. Apakah jika seseorang tidak mengikuti proses pemilihan umum dan mengajak atau
menghasut orang-orang lainnya untuk tidak mengikuti pemilihan umum dapat
dikenakan sanksi?
2. Apakah perkara pemilu dapat masuk ke ranah hukum pidana?
3. Saat ini bagaimana proses penegakan hukum pemilu di Indonesia?