Anda di halaman 1dari 5

A.

Pengertian Pemilihan Umum

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum menegaskan


pengertian Pemilihan umum ialah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anngota Dewan
Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan
untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang dilaksanakan secara
lansgung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pada pelaksanaan nya pemilu harus berlandaskan asas langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur, dan adil yang dimana harus memenuhi prinsip mandiri, jujur, adil, berkepastian
hukum, tertib, terbuka, proporsional, professional, akuntabel, efektif, dan efisien.

Pengaturan diadakan sistem pemilu yang sedemikian rupa memiliki tujuan untuk
memperkuat sistem ketatanegaraan yang demokratis, mewujudkan pemilu yang adil dan
berintegritas, menjamin konsistensi pengaturan sistem pemilu, memberikan kepastian
hukum dan mencegah duplikasi dalam pengaturan pemilu dan yang terakhir mewujudkan
pemilu yang efektif dan efisien. Menurut Prihatmoko Pemilu didalam pelaksanaannya
memiliki tiga tujuan, yaitu sebagai sistem kerja untuk menyeleksi para pemimpin
pemerintahan dan alternative kebijakan umum, pemilu sebagai sarana untuk pemindahan
konflik kepentingan dari masyarakat kepada badan-badan atau perwakilan rakyat melewati
wakil-wakil yang sudah dipilih atau partai yang memenangkan kursi sehingga integritas
masyarakat tetap terjamin, yang terakhir ialah pemilu sebagai sarana memobilisasi,
penggerak atau penggalang dukungan rakyat kepada negara dan pemerintahan dengan jalan
ikut serta dalam proses politik.

B. Hubungan Hukum Pemilihan Umum dengan Kedaulatan Rakyat

Untuk menjamin tercapainya cita-cita dan tujuan nasional sebagaimana termaktub


dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perlu
diselenggarakan pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk memilih
anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai sarana perwujudan kedaulatan rakyat
untuk menghasilkan wakil rakyat dan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Maka
daripada itu dalam hubungannya Hukum Pemilu sangatlah berhubungan dengan keadulatan
rakyat sebab menyelenggarakan pemilu sudah seperti mengimplementasikan kedaulatan

1
rakyat yang dimana kedaulatan rakyat itu sendiri memiliki arti kekuasaan tertinggi berada
ditangan rakyat tanpa campur tangan negara lain dan kehendak rakyat merupakan kehendak
tertinggi, melalui pemilu rakyat memilih calon pemimpin dan menyaring calon-calon
pemimpin tersebut melalui nilai yang berlaku di masyarakat. Keikutsertaan rakyat dalam
pemilu dapat dikatakan wujud partisipasi dalam membangun pemerintahan, sebab melalui
lembaga masyarakat ikut menentukan kebijaksanaan dasar yang akan dilaksanakan
pemimpin yang terpilih kelak, pelaksanaan prinsip kedaulatan rakyat dapat dilakukan
melalui demokrasi langsung maupun demokrasi tidak langsung.

C. Dasar-dasar Landasan
1. Landasan Filosofis

Model demokrasi apapun selalu membutuhkan Lembaga perwakilan untuk


mewujudkannya, hal ini bukan disadari para perumus konstitusi Republik Indonesia.
Memang tidak ada kata demokrasi dalam Pancasila akan tetapi cita kerakyatan, cita
permusyawaratan, dan cita hikmat-kebijaksanaan jelas menunjukkan nilai-nilai pokok
demokrasi yang dikehendaki para pendiri Republik Indonesia. Demikian pula tidak ada
kata demokrasi dalam naskah asli Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 namun penggunaan pasal 1 mempertegas pilihan para pendiri Republik
Indonesia untuk menempuh jalur demokrasi.

Oleh karena kedaulatan rakyat tak mungkin terwujud tanpa Lembaga perwakilan
rakyatmaka lembaga perwakilan rakyat ditata sedemikian rupa agar mampu
mencerminkan kemajemukan masyarakat dan menyuarakan aspirasi rakyat. Di sinilah
arti penting kata perwakilan dalam sila keempat Pancasila, bahwa cita kerakyatan, cita
permusyawaratan, dan cita hikmat-kebijaksanaan tidak mungkin terwujud tanpa adanya
orang-orang yang mewakili rakyat yang duduk di lembaga perwakilan rakyat. Oleh
karena itu meskipun kata pemilihan atau pemilihan umum tidak muncul dalam naskah
asli Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, namun kata-kata
itu disampaikan berulangkali oleh para pendiri Republik Indonesia dalam membahas
dasar negara dan konstitusi negara. Sebab, tanpa pemilihan atau pemilihan umum tidak
mungkin rakyat bisa mengirimkan wakilwakilnya untuk duduk pada lembaga
pemerintahan.

Upaya pemenuhan pengaturan Pemilu secara serentak harus dilandaskan pada


tujuan nasional yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia sesuai amanat yang tercantum

2
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
bahwa Pemilu secara serentak sebagai sarana memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pengaturan Pemilu secara serentak dinilai akan
menciptakan efisensi sehingga pembiayaan penyelenggaraan lebih menghemat uang
negara yang berasal dari pembayar pajak dan hasil eksploitasi sumber daya alam serta
sumber daya ekonomi lainnya. Hal itu akan meningkatkan kemampuan negara untuk
mencapai tujuan negara sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang antara lain untuk memajukan
kesejahteraan umum dan sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.

2. Landasan Sosiologis

Pada dasarnya seluruh pengaturan dan tata cara dalam pelaksanaan Pemilu
berkaitan erat dengan upaya mewujudkan hak warga negara untuk dapat memilih secara
cerdas dan efisien. Kecerdasan masyarakat berkaitan dengan metode pemilihan dimana
masyarakat dapat memilih Anggota Legislatif Pusat dan Daerah yang berasal dari Partai
yang sama dengan Calon Presiden & Wakil Presiden untuk menciptakan presidensial
yang kuat (straight ticket) atau masyarakat sengaja memilih partai tertentu yang tidak
sama dengan calon presidennya untuk menciptakan check and balances (split ticket).

Penyelenggaraan Pemilu mendasarkan pengaturannya dalam Undang-Undang


Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden dan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
maka masyarakat dihadapkan pada metode pemilihan yang memisahkan antara Pemilu
Legislatif dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Dengan metode ini, kebebasan
masyarakat dalam memilih menjadi terbatas, mengingat ia harus memilih anggota
legislatif terlebih dahulu untuk kemudian memilih Presiden dan Wakil Presiden yang
belum tentudiusung oleh partai yangdipilih oleh masyarakat dalam Pemilu legislatif.
Selain itu, metode pemilihan terpisahterbukti menciptakan selisih pemilih yang besar
antara Pemilu Legislatif dengan Pemilu Presiden atau Wakil Presiden.

Selain persoalan metode pelaksanaan pemilihan umum yang terpisah, sistem


pemilihan yang ada saat ini khusunya untuk Pemilihan legislatif secara teknis cukup
menyulitkan pemilih dalam memberikan suara sehingga pemilih tidak terdorong untuk
bersikap ideologis atau rasional. Hal ini juga mengundang tampilnya

3
petualangpetualang politik untuk mengejar kekuasaan. Keadaan ini tidak hanya
mengundang kerumitan dalam masa Pemilu, tetapi juga menghasilkan pemerintahan
yang tidak efektif pasca Pemilu. Sebab, salah satufaktor yang menyumbang efektivitas
pemerintahan adalah sistem multi partai sederhana di parlemen, yang berarti parlemen
didominasi oleh tiga, empat atau lima partai politik. Lebih dari itu, pengambilan
keputusan akan berkepanjangan dan diwarnai oleh politik transaksional.

Oleh karena itu, perlu dibentuk suatu pengaturan yang dapat membantu masyarakat
agar dapat memilih secara efisien, mudah dan cerdas, menciptakan pembiayaan
penyelenggaraan Pemilu yang lebih menghemat uang negara yang berasal dari
pembayar pajak dan hasil eksploitasi sumber daya alam serta sumber daya ekonomi
lainnya serta mendorog terciptanya sistem kepartaian yang sederhana. Adapun efisiensi
dalam memilih berhubungan dengan penggunaan waktu, energi, biaya warga negara
untuk melaksanakan Hak Pilihnya yang lebih terjamin dengan penyelenggaraan
Pemilihan Umum Serentak.

3. Landasan Yuridis

Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang


Dasar hal ini adalah amanah Pasal 1 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945. Salah satu wujud
dari kedaulatan rakyat ini adalah penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu). Pemilu
dilaksanakan secara demokratis dan beradab melalui partisipasi rakyat seluas-luasnya
berdasarkan asas langsung,umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil sebagaimana amanat
Pasal 22E ayat (1) UUD NRI Tahun 1945. Selain mengatur asas penyelenggaraan
Pemilu, UUD NRI juga mengatur tujuan Pemilu yaitu diselenggarakan untuk memilih
anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Presiden
dan Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Penyelenggaraan
Pemilu ini lebih lanjut dijabarkan dalam UUD NRI Tahun 1945. Jika hendak
diklasifikasi lebih jauh, dari aspek pengisian jabatan yang akan mengisi cabang
kekuasaan tertentu, Pemilu dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu: Pemilu anggota
legislatif dan Pemilu eksekutif. Pemilu legislatif untuk memilih anggota DPR, DPD,
DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota. Sedangkan Pemilu eksekutif dilakukan
untuk memilih presiden dan wakil presiden, gubernur dan wakil gubernur, dan bupati
dan wakil bupati/walikota dan wakil walikota. Adapun dari aspek lingkup
penyelenggaraanya, Pemilu dapat dikelompokkan menjadi Pemilu nasional dan Pemilu

4
daerah atau lokal. Pemilu nasional untuk memilih presiden dan wakil presiden, anggota
DPR dan DPD. Sedangkan Pemilu daerah dilaksanakan untuk memilihgubernur dan
wakil gubernur dan anggota DPRD provinsi, serta bupati dan wakil bupati/walikota dan
wakil walikota dan anggota DPRD kabupaten/kota.

D. Kesimpulan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum menegaskan


pengertian Pemilihan umum ialah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anngota Dewan
Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan
untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang dilaksanakan secara
lansgung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pengaturan diadakan sistem pemilu yang sedemikian rupa memiliki tujuan untuk
memperkuat sistem ketatanegaraan yang demokratis, mewujudkan pemilu yang adil dan
berintegritas, menjamin konsistensi pengaturan sistem pemilu, memberikan kepastian
hukum dan mencegah duplikasi dalam pengaturan pemilu dan yang terakhir mewujudkan
pemilu yang efektif dan efisien.

Hukum Pemilu sangatlah berhubungan dengan keadulatan rakyat sebab


menyelenggarakan pemilu sudah seperti mengimplementasikan kedaulatan rakyat yang
dimana kedaulatan rakyat itu sendiri memiliki arti kekuasaan tertinggi berada ditangan
rakyat tanpa campur tangan negara lain dan kehendak rakyat merupakan kehendak
tertinggi, melalui pemilu rakyat memilih calon pemimpin dan menyaring calon-calon
pemimpin tersebut melalui nilai yang berlaku di masyarakat.

E. Pertanyaan
1. Apakah jika seseorang tidak mengikuti proses pemilihan umum dan mengajak atau
menghasut orang-orang lainnya untuk tidak mengikuti pemilihan umum dapat
dikenakan sanksi?
2. Apakah perkara pemilu dapat masuk ke ranah hukum pidana?
3. Saat ini bagaimana proses penegakan hukum pemilu di Indonesia?

Anda mungkin juga menyukai