Anda di halaman 1dari 9

SKENARIO

Wanda berusia 22 tahun merupakan seorang artis ibukota, gigi depan wanda patah
karena terjatuh dan ingin merawatnya. Wanda segera pergi ke drg. Ricky karena
mendapatkan informasi dari tetangga bahwa dokter tersebut memberikan garansi perawatan
dengan hasil yang memuaskan dan perawatannya cepat. Hasil pemeriksaan oleh drg. Ricky
terlihat gigi yang non vital dan harus dilakukan perawatan saluran akar terlebih dahulu.
Drg. tersebut memberikan gambaran prosedur mulai dari diagnosis, prognosis, estimasi
waktu, dan biaya yang harus dikeluarkan oleh wanda. Perawatannya membutuhkan waktu
lebih dari satu kali kunjungan. Mendengar informasi tersebut wanda meminta perawatan
gigi untuk dipersingkat satu hari saja, tetapi dokter tersebut tidak bisa menjanjikan
perawatan, hanya berusaha merawat dengan semaksimal mungkin.

Akhirnya wanda mau dilakukan perawatan di drg. Ricky tetapi wanda meminta
kepada dokter tersebut untuk pembayaran bisa di cicil dan meminta diskon perawatan
dengan imbalan tempat prakteknya akan diiklankan di media sosial miliknya.

Carilah penjelasan di bawah ini:

1. Transaksi teraupetik dokter pasien.


2. Informed Consent, dasar hukum, aspek yang diperhatikan, proses persetujuan, dan
pihak yang berwenang.
3. Hak dan Kewajiban dokter pasien
4. Perbedaan Inspining Verbintenis dan Resultat Verbintenis.
5. Menganalisis scenario diatas berhubungan dengan kontrak teraupetik, hak dan
kewajiban dokter pasien.

1
HUBUNGAN DOKTER PASIEN

A. TRANSAKSI TERAUPETIK
Hubungan dokter pasien telah terjalin sejak jaman dahulu. Hubungan ini merupakan
hubungan yang sangat pribadi karena didasarkan atas aspek kepercayaan dari pasien
terhadap dokter. Pelaksanaan keduanya selalu diatur dengan peraturan-peraturan
tertentu agar terjadi keharmonisan dalam melaksanakan hubungan. Seperti diketahui
hubungan tanpa peraturan akan menyebabkan kesimpangsiuran salah satunya aspek
hukum.
Didasarkan mukadimah Kode Etik Kedokteran Indonesia yang dilampirkan dalam
Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor : 434/MEN.KES/X/1983 Tentang
Berlakunya Kode Etik Indonesia Bagi Para Dokter di Indonesia, maka yang
dimaksud dengan transaksi teraupetik adalah hubungan antara dokter dan pasien
yang dilakukan dalam suasana saling percaya, serta senantiasa diliputi oleh segala
emosi, harapan, dan kekhawatiran makhluk insani. Pada umumnya mulainya
hubungan transaski teraupetik dimulai saat seorang pasien datang kepada dokter
meminta pertolongan untuk mengobati penyakitnya dan dokter tersebut
menyanggupinya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa transaksi teraupetik
merupakan hubungan antara dua subjek hukum yang saling mengaitkan diri
didasarkan sikap saling percaya.
Trasnsaksi teraupetik merupakan hubungan antara dokter dengan pasien dalam
pelayanan medik secara professional didasarkan kompetensi yang sesuai dengan
keahlian dan keterampilan tertentu di bidang kedokteran. Transaksi teraupetik
merupakan kegiatan didalam penyelenggaraan praktik kedokteran berupa pemberian
pelayanan medis.

2
B. INFORMED CONSENT
1. Pengertian
Informed Consent pada hakikatnya adalah persetujuan atas dasar informasi yang
merupakan alat untuk menentukan nasib sendiri dalam pelayanan kesehatan.
Persyaratan informed consent adalah untuk setiap diagnosis maupun pelayanan
lainnya pada asasnya senantiasa diperlukan persetujuan pasien. Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 585/MEN.KES/Per/IX/1989 informed consent
berarti persetujuan yang diberikan pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan
mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Dapat
disimpulkan bahwa informed consent adalah persetujuan yang diperoleh dokter
sebelum melakukan pemeriksaan, pengobatan, atau tindakan medis apapun yang
dilakukan.
2. Dasar hukum
a. UU No 32 tahun 1992 tentang kesehatan
b. Peraturan pemerintah No 32 tahun 1998 tentang tenaga kesehatan
c. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 159 b/Menkes/SK/Per/II/1998 tentang
RS
d. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 749 A/Menkes/Per/IX/1989 tentang
Rekam Medis/Medical Record.
e. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 585/Menkes/Per/IX/1989 tentang
Persetujuan Tindakan Medis.
f. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 466/Menkes/SK dan Standar
Pelayanan Medis di RS
g. Fatwa pengurus IDI No 319/PB/A.4/88 tertanggal 22 februari 1988 tentang
Informed Consent
h. Peraturan Pemerintah RI No 18 tahun 1981 tertanggal 16 juni 1981 tentang
bedah mayat klinik dan bedah mayat anatomis serta transpalntasi alat dan
atau jaringan tubuh manusia.

3
3. Bentuk Informed Consent
a. Impiled constructive consent (Keadaan biasa)
Tindakan yang biasa dilakukan, telah diketahui, telah dimengerti oleh
masyarakat umum, sehingga tidak perlu lagi dibuat tertulis. Misalnya
pengambilan darah untuk laboratorium, suntikan, atau hecting luka terbuka.
b. Impiled emergency consent ( Keadaan gawat darurat)
Bila pasien dalam kondisi gawat darurat sedanghkan dokter perlu melakukan
tindakan segera untuk menyelamatkan nyawa pasien sementara pasien dan
keluarganya tidak bisa membuat persetujuan segera. Seperti kasus sesak
nafas, henti nafas, henti jantung.
c. Expressed consent (bisa lisan/tulisan)
Persetujuan yang dinyatakan baik lisan maupun tulisan, bila hal yang
dilakukan melebihi prosedur pemeriksaan atau tindakan biasa. Missal nya
pemeriksaan vaginal, pencabutan kuku, tindakan pembedahan/operasi,
ataupun pengobatan/tindakan invasive.
4. Ketentuan Informed Consent
Ketentuan persetujuan tindakan medis berrdasarkan SK Dirjen Pelayanan Medis
No.HR.00.06.3.5.1866 tanggal 21 April 1999, diantaranya:
a. Persetujuan atau penolakan tindakan medis harus dalam kebijakan dan
prosedur (SOP) dan ditetapkan oleh pemimpin RS.
b. Memperoleh informasi dan pengelolaan, kewajiban dokter
c. Informed Consent dianggap benar jika:
1) Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan untuk tindakan
medis yang dinyatakan secara spesifik.
2) Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan oleh seseorang
(pasien) yang sehat mental dan memang berhak memberikan dari segi
hukum.
3) Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan tanpa paksaan
(valuntery)

4
4) Setelah diberikan cukup informasi dan penjelasan yang diperlukan.
d. Isi informed Consent
1) Tentang tujuan dan prospek keberhasilan tindakan medis yang akan
dilakukan
2) Tentang tata cara tindakan medis yang akan dilakukan
3) Tentang risiko
4) Tentang risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
5) Tentang alternative tindakan medis lain yang tersedia dan risiko-
risikonya
6) Tentang prognosis penyakit, bila dilakukan tindakan
7) Diagnosis
e. Kewajiban member informasi dna penjelasan
1) Dokter yang melakukan tindakan medis bertanggung jawab
2) Berhalangan diwakilkan kepada dokter lain, dengan diketahui dokter
yang bersangkutan.
f. Cara menyampaikan informasi
1) Lisan
2) Tulisan
g. Pihak yang menyatakan persetujuan
1) Pasien sendiri, umur 21 tahun atau lebih atau telah menikah
2) Bagi pasien kurang dari 21 tahun dengan urutan hak:
a) Ayah/ibu kandung
b) Saudara-saudara kandung
3) Bagi pasien kurang 21 tahun tidak punya orang tua/berhalangan
a) Ayah/ibu adopsi
b) Saudara-saudara kandung
c) Induk semang
4) Bagi pasien dengan ganggaun mental
a) Ayah/ibu kandung

5
b) Wali yang sah
c) Saudara-saudara kandung

C. HAK DAN KEWAJIBAN DOKTER-PASIEN


Berdasarkan UUPK RI No 29 Tahun 2004

Hak dokter
1. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur operasional
2. Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur
operasional
3. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien dan keluarganya
4. Menerima imbalan jasa

Kewajiban dokter

1. Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar prosedur


operasional
2. Merujuk pasien ke dokter yang mempunyai keahlian atau kemampuan lebih baik
apabila tidak mampu melakukan pemeriksaan atau pengobatan
3. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan setelah
pasien meninggal dunia
4. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia
yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melaksanakannya dan
5. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran

Hak pasien

1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di


rumah sakit. Hak atas pelayanan yang manusiawi, adil, dan jujur

6
2. Hak untuk mendapatkan pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan standar
profesi kedokteran dan tanpa diskriminasi
3. Hak untuk memperoleh asuhan keperawatan sesuai dengan standar profesi
keperawatan
4. Hak untuk memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginanya dan
sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit
5. Hak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat klinik dan
pendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar
6. Hak atas “second opinion” / meminta pendapat dokter lain
7. Hak atas “privacy” dan kerahasian penyakit yang di derita termasuk data-data
medisnya kecuali apabila berbeda menurut peraturan yang berlaku
8. Hak untuk memperoleh informasi/penjelasan secara lengkap tentang tindakan
medik yang akan dilakukan terhadap dirinya
9. Hak untuk memberikan persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan oleh
dokter sehubungan dengan penyakit yang di deritanya
10. Hak untuk menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah
memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.

Kewajiban pasien

1. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya


kepada dokter yang merawatnya
2. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter dalam perawatannya
3. Mematuhi ketentuan/peraturan dan tata tertib yang berlaku di rumah sakit
4. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima, berkewajiban
memennuhi hal-hal yang telah disepakati sebelumnya.
D. PERBEDAAN INSPANING VERBINTENIS DAN RESULTAT VERBINTENIS
1. Inspaning verbintenis

7
Inspaning verbintenis adalah upaya penyembuhan terhadap pasien yang
dilakukan oleh dokter secara maksimal dan hati-hati serta tidak menjanjikan
hasil.
2. Resultat verbintenis
Resultat verbintenis lebih mementing kan hasil dari tindakan medis tanpa ikhtiar
bersama-sama antara dokter dan pasien.
E. ANALISIS KASUS
1. Dalam kasus diatas drg. Ricky sudah menjelaskan bahwa perawatan saluran
akar seharusnya beberapa kali kunjungan namun wanda menawar dengan hanya
satu kali kunjungan saja. Drg. ricky tersebut tidak bisa menjanjikan hasil namun
beliau akan berusaha semaksiml mungkin. Penyakit yang di alami wanda
seharusnya tidak bisa hanya dengan satu kali kunjungan.
2. Pada saat wanda meminta diskon kepada dokter dan meminta untuk pembayaran
nya di cicil. Pada umumnya hal ini memang melanggar etik karena wanda
sendiri seorang artis ibukota yang gaji nya mungkin banyak namun apabila
dokter menyetujui hal tersebut itu tidak menjadi masalah.
3. Wanda menawarkan akan mengiklankan klinik dokter tersebut. Dalam hal
mengiklankan dilarang dan melanggar undang-undang karena sifat iklan akan
melebih lebihkan klinik tersebut dan dokter tersebut dan hal itu tidak
diperbolehkan, yang diperbolehkan hanya mengedukasi lewat sosial media.
4. Kemudian wanda mendengar dari tetangga bahwa dokter tersbut memberikan
garansi, hal ini tidak diperbolehkan karena sama saja dengan mengiklankan
klinik sendiri.

8
DAFTAR PUSTAKA

Guwandi. 2006. Informed Consent and Refusal Consent. Fakuktas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. Halaman 70.
Konsil Kedokteran Indonesia (KKI). 2006. Kemitraan Hubungan Dokter Pasien. Konsil
Kedokteran Indonesia. Jakarta. Halaman 15
Keputusan Menteri Kesehatan RI. Nomor 434/MEN.KES/X/1983 Tentang Berlakunya
Kode Etik Kedokteran di Indonesia
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 585/MEN.KES/Per/IX/1989 Tentang Informed
Consent.
SK Dirjen Pelayanan Medis Nomor. HR. 00. 06. 3. 5. 1866 Tanggal 21 April

Undang-Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

Anda mungkin juga menyukai