Bab9 Karektor PDF
Bab9 Karektor PDF
Imam Suyitno
FBS Universitas Negeri Malang
email: yitnolis@yahoo.com
Abstrak: Pendidikan nasional Indonesia saat ini masih menghadapi berbagai masalah. Capaian hasil
pendidikan masih belum memenuhi hasil yang diharapkan. Pembelajaran di sekolah belum mampu
membentuk secara utuh pribadi lulusan yang mencerminkan karakter dan budaya bangsa. Proses
pendidikan masih menitikberatkan dan memfokuskan capaiannya secara kognitif. Sementara, aspek
afektif pada diri peserta didik yang merupakan bekal kuat untuk hidup di masyarakat belum
dikembangkan secara optimal. Karena itu, pendidikan karakter dan budaya bangsa merupakan seatu
keniscayaan untuk dikembangkan di sekolah. Sekolah sebagai pusat perubahan perlu mengupayakan
secara sungguh-sungguh pendidikan yang berbasis karakter dan budaya bangsa. Karakter dan
budaya bangsa yang dikembangkan di sekolah harus diselaraskan dengan karakter dan budaya lokal,
regional, dan nasional. Untuk itu, pendidikan karakter dan budaya bangsa perlu dikembangkan
berdasarkan kearifan lokal.
Abstract: The current Indonesian national education still faces various problems. The education
achievement is still below the expected target. The teaching and learning process at school has not
been able to shape the graduates as whole persons who reflect the character and the culture of the
nation. The education process still emphasizes and focuses its outcome on the cognitive aspects.
Meanwhile, the affective aspects of the learners which will become the strong basis to live in the
community have not been developed optimally. Therefore, education on character and the culture of
the nation must be developed at school. The school as the center of change must make serious efforts
to provide education based on the character and the culture of the nation. The character and culture of
the nation developed at school must be adjusted to the local, regional, and national character and
culture. Hence, education on the character and culture of the nation should be developed based on the
local wisdom.
1
2
memerlukan penyelesaian seperti demo- mandiri, tanggung jawab, dan cakap dalam
kratisasi, hak asasi manusia, serta pe- kehidupan kepada peserta didiknya. Di
nyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, samping itu, karakter tersebut juga sangat
berbangsa, dan bernegara yang adil dan diperlukan bagi seorang pendidik karena
terbuka. melalui jiwa ini, para pendidik akan me-
Dunia pendidikan harus mampu miliki orientasi kerja yang lebih efisien,
berperan aktif menyiapkan sumberdaya kreatif, inovatif, produktif serta mandiri.
manusia terdidik yang mampu meng-
hadapi berbagai tantangan kehidupan, baik PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAK-
lokal, regional, nasional maupun inter- TER DAN BUDAYA BANGSA
nasional. Ia tidak cukup hanya menguasai Pendidikan saat ini hanya menge-
teori-teori, tetapi juga mau dan mampu depankan penguasaan aspek keilmuan dan
menerapkannya dalam kehidupan sosial. kecerdasan peserta didik. Jika peserta didik
Ia tidak hanya mampu menerapkan ilmu sudah mencapai nilai atau lulus dengan
yang diperoleh di bangku sekolah/kuliah, nilai akademik memadai/di atas KKM
tetapi juga mampu memecahkan berbagai (Kriteria Ketuntasan Minimal), pendidikan
persoalan yang dihadapi dalam kehidupan dianggap sudah berhasil. Pembentukan
sehari-hari. karakter dan nilai-nilai budaya bangsa di
Sumberdaya manusia yang ber- dalam diri peserta didik semakin terping-
karakter sebagaimana diungkapkan di atas girkan. Rapuhnya karakter dan budaya
dapat dicapai melalui pendidikan yang dalam kehidupan berbangsa bisa mem-
berorientasi pada pembentukan jiwa entre- bawa kemunduran peradaban bangsa.
preneurship, yaitu jiwa keberanian dan ke- Padahal, kehidupan masyarakat yang me-
mauan menghadapi problema hidup dan miliki karakter dan budaya yang kuat akan
kehidupan secara wajar, jiwa kreatif untuk semakin memperkuat eksistensi suatu
mencari solusi dan mengatasi problema bangsa dan negara.
tersebut, dan jiwa mandiri dan tidak ber- Pengembangan pendidikan berbasis
gantung pada orang lain. Salah satu jiwa karakter dan budaya bangsa perlu menjadi
entrepreneurship yang perlu dikembangkan program nasional. Dalam pendidikan, pem-
melalui pendidikan adalah karakter yang bentukan karakter dan budaya bangsa
bersumber dari budaya bangsa. pada peserta didik tidak harus masuk
Pendidikan yang berbasis karakter kurikulum. Nilai-nilai yang ditumbuhkem-
dan budaya bangsa adalah pendidikan bangkan dalam diri peserta didik berupa
yang menerapkan prinsip-prinsip dan me- nilai-nilai dasar yang disepakati secara
todologi ke arah pembentukan karakter nasional. Nilai-nilai yang dimaksudkan di
anak bangsa pada peserta didiknya melalui antaranya adalah kejujuran, dapat diper-
kurikulum terintegrasi yang dikembang- caya, kebersamaan, toleransi, tanggung
kan di sekolah. jawab, dan peduli kepada orang lain.
Kerangka pengembangan karakter Franz Magnis-Suseno, dalam acara
dan budaya bangsa melalui pembelajaran Sarasehan Nasional Pengembangan Pen-
di kalangan tenaga pendidik dirasakan didikan Budaya dan Karakter Bangsa (14/
sangat penting. Sebagai agen perubahan, 01/2010) mengatakan bahwa pada era se-
pendidik diharapkan mampu menanam- karang ini yang dibutuhkan bukan hanya
kan ciri-ciri, sifat, dan watak serta jiwa generasi muda yang berkarakter kuat,
tetapi juga benar, positif, dan konstruktif. tasikannya dalam mata pelajaran dan ke-
Namun, untuk membentuk peserta didik- seharian peserta didik didik.
peserta didik yang berkarakter kuat, tidak
boleh ada feodalisme para pendidik. Jika KARAKTER PESERTA DIDIK YANG
pendidik membuat peserta didik menjadi DIHARAPKAN
”manutan” (obedient) dengan nilai-nilai Karakter d apat dia rtikan sebagai
penting, tenggang rasa, dan tidak mem- bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pe-
bantah, karakter peserta didik tidak akan kerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat,
berkembang. Kalau kita mengharapkan temperamen, dan watak. Karakter dalam
karakter, peserta didik itu harus diberi se- pengertian ini menandai dan memfokus-
mangat dan didukung agar ia menjadi kan pengaplikasian nilai kebaikan dalam
pemberani, berani mengambil inisiatif, be- bentuk tindakan atau tingkah-laku. Orang
rani mengusulkan alternatif, dan berani yang tidak mengaplikasikan nilai-nilai ke-
mengemukakan pendapat yang berbeda. baikan, misalnya tidak jujur, kejam, rakus,
Kepada peserta didik, perlu diajarkan cara dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang
berpikir sendiri. yang berkarakter jelek, tetapi orang yang
Untuk pengembangan pendidikan perilakunya sesuai dengan kaidah moral
berbasis karakter dan budaya bangsa, di- disebut dengan berkarakter mulia.
butuhkan masukan, antara lain, menyang- Karakter peserta didik yang dimak-
kut model-model pengembangan karakter sudkan dalam tulisan ini adalah karakter
dan budaya bangsa sebagai bagian yang mulia yang diharapkan dapat dikembang-
tidak terpisahkan dari sistem pendidikan kan kepada peserta didik. Dalam hal ini,
nasional. Kebutuhan terus harus dimaknai membangun karakter peserta didik meng-
serius karena memerlukan banyak pe- arah pada pengertian tentang mengem-
ngorbanan. Kerisauan dan ker induan bangkan peserta didik agar memiliki ke-
banyak pihak untuk kembali memperkuat pribadian, perilaku,sifat, tabiat, dan watak
pendidikan karakter dan budaya bangsa baik atau mulia. Karakter yang demikan ini
perlu direspons dengan baik. Karena itu, mengacu pada serangkaian sikap, perilaku,
data akurat yang menyangkut model- motivasi, dan kecakapan yang memenuhi
model pengembangan karakter dan bu- standar nilai dan norma yang dijunjung
daya bangsa perlu digali dan dilaksanakan tinggi dan dipatuhi.
melalui kajian empiris, yakni kegiatan pe- Peserta didik yang memiliki karakter
nelitian. mulia memiliki pengetahuan tentang po-
Syarat menghadirkan pendidikan tensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-
karakter dan budaya bangsa di sekolah nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional,
harus dilakukan secara holistis. Pendidikan logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif,
karakter tidak bisa terpisah dengan bentuk mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab,
pendidikan yang sifatnya kognitif atau cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban,
akademik. Konsep pendidikan tersebut pemberani, dapat dipercaya, jujur, me-
harus diintegrasikan ke dalam kurikulum. nepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat
Hal ini tidak berarti bahwa pendidikan salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja
karakter akan diterapkan secara teoretis, keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif,
tetapi menjadi penguat kurikulum yang berpikir positif, disiplin, antisipatif, ini-
sudah ada, yaitu dengan mengimplemen- siatif, visioner, bersahaja, bersemangat, di-
kepada warga sekolah yang meliputi kom- yang disebut sebagai kaidah emas (the
ponen pengetahuan, kesadaran atau ke- golden rule). Pendidikan karakter dapat
mauan, dan tindakan untuk melaksanakan memiliki tujuan yang pasti apabila berpijak
nilai-nilai tersebut. Dalam pelaksanaan dari nilai-nilai karakter dasar sebagaimana
pendidikan karakter di sekolah, semua diungkapkan di atas. Penyelenggaraan
komponen sekolah harus dilibatkan, ter- pendidikan karakter di sekolah harus ber-
masuk komponen-komponen pendidikan pijak pada nilai-nilai karakter dasar, yang
itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses selanjutnya dikembangkan menjadi nilai-
pembelajaran dan penilaian, penanganan nilai yang lebih banyak atau lebih tinggi
atau pengelolaan mata pelajaran, pengelo- (yang bersifat tidak absolut atau bersifat
laan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau relatif) sesuai dengan kebutuhan, kondisi,
kegiatan kokurikuler, pemberdayaan sa- dan lingkungan sekolah itu sendiri
rana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja (Sudrajad, 2010).
seluruh warga sekolah/lingkungan. Dewasa ini, banyak pihak menuntut
Dalam pendidikan karakter dan bu- peningkatan intensitas dan kualitas pelak-
daya bangsa ini, segala sesuatu yang di- sanaan pendidikan karakter pada lembaga
lakukan guru harus mampu mempe- pendidikan formal. Tuntutan tersebut di-
ngaruhi karakter peserta didik. Sebagai dasarkan pada fenomena sosial yang ber-
pembentuk watak peserta didik, guru kembang, yakni meningkatnya kenakalan
harus menunjukkan keteladanan. Segala remaja dalam masyarakat, seperti per-
hal tentang perilaku guru hendaknya men- kelahian massal dan berbagai kasus deka-
jadi contoh bagi peserta didik. Misalnya, densi moral lainnya. Bahkan, di kota-kota
cara guru berbicara atau menyampaikan besar tertentu, gejala tersebut telah sampai
materi, cara guru bertoleransi, dan ber- pada taraf yang sangat meresahkan. Oleh
bagai hal terkait lainnya. Tujuannya adalah karena itu, lembaga pendidikan formal se-
membentuk pribadi anak agar menjadi bagai wadah resmi pembinaan generasi
manusia yang baik, warga masyarakat, dan muda diharapkan dapat meningkatkan pe-
warga negara yang baik. ranannya dalam pembentukan kepribadi-
Kriteria manusia yang baik, warga an peserta didik melalui peningkatan in-
masyarakat yang baik, dan warga negara tensitas dan kualitas pendidikan karakter.
yang baik bagi suatu masyarakat atau Para pakar pendidikan pada umum-
bangsa, secara umum didasarkan pada nya sependapat tentang pentingnya upaya
nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak di- peningkatan pendidikan karakter pada
pengaruhi oleh budaya masyarakat dan jalur pendidikan formal. Namun, juga ter-
bangsanya. Oleh karena itu, hakikat pen- dapat perbedaan pendapat di antaranya
didikan karakter dan budaya bangsa dalam mengenai pendekatan dan modus pen-
konteks pendidikan adalah pendidikan didikan. Berkaitan dengan pendekatan,
nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur sebagian pakar menyarankan penggunaan
yang bersumber dari budaya bangsa sen- pendekatan-pendekatan pendidikan moral
diri, dalam rangka membina kepribadian yang dikembangkan di negara-negara
generasi muda. barat, seperti: pendekatan perkembangan
Pendidikan karakter berpijak dari moral kognitif, pendekatan analisis nilai,
karakter dasar manusia, yang bersumber dan pendekatan klarifikasi nilai. Sebagi-
dari nilai moral universal (bersifat absolut) an yang lain menyarankan penggunaan
pendekatan tradisional, yakni melalui pe- sama lain. Tidak adanya koherensi
nanaman nilai-nilai sosial tertentu dalam meruntuhkan kredibilitas seseorang.
diri peserta didik. 3) Ketiga adalah otonomi. Seseorang
Secara psikologis dan sosial kultural menginternalisasikan aturan dari luar
pembentukan karakter dalam diri individu sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi.
merupakan fungsi dari seluruh potensi Hal ini dapat dilihat lewat penilaian
individu manusia (kognitif, afektif, konatif, atas keputusan pribadi, tanpa terpe-
dan psikomotorik) dalam konteks interaksi ngaruh atau desakan pihak lain.
sosial kultural (dalam keluarga, sekolah, 4) Keempat adalah keteguhan dan kese-
dan masyarakat) dan berlangsung sepan- tiaan. Keteguhan merupakan daya
jang hayat. Konfigurasi karakter dalam tahan seseorang guna mengingini apa
konteks totalitas proses psikologis dan so- yang dipandang baik dan kesetiaan
sial-kultural tersebut dapat dikelompokkan merupakan dasar bagi penghormatan
dalam: olah hati (spiritual and emotional atas komitmen yang dipilih.
development), olah pikir (intellectual develop- Kematangan keempat karakter ini
ment), olah raga dan kinestetik (physical and memungkinkan manusia melewati tahap
kinestetic development), dan olah rasa dan individualitas menuju personalitas. Orang-
karsa (affective and creativity development). orang modern sering mencampuradukkan
Berdasarkan pembahasan di atas, antara individualitas dan personalitas, an-
dapat ditegaskan bahwa pendidikan karak- tara aku alami dan aku rohani, antara in-
ter merupakan upaya yang dirancang dan dependensi eksterior dan interior. Karakter
dilaksanakan secara sistematis untuk mem- inilah yang menentukan performansi se-
bantu peserta didik memahami nilai-nilai orang pribadi dalam segala tindakannya.
perilaku manusia yang berhubungan
dengan Tuhan, diri sendiri, sesama ma- MEMBANGUN PENDIDIKAN KARAK-
nusia, lingkungan, dan kebangsaan yang TER BERBASIS KEARIFAN LOKAL
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, Era saat ini adalah era global. Untuk
perkataan, dan perbuatan berdasarkan menghadapi era global ini, diperlukan in-
norma-norma agama, hukum, tata krama, san bermoral, kompeten, dan unggul.
budaya, dan adat istiadat. Dalam hal ini, pendidikan merupakan
Menurut Foerster (Koesoema, 2010), upaya yang paling strategis. Sistem pen-
terdapat empat ciri dasar dalam pendidikan didikan nasional dalam batas tertentu telah
karakter. Keempat ciri tersebut sebagai be- menghasilkan insan yang berkualitas, mi-
rikut. salnya sejumlah orang yang dipercaya un-
1) Pertama adalah keteraturan interior. tuk menduduki posisi strategis di semua
Setiap tindakan diukur berdasarkan sektor dan di tengah-tengah masyarakat.
hierarki nilai. Nilai menjadi pedoman Namun, patut diakui bahwa masih banyak
normatif setiap tindakan. pernyataan yang mengindikasikan sistem
2) Kedua adalah koherensi yang memberi pendidikan kita ikut andil akan rendahnya
keberanian, membuat seseorang teguh kualitas sumberdaya manusia dan masih
pada prinsip, tidak mudah terombang- merebaknya dekadensi moral yang ber-
ambing pada situasi baru atau takut dampak terhadap krisis multidimensional.
resiko. Koherensi merupakan dasar Untuk meminimalisasi dan memper-
yang membangun rasa percaya satu kecil, bahkan menghilangkan krisis multi-
demensional, terutama perilaku tak ber- sedia ahli terkait (psikolog, dokter) yang
moral yang meluas di masyarakat, kita ramah dan suka membantu.
perlu menata konsep dan implementasi Pengelolaan pendidikan perlu di-
pendidikan nasional. Dalam menjamin upayakan prinsip keadilan, kebermaknaan,
pendidikan nasional yang mantap, perlu dan keberamahan pada lingkungan. Pe-
dijaga konsistensi pendidikan karakter ngelolaan pendidikan yang demikian
sejak dari landasan filosofis, sistem pen- dapat diupayakan melalui pendidikan yang
didikan, sampai dengan praktik pendidik- berbasis sekolah dan berbasis masyarakat
an. Tujuan pendidikan tidak hanya men- (sadar nilai) dengan pertimbangan balanced
jadikan insan berakal, insan kompeten dan centralization-decentralization yang tetap me-
berguna, insan well-adaptive, insan agent of nempatkan kepentingan daerah. Proses
change, dan insan bertaqwa, melainkan pendidikan dilakukan secara terpadu
insan yang utuh (Wahab, 2010). dengan menjadikan spiritualitas sebagai
Dalam proses pendidikan, peserta ruhnya. Dalam pembelajaran, perlu dilaku-
didik dipandang sebagai individu yang kan penambahan durasi waktu efektif be-
memiliki potensi moral, mental, fisik, so- lajar sebagai konsekuensi logis orientasi
sial, dan emosional dengan keunikannya. keluaran (output) yang unggul. Di samping
Mereka sebagai co-subject-object yang me- itu, pengelolaan pendidikan harus dilaku-
miliki kebebasan memilih. Karena itu, kuri- kan secara transparan, adil, dan akuntabel.
kulum pendidikan tidak hanya berupa Untuk itu, dalam proses pendidikan perlu
kurikulum yang bererientasi pada peseta dilibatkan orang tua dan masyarakat, baik
didik, masyarakat, atau pengetahuan dan dalam aspek akademik, maupun aspek
teknologi, tetapi merupakan kurikulum nonakademik (terutama aspek moralitas).
eklektik dan komprehensif yang mencakup Dalam penilaian pendidikan, tidak
keempat ranah tersebut (student, society, hanya difokuskan pada hasil pendidikan,
technology, and spiritual oriented curriculum). tetapi juga kepada masukan (input) dan
Dalam membangun dan menanam- proses (penilaian komprehensif). Penilaian
kan budaya bangsa kepada peserta didik, pendidikan tidak hanya pada aspek aka-
pendidik dan tenaga kependidikan men- demik, tetapi juga aspek nonakademik (ter-
jadi agen perubahan. Guru tidak hanya utama moral menjadi penentu). Karena itu,
kompeten, tetapi juga menjadi teladan (si- penilaian pendidikan sebaiknya tidak hanya
kap, pikiran, dan perilaku), kreatif, dan dilakukan oleh guru, melainkan juga pe-
well adaftif (profesional yang utuh). Demi- serta didik, pendidik dan tenaga kepen-
kian juga, ia mengupayakan terus untuk didikan lainnya, bahkan jika mungkin me-
peningkatan diri. Konselor harus benar- libatkan orang tua. Dalam kegiatan pe-
benar profesional, yang selalu siap untuk nilaian, tidak hanya dilakukan hanya un-
membantu pengembangan diri peserta tuk kepentingan yang bersifat judgmental,
didik secara optimal dalam melakukan tetapi juga bersifat apresiatif dan rekog-
aktualisasi diri. Kepala sekolah harus me- nitif.
miliki principle leadership, disiplin, model, Dalam membangun karakter budaya
dan supervisonship skill. Kinerja pustakawan bangsa, lingkungan pendidikan harus
dan laboran/teknisi harus memliki jiwa mengarah pada penciptaan lingkungan
dan sikap yang helpfull. Di samping itu, keluarga yang sarat dengan nilai (agama,
dalam pelaksanaan pendidikan, harus ter- budaya, dan kebangsaan). Kehidupan di
lingkungan sekolah harus mengupayakan kungan fisik dan sosial yang bersih dan
lingkungan sekolah yang kondusif bagi menarik.
pengembangan nilai. Dalam hal ini, se-
kolah harus mampu mengondisikan ling- LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER
kungan masyarakat dengan nilai-nilai yang PEMBELAJARAN KEARIFAN LOKAL
baik dan mengendalikannya dengan me- Peserta didik sebagai manusia yang
mainkan peran filter terhadap nilai-nilai utuh memiliki potensi diri, baik sebagai
asing yang masuk. Di samping itu, pe- pribadi maupun anggota masyarakat. Po-
mangku kepentingan pendidikan harus tensi diri tersebut akan dapat berkembang
dapat mengawal isi media masa yang dengan baik jika diupayakan secara op-
memberikan manfaat bagi penyebaran timal melalui proses pendidikan. Melalui
nilai-nilai dan mengendalikan isi media pendidikan ini, peserta didik akan dapat
masa yang berpotensi merusak kepribadi- diarahkan menjadi sosok pribadi yang
an anak dan bangsa. memiliki kompetensi majemuk sehingga
Dalam melaksanakan pendidikan dapat tumbuh dan berkembang menjadi
berbasis karakter dan budaya bangsa, anggota masyarakat yang mampu me-
strategi pengembangan pendidikan perlu mecahkan persoalan hidupnya. Dalam hal
mengonseptualisasikan individu sebagai ini, kunci utamanya adalah aktivitas pem-
makhluk utuh dengan menekankan pen- belajaran di sekolah.
tingnya aspek moral. Proses pendidikan Pertumbuhan dan perkembangan
harus diupayakan untuk pendidikan nilai peserta didik melalui belajar tidak hanya
sedini mungkin dan sepanjang hayat. terjadi di bangku sekolah yang terbatas
Program pendidikan dan kurikulum harus oleh dinding-dinding kelas. Namun, proses
dikembangkan secara terpadu sesuai pembelajaran bagi peserta didik dapat ter-
dengan latar belakang sosial budaya jadi pula di lingkungan sekitar, yakni akti-
dengan menempatkan nilai moral menjadi vitas peserta didik di luar kelas. Pem-
ruhnya. Aktivitas keseharian harus me- belajaran yang dikungkung di dalam kelas
nempatkan pimpinan institusi dan pen- sering menciptakan kejenuhan pada diri
didik menjadi model dan bertindak adil, peserta didik karena mereka merasa ber-
amanah, dan kasih sayang. Pembelajaran ada di dunia lain yang bukan dunianya. Di
hendaknya mampu menciptakan gerakan dalam kelas, peserta didik merasa ke-
pendidikan nilai dan mengawalnya secara bebasannya dirampas, kesenangannya di-
berkesinambungan, baik dalam konteks batasi, tertawanya semu, keinginannya di-
pendidikan formal, informal, maupun non- hambat. Akibatnya, kreativitas mereka ter-
formal. Proses pendidikan hendaknya mem- batas pada upaya memenuhi dan menuruti
berikan orientasi peserta didik baru dan kemauan sistem belajar yang dituntut se-
melepas lulusan setiap jenjang pendidikan kolah. Peserta didik merindukan kembali
dengan materi nilai-nilai yang dapat di- ke lingkungannya yang telah menyatu se-
terima di masyarakat. Agar peserta didik jak dini dalam keutuhan pribadi yang telah
tidak tercerabut dari akar budayanya, pen- lama membentuknya.
didikan perlu menginternalisasikan nilai- Pembelajaran berbasis lingkungan
nilai yang dijunjung tinggi di masyarakat dapat menjembatani peserta didik untuk
selama dalam proses pembelajaran dan menemukan kembali harapannya. Yang
pendidikan dengan mengupayakan ling- dimaksud pembelajaran berbasis lingkung-
an adalah suatu strategi pembelajaran yang Artinya, setiap orang/peserta didik perlu
memanfaatkan lingkungan sebagai sasaran belajar apa pun, bahkan mencari hikmah
belajar, sumber belajar, dan sarana belajar. dari berbagai macam pengalaman bangsa-
Hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk bangsa lain di seluruh dunia, namun
memecahkan masalah lingkungan dan pengetahuan tentang pengalaman bangsa-
untuk menanamkan sikap cinta lingkung- bangsa lain tersebut dijadikan sebagai
an. Pembelajaran tersebut akan sangat pembelajaran dalam tindakan di lingkung-
efektif jika diterapkan di sekolah dasar. Hal an secara lokal. Dengan cara kerja seperti
ini relevan dengan tingkat perkembangan itu, kita tidak perlu melakukan trial and
intelektual usia sekolah dasar (7-11 tahun) error yang berkepanjangan, melainkan kita
yang berada pada tahap operasional kon- belajar dari kesalahan-kesalahan orang
kret. Peserta didik sekolah dasar cende- lain, sementara kita sekadar meneruskan
rung senang bermain dan bergerak se- kerja dari paradigma yang benar.
hingga mereka lebih menyukai belajar Bekerja dan belajar yang berbasis
lewat eksplorasi dan penyelidikan di luar lingkungan sekitar memberikan nilai lebih,
ruang kelas. baik bagi si pembelajar itu sendiri maupun
Melalui pembelajaran lingkungan, bagi lingkungan sekitar. Misalnya, belajar
kejenuhan peserta didik dapat diminimal- ilmu sosial atau belajar ekonomi, maka
kan dan kecintaan mereka pada lingkung- lingkungan sosial dan ekonomi sekitar
an akan dapat dibangun kembali. Dengan dapat menjadi laboratorium alam. Pem-
demikian, aktivitas proses pembelajaran belajaran ini dapat dilakukan sembari
akan lebih bermakna dan dapat mencipta- melakukan pemberdayaan (empowering)
kan kegairahan peserta didik dalam be- terhadap kehidupan sosial dan ekonomi
lajar. Dengan kegairahan belajar tersebut, masyarakat, sementara si pelajar dapat me-
aktivitas berpikir semu dan pemahaman lakukan proses pembelajaran dengan lebih
verbalistik peserta didik terhadap konsep baik dan efisien.
yang dipelajari dapat diminimalkan se-
hingga peserta didik secara optimal akan TAHAPAN PEMBELAJARAN MELALUI
dapat memperoleh pengalaman belajar LINGKUNGAN
yang sesungguhnya. Pengalaman belajar Belajar dengan model belajar melalui
yang bermakna ini akan dapat dirasakan lingkungan terdiri atas lima tahap, yaitu
kembali oleh lingkungan karena pada tahap observasi, tahap pengajuan masalah
akhirnya peserta didik juga akan kembali dan hipotesis, tahap pemecahan masalah,
lingkungan masyarakat tempat tinggalnya. tahap pemantapan konsep, dan tahap eva-
Manfaat keberhasilan pembelajaran akan luasi.
terasa manakala apa yang diperoleh dari Pada tahap observasi ini, peserta
pembelajaran dapat diaplikasikan dan di- didik melakukan pengamatan mengenai
implementasikan dalam realitas kehidup- lingkungan hidup yang terkait dengan
an. Inilah salah satu sisi positif yang me- konsep yang akan diselidiki. Pada tahap
latarbelakangi pembelajaran dengan pen- ini, peserta didik berinteraksi langsung
dekatan lingkungan. dengan objek konkret sehingga diperoleh
Dalam pembelajaran lingkungan, pe- hasil amatan yang lebih akurat, mendalam,
serta didik dapat berpikir secara global, dan bervariasi.
tetapi mereka harus bertindak secara lokal.
waktu sampai yang paling kompleks yang kelompok berdiskusi menyusun laporan
memerlukan waktu berhari-hari. Hal ini tertulis hasil pengamatan mereka, kemudi-
bergantung pada tujuan pembelajaran dan an melaporkan secara lisan di depan kelas.
kondisi setempat. Bentuk-bentuk pembe- Sebagai penutup, setiap kelompok menulis
lajaran berbasis lingkungan dapat dikem- paragraf deskriptif berdasarkan hasil peng-
bangkan dengan cara sebagai berikut. amatan dan menempelkan hasil di papan
tulis.
Pembelajara n L ingkungan Samping
Waktu Pembelajara n Lingkungan Model Eks-
Pembelajaran model ini dilakukan di kursi Sehari
luar jam belajar peserta didik. Ketika pe- MPL ekskursi sehari adalah kegiatan
serta didik berangkat ke sekolah atau per- belajar dengan melakukan kunjungan ke
jalanan ke mana pun mereka diminta suatu objek tertentu atau tempat tertentu
mengamati suatu objek atau suatu peris- dalam waktu satu hari. Para peserta didik
tiwa yang menarik perhatian. Kemudian, pergi bersama-sama dengan bimbingan
di sekolah dia diminta memaparkannya se- guru ke suatu tempat yang telah dipro-
cara lisan atau tertulis. Guru dapat me- gramkan sebelumnya. Pilihan tempat kun-
nentukan apakah deskripsi tersebut se- jungan tersebut harus didasarkan pada
ragam bentuknya (semua menulis paragraf tujuan pembelajaran atau diarahkan pada
pendek) atau bebas. Artinya, peserta didik pencapaian kompetensi dasar tertentu.
bebas memilih bentuk ungkapannya (eks- Sebelum kegiatan ekskursi dilakukan,
posisi, narasi, atau mungkin dalam bentuk guru telah menentukan beberapa kompe-
puisi). Sebaiknya, pengerjaan tugas ter- tensi dasar yang akan dicapai dalam ke-
sebut berpasangan atau berkelompok se- giatan tersebut. Setiap peserta didik harus
hingga peserta didik dapat berbagi pe- mengambil satu kompetensi dasar atau
ngalaman. Kelebihan bentuk pembelajaran lebih yang menjadi garapannya ketika ia
ini ialah tidak menyita jam pelajaran, guru melakukan ekskursi tersebut. Dengan demi-
tidak kehilangan waktu. Kelemahannya, kian, peserta didik dapat memfokuskan ke-
kegiatan pengamatan peserta didik kurang giatan sesuai dengan tugas yang menjadi
bisa dipantau. pilihan.
Setelah ekskursi selesai, peserta didik
Pembelajaran Lingkungan Singkat Waktu bekerja dalam kelompok yang bidang
Peserta didik dibagi dalam beberapa garapannya sejenis. Kerja peserta didik ter-
kelompok, yang setiap kelompok terdiri sebut dapat menggunakan waktu di kelas,
atas 4-5 peserta didik. Setiap kelompok atau lebih baik jika dikerjakan di luar jam
ditugasi keluar kelas dalam waktu 10—15 pelajaran sekolah. Di kelas, peserta didik
menit untuk mengamati objek berbeda- tinggal melaporkan hasil kerja kelompok
beda yang ada di lingkungan sekolah dan dan mendiskusikannya bersama-sama di
mencatatnya. Hal yang perlu diamati, mi- kelas. Berdasarkan hasil diskusi tersebut,
salnya, bentuk objek yang diamati, warna; peserta didik menyempurnakan laporan-
ukuran; bentuk, bahan asal objek tersebut; nya dan memamerkan hasil kerja tersebut
dan sebagainya. Setelah selesai, mereka dengan menempelkan di kertas manila
kembali ke kelas dan menyempurnakan untuk di pajang di dinding kelas atau
catatan hasil pengamatan mereka. Setiap tempat yang telah ditentukan.
Depdiknas. 2007. Pedoman Penilaian Guru Widodo, Rachmad. 2010. “Benarkah Pen-
dalam Jabatan. Jakarta: Direktorat Pe- didikan Kita Mengabaikan Pendidik-
an Karakter” (dalam http://wyw1d.-
ningkatan Mutu Pendidik dan Te-
wordpress.com/2010/01/24/benark
naga Kependidikan.
ah-pendidikan-kita-mengabaikan-
Koesoema, Doni. 2010. Pendidikan Karakter. pendidikan-karakter/) diakses 18
Roma: Fakultas Ilmu Pendidikan Oktober 2010.
Universitas Kepausan Salesian.
Winataputra, U.S. dan Budimansyah, D.
Raka, I.I.D.G. 2008. Pembangunan Karakter 2007. Civic Education: Konteks, Landas-
dan Pembangunan Bangsa: Menengok an, Bahan Ajar, dan Kultur Kelas. Ban-
Kembali Peran Perguruan Tinggi. Ban- dung: Program Studi Pendidikan Ke-
dung: Majelis Guru Besar ITB. warganegaraan SPs UPI.