Anda di halaman 1dari 3

Katak Kloralhidrat

Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat (SSP) memperlihatkan efek yang
mungkin dapat merangsang atau menghambat aktifitas SSP. Obat golongan ini terbagi atas
obat sedativ, hipnotik dan anestetik umum. Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu
anestesi lokal dan anestesi umum. Anestesi lokal adalah hilangnya rasa sakit tanpa hilangnya
kesadaran yang juga menyebabkan kegelisahan dan tremor dan merupakan progres
konvulsi clonic sedangkan anestesi umum adalah hilangnya rasa sakit disertai hilangnya
kesadaran. Mekanisme terjadinya anastesi karena adanya perubahan neurotranmisi
diberbagai bagian SSP. Kerja neorutransmiter di pasca sinaps akan diikuti dengan
pembentukan second messenger yang selanjutnya mengubah transmisi di neuron.
Rangsangan pusat diikuti oleh depresi, kematian biasanya yang disebabkan oleh kegagalan
pernapasan (Goodman & Gilman's. 2006). Tempat kerja anastetik umum bersifat spesifik.
Anestetik inhalasi terbukti mengubah ambang rangsang neuron di beberapa bagian SSP
yang sangat peka terhadap anestetik.
Keefektifan obat sedativ agen harus mengurangi kebimbangan dan menggunakan
efek penenangan. Derajat dari depresi atau penurunan aktivitas sistem saraf pusat yang
disebabkan oleh satu obat penenang harus yang konsisten dengan keberhasilan obat
tersebut (Katzung. 2006). Efek sedasi juga merupakan efek samping beberapa golongan
obat lain yang tidak termasuk obat golongan depresan SSP. Menurut Ganiswara dan Sulistya
(1995), umumnya golongan ini telah menghasilkan efek terapi yang lebih spesifik pada kadar
yang jauh lebih kecil dari pada kadar yang dibutuhkan untuk mendepresi SSP secara umum.
Kloralhidrat adalah salah satu senyawa hipnotis tertua yang digunakan dalam
kedokteran hewan obat (Dennis et al. 1997). Senyawa ini dianggap sebagai salah satu
senyawa organik yang memiliki bentuk kristal, tidak berwarna, berbau menyengat, dan
mengalami volatilisasi ketika terkena udara. Oleh karena itu, kloral hidrat ditempatkan
dalam wadah tertutup (Pershad 1999). Kloralhidrat adalah salah satu jenis sedativ yang
merupakan derivat monohidrat dari kloral dan merupakan hipnotik yang efektif.
Metabolitnya, trikloroetanol juga merupakan hipnotik yang efektif. Kloralhidrat mempunyai
efek samping mengiritasi kulit dan mukosa membran. Efek iritasi ini menimbulkan rasa tidak
enak, nyeri epigantrik, mual dan kadang-kadang muntah. Efek samping pada SSP meliputi
pusing, lesu, ataksia, dan mimpi buruk. Keracunan akut obat ini dapat menyebabkan ikterus.
Penghentian mendadak dari penggunaan kronik dapat mengakibatkan delirium dan
bangkitan, yaitu sering fatal.

Tabel 3. Fisiologis katak selama pemberian kloralhidrat


Meni Dosis Posisi Refleks Rasa Tonus Frekuensi Frekuensi Konvulsi ke
t (mL) tubu nyeri otot nafas (kali/ jantung t
h menit) (kali/
menit)
0 - +++ +++ 1 +++ 112 132 - -
5 0,05 +++ +++ 2 +++ 112 124 - -
10 0,1 +++ +++ 2 +++ 88 104 - -
15 0,2 ++ +++ 3 ++ 84 60 - -
20 0,4 ++ ++ 3 + 68 32 - -
25 0,8 + + 3 + 24 2 - -

Contoh perhitungan
Diketahui
BB katak 0,0253 kg

𝐵𝐵 𝑥 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑥 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖


𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 = → 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 =
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐵𝐵

(0,8 + 0,4 + 0,2 + 0,1 + 0,05) 𝑚𝑙 𝑥 1%


𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 = = 0,613 𝑚𝑔/𝑘𝑔
0,0253 𝑘𝑔

Keadaan normal katak yang meliputi posisi tubuh, refleks gerak, rasa nyeri, tonus
otot, frekuensi nafas, dan frekuensi jantung diamati tiap 5 menit dengan pemberian
kloralhidrat pertama 0 ml, 0,05 ml dan menjadi dua kali lipat selanjutnya. Setelah
diinjeksikan kloralhidrat pada volume 0,2 ml obat mulai memperlihatkan reaksinya terhadap
tubuh katak, yaitu berkurangnya tonus otot dan rasa nyeri yang dimiliki katak serta
penurunan frekuensi nafas dan frekuensi denyut jantungnya. Kloralhidrat 0,4 ml membuat
katak menjadi lebih rendah posisi tubuhnya, refleks gerak dan tonus otot lemah, juga
penurunan signifikan pada frekuensi nafas dan frekuensi denyut jantung.
Volume kloralhidrat 0,8 ml atau dengan dosis kloralhidrat 0,613 mg/kgBB
menunjukkan katak mengantuk dan kehilangan kesadaran yang diikuti perubahan dalam hal
posisi tubuh menjadi lebih rendah atau hampir sejajar papan. Gerak reflex, rasa nyeri, tonus
otot, frekuensi napas, dan frekuensi jantung katak menunjukkan penurunan yang signifikan.
Hal ini disebabkan oleh kerja obat yang merupakan depresansia saraf pusat. Preparat
kloralhidrat memiliki efek iritasi yang menimbulkan rasa tidak enak, nyeri epigastrik, mual
dan kadang-kadang muntah. Efek samping pada SSP meliputi pusing, lesu dan ataksia. Obat
ini lebih aman digunakan dibandingkan dengan penggunaan magnesium sulfat karena tidak
ada reaksi kejang atau konvulsi dari katak.
Tujuan di balik penggunaan zat kloralhidrat adalah untuk menenangkan dan
mengendalikan hewan. Hasil menunjukkan bahwa ketika kita menggunakan kloralhidrat
dengan sedikit konsentrasi dengan jumlah yang sesuai memberikan efek tidur dan
menenangkan pada hewan yang meliputi stabilitas frekuensi denyut jantung dan
pernapasan (Richard et al. 2008). Zat kloralhidrat dosis tinggi mengklaim keracunan dan
tidak teratur detak jantung dan terkadang jantung berhenti. Efek kloralhidrat yang sangat
beracun di pusat sistem saraf mengarah ke penghambatan dan koma yang dalam. Selain itu,
toksisitas yang tinggi menyebabkan kerusakan pada jaringan kulit dan selaput lendir
(Haddad & Windchester 1990).
Daftar Pustaka

Dennis FK, Sally KW, Wlliam JW, Benson GJ. 1997. Anesthesia and Analgesia In Laboratory
Animals. California (US): Academic Press.
Pershad J, Palmisano P, Nichols M. 1999. Chloral hydrate: the good and the bad.
PediatrEmerg Care. 15: 432-435.
Richard EF, Marilyn JB, Peggy JD, Alicia ZK. 2008. Anesthesia and Analgesia in Laboratory
Animals. 2nd ed., pp35-36. Elsevier Inc.
Haddad LM, Winchester JF. 1990. Clinical Management of Poisoning and Drug Overdose.
2nd ed., pp.835-839. WB Saunders Company .
Ganiswara, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta (ID): Gaya Baru.
Goodman, Gilman's. 2006. The Pharmacologic Basis of Therapeutics 11th Ed. Moscow:
GEOTAR-media.
Katzung Bertram G. 2006. Basic and clinical pharmacology - 10 th Edition. San Francisco
(US): University of California.

Anda mungkin juga menyukai