oleh :
Olivia S. Nahak
15170202M
JURUSAN S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
2020
A. Pengertian Auditing
Menurut Sukrisno Agoes (2017) “Auditing adalah suatu pemeriksaan yang
dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan
keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan
bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan tersebut”.
Menurut Konrath (2002:5) dalam Sukrisno Agoes (2012:2) mendefinisikan
auditing sebagai: “Suatu proses sistematis untuk secara objektif mendapatkan untuk
mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian
ekonomi untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dan kriteria yang
telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.”
Menurut Alvin A. Arens, Mark S. Beasley dan Randal J. Elder (2011; 4) “Auditing
is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report
on the degree of correspondence between the information and established criteria.
Auditing should be done by a competent, independent person”.
1. Jenis-jenis Audit
Dalam (Sukrisno Agoes, 2017) Ditinjau dari luasnya pemeriksaan, audit bisa
dibedakan atas :
1) Pemeriksaan Umum (General Audit)
Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh KAP
independen dengan tujuan untuk bisa memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan secara keseluruhan. Pemeriksaan tersebut harus sesuai dengan standar
Professional Akuntan Publik dan memperhatikan kode etik akuntan indonesia, aturan etika
KAP yang telah disahkan Ikatan Akuntan Indonesia serta standar pengendalian mutu.
2) Pemeriksaan Khusus (Special Audit)
Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan Auditee) yang dilakukan
oleh KAP yang independen, dan pada akhir pemeriksaannya auditor tidak perlu
memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pendapat
yang diberikan terbatas pada pos atau masalah tertentu yang diperiksa, karena prosedur
audit yang dilakukan juga terbatas.
Misalnya KAP diminta untuk memeriksa apakah terdapat kecurangan pada
penagihan piutang usaha perusahaan. Dalam hal ini prosedur audit terbatas untuk
memeriksa piutang, penjualan dan penerimaan kas. Pada akhir pemeriksaan KAP hanya
memberikan pendapat apakah terdapat kecurangan atau tidak terhadap penagihan piutang
usaha di perusahaan. Jika memang ada kecurangan, berapa besar jumlahnya dan bagaimana
modus operandinya.
Dalam (Sukrisno Agoes, 2017) Ditinjau dari jenis pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas:
1. Management Audit (Operational Audit)
Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan
akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk
mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien
dan ekonomis. Pengertian efisien disini adalah, dengan biaya tertentu dapat mencapai
hasil atau manfaat yang telah ditetapkan atau berdaya guna.
Efektif adalah dapat mencapai tujuan atau sasaran sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan atau berhasil/dapat bermanfaat sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Ekonomis adalah dengan pengorbanan yang serendah-rendahnya dapat mencapai hasil
yang optimal atau dilaksanakan secara hemat.
2. Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Audit)
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah mentaati
peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh
pihak intern perusahaan (manajemen, dewan komisaris) maupun pihak eksternal
(Pemerintah, Bapepam, Bank Indonesia, Direktorat Jendral Pajak, dan lain-lain).
Pemeriksaan bisa dilakukan oleh KAP maupun bagian internal audit.
3. Pemeriksaan Intern (Internal Audit)
Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap
laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap
kebijakan manajemen yang telah ditentukan. Pemeriksaan umum yang dilakukan
internal auditor biasanya lebih rinci dibandingkan dengan pemeriksaan umum yang
dilakukan oleh KAP.
Internal auditor biasanya tidak memberikan opini terhadap kewajaran laporan
keuangan, karena pihak-pihak diluar perusahaan menganggap bahwa internal auditor,
yang merupakan orang dalam perusahaan, tidak independen. Laporan internal auditor
berisi temuan pemeriksaan (audit finding) mengenai penyimpangan dan kecurangan
yang ditemukan, kelemahan pengendalian intern, beserta saran-saran perbaikannya
(recommendations).
4. Computer Audit
Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses data akuntansinya
dengan menggunakan Electronic Data Processing (EDP) sistem.
2. Standar Auditing
Menurut PSAP 01 (2011: 150.1-150.2) Standar auditing yang ditetapkan dan
disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia terdiri atas sepuluh standar yang
dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu:
a. Standar Umum
a) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor
b) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap
mental harus dipertahankan oleh auditor
c) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
c. Standar Pelaporan
a) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
b) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan standar akuntansi dalam penyusunan laporan
keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan standar akuntansi
tersebut dalam periode sebelumnya
c) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai,
kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor
d) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak
dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka
alasannya harus dinyatakan.
Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan
auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang
dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
(IAPI, 2011:150.1 & 150.2)
b. Permanent File
Berisi kertas kerja yang mempunyai kegunaan untuk beberapa tahun, misalnya:
Akta Pendirian
Buku Pedoman Akuntansi (Accounting Manual)
Kontrak-kontrak
Notulen rapat
c. Correspondence File
Berisi korespondensi dengan klien, berupa surat menyurat, facsimile, email dan
lain-lain.
2. Perencanaan Pemeriksaan
Perencanaan pemeriksaan internal harus didokumentasikan dan meliputi hal-hal
berikut ini (Hiro Tugiman, 2006: 53-59) :
a. Penetapan tujuan pemeriksaan dan lingkup pekerjaan
b. Memperoleh informasi dasar (background information) tentang kegiatan
yang akan diperiksa
c. Penentuan berbagai tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan
pemeriksaan
d. Pemberitahuan kepada para pihak yang dipandang perlu
e. Melaksanakan survei secara tepat untuk lebih mengenali kegiatan yang
diperlukan, risiko-risiko, dan pengawasan-pengawasan, untuk
mengidentifikasi area yang ditekankan dalam pemeriksaan, serta untuk
memperoleh berbagai ulasan dan sasaran dari pihak yang akan diperiksa.
f. Penulisan program pemeriksaan
Pengujian dan Pengevaluasian Informasi Pemeriksa internal haruslah
mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan membuktikan kebenaran informasi
untuk mendukung hasil pemeriksaan.
Proses pengujian dan pengevaluasian informasi adalah sebagai berikut (Hiro
Tugiman, 2006: 59-68) :
a. Berbagai informasi tentang seluruh hal yang berhubungan dengan tujuan
pemeriksa dan lingkup kerja haruslah dikumpulkan.
b. Informasi haruslah mencukupi, kompeten, relevan dan berguna untuk
membuat dasar yang logis bagi temuan pemeriksaan dan rekomendasi
c. Prosedur pemeriksaan, termasuk teknik pengujian dan penarikan contoh
yang dipergunakan, harus terlebih dahulu diseleksi bila memungkinkan
dan diperluas atau diubah bila keadaan menghendaki demikian.
d. Proses pengumpulan, analisis, penafsiran dan pembuktian kebenaran
informasi haruslah diawasi untuk memberikan kepastian bahwa sikap
objektif pemeriksa terus dijaga dan sasaran pemeriksaan dapat dicapai.
e. Kertas kerja pemeriksaan adalah dokumen pemeriksaan yang harus dibuat
oleh pemeriksa dan ditinjau atau direview oleh manajemen bagian audit
internal. Kertas kerja ini harus mencantumkan berbagai informasi yang
diperoleh dan dianalisis yang dibuat serta harus mendukung dasar temuan
pemeriksaan dan rekomendasi yang akan dilaporkan.
Agoes, Sukrisno, 2012. “Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan
Publik, Jilid 1, Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.
Agoes, Sukrisno, 2017. “Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan
Publik, Buku 1, Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.
Hiro, Tugiman. 2006. Standar Profesi Audit Internal. Yogyakarta: Kanisius.
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). 2011. Standar Profesional Akuntan Publik.
Jakarta: Salemba Empat.