Anda di halaman 1dari 7

Mata Kuliah Pembiayaan Pembangunan

Nama Kelompok : 1. Nafisul Ichsan (D1091171008)


2. Aditya Putera Luwansah (D1091171040)
SUMBER-SUMBER POTENSIAL PEMBIAYAAN PUSAT & DAERAH DAN JENIS-
JENIS PENGELUARAN PEMERINTAH PUSAT & DAERAH

Pembiayaan pembangunan semakin lama semakin menjadi kebutuhan yang mendesak


antara lain karena : pertama, jumlah penduduk akibat pengaruh proses urbanisasi semakin
meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun; kedua, kemampuan keuangan pemerintah daerah
cenderung masih terbatas dan masih sangat bergantung kepada pembiayaan dari Pemerintah
Pusat. Padahal potensi ekonomi dan keuangan di kawasan perkotaan pada dasarnya memadai,
sehingga dicetuskan sebagai sebuah daerah yang otonom. Sehingga pada prinsipnya, terdapat
sumber-sumber pembiayaan untuk dikembangkan dalam upaya meningkatkan pendapatan
Pemerintah Kota, yang kemudian akan digunakan untuk membiayai pembangunan
infrastruktur, prasarana dan sarana sehingga dapat membantu meningkatnya perekonomian dan
kesejahteraan masyarakat.

Sumber-Sumber Potensial Pembiayaan Pusat dan Daerah

Sesuai dengan Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan


antara pusat dan daerah pasal 6 bahwa sumber Pendapatan Asli Daerah meliputi : Pendapatan
Asli Daerah terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah
dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainya yang dipisahkan lain-lain. Pendapatan daerah
yang sah Pendapatan berasal dari pemberian pemerintah yang terdiri sumbangan dari
pemerintah, Sumbangan lain yang diatur dengan peraturan perundangan Pendapatan lain-lai
yang sah, yaitu :

1. Pajak daerah

Berdasarkan Undang-undang No. 34 tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-Undang


No. 8 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang dimaksud dengan “pajak
Dearah yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib yang dikeluarkan oleh orang pribadi
atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang berlaku, yang digunakan untuk
membiayai penyelenggraan pemerintah daerah pembangunan daerah”.

Menurut Suwarno Dan Suhartiningsih, 2008), pajak daerah berpotensi terus digali dalam
rangka menambah pendapatan daerah. Sumber pendapatan pajak lokal memberikan kontribusi
signifikan bagi pendapatan daerah. Jenis pajak daerah menurut Undang-Undang Nomor 28
tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan retribusi Daerah:

a) Jenis Pajak provinsi terdiri atas: Pajak Kendaraan Bermotor; Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor; Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; Pajak Air Permukaan;
dan Pajak Rokok.
b) Jenis Pajak kabupaten/kota terdiri atas: Pajak Hotel; Pajak Restoran; Pajak Hiburan;
Pajak Reklame; Pajak Penerangan Jalan; Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Pajak Parkir; Pajak Air Tanah; Pajak Sarang Burung Walet; Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan; Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
2. Retribusi Daerah

Disamping pajak daerah, sumber pendapatan daerah yang cukup besar perannya dalam
menyumbang pada terbentuknya pendapatan asli daerah adalah retribusi daerah. Retribusi
daerah merupakan salah satu jenis penerimaan daerah yang dipungut sebagai pembayaran atau
imbalan langsung atas pelayanan yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada masyrakat.
Menurut undang-undang No. 28 tahun 2009 tentang pajak Daerah dan Retribusi dearah, yang
dimaksud retribusi pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu
yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang
pribadi atau Badan.

3. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Dearah lainnya yang
Dipisahkan

Penerimaan PAD lainnya yang menduduki peran penting setelah pajak Daerah dan retribusi
Daerah adalah bagian pemerintah daerah atas laba BUMD. Tujuan didirikannya BUMD adalah
dalam rangka penciptaan lapangan kerja atau mendukung pembagunan ekonomi daerah setelah
itu, BUMD juga membantu dalam melayani masyarakat dan merupakan salah satu sumber
penerimaan daerah. Jenis pendapatan yang termasuk hasil-hasil pengelolaan kekayaan daerah
lainnya yang dipisahkan menurut Pasal 6 ayat 3 Undang-undang Nomor 33 meliputi (a) bagian
laba perusahaan milik daerah,(b) bagian laba lembaga keuangan bank, (c) bagian laba lembaga
keuangan non bank, dan (d) bagian labaatas pernyataan modal/investasi.

4. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah

Hasil suatu pendapatan daerah adalah berasal dari pendapatan asli daerah. Dana yang
bersumber dari pendapatan asli daerah tersebut merupakan salah satu fakor penunjang dalam
melaksanakan kewajiban daerah untuk membiayai belanja rutin serta biaya pembangunan
daerah. Dan juga merupakan alat untuk memasukan uang sebanyak-banyaknya ke kas daerah
guna menunjang pelaksanaan pembangunan daerah, serta untuk mengatur dan meningkatkan
kondisi sosial ekonomi pemakai jasa tersebut. Tentu dalam hal ini tidak terlepas dari adanaya
badan yang mengenai atau yang diberi tugas untuk mengatur hal tersebut. Menurut Undang-
Undang No. 33 Tahun 2004, Pasal 6 ayat 3 Lain-lain PAD yang sah meliputi: a) bagian laba
perusahaan milik daerah, (b) bagian laba lembaga keuangan bank, (c) bagian laba lembaga
keuangan non bank, dan (d) bagian laba atas pernyataan modal/investasi.

Jenis-Jenis Pengeluaran Pemerintah Pusat dan Daerah

1. Pengeluaran Pemerintah Pusat


Belanja Negara dan daerah dipergunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas
pemerintahan pusat dan daerah serta pelaksanaan perimbangan keuangan antara pemerintah
pusat dan daerah. Belanja Negara dan daerah menurut organisasi disesuaikan dengan
susunan kementerian Negara atau lembaga pemerintahan pusat.
Belanja pemerintah pusat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Belanja pemerintah pusat menurut organisasi atau bagian anggaran.
b. Belanja pemerintah pusat menurut fungsi. Rincian belanja negara dan daerah menurut
fungsi, terdiri atas pelayanan umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan,
ekonomi,lingkungan hidup, perumahan, dan fasilitas umum, kesehatan,pariwisata,
budaya, agama, pendidikan, serta perlindungan sosial.
c. Belanja pemerintah pusat menurut jenis belanja
1) Belanja pegawai
Belanja Pegawai adalah kompensasi baik dalam bentuk uang maupun barang yang
diberikan kepada pegawai pemerintah, baik yang bertugas di dalam maupun di luar
negeri sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan, kecuali pekerjaan
yang berkaitan dengan pembentukan modal. PNS dan pegawai yang dipekerjakan oleh
pemerintah yang belum berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah
dilaksanakan kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal. Contoh :
gaji, tunjangan, honorarium, lembur, kontribusi sosial dan lain-lain yang berhubungan
dengan pegawai.
2) Belanja barang
Belanja barang adalah pengeluran untuk menampung pembelian barang dan jasa yang
habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun yang tidak
dipasarkan serta pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual
kepada masyarakat dan belanja perjalanan. Belanja ini terdiri belanja barang dan jasa,
belanja pemeliharaan dan belanja perjalanan. Belanja barang ini terdiri dari belanja
pengadaan barang dan jasa, belanja pemeliharaandan belanja perjalanan. Belanja
barang dikelompokan menjadi tiga ketegori:

 Belanja pengadaan barang dan jasa : Merupakan pengeluaran yang antara lain
dilakukan untuk membiayai keperluan kantor sehari-hari.
 pengadaan barang yang habis pakai seperti Alat Tulis Kantor (ATK),
pengadaan/penggantian peralatan kantor, langganan daya dan jasa, lain-lain
pengeluaran untuk membiayai pekerjaan yang bersifat non-fisik dan secara
langsung menunjang tugas pokok fungsi Kementerian/Lembaga, pengadaan kantor
yang nilainya tidak memenuhi syarat nilai kapitalisasi minimum yang diatur
Pemerintah Pusat dan pengeluaran jasa nonfisik (contoh biaya pelatihan dan
penelitian).
 Belanja Pemerintahan : Adalah pengeluaran yang dimaksudkan untuk
mempertahankan asset tetap atau asset lainnya yang sudah ada ke dalam kondisi
normal tanpa memperhatikan besar kecilnya jumlah belanja. Contoh :
pemeliharaan tanah, pemeliharaan gedung dan bangunan kantor, rumah dinas,
kendaraan bermotor dinas, dan lain-lain sarana yang berhubungan dengan
penyelenggaraan pemerintaha
 Belanja Pengeluaran : Merupakan pengeluaran yang dilakukan untuk membiayai
perjalanan dinas dalam rangka pelaksanaan

3) Belanja modal
Belanja modal merupakan pengeluaran anggaran yang dugunakan dalam rangka
memperoleh atau menambah aset tetap dam aset lainnya yang memberi manfaat lebih
dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap atau
aset lainnya yang ditetapkan pemerintah. Aset tetap tersebut dipergunakan untuk
operasional kegiatan sehari-hari suatu satuan kerja bukan untuk dijual.

4) Pembayaran bunga utang


Belanja Pemerintah Pusat yang digunakan untuk membayar kewajiban atas
penggunaan pokok utang baik utang dalam negeri maupun luar negeri, yang dihitung
berdasarkan ketentuan dan persyaratan dari utang yang sudah ada dan perkiraan utang
baru, termasuk untuk biaya terkait dengan pengelolaan utang

5) Subsidi
Subsidi adalah sebuah pembayaran oleh pemerintah untuk produsen , distributor dan
konsumen bahkan masyarakat dalam bidang tertentu. Contohnya adalah subsidi untuk
mendorong penjualan ekspor, subsidi di beberapa bahan pangan untuk
mempertahankan biaya hidup, khususnya di wilayah perkotaan; dan subsidi untuk
mendorong perluasan produksi pertanian dan mencapai swasembada produksi
pangan.

Subsidi dapat dianggap sebagai suatu bentuk proteksionisme atau penghalang


perdagangan dengan memproduksi barang dan jasa domestik yang kompetitif
terhadap barang dan jasa impor. Subsidi dapat mengganggu pasar dan memakan biaya
ekonomi yang besar. Bantuan keuangan dalam bentuk subsidi bisa datang dari suatu
pemerintahan, namun istilah subsidi juga bisa mengarah pada bantuan yang diberikan
oleh pihak lain, seperti perorangan atau lembaga non-pemerintah.

6) Belanja hibah

Belanja Pemerintah Pusat dalam bentuk uang, barang, atau jasa dari Pemerintah
kepada BUMN, pemerintah negara lain, lembaga/organisasi internasional, pemerintah
daerah khususnya pinjaman dan/atau hibah luar negeri yang diterushibahkan ke
daerah yang tidak perlu dibayar kembali, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, tidak
secara terus-menerus, bersifat sukarela dengan pengalihan hak dan dilakukan dengan
naskah perjanjian antara pemberi hibah dan penerima hibah

7) Bantuan sosial

Bantuan Sosial yaitu transfer uang atau barang yang diberikan kepada masyarakat
guna melindungi dari kemungkinan terjadinya risiko sosial. Bantuan sosial dapat
langsung diberikan kepada anggota masyarakat atau lembaga kemasyarakatan di
bidang pendidikan, keagamaan, kesehatan, dan pangan.
2. Pengeluaran Pemerintah Daerah
Belanja Daerah adalah belanja yang dibagi-bagi ke Pemerintah Daerah untuk kemudian
masuk dalam pendapatan APBD daerah yang bersangkutan. Belanja Pemerintah Daerah
meliputi: Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana Otonomi
Khusus.
1. Dana Bagi Hasil (DBH)
Dana bagi hasil adalah Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada Daerah berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai
kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Pengaturan DBH dalam
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat
dan Pemerintahan Daerah merupakan penyelarasan dengan Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000. Dalam Undang-Undang tersebut dimuat
pengaturan mengenai Bagi Hasil penerimaan Pajak penghasilan (PPh) pasal 25/29 Wajib
Pajak Orang Pribadi dalam Negeri dan PPh Pasal 21 serta sektor pertambangan panas
bumi sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang
Panas Bumi. Selain itu, dana reboisasi yang semula termasuk bagian dari DAK, dialihkan
menjadi DBH. Dana Bagi Hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam.
2. Dana Alokasi Umum (DAU)
Dana Alokasi Umum (DAU) adalah sejumlah dana yang dialokasikan kepada setiap
Daerah Otonom (provinsi/kabupaten/kota) di Indonesia setiap tahunnya sebagai dana
pembangunan. DAU merupakan salah satu komponen belanja pada APBN, dan menjadi
salah satu komponen pendapatan pada APBD. Tujuan DAU adalah sebagai pemerataan
kemampuan keuangan antardaerah untuk mendanai kebutuhan Daerah Otonom dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Alokasi Umum terdiri dari:
a. Dana Alokasi Umum untuk Daerah Provinsi
b. Dana Alokasi Umum untuk Daerah Kabupaten/Kota
Jumlah Dana Alokasi Umum setiap tahun ditentukan berdasarkan Keputusan
Presiden. Setiap provinsi/kabupaten/kota menerima DAU dengan besaran yang tidak
sama, dan ini diatur secara mendetail dalam Peraturan Pemerintah. Besaran DAU
dihitung menggunakan rumus/formulasi statistik yang kompleks, antara lain dengan
variabel jumlah penduduk dan luas wilayah yang ada di setiap masing-masing
wilayah/daerah.
3. Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana Alokasi Khusus adalah alokasi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
kepada provinsi/kabupaten/kota tertentu dengan tujuan untuk mendanai kegiatan khusus
yang merupakan urusan Pemerintahan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. DAK
termasuk Dana Perimbangan, di samping Dana Alokasi Umum (DAU).
4. Dana Otonomi Khusus. (Otsus)
Dana otonomi khusus adalah dana yang dialokasikan untuk membiayai pelaksanaan
otonomi khusus suatu daerah.

Daftar Pustaka
Nasir, M. S. (2019). ANALISIS SUMBER-SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH.
Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan, 4-5.

Rachmawati, K. D. (2013, 12 16). Retrieved from Kartika's blog:


http://kartikarachmawati1.blogspot.com/2013/12/jenis-jenis-pengeluaran-
pemerintah.html

Anda mungkin juga menyukai