Anda di halaman 1dari 11

ALAT EKSKRESI (GINJAL DAN PARU-PARU)

1. GINJAL
Ginjal atau ren disebut juga buah pinggang karena buahnya seperti biji buah kacang
merah. Ginjal terletak dikanan dan kiri tulang pinggang, yaitu dalam rongga perut pada
dinding tubuh dorsal. Ginjal berjumlah 2 buah, berwarna merah keunguan, dan yang kiri
terletak agak tinggi dari kanan (Guyton, 1996 dalam Aji, 2018).

(sumber: Aji, 2018) (sumber: Azmi, 2013)


Gambar 1.1 Ginjal
A. Struktur Ginjal
Berat dan besar ginjal bervariasi; hal ini tergantung jenis kelamin, umur, serta
ada tidaknya ginjal pada sisi lain. Pada orang dewasa, rata-rata ginjal memiliki ukuran
panjang sekitar 11,5 cm, lebar sekitar 6 cm dan ketebalan 3,5 cm dengan berat sekitar
120-170 gram atau kurang lebih 0,4% dari berat badan. Ginjal memiliki bentuk seperti
kacang dengan lekukan yang menghadap ke dalam. Di tiap ginjal terdapat bukaan yang
disebut hilus yang menghubungkan arteri renal, venarenal, dan ureter (Azmi, 2013).
Lapisan ginjal bagian luar disebut kulit ginjal atau korteks, sedangkan lapisan
dalam disebut sumsum ginjal atau medulla. Lapisan paling dalam berupa rongga ginjal
disebut pelvis renalis (Guyton, 1996 dalam Aji, 2018). Pada bagian medulla ginjal
manusia dapat pula dilihat adanya piramida yang merupakan bukaan saluran
pengumpul. Ginjal dibungkus oleh jaringan fibros tipis dan mengkilap yang
disebutkapsula fibrosa ginjal dan diluar kapsul ini terdapat jaringan lemak perirenal.
Di sebelah atas ginjal terdapat kelenjar adrenal. Ginjal dan kelenjar adrenal dibungkus
oleh fasia gerota (Azmi, 2013).
Saluran structural dan fungsional ginjal yang terkecil disebut nefron. Tiap
nefron terdiri atas badan malpighi yang tersusun dari kapsul bowman, glomerulus yang
terdapat dibagian korteks, serta tubulus-tubulus yaitu tubulus kontertus proksimal,
tubulus kontertus distal, tubulus pengumpul dan lengkung henle yang terdapat
dibagian medulla. Lengkung henle ialah bagian saluran ginjal yang melengkung pada
daerah medulla dan berhubungan dengan tubulus proksimal maupun tubulus didaerah
korteks. Pada orang dewasa panjang seluruh tubulus kurang lebih 7,5 sampai 15 km
(Cuningham, 2002 dalam Aji, 2018).
Nefron ginjal dapat berjumlah lebih dari satu juta buah dalam satu ginjal
normal manusia dewasa. Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut
(terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian
mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa
cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan
mekanisme pertukaran lawan arus dan ko-transpor. Hasil akhir yang kemudian
diekskresikan disebut urine. Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring
yang disebut korpuskula (atau badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran
(tubulus). Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang
disebut glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman. Setiap glomerulus mendapat
aliran darah dari arteri aferen. Dinding kapiler dari glomerulus memiliki pori-pori
untuk filtrasi atau penyaringan. Darah dapat disaring melalui dinding epitelium tipis
yang berpori dari glomerulus dan kapsula Bowman karena adanya tekanan dari darah
yang mendorong plasma darah. Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus
ginjal. Darah yang telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen (Azmi,
2013).
Ginjal dilindungi oleh lemak, dan selain itu terdapat arteri ginjal yang
menyerupai darah. Ginjal mengendalikan potensial air pada darah yang melewatinya.
Substansi yang menyebabkan ketidak seimbangan potensial air pada darah akan
dipisahkan dari darah dan diekskresikan dalam bentuk urine. Contoh : sisa nitrogen
hasil pemecahan asam amino dan asam nukleat (Cuningham, 2002 dalam Aji, 2018).
B. Fungsi Ginjal
1. Menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme tubuh
2. Mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan
3. Reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan oleh bagian
tubulus ginjal
4. Menjaga keseimbanganan asam basa dalam tubuh manusia
5. Menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan mematangkan sel-sel
darah merah (SDM) di sumsum tulang
6. Mempertahankan cairan ekstraseluler dengan cara mengeluarkan air bila berlebih
C. Tahap Pembentukan Urin
Di dalam ginjal terjadi rangkaian proses filtrasi, reabsorbsi, dan augmentasi/sekresi.
1. Penyaringan (filtrasi)
Filtrasi terjadi pada kapsul Bowmen dan glomerulus. Dinding terluar
kapsul Bowmen tersusun dari satu lapis sel epitelium pipih. Antara dinding luar
dengan dinding dalam terdapat ruang kapsul yang berhubungan dengan lumen
tubulus kontortus proksimal. Dinding dalam kapsul Browman tersusun dari sel-
sel khusus yang disebut podosit. (Thoyyibah, 2014)
Ketika darah masuk ke glomerulus, tekanan darah menjadi tinggi
sehingga mendorong air dan komponen-komponen yang tidak dapat larut
melewati pori-pori endotelium kapiler, glomerulus, kemudian menuju membran
dasar, dan melewati lempeng filtrasi, lalu masuk ke dalam ruang kapsul
Bowman. Hasil filtrasi dari glomerulus dan kapsul Bowman disebut filtrat
glomerulus atau urin primer. (Thoyyibah, 2014)
Komposisi urin primer dapat dilihat di Tabel 1.1 berikut.
Tabel 1.1 Komposisi Utama Urin Primer
Molekul Kadar per gram
Air 900
Protein 0
Glukosa 1
Asam amino 0,5
Urea 0,3
Ion organik 7,2
2. Penyerapan kembali (Reabsorbsi)
Penyarapan terjadi di tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle, dan
sebagian tubulus kontortus distal. Reabsorpsi dilakukan oleh sel-sel epitelium
diseluruh tubulus ginjal. Banyaknya zat yang di reabsorpsi tergantung kebutuhan
tubuh saat itu. Zat-zat yang direabsorpsi antara lain adalah air, glukosa, asam
amino, ion-ion Na+, K+, Ca2+, Cl-, HCO3-, HbO42- dan sebagian urea.
Reabsorpsi terjadi secara transpor aktif dan transpor pasif. Glukosa dan
asam amino direabsorpsi secara transpor aktif di tubulus proksimal. Reabsorpsi
Na+, HCO3-, dan H2O terjadi di tubulus kontotus distal.
Tahapan terjadinya reabsorpsi adalah sebagai berikut: Urin primer masuk
dari glomerulus ke tubulus kontortus proksimal. Urin ini bersifat hipotonis
dibanding plasma darah. Kemudian terjadi reabsorpsi glukosa dan 67% ion Na+
, selain itu juga terjadi reabsorpsi air dan ion Cl- secara pasif. Bersamaan dengan
itu, filtrat menuju lengkung Henle. Filtrat ini telah berkurang volumenya dan
bersifat isotonis dibandingkan cairan pada jaringan di sekitar tubulus kontortus
proksimal. Pada lengkung Henle tarjadi sekresi aktif ion Cl- ke jaringan
disekitarnya. Reabsorpsi dilanjutkan di tubulus kontortus distal. Pada tubulus ini
terjadi reabsorpsi Na+ dan air dibawah kontrol ADH (hormon autidiuretik).
Disamping reabsorpsi, di tubulus ini juga terjadi sekresi H+ , NH4+, urea,
kreatinin, dan obat-obatan yang ada pada urin. Hasil reabsorpsi ini berupa urin
sekunder yang mengandung air, garam, urea dan pigmen empedu yang berfungsi
memberi warna dan bau pada urin. (Thoyyibah, 2014)
3. Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai
terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter
adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen
empedu yang berfungsi memberi warm dan bau pada urin.
Urin sekunder dari tubulus kontortus distal akan turun menuju tubulus
pengumpu. Pada tubulus pengumpul ini masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-
, dan urea sehingga terbentuklah urin sesungguhnya. Dari tubulus pengumpul,
urin dibawa ke pelvis renalis. Dari pelvis renalis, urin mengalir melalui ureter
menuju vesika urinaria (kantong kemih) yang merupakan tempat penyimpanan
sementara urin. (Thoyyibah, 2014)
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme
(seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk
urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang
proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap
kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa
mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih
atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung
di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin
dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan
untuk mempercepat pembentukan kompos.
D. Gangguan Pada Ginjal
Ginjal manusia dapat mengalami gangguan dan kelainan, antara lain karena
serangan bakteri, tumor, abnormalitas bentuk ginjal atau pembentukan batu ginjal.
Kelainan dan gangguan fungsi ginjal antar lain sebagai berikut (Thoyyibah, 2014).
1) Nefritis
Nefritis adalah kerusakan bagian glomerulus ginjal akibat alergi racun kuman,
biasanya disebabkan oleh bakteri streptococcus. Nefritis menyebabkan seseorang
mengalami uremia dan oedema. Uremia adalah masuknya kembali asam urin dan
urea ke pembuluh darah. Oedema adalah penimbunan air di kaki karena reabsorpsi
air terganggu.
2) Batu ginjal
Batu ginjal terbentuk karena pengandapan garam kalsium didalam rongga ginjal,
saluran ginjal, atau kantong kemih.batu ginjal ini berbentuk kristal yang tidak
dapat larut. Kandungan batu ginjal adalah kalsium oksalat, asam urat, dan kristal
kalsium kalsium fosfat. Endapan garam ini terbentuk jika seseorang terlalu banyak
mengonsumsi garam mineral dan terlalu sedikit mengonsumsi air.
3) Diabetes Melitus
Diabetes melitus adalah penyakit yang muncul karena pankreas tidak
menghasilkan atau hanya menghasilkan sedikit sekali insulin. Insulin adalah
hormon yang mampu mengubah glukosa menjadi glikogen sehingga mengurangi
kadar gula dalam darah. Selain insulin juga membantu jaringan tubuh menyerap
glukosa sehingga dapat digunakan sebagai sumber energi. Diabetes melitus juga
dapat terjadi jika sel-sel hati, otot, dan lemak memiliki respons rendah terhadap
insulin. Kadar glukosa di urin dan darah penderita diabetes melitus sangat tinggi.
Ini menyebabkan sering buang air kecil, cepat haus dan lapar, serta menimbulkan
masalah pada metabolisme lemak dan protein.
4) Diabetes insipidus
Diabetes insipidus adalah suatu penyakit yang menyebabkan penderita
mengeluarkan urin terlalu benyak. Penyakit diabetes insipidus adalah kekurangan
hormon ADH. ADH ini dihasilkan oleh kelenjar hipofisis bagian belakang. Jika
kekurangan ADH, jumlah urin dapat naik 20-30 kali lipat dari keadaan normal.
Komposisi urin bervariasi tergantung jenis makanan dan minuman yang
dikonsumsi. Urin normal berwarna jernih transparan. Warna kuning muda urin
berasal dari zat warna empedu (bilirubin dan biliverdin). Urin normal pada
manusia mengandung air, urea, asam urat, amonia, kreatin, asam laktat, asam
fosfat, asam sulfat, dan klorida. Selain itu, terdapat pula garam-garam, terutama
garam dapur, zat-zat yang berlebih di dalam darah, misalnya vitamin C, dan obat-
obatan.
2. PARU-PARU
Paru-paru (Bahasa Inggris: Lung, dari kata Latin pulmones untuk paru-paru.) adalah
organ utama pada sistem pernapasan (respirasi) dan berhubungan dengan sistem peredaran
darah (sirkulasi) dan juga sistem ekskresi. Fungsinya adalah untuk menukar oksigen dari
udara dengan karbon dioksida dari darah atau sering disebut “bernapas”. Pada umumnya
paru-paru terdapat pada hewan mamalia termasuk juga manusia.
A. Struktur

(sumber: Azmi, 2013)


Gambar 2.1 Paru-Paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada (mediastinum), dilindungi oleh struktur
tulang selangka. Rongga dada dan perut dibatasi oleh suatu sekat disebut diafragma.
Berat paru-paru kanan sekitar 620 gram, sedangkan paru-paru kiri sekitar 560 gram.
Masing-masing paru-paru dipisahkan satu sama lain oleh jantung dan pembuluh-
pembuluh besar serta struktur-struktur lain di dalam rongga dada. Selaput yang
membungkus paru-paru disebut pleura. Paru-paru terbenam bebas dalam rongga
pleuranya sendiri. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura
dibagi menjadi dua yaitu:
1. Pleura visceral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang langsung
membungkus paru.
2. Pleura parietal, yaitu selaput yang melapisi rongga dada luar.
Antara kedua pleura ini terdapat ronggga (kavum) yang disebut kavum pleura.
Pada keadaan normal, kavum pleura ini hampa udara, sehingga paru-paru dapat
berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk
meminyaki permukaan pleura, menghindari gesekan antara paru-paru dan dinding
dada sewaktu ada gerakan bernafas (Buduanto, 2005).
Paru-paru kanan sedikit lebih besar dari paru-paru kiri dan terdiri atas tiga
gelambir (lobus) yaitu gelambir atas (lobus superior), gelambir tengah (lobus medius),
dan gelambir bawah (lobus inferior). Sedangkan paru-paru kiri terdiri atas dua
gelambir yaitu gelambir atas (lobus superior) dan gelambir bawah (lobus inferior).
Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil bernama segmen. Paru-paru kiri
mempunyai sepuluh segmen, yaitu lima buah segmen pada lobus superior, dan lima
buah segmen pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai sepuluh segmen, yaitu lima
buah segmen pada lobus superior, dua buah segmen pada lobus medial, dan tiga buah
segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-
belahan yang bernama lobulus. Diantara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi
oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh darah getah bening dan saraf, dalam tiap-tiap
lobulus terdapat sebuah bronkeolus. Di dalam lobulus, bronkeolus ini bercabang-
cabang yang disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus
yang diameternya antara 0,2 – 0,3 mm (Azmi, 2013).
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung (gelembung hawa, alveoli, atau alveolus). Pada gelembung inilah terjadi
pertukaran udara di dalam darah, O2masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari
darah. Gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan
luas permukaannya ± 90m2. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700juta
buah. Ukurannya bervariasi, tergantung lokasi anatomisnya, semakin negatif tekanan
intrapleura di apeks, ukuran alveolus akan semakin besar. Ada dua tipe sel epitel
alveolus. Tipe I berukuran besar, datar dan berbentuk skuamosa, bertanggungjawab
untuk pertukaran udara. Sedangkan tipe II, yaitu pneumosit granular, tidak ikut serta
dalam pertukaran udara. Sel-sel tipe II inilah yang memproduksi surfaktan, yang
melapisi alveolus dan mencegah kolapnya alveolus (Azmi, 2013).
B. Fungsi
Fungsi paru-paru adalah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida. Pada
pernapasan melalui paru-paru, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut. Pada
waktu bernapas, oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkhial ke alveoli, dan dapat
erat dengan darah di dalam kapiler pulmonaris. Hanya satu lapisan membran , yaitu
membran alveoli-kapiler, memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus
membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung.
Dari sini, dipompa di dalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-
paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95 persen
jenuh oksigen. Di dalam paru-paru, karbon dioksida adalah salah satu hasil buangan
metabolisme, menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan
setelah melalui pipa bronkhial dan trakhea, dinapaskan keluar melalui hidung dan
mulut (Azmi, 2013).
Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan. Manusia sangat
membutuhkan oksigen dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan oksigen selama 4
menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak dapat diperbaiki dan bias
menimbulkan kematian. Kalau penyediaan oksigen berkurang akan menimbulkan
kacau pikiran dan anoksia serebralis, misalnya orang bekerja pada ruangan yang
sempit, tertutup, ruang kapal, ketel uap, dll. bila oksigen tidak mencukupi maka warna
darah merahnya hilang berganti menjadi kebiru-biruan misalnya di bibir, telinga,
lengan, dan kaki (sianosis) (Azmi, 2013).
Ekskret dari paru-paru adalah CO2 dan H2O yang dihasilkan dari proses
pernapasan. Proses pengangkutan CO2 telah dibicarakan dalam proses pernapasan.
Pada prinsipnya, pengangkutan CO2 terjadi melalui tiga cara, yaitu terlarut dalam
plasma darah (7-10%), berikatan dengan hemoglobin (20%), dan dalam bentuk ion
HCO3- (70%) melalui proses berantai yang disebut pertukaran klorida. Mekanisme
pertukaran klorida adalah sebagai berikut. Darah pada alveolus paru-paru mengikat O2
dan mengangkutnya ke sel-sel jaringan. Dalam jaringan, darah mengikat CO2 untuk
dikeluarkan bersama H2O yang dikeluarkan dalam bentuk uap air. Reaksi kimia
tersebut secara ringkas dapat dituliskan sebagai berikut. CO2 +H2O H2CO3
HCO3-+H+ Ion H+ yang bersifat racun diikat oleh hemoglobin, sedangkan HCO3-
keluar dari sel darah merah dan masuk ke dalam plasma darah. Sementara iru pula,
kedudukan HCO3- digantikan oleh ion Cl- (klorida) dan plasma darah (Thoyyibah,
2014).
Sebagian udara yang dihirup oleh seseorang tidak pernah sampai pada daerah
pertukaran gas, tetapi tetap berada dalam saluran napas di mana pada tempat ini tidak
terjadi pertukaran gas, seperti pada hidung, faring dan trakea. Udara ini disebut udara
ruang rugi, sebab tidak berguna dalam proses pertukaran gas. Pada waktu ekspirasi,
yang pertama kali dikeluarkan adalah udara ruang rugi, sebelum udara di alveoli
sampai ke udara luar. Oleh karena itu, ruang rugi merupakan kerugian dari gas
ekspirasi paru-paru. Ruang rugi dibedakan lagi menjadi ruang rugi anatomik dan ruang
rugi fisiologik. Ruang rugi anatomik meliputi volume seluruh ruang sistem pernapasan
selain alveoli dan daerah pertukaran gas lain yang berkaitan erat. Kadang-kadang,
sebagian alveoli sendiri tidak berungsi atau hanya sebagian berfungsi karena tidak
adanya atau buruknya aliran darah yang melewati kapiler paru-paru yang berdekatan.
Oleh karena itu, dari segi fungsional, alveoli ini harus juga dianggap sebagai ruang
rugi dan disebut sebagai ruang rugi fisiologis (Ganong, 1998).
C. Gangguan pada Paru-Paru
a. Pneumonia (radang paru-paru)
b. Tuberkulosis (TBC)
c. Asma
d. Kanker paru-paru
e. Bronkhitis
Daftar Pustaka
Aji, W. (2018). Makalah Sistem Ekskresi Manusia. Diakses melalui htpps://www.academia.edu/
pada 29 Februari 2020
Azmi, R.A.N. (2013). Anatomi Fisiologi Manusia. Diakses melalui https://id.scribd.com/ pada
28 Februari 2020
Buduanto, A. (2005). Guidance to Anatomy II. Surakarta: Universitas Surabaya.
Ganong,W,F(1998). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed 17. Jakarta: EGC

Thoyyibah, N. (2014). Sistem Ekskresi. Diakses melalui https://www.academia.edu/ pada 28


Februari 2020

Anda mungkin juga menyukai