Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberkulosis (TBC) sampai saat ini masih merupakan salah satu
masalah kesehatan di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi
DOTS telah diterapkan.
Dalam laporan WHO tahun 2013 :
1. Diperkirakan terdapat 8,6 juta kasus TBCC pada tahun tahun 2012
dimana 1,1 juta orang ( 13%) diantaranya pasien TBCC dengan HIV
positif. Sekitar 75 % dari pasien tersebut berada di wilayah Afrika.
2. Pada tahun 2012, diperkirakan terdapat 450.000 orang yang
menderita TBC MDR dan 170.000 diantaranya meninggal dunia.
3. Meskipun kasus dan kematian TBC sebagian besar pada pria tetapi
angka kesakitan dan kematian wanita akibat TBC juga sangat tinggi.
Diperkirakan terdapat 2,9 juta kasus TBC pada tahun 2012 dengan
jumlah kematian mencapai 410.000 diantaranya adalah 160.000
wanita dengan HIV positif. Separuh dari orang yang meninggal
dengan HIV positif karena TBC pada tahun 2012 adalah wanita.
4. Pada tahun 2012 diperkirakan proporsi kasus TBC anak di antara
seluruh kasus TBC secara global mencapai 6 % (530.000 anak/tahun)
sedangkan kematian anak (dengan status HIV negative) yang
menderita TBC mencapai 74.000 kematian/tahun atau sekitar 8 %
dari total kematian yang disebabkan oleh TBC
5. Meskipun jumlah kasus TBC dan kematian TBC tetap tinggi untuk
penyakit yang sebenarnya bisa dicegah dan disembuhkan tetap fakta
juga menunjukkan keberhasilan dalam pengendalian TBC.
Peningkatan angka insidensi TBC secara global telah berhasil
dihentikan dan menunjukkan tren penurunan (turun 2 % /tahun pada
tahun 2012, angka kematian juga sudah berhasil diturunkan 45 % bila
dibandingkan tahun 1990.
Sekitar 75 % pasien TBC adalah kelompok usia produktif secara
ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TBC dewasa akan
kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3-4 bulan. Hal tersebut berakibat
kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika ia
meninggal akibat TBC maka akan hilang pendapatannya sekitar 15 tahun.
Selain merugikan secara ekonomis, TBC juga memberikan dampak buruk
lainnya secara sosial, seperti stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat.
Indonesia telah mencapai kemajuan bermakna dalam upaya
pengendalian TBC bahkan beberapa target MDG’s telah tercapai sebelum
waktu target, namun perlu diwaspadai karena masih ada beberapa
tantangan utama yang harus dihadapi agar tidak menghambat laju
pencapaian target program selanjutnya. Salah satu tantangan terbesar yang
harus dihadapi adalah masih banyaknya kasus TBC yang hilang atau tidak
terlaporkan ke program. Pada tahun 2012 diperkirakan ada pasien ada
sekitar 130.000 kasus TBC yang belum terlaporkan.
Salah satu tantangan internal yang masih dialami program
pengendalian nasional, yakni fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
belum sepenuhnya terlibat dalam program pengendalian TBC. Bersumber
data dasar provinsi pada tahun 2012, BKPM/BBKPM/RS Paru dan 98%
dari jumlah puskesmas yang ada telah menerapkan strategi DOTS.
Namun baru sekitar 38% RS (Pemerintah, BUMN, TNI, Polri dan
Swasta) yang menerapkan pelayanan dengan menggunakan strategi
DOTS.
Oleh karena itu, berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No 43 Tahun 2016, yaitu setiap orang dengan
penyakit TBC mendapatkan pelayanan TBC sesuai standar, maka setiap
rumah sakit di Indonesia wajib melakukan pelayanan TBC DOTS.
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum:
Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TBC dalam
rangka pencapaian tujuan pembangunan kesehatan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

b. Tujuan Khusus:
1. Mengadakan pelayanan Tuberkulosis yang paripurna, merata,
bermutu, dan berkeadilan sesuai dengan strategi DOTS di RSIA
Puri Betik Hati.
2. Sebagai pedoman bagi seluruh Tim TBC DOTS dan unit kerja
terkait dalam rangka pelayanan Tuberkulosis di RSIA Puri Betik
Hati.
3. Menuwujudkan pelayanan Tuberkulosisi di rumah sakit yang
terarah, terstruktur, dan tepat sasaran.
BAB 2
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Puri Betik Hati merupakan
pengembangan dari Rumah Bersalin (RB) Puri Betik Hati yang dirintis oleh
Bidan Djamiah sejak 25 Juli 1996 yang beralamat di Jl.Pajajaran No.109
Jagabaya II Kecamatan Sukabumi Bandar Lampung.
Pada awal berdiri RB Puri Betik Hati memiliki fasilitas pelayanan
pemeriksaan kehamilan (ANC) dan imunisasi bayi, kamar bersalin dan kamar
perawatan yang terdiri dari kelas I,II, dan III dengan total kapasitas 18 tempat
tidur.
Seiring dengan berjalannya waktu dan meningkatnya akan pelayanan
kesehatan masyarakat, khususnya pelayanan kesehatan Ibu dan Anak dirumah
sakit baik milik pemerintah maupun swasta dikota Bandar Lampung,
merupakan hal yang melatar belakangi RB Puri Betik Hati pada tanggal 1 Juli
2011 berkembang menjadi Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Puri Betik Hati
yang memberikan pelayanan kesehatan khususnya kesehatan Ibu dan Anak.
Sehingga diharapkan keberadaan RSIA Puri Betik Hati ini dapat memenuhi
tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan dan dapat meningkatkan kualitas
kesehatan masyarakat luas.
RSIA Puri Betik Hati dibangun atas tanah seluas 1.584 M², dengan
letak lokasi yang sangat strategis dan mudah dijangkau oleh kendaraan, baik
kendaraan pribadi maupun kendaraan umum/angkutan kota.
Konsumen RSIA Puri Betik Hati berasal dari:
1. Rujukan dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dokter spesialis anak,
bidan praktek swasta perorangan, rumah bersalin, balai pengobatan,
puskesmas di wilayah Bandar Lampung, wilayah Lampung Selatan,
wilayah Pesawaran dan sekitarnya.
2. Rujukan dari mitra-mitra asuransi dan perusahaan rekanan RSIA Puri Betik
Hati
3. Masyarakat Bandar Lampung dan sekitarnya.
Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Betik Hati memiliki 37 ruang kamar perawatan,
dengan jumlah kapasitas tempat tidur 65 tempat tidur.

No Kamar perawatan Jumlah Kamar Jumlah Tempat


Tidur

1 Presiden swite 1 1

2 VIP A 2 2

3 VIP B 8 8

4 VIP 7 7

5 Kelas I 11 20

6 Kelas II 3 9

7 Kelas III 4 16

8 Isolasi 1 2

Total 37 65
BAB 3
VISI, MISI, MOTTO RUMAH SAKIT

3.1 VISI
Menjadi Rumah Sakit terbaik dilevelnya

3.2 MISI
a. Menyelenggaran pelayanan yang bermutu, ramah, dan professional
b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara cepat, tepat dan
informatif
c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada
perkembangan teknolongi
d. Turut serta memelihara dan meningkatkan taraf kesehatan seluruh
lapisan masyarakat dengan biaya yang terjangkau
e. Meningkatkan sumber daya manusia yang berkesinambungan
sehingga mampu bersaing di tingkat nasional

3.3 MOTTO
Kami peduli dengan kesehatan dan kenyamanan anda
BAB 4
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT

Struktur Organisasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Betik Hati
dipimpin oleh seorang Direktur Rumah Sakit yang membawahi Kabag
Keuangan, Kabag Umum dan PSD, Kabid Yanmed. Direktur RSIA Puri Betik
Hati memiliki koordinasi dengan Komite Medis, Komite Keperawatan, Komite
Nakes lain, Komite PPI, Komite Etik dan Hukum. Struktur organisasi terlampir.
BAB 5
STRUKTUR ORGANISASI TIM TB DOTS

Direktur

Ketua Tim

Sekertaris

Anggota
Dokter spesialis penyakit dalam,
dokter spesialis kebidanan, dokter
umum, perawat, petugas farmasi,
dan petugas laboratorium
BAB 6
URAIAN JABATAN

6.1 Direktur RSIA Puri Betik Hati


Uraian tugas Direktur RSIA Puri Betik Hati
1. Membentuk Tim DOTS Rumah Sakit Umum Daerah Kalideres
melalui Surat Keputusan;
2. Bertanggung jawab dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap
penyelenggaraan pelayanan Tuberkulosis;
3. Bertanggung jawab terhadap tersedianya fasilitas sarana dan prasarana
termasuk anggaran yang dibutuhkan;
4. Mengesahkan Standar Prosedur Operasional ( SPO ) untuk pelayanan
Tuberkulosis
6.2 Ketua Tim DOTS
Uraian tugas Ketua Tim DOTS:
1. Sebagai koordinator tim DOTS
2. Melaksanakan fungsi perencanaan program dan pelayanan
Tuberkulosis
3. Merencanakan dan mengusulkan peralatan, barang habis pakai dan
obat-obatan sesuai kebutuhan medis di pelayanan DOTS.
4. Menyusun program pengembangan dan pelatihan untuk seluruh staf
di Unit Poliklinik DOTS.
5. Menyusun rencana kegiatan tiap tahun di Unit Poliklinik DOTS.
6. Mengadakan rapat bulanan tim DOTS
7. Melakukan pemeriksaan pasien TBC di poliklinik DOTS
8. Membuat Alur, Standar Prosedur Operasional (SPO), Kebijakan dan
pedoman lainnya tentang TBC dan poliklinik DOTS di RSIA Puri
Betik Hati
9. Bertanggung jawab tentang pengobatan pasien TBC sesuai DOTS
6.3 Sekretaris Tim DOTS
Uraian tugas Sekretaris Tim DOTS:
1. Sebagai koordinator unit poliklinik DOTS di RSIA Puri Betik Hati
Memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan semua kegiatan
pelaksanaan pelayanan keperawatan di Unit Poliklinik DOTS.
2. Merencanakan kebutuhan tenaga kerja perawat dan penunjangnya.
3. Merencanakan dan mengusulkan peralatan, barang habis pakai dan
obat-obatan sesuai kebutuhan medis di Unit Poliklinik DOTS
4. Memantau pemeliharaan alat-alat inventarisasi
5. Memberikan bimbingan dan arahan teknis pekerjaan kepada perawat
lain di Unit Poliklinik DOTS secara berkesinambungan
6. Membuat laporan bulanan
7. Menerima usulan dan keluhan yang timbul dari perawat dan
penunjang lain di Unit Poliklinik DOTS
8. Membantu melaksanakan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai
kemampuan
9. Bertanggung jawab terhadap pencatatan, monitoring dan evaluasi
pengobatan pasien TBC termasuk pelacakan pasien loss to follow up.

6.4 Dokter Pelaksana Harian


Uraian tugas dokter pelaksana harian:
1. Melakukan pemeriksaan dan analisis medis terhadap pasien baru
maupun pasien lama sesuai dengan prosedur yang berlaku
2. Memberikan edukasi dan konseling tentang masalah kesehatan
pasien
3. Melakukan monitoring dan evaluasi status pengobatan pasien
4. Melakukan pencatatan dan pelaporan diagnosis, pemeriksaan, dan
pengobatan pasien
5. Melakukan manajemen efek samping obat sesuai dengan kompetensi
6. Membantu koordinasi konsultasi medis kepada dokter spesialis
6.6 Pelaksana Keperawatan
Uraian tugas pelaksana keperawatan:
1. Menyiapkan fasilitas dan peralatan yang diperlukan untuk kelancaran
pelayanan di Unit Poliklinik DOTS dan memudahkan pasien dalam
menerima pelayanan.
2. Menerima pasien baru maupun pasien lama sesuai prosedur yang
berlaku.
3. Mengkaji kebutuhan dan masalah kesehatan pasien sesuai batas
kemampuannya.
4. Melaksanakan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuannya secara optimal.
5. Menyiapkan dan membantu pasien untuk pemeriksaan dokter.
6. Mendampingi pasien yang dirujuk sesuai kebutuhan untuk
pemeriksaan diagnostik, tindakan pengobatan dan perawatan
lanjutan.
7. Membuat pencatatan dan pelaporan tentang dokumen asuhan
keperawatan Poliklinik DOTS, Rekam Medis, Formulir Bantu TBC
dan administrasi keuangan.
8. Memelihara peralatan keperawatan dan medis supaya dalam keadaan
siap pakai.
9. Mengikuti pertemuan berkala untuk membahas masalah-masalah
yang timbul di Unit Poliklinik DOTS, pelatihan dan pengembangan
serta bimbingan dalam rangka meningkatkan kinerja Unit Poliklinik
DOTS.
6.7 Laboratorium
Uraian tugas penanggung jawab petugas laboratorium:
1. Memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan semua kegiatan
pelaksanaan pelayanan TBC di Unit Laboratorium.
2. Mengikuti pertemuan berkala untuk membahas masalah-masalah
yang timbul di Unit Laboratorium berkaitan dengan TBC.
3. Mengikuti pelatihan dan pengembangan serta bimbingan dalam
rangka meningkatkan kinerja dalam hal TBC di Laboratorium.
4. Mencatat data pasien di Formulir Bantu TBC (TBC04)
5. Melakukan pemeriksaan BTA dan Tes Cepat Molekuler sesuai
standard prosedur operasional

6.8 Farmasi
Uraian tugas penanggung jawab petugas farmasi:
1. Memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan semua kegiatan
pelaksanaan pelayanan TBC di Unit Farmasi.
2. Mengikuti pertemuan berkala untuk membahas masalah-masalah
yang timbul di Unit Farmasi berkaitan dengan TBC.
3. Membuat perencanaan permintaan Obat (OAT dan non OAT) dan
alat kesehatan berhubungan dengan TBC.
4. Mengikuti pelatihan dan pengembangan serta bimbingan dalam
rangka meningkatkan kinerja dalam hal TBC di Unit Farmasi.
Mengatur penyimpanan dan persediaan Obat (OAT dan non OAT) di
RSIA Puri Betik Hati agar tidak rusak
BAB 7
TATA HUBUNGAN KERJA

Pelayanan Tuberkulosis di RSIA Puri Betik Hati dilaksanakan dengan


cara menguatkan koordinasi di jejaring internal dan eksternal
7.1 JEJARING INTERNAL
Jejaring internal adalah jejaring antara semua unit terkait di
dalam rumah sakit yang menangani kasus tuberkulosis. Pasien
datang dari VK, IGD, OK, Rawat Inap dan Polilklinik bila
terdapat tanda-tanda TB (batuk) maka pasien di berikan masker,
selanjutnya pasien akan di arahkan ke TIM TB DOTS
selanjutnya oleh dokter akan dilakukan pemeriksaan Sputum
BTA (SPS), Mantok tes, radiologi.
7.2 JEJARING EKSTERNAL
Jejaring eksternal adalah jejaring yang dibangun antara
fasyankes rujukan dengan sesama fasyankes dan institusi lain
terkait penatalaksana pasien TB yang di fasilitasi oleh Dinas
Kesehatan setempat.
Tujuan jejaring ekternal
1. Semua pasien tuberkulosisi mendapat pelayanan yang
bermutu mulai dari penemuan diagnosis, pemeriksaan
pemantauan dan tindak lanjut pengobatan sampai dengan
akhir pengobatan
2. Menjamin keberhasilan pengobatan dan keteraturan
pengobatan pasien sampai tuntas.
ALUR PAELAYANAN PASIEN TUBERKULOSIS RSIA PURI BETIK HATI

Poli Laboratorium
(Sputum BTA (SPS) &
Pasien IGD Darah)
Tersangka Pengambilan
Datang VK/OK TB Radiologi(Thorax Foto) sputum

Rawat Inap Mantoux Test

Pemeriksaan dahak
mikroskopik

Pasien dan keluarga di


transfer ke Unit DOTS
untuk KIE & pengobatan
OAT 1 kali

Rujuk ke FKTP
BAB 8
SARANA PRSARANA

8.1 DENAH RUANGAN

JENDEL
A

F TEMPAT TIDUR
A PERIKSA
N

W
A
S
T
p p A
F
MEJA E
L
KONSELING

d PINTU
r MASUK
AC

8.2 STANDAR FASILITAS


a) Ruangan Klinik ( Konsultasi dan pemeriksaan )
1. Memenuhi persyaratan pencegahan pengendalian infeksi (PPI- TB) di
rumah sakit, dimana ruang poli DOTS TB sudah dilengkapi exhaust
fan diatas lantai dibawah tempat tidur, 1 unit AC, jendela kaca yang
bisa dibuka ada terkena sinar matahari.
2. Tersedia peralatan untuk melakukan pelayanan medis TB, dimana
ruangan poli DOTS TB harus tersedia APD masker N95 untuk dokter
dan perawat, masker bedah untuk pasien.
3. Ada ruangan untuk penyelenggaraan KIE bagi pasien dan keluarga
b) Ruangan pengambilan sputum yang berada di LT 2 dekat dengan
laboratorium
c) Ruangan laboratorium ( Pengambilan specimen / sputum )
Laboratorium melakukan pemeriksaan (mikroskopik TB) melalui kerjasama
dengna FKTP
d) Ruang Perawatan (tidak ada syarat –syarat khusus kecuali persyaratan
penyebaran infeksi (kebijakan tim PPI).

8.3 DAFTAR INVENTARIS


DAFTAR ALAT JUMLAH
Tempat tidur periksa 1
Meja tulis 1
kursi 3
Tensi meter 1
Lampu baca rontogen 1
Stetoskop 1
Handschoen dyspo 1 Box
Masker Bedah & Masker N 95 1 Box & 2 Buah
Timbangan 1
Wastafel 1
Tempat sampah infeksius& non 1&1
infeksius
senter 1
Thermometer 1
Tempat Handsrub 1
Tempat tisue 1
Komputer 1
Printer 1
Telepon 1
Jam dinding 1
Meja Tindakan 1
BAB 9
PERTEMUAN /RAPAT
Rapat yang diselenggarakan oleh TIM DOTS RSIA Puri Betik Hati sebagai
berikut :
1. Rapat Rutin
Rapat diselenggarakan oleh TIM DOTS RSIA Puri Betik Hati setiap tiga
bulan dengan rincian pelaksanaan :
Tempat : Menyesuaikan
Peserta : seluruh TIM DOTS RSIA Puri Betik Hati
Materi : Evaluasi kinerja program dan pelayanan DOTS
tiap tiga bulan, serta kinerja selama 1 tahun pada rapat
akhit tahun.
2. Rapat Insidentil
Adalah rapat yang diselenggarakan sewaktu-waktu diluar jadwal rapat
rutin jika ada suatu hal yang perlu dibahas segera.
BAB 10
PELAPORAN

Tim DOTS RSIA Puri Betik Hati membuat laporan secara tertulis mengenai
pelayanan Tuberkulosis yang sudah dilakukan di rumah sakit secara rutin
berupa:

1. Laporan bulanan
Laporan bulanan dibuat secara tertulis berupa rekapan hasil pelayanan DOTS
dan kegiatan program DOTS. Dari laporan bulanan tersebut, Ketua Tim
DOTS rumah sakit akan membuat laporan triwulan (tiap 3 bulan) yang akan
dilaporkan kepada direktur.

2. Laporan tahunan
Laporan akhir tahun memuat evaluasi program kerja Tim DOTS RSIA Puri
Betik Hati yang telah dilakukan selama 1 tahun, dan menyusun ulang
program kerja Tim DOTS untuk tahun yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai