Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG PENCEGAHAN

ANEMIA TERHADAP SIKAP DALAM PENCEGAHAN ANEMIA


PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sains


Terapan Program Studi Bidan Pendidik Jenjang Diploma IV
Fakultas Ilmu Kesehatan di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun oleh :
Ranthy Dwi Meidayati
1610104390

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2017
PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG PENCEGAHAN
ANEMIA TERHADAP SIKAP DALAM PENCEGAHAN ANEMIA
PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA1

Ranthy Dwi Meidayati2, Yuni Purwati3

INTISARI

Latar Belakang: Pencegahan anemia pada remaja yang kurang baik dapat
memicu terjadinya anemia defisiensi besi yang dapat menurunkan konsentrasi dan
prestasi belajar, serta mempengaruhi produktivitas di kalangan remaja. Akibat dari
jangka panjang berkontribusi terhadap Angka Kematian Ibu (AKI), resiko kematian
maternal, prematuritas, BBLR, dan kematian perinatal.
Tujuan: Dapat diketahui pengaruh penyuluhan kesehatan tentang pencegahan
anemia terhadap sikap dalam pencegahan anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1
Yogyakarta.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain Pre eksperimental design dengan
rancangan The one group pretest-posttest design. Teknik sampling menggunakan
cluster random sampling berjumlah 38 siswi. Analisa data menggunakan uji
Wilcoxon.
Hasil: Sikap remaja putri sebelum diberikan penyuluhan dalam kategori sangat
baik 22 responden, kategori baik 14 responden, dan tidak baik 2 responden. Sesudah
diberikan penyuluhan kategori tidak baik sudah tidak ada, kategori baik 10
responden dan kategori sangat baik meningkat menjadi 28 responden. Dibuktikan
dengan hasil uji statistik Wilcoxon didapatkan hasil P-value < α yaitu P-value 0,021
< 0,05.
Simpulan dan Saran: Ada pengaruh penyuluhan kesehatan tentang
pencegahan anemia terhadap sikap dalam pencegahan anemia pada remaja putri di
SMA Negeri 1 Yogyakarta. Tenaga kesehatan dan pihak sekolah perlu meningkatkan
promosi kesehatan reproduksi remaja khususnya dalam pencegahan anemia dengan
memfasilitasi wadah disekolah seperti pembentukan PIK KRR (Pusat Informasi dan
Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja) atau wadah lain yang dapat menjawab
pertanyaan siswi terkait kesehatan reproduksi.

Kata kunci : Penyuluhan kesehatan, Sikap dalam pencegahan anemia


Daftar Pustaka : 14 buku (2007-2016), 6 Jurnal, Al - Qur’an
1
Judul Skripsi
2
Mahasiswa Program Studi Bidan Pendidik Jenjang Diploma IV Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
3
Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
EFFECT OF HEALTH SUPPLY ABOUT ANEMIA PREVENTION ON
ATTITUDES IN ANEMIA PREVENTION IN ADOLESCENT
LEARNERS OF SMA NEGERI 1
YOGYAKARTA1

Ranthy Dwi Meidayati2, Yuni Purwati3

ABSTRACT

Background: Prevention of anemia in poor adolescents can lead to iron


deficiency anemia that can reduce the concentration and achievement of learning,
and affect productivity among adolescents. Long-term outcomes contribute to
Maternal Mortality Rate (AKI), the risk of maternal death, prematurity, newborn
baby, and perinatal mortality.
Objectives: Can be known the influence of counseling this aims to determine
the effect of health education on prevention of anemia against attitudes in prevention
of anemia in young women of SMA Negeri 1 Yogyakarta.
Method: This research uses Pre experimental design with The one group
pretest-posttest design. The sampling technique using cluster random sampling
amounted to 38 female students. Analysis of the data used the Wilcoxon test.
Results: The attitude of young women before being given counseling in the
category of very good 22 respondents, good category 14 respondents, and not good 2
respondents. After being given not good category of counseling is not there, both
categories of 10 respondents and very good category increased to 28 respondents.
Evidenced by Wilcoxon statistical test results obtained results P-value < α of P-value
0.021 <0.05.
Conclusion and Suggestion: There was effect of health education on
prevention of anemia against attitude in prevention of anemia in adolescent girls of
SMA Negeri 1 Yogyakarta. Therefore, Health personnel and the school need to
improve adolescent reproductive health promotion, especially in the prevention of
anemia by facilitating school containers such as the establishment of PIK KRR
(Center for Information and Counseling of Reproductive Health of Adolescents) or
other containers that can answer student questions related to reproductive health.

Keyword : Health education, attitude in preventing anemia


References : 14 books (2007-2016), 6 Journals, Holy Qur’an
1
Tittle
2
School of Educator Midwifery Student, Faculty of Health Sciences
Aisyiyah University of Yogyakarta
3
Lecturer Faculty of Health Sciences ‘Aisyiyah University of Yogyakarta
PENDAHULUAN mencapai 26,4% dan pada usia 15-25 tahun
Komposisi jumlah penduduk di mencapai 18,4%. Prevalensi anemia gizi
dunia terbesar adalah remaja. Perubahan besi yang terjadi pada remaja putri tahun
fisik dan psikis yang mencolok pada remaja 2013 di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
dalam melalui tahapan masa pubertas yang umur 12-19 tahun yaitu 37,0%. Gambaran
secara alami akan dilalui oleh setiap grafis memperlihatkan bahwa kejadian
individu akan berpengaruh terhadap status anemia pada remaja di Kabupaten Sleman
gizi dan status kesehatan remaja, sehingga (18,4%), Gunung Kidul (18,2%), Kota
apabila tidak tertangani dengan baik maka Yogyakarta (54,8%), Bantul (33,8%),
dapat menyebabkan gangguan kesehatan Kulonprogo (35,2%). Dari data diatas
dan gizi yang dapat menimbulkan anemia menunjukkan di Kota Yogyakarta masih
pada remaja (Badriah, 2011). tinggi kejadian anemia pada remaja dengan
WHO (World Health Organization) hasil 54,8%.
mendefinisikan bahwa anemia merupakan Pertumbuhan dan perkembangan
suatu keadaan dimana kadar hemoglobin yang terjadi pada masa remaja menyebabkan
kurang dari 12 g/dL pada perempuan yang banyak perubahan termasuk ragam gaya
berusia diatas 15 tahun dan tidak hamil. hidup, sikap dan perilaku konsumsi remaja.
Anemia defisiensi besi merupakan masalah Pada masa kini remaja seringkali mudah
gizi yang lazim di dunia dan diderita oleh tergiur oleh modernisasi dan teknologi
remaja putri lebih dari 600 juta manusia. karena adanya pengaruh informasi dan
Perkiraan prevalensi anemia defisiensi besi komunikasi. Pengetahuan yang didapatkan
secara global adalah 13,4% di Thailand dan oleh remaja selalu diabaikan, khususnya
85,5% di India (Arisman, 2010). Tiga puluh pengetahuan tentang cara mencegah anemia
enam persen (1400 juta orang) dari pada remaja putri. Hal ini akan berpengaruh
perkiraan populasi 3800 juta orang di negara pada pemenuhan kebutuhan zat gizi
sedang berkembang remaja menderita khususnya zat besi yang akan berdampak
anemia defisiensi besi, sedangkan prevalensi terjadinya anemia (Sarwono, 2009).
di negara maju hanya sekitar 8% (100 juta Dalam hal ini remaja putri
orang) dari perkiraan populasi 1200 juta memerlukan perhatian khusus dalam hal
orang (Arisman, 2010). kesehatan, karena pada masa ini merupakan
Anemia defisiensi besi merupakan masa tumbuh kembang dan persiapan untuk
salah-satu masalah gizi di dunia terutama di menjadi seorang ibu. Aktifitas sekolah,
negara berkembang termasuk Indonesia perkuliahan maupun berbagai aktifitas
yang paling sering terjadi pada remaja, organisasi dan ekstrakurikuler yang tinggi
karena kebutuhan yang tinggi untuk akan berdampak pada pola makan yang
pertumbuhan. Prevalensi anemia gizi besi di tidak teratur, selain itu sikap remaja yang
Indonesia sebanyak 72,3%, Penyebabnya selalu mengkonsumsi minuman yang
remaja putri cenderung melakukan diet menghambat absorbsi zat besi akan
sehingga dapat menyebabkan asupan zat gizi mempengaruhi kadar hemoglobin seseorang
berkurang termasuk zat besi. Selain itu (Sumadiyono, 2013). Kebutuhan zat besi
adanya siklus menstruasi setiap bulan, pada remaja putri meningkat dengan adanya
tingkat pendidikan orang tua, tingkat pertumbuhan dan datangnya menstruasi,
ekonomi, tingkat pengetahuan dan sikap sehingga pada remaja putri sangat rentan
remaja dalam mencegah anemia kurang sekali terjadi anemia defisiensi besi. WHO
seperti konsumsi Fe, Vitamin C, dan menyebutkan bahwa batasan prevalensi
lamanya menstruasi (Burner, 2012). anemia pada remaja dikatakan berat pada
Berdasarkan Riskesdas (2013), suatu populasi lebih dari 15% sudah
dilaporkan bahwa kejadian anemia adalah merupakan masalah nasional.
23,9% terjadi pada perempuan. Sedangkan Sikap remaja masa kini dalam
berdasarkan pada kriteria usia 5-14 tahun mencegah terjadinya anemia masih kurang
baik ditandai dengan asupan zat besi dan pelajaran yang relevan, memberikan
kebutuhan zat gizi yang masih kurang pada pelayanan melalui penyuluhan kepada
masa pertumbuhan. Selain itu, remaja putri remaja dalam rangka meningkatkan
memiliki sikap yang sangat memperhatikan kesehatan salah-satunya yaitu upaya
bentuk badan, sehingga banyak yang pencegahan anemia pada remaja, Pendidikan
membatasi konsumsi makan dan banyak Keterampilan Hidup Sehat (PKHS) dan
pantangan terhadap makanan seperti pada Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) (Romli,
diet vegetarian. Diet vegetarian yang sedang 2009). Sejalan dengan upaya pembangunan
trend di kalangan sebagian remaja juga nasional maka sasaran pemberian zat besi
dapat berpengaruh terhadap hormon seks, diperluas pada balita, anak remaja, dan
yang mana dalam diet ini membatasi tenaga kerja wanita dengan cara melakukan
konsumsi daging atau sama sekali tidak program suplementasi gizi melalui
memakan daging. Pada wanita yang pemberian makanan maupun produk zat gizi
melakukan diet vegetarian terjadi seperti tablet Fe dan Vitamin A.
peningkatan frekuensi gangguan siklus Pola konsumsi masyarakat masa kini
menstruasi. Hal ini disebabkan sumber besi yang masih didominasi sayuran sebagai
dari hewani mempunyai bioavailability yang sumber zat besi menjadikan salah satu
lebih tinggi dibandingkan sumber nabati penyebab kurangnya asupan zat besi.
(Mitayani, 2010). Sedangkan daging dan protein hewani lain
Pengetahuan remaja terkait dengan (ayam dan ikan) yang diketahui sebagai
cara pencegahan anemia masih kurang dan sumber zat besi yang baik jarang
banyak yang mengabaikannya. Hal ini akan dikonsumsi oleh masyarakat, sehingga hal
berpengaruh terhadap sikap dan prilaku ini menyebabkan rendahnya penggunaan
remaja dalam pencegahan terjadinya dan penyerapan zat besi (Sediaoetama,
anemia. Dampak yang terjadi pada remaja 2008).
apabila sikap dalam mencegah terjadinya Salah-satu upaya yang dilakukan
anemia yang kurang baik dapat memicu bidan sebagai tenaga kesehatan untuk
terjadinya anemia defisiensi besi yang dapat membantu dalam upaya pencegahan anemia
menurunkan konsentrasi dan prestasi pada remaja yaitu melakukan bimbingan dan
belajar, serta mempengaruhi produktivitas di penyuluhan kepada individu atau kelompok,
kalangan remaja. Akibat dari jangka panjang keluarga masyarakat dan remaja masa pra
penderita anemia gizi besi pada remaja putri nikah untuk penanggulangan masalah
yang nantinya akan hamil, maka remaja kesehatan khususnya kesehatan ibu, anak
putri tersebut tidak mampu memenuhi zat- remaja, dan keluarga agar dapat mengetahui
zat gizi pada dirinya dan pada janinnya cara untuk mencegah terjadinya anemia
sehingga jika tidak tertangani dengan baik (Isniati, 2008).
akan berlanjut hingga dewasa dan Berdasarkan justifikasi hasil data
berkontribusi besar terhadap angka kematian kadar hemoglobin pada SMA
ibu (AKI), meningkatkan terjadinya resiko muhammadiyah 3 Yogyakarta menunjukkan
kematian maternal, prematuritas, BBLR, bahwa siswi kelas X yang mengalami
dan kematian perinatal (Robertus, 2014). anemia sebanyak 16 siswi. Sedangkan di
Untuk mencegah kejadian anemia defisiensi SMA Negeri 1 Yogyakarta menunjukkan
besi, maka remaja putri perlu dibekali bahwa hasil data kadar hemoglobin pada
dengan pengetahuan dan cara mencegah siswi kelas X menunjukkan 38 siswi
anemia defisiensi besi itu sendiri (Darmadi, mengalami anemia. Oleh karena itu, peneliti
2012). tertarik untuk melakukan penelitian tentang
Strategi pemerintah dalam upaya pengaruh penyuluhan kesehatan tentang
pencegahan anemia pada remaja yaitu pencegahan anemia terhadap sikap dalam
melaksanakan penyuluhan kesehatan remaja pencegahan anemia pada remaja putri kelas
melalui integrasi materi KRR ke dalam mata X di SMA Negeri 1 Yogyakarta.
Berdasarkan hasil Studi Pendahuluan yang sebagian kecil berumur 17 tahun sebanyak 2
dilakukan di SMA Negeri 1 Yogyakarta responden (5,3%).
menunjukkan bahwa dari 10 siswi
mempunyai sikap yang kurang dalam Sikap remaja putri dalam pencegahan
mencegah terjadinya anemia, ditandai anemia sebelum diberikan penyuluhan
dengan siswi jarang untuk sarapan di pagi kesehatan
hari, jarang mengkonsumsi daging dan
sayuran hijau dan tidak mengkonsumsi Tabel 1.2 Sikap remaja putri dalam
tablet Fe pada saat menstruasi. Kondisi ini pencegahan anemia sebelum diberikan
disebabkan karena mereka belum penyuluhan kesehatan.
memperoleh informasi tentang cara
pencegahan anemia pada remaja putri. Sebelum Sikap Persentase
Frekuensi
Alasan peneliti memilih siswi kelas X remaja putri (%)
sebagai responden dalam penelitian ini Tidak Baik 10 26,3
karena siswi kelas X belum mempunyai pola Baik 19 50
kebiasaan sehari-hari yang konsisten di Sangat Baik 9 23,7
lingkungan sekolah dibandingkan kelas XI Total 38 100
dan XII. Hal ini dimaksudkan agar
pembentukan sikap yang baik dalam Pada tabel 1.2 dapat dilihat sikap
pencegahan anemia dapat lebih mudah remaja putri dalam pencegahan anemia
diterima. sebelum diberikan penyuluhan kesehatan,
paling banyak sikap dalam kategori baik
METODE PENELITIAN sebanyak 19 responden (50%), sedangkan
Penelitian ini menggunakan desain sebagian kecil sikap remaja putri dalam
pre-eksperimen (pre eksperimental design). pencegahan anemia sebelum diberikan
Populasi dalam penelitian ini seluruh siswi penyuluhan kesehatan dalam kategori sangat
kelas X SMA Negeri 1 Yogyakarta baik sebanyak 9 responden (23,7%).
sebanyak 154 siswi. Sampel penelitian Sehingga dapat disimpulkan sikap remaja
sebanyak 38 siswi. Uji statistik yang putri dalam pencegahan anemia sebelum
digunakan adalah uji Wilcoxon diberikan penyuluhan kesehatan sudah
sangat baik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden berdasarkan Sikap remaja putri dalam pencegahan
Umur Responden anemia sesudah diberikan penyuluhan
kesehatan
Tabel 1.1 Karakteristik responden Tabel 1.3 Sikap remaja putri dalam
berdasarkan umur pencegahan anemia sesudah diberikan
Frekuensi Presentase penyuluhan kesehatan
Umur
(f) (%)
15 29 76,3 Sesudah
Persentase
16 7 18,4 Sikap remaja Frekuensi
(%)
17 2 5,3 putri
Total 38 100,0 Baik 20 52,6
Sangat Baik 18 47,4
Berdasarkan tabel 1.1 hasil Total 38 100.0
penelitian tentang karakteristik responden
berdasarkan umur menunjukkan bahwa Pada tabel 1.3 dapat dilihat sikap
sebagian besar responden berumur 15 tahun remaja putri dalam pencegahan anemia
sebanyak 29 responden (76,3%), sedangkan sesudah diberikan penyuluhan kesehatan,
paling banyak sikap dalam kategori baik
sebanyak 20 responden (52,6%), sedangkan Tabel 1.5 Uji wilcoxon sikap remaja putri
sebagian kecil sikap remaja putri dalam dalam pencegahan anemia sebelum dan
pencegahan anemia sesudah diberikan sesudah diberikan penyuluhan kesehatan
penyuluhan kesehatan dalam kategori sangat
baik sebanyak 18 responden (47,4%). Wilcox P-
Sehingga dapat disimpulkan sikap remaja Pengu Min-
Mean on value
putri dalam pencegahan anemia sesudah kuran Max
t-test
diberikan penyuluhan kesehatan dalam Pretest 31-59 44,9±
kategori sangat baik. 8,6 2,986
0,003
Posttest 37-57 51,8±
Pengukuran sikap remaja putri dalam 4,9
pencegahan anemia sebelum dan sesudah
diberikan penyuluhan kesehatan Tabel 1.5 menunjukkan hasil
pengujian secara statistik didapatkan hasil
Tabel 1.4 Sikap remaja putri dalam P-value = 0,003, dibandingkan dengan nilai
pencegahan anemia sebelum dan sesudah koefisien alpha (α) = 0,05 maka P-value <
diberikan penyuluhan kesehatan α. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ha
diterima sehingga terdapat pengaruh
Sikap Sebelum Sesudah penyuluhan kesehatan tentang pencegahan
remaja anemia terhadap sikap dalam pencegahan
F % F %
putri anemia pada remaja putri Di SMA Negeri 1
Tidak baik 10 26,3 0 0 Yogyakarta.
Baik 19 50 20 52,6
Sangat PEMBAHASAN
9 23,7 18 47,4
Baik Hasil penelitian menyatakan sikap
Total 38 100 38 100,0 remaja putri dalam pencegahan anemia
sebelum diberikan penyuluhan kesehatan,
Berdasarkan tabel 1.4 Sikap remaja paling banyak kategori baik sebanyak 19
putri dalam pencegahan anemia sebelum responden (50%). Hasil ini didapat dari
penyuluhan dalam kategori sangat baik kuisoner terdapat sebagian besar responden
sebanyak 9 responden (23,7%), dalam yang menyatakan bahwa penyuluhan
kategori baik sebanyak 19 responden (50%) kesehatan sangat penting bagi dirinya,
sedangkan tidak baik sebanyak 10 karena memberikan informasi tentang
responden (26,3%). Sesudah diberikan pencegahan anemia, walaupun tidak
penyuluhan kesehatan kategori tidak baik beresiko menderita anemia. Responden
sudah tidak ada, kategori baik sebanyak 20 sebelum penyuluhan telah mengetahui
responden (52,6%) dan kategori sangat baik bahwa anemia mampu menurunkan
meningkat menjadi 18 responden (47,4%). konsentrasi, dan membuat tubuh menjadi
Analisis bivariat yang digunakan lemah. Namun responden belum mengetahui
terhadap dua variabel yang diduga makanan apa yang perlu dikonsumsi untuk
berpengaruh. Hipotesis diuji menggunakan mencegah anemia. Responden juga
uji non parametrik menggunakan wilcoxon menyatakan bahwa anemia bukanlah
yang bertujuan untuk menguji beda rata-rata penyakit yang mengkhawatikan. Responden
sebelum dan sesudah sikap remaja putri tidak merasa khawatir jika tidak
dalam pencegahan anemia. Dibawah ini mengkonsumsi hewani dan sayuran hijau.
dapat dilihat rerata sikap remaja putri dalam Hasil penelitian sebelum dilakukan
pencegahan anemia sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan memberikan maksud
diberikan penyuluhan kesehatan, dapat bahwa sikap yang dimiliki para remaja putri
dilihat pada tabel berikut : sudah dikatakan baik sebelum responden
diberikan penyuluhan. Sikap itu sendiri
merupakan kesiapan untuk bereaksi anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1
terhadap suatu objek, artinya responden Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes
sebelum diberi penyuluhan sudah adalah keluarga (p=0,035), tingkat
mengetahui beberapa kesiapan tentang pendidikan ibu (p=0,040).
pencegahan anemia. Dalam penelitian ini diketahui
Sikap yang dimiliki responden sebelum diberikan penyuluhan terdapat 10
dipengaruhi oleh umur responden yang responden memiliki sikap yang tidak baik.
masih dalam kategori remaja, berdasarkan Hal ini dapat ditunjukkan pada studi
umur menunjukkan bahwa sebagian besar pendahuluan peneliti mendapati sebanyak
responden berumur 16 tahun sebanyak 29 16 siswi mengalami anemia, menunjukkan
responden (82,9%). Pertumbuhan dan bahwa hasil data kadar hemoglobin pada
perkembangan yang terjadi pada masa siswi kelas X menunjukkan 38 siswi
remaja menyebabkan banyak perubahan mengalami anemia. Hal ini lah yang menjadi
termasuk ragam gaya hidup, sikap dan pemicu peneliti untuk meneliti pengaruh
perilaku konsumsi remaja. Hasil penelitian penyuluhan kesehatan terhadap pencegahan
ini sesuai dengan teori Sarwono (2009) anemia.
Pada masa kini remaja seringkali mudah Hasil penelitian menyatakan sikap
tergiur oleh modernisasi dan teknologi remaja putri dalam pencegahan anemia
karena adanya pengaruh informasi dan sesudah diberikan penyuluhan kesehatan,
komunikasi. Pengetahuan yang didapatkan paling banyak kategori baik sebanyak 20
oleh remaja selalu diabaikan, khususnya responden (52,6%). Pada hasil penelitian
pengetahuan tentang cara mencegah anemia yang dilihat dari kuisoner menyatakan
pada remaja putriakan berpengaruh pada bahwa terjadi peningkatan sikap remaja
pemenuhan kebutuhan zat gizi khususnya seperti responden telah mengetahui
zat besi yang akan berdampak terjadinya makanan apa saja yang perlu dikonsumsi
anemia dalam mencegah anemia, responden juga
Faktor lain yang mempengaruhi telah mengetahui mengkonsumsi makanan
pengetahuan responden salah satunya yang memiliki kandungan zat besi dapat
pengaruh media massa. Diketahui respoden mencegah anemia. Sebagian besar
memiliki pengetahuan tentang anemia yang responden mencari informasi tentang cara
sudah dimiliki karena akses media, hal ini mencegah anemia.
dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap Perubahan sikap beberapa responden
untuk mencegah anemia. Namun demikian menunjukkan bahwa penyuluhan kesehatan
responden masih tidak mengetahui makanan meningkatkan sikap pencegahan anemia.
apa yang perlu dikonsumsi untuk mencegah Hal ini dapat terjadi karena penyuluhan
anemia. Diketahui responden kurang merupakan cara menambah ilmu
mengkonsumsi makanan hewani, padahal pengetahuan dan kemampuan seseorang
menurut teori Sediaoetama (2008) daging melalui teknik praktek belajar atau instruksi
dan protein hewani lain (ayam dan ikan) dengan tujuan mengubah atau
yang diketahui sebagai sumber zat besi yang mempengaruhi perilaku manusia secara
baik jarang dikonsumsi, sehingga hal ini individu, kelompok maupun masyarakat dari
menyebabkan rendahnya penggunaan dan orang lain. Penyuluhan kesehatan
penyerapan zat besi. Hasil penelitian ini memberikan informasi yang mampu
relevan dengan penelitian Gunatmaningsih meningkatkan pengembangan kesehatan
(2007) dengan Judul Faktor-Faktor yang seseorang karena informasi tersebut mampu
Berhubungan dengan Kejadian Anemia pada meningkatkan pengetahuan yang dimiliki
Remaja Putri di SMA Negeri 1 Kecamatan responden. Hal ini dikuatkan oleh teori
Jatibarang Kabupaten Brebes, Hasil Azwar (2009) menyatakan bahwa faktor
penelitian menunjukkan bahwa terdapat yang mempengaruhi pembentukan sikap
hubungan yang signifikan dengan kejadian salah satunya yaitu pengaruh orang lain
yang dianggap penting. Orang lain yang disebabkan karena mereka belum
dianggap semisal adalah konselor atau memperoleh informasi tentang cara
penyuluh yang sesuai dengan latar belakang pencegahan anemia pada remaja putri.
keilmuan. Hasil penelitian sikap remaja putri
Keberhasilan penyuluhan kesehatan dalam pencegahan anemia sesudah
di pengaruhi oleh faktor penyuluh. Penyuluh diberikan penyuluhan kesehatan, paling
sendiri merupakan orang yang bergerak banyak kategori baik sebanyak 20
dalam bidang kesehatan, hal ini akan responden (52,6%) dalam pencegahan
memberikan pengaruh pada sikap yang anemia yang dimiliki responden dipengaruhi
dimiliki responden. Selain itu faktor umur oleh pengetahuan yang didapatkan dari
juga memberikan kontribusi meningkatkan penyuluhan kesehatan. Sehingga faktor
pengaruh terhadap perubahan sikap, umur keberhasilan dalam perubahan sikap
merupakan salah satu faktor sasaran. dipengaruhi oleh pengaruh orang lain yang
Hal ini diperkuat oleh teori didapatkan dari penyuluhan kesehatan.
Notoadmojo (2007) yang menyatakan faktor Hasil penelitian ini diperkuat oleh
yang menpengaruhi keberhasilan teori Azwar (2009) yang menyatakan
penyuluhan yaitu karena faktor penyuluh, bahwa faktor yang mempengaruhi sikap
faktor sasaran, dan faktor proses. Hasil salah satunya pengaruh orang lain yang
penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian dianggap penting. Dalam penelitian ini
Nur intan Kusuma (2014) dengan judul faktor penyuluh memberikan pengaruh
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Anemia terhadap perbuahan sikap dan keberhasilan
Pada Remaja Putri Terhadap Tingkat penyuluhan. Faktor penyuluh dengan latar
Pengetahuan Dan Sikap Dalam Mencegah belakang dibidang kesehatan mampu
Anemia Pada Siswi Kelas X SMA memberikan persepsi bahwa penyuluh
Muhammadiyah 5 Yogyakarta hasil merupakan orang yang penting.
penelitian menyatakan bahwa ada pengaruh Hasil penelitian ini diperkuat oleh
pendidikan kesehatan tentang anemia pada Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh
remaja putri terhadap tingkat pengetahuan penelitian Nur intan Kusuma (2014) dengan
dan sikap dalam mencegah anemia pada judul Pengaruh Pendidikan Kesehatan
siswi kelas X SMA Muhammadiyah 5 Anemia Pada Remaja Putri Terhadap
yogyakarta. Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Dalam
Hasil pengujian secara statistik Mencegah Anemia Pada Siswi Kelas X
didapatkan hasil P-value = 0,003, SMA Muhammadiyah 5 Yogyakarta hasil
dibandingkan dengan nilai koefisien alpha penelitian menyatakan bahwa ada pengaruh
(α) = 0.05 maka P-value < α. Hal ini dapat pendidikan kesehatan tentang anemia pada
disimpulkan bahwa Ha diterima sehingga remaja putri terhadap tingkat pengetahuan
terdapat pengaruh penyuluhan kesehatan dan sikap dalam mencegah anemia pada
tentang pencegahan anemia terhadap sikap siswi kelas X SMA Muhammadiyah 5
dalam pencegahan anemia pada remaja putri yogyakarta.
di SMA Negeri 1 Yogyakarta.
Sikap sebelum dilakukan SIMPULAN DAN SARAN
penyuluhan berdasarkan hasil Studi Simpulan
Pendahuluan yang dilakukan di SMA Sikap remaja putri dalam
Negeri 1 Yogyakarta menunjukkan bahwa pencegahan anemia sebelum diberikan
dari 10 siswi mempunyai sikap yang kurang penyuluhan kesehatan, paling banyak sikap
dalam mencegah terjadinya anemia, ditandai dalam kategori baik sebanyak 19 responden
dengan siswi jarang untuk sarapan di pagi (50%), sedangkan sebagian kecil sikap
hari, jarang mengkonsumsi daging dan remaja putri dalam pencegahan anemia
sayuran hijau dan tidak mengkonsumsi sebelum diberikan penyuluhan kesehatan
tablet Fe pada saat menstruasi. Kondisi ini
dalam kategori sangat baik sebanyak 9 DAFTAR PUSTAKA
responden (23,7%). Adnani, H. (2011). Buku Ajar Ilmu
Sikap remaja putri dalam Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta :
pencegahan anemia sesudah diberikan Nuha Medika
penyuluhan kesehatan, paling banyak sikap Ahmadi, A. (2007). Sosiologi Pendidikan.
dalam kategori baik sebanyak 20 responden Jakarta : Rineka Cipta.
(52,6%), sedangkan sebagian kecil sikap Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu
remaja putri dalam pencegahan anemia Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
sesudah diberikan penyuluhan kesehatan Utama.
dalam kategori sangat baik sebanyak 18 Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu
responden (47,4%). Pendekatan Praktek. Jakarta :
Terdapat pengaruh penyuluhan Rineka Cipta
kesehatan tentang pencegahan anemia Astuti, MP. (2013). Tingkat Pengetahuan
terhadap sikap dalam pencegahan anemia Remaja Putri Tentang Anemia Pada
pada remaja putri di SMA Negeri 1 Siswi Kelas XI Di SMA
Yogyakarta hasil pengujian secara statistik Muhammadiyah I Sragen Tahun
didapatkan hasil P-value = 0,003, 2013.
dibandingkan dengan nilai koefisien alpha digilib.stikeskusumahusada.ac.id
(α) = 0.05 maka P-value < α. Hal ini dapat [Diakses 24 Desember 2016].
disimpulkan bahwa Ha diterima sehingga Badriah, S. (2011). Sosiologi suatu
terdapat pengaruh penyuluhan kesehatan pengantar. Jakarta: Raja Grafindo
tentang pencegahan anemia terhadap sikap Bagus. (2008). Asuhan Keperawatan Dan
dalam pencegahan anemia pada remaja putri Prosedur Penelitian. Jakarta :
di SMA Negeri 1 Yogyakarta. Salemba Medika
Dahlan. (2009). Konsep Dan Penerapan
Saran Metodologi Penelitian. Yogyakarta:
Bagi remaja putri diharapkan mampu Pustaka Pelajar.
mengaplikasikan pengetahuan yang Departemen Agama RI. (2011). Al-Qur’an
diperoleh tentang pencegahan anemia dan Terjemahannya. Jakarta: Al-
dengan cara meningkatkan konsumsi besi Huda Kelompok Gema Isani
dari sumber hewani seperti daging, ikan, Dharmadi, M. (2011). Penyuluhan anemia
ayam, telur serta sayuran hijau, dan buah- Defisiensi Besi (ADB) pada remaja
buahan yang banyak mengandung vitamin C puteri di Sekolah Menengah Atas
agar dapat terhindar dari anemia pada saat Negeri 1 Bangli http://www.
sekarang maupun setelah dewasa nanti. communityhealthy.com/penyuluhan-
Bagi pihak sekolah khususnya SMA anemia-defisiensi-besi-pada-remaja-
Negeri 1 Yogyakarta diharapkan lebih puteri-di-sma-Negeri1-bangli.htm
memfasilitasi dan berupaya dalam [Diakses 24 Desember 2016].
peningkatan kesehatan reproduksi remaja Gunatmaningsih, D. (2007). Faktor-Faktor
khususnya dalam pencegahan anemia Yang Berhubungan Dengan
dengan mengadakan wadah seperti PIK Kejadian Anemia Pada Remaja Putri
KRR (Pusat Informasi dan Konseling Di Sma Negeri 1 Kecamatan
Kesehatan Reproduksi Remaja) atau wadah Jatibarang Kabupaten Brebes Tahun
lain yang dapat menjawab pertanyaan siswi 2007. Tersedia dalam :
terkait kesehatan reproduksi. http://lib.unnes.ac.id/1102/1/2676.pd
Bagi bidan perlu meningkatkan f [Diakses 24 Desember 2016]
promosi kesehatan reproduksi remaja Gupta RK., Ghimire HP.& Panta PP.
khususnya tentang pencegahan anemia pada (2013). Study of anemia in
remaja putri agar dapat membantu remaja adolescents female and effect
putri terhindar dari anemia. information, education and
communicationin rural area of
central Kathmandu Valley. Nepal
Med Coll J. 2013 Jun;15(2):129-32.
Available from http://www. ncbi.
nlm.nih.gov/pubmed/24696933.
[Accessed 24 Desember 2016]
Kusuma, N,.I. (2014). Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Anemia Pada Remaja
Putri Terhadap Tingkat
Pengetahuan Dan Sikap Dalam
Mencegah Anemia Pada Siswi Kelas
X SMA Muhammadiyah 5
Yogyakarta Tahun 2014.
https://www.google.com/search?q=K
usuma%2C+N%2C.I.+2014.+Pengar
uh+Pendidik [Diakses 12 Mei 2017].
RISKESDAS, (2013). Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan RI. Jakarta
Sarwono. (2009). Pengantar Perilaku
Manusia untuk Keperawatan.
Jakarta: EGC
Sumadiyono. (2013). Sikap dan Perilaku
Pencegahan Anemia Pada Remaja.
Jakarta : EGC
Tarwoto. (2010). Pengantar Perilaku
Manusia untuk Keperawatan. Jakarta
: EGC
Wawan A & Dewi M. (2011). Teori &
Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta :
Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai