Anda di halaman 1dari 20

HIPERTENSI

1. KONSEP MEDIS
A. Definisi
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg.
Hipertensi tidak hanya beresiko tinngi menderita penyakit jantung,
tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan
pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar
resikonya (NANDA, 2015).
B. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan.
1. Hipertensi primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui
penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu : genetik,
lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis sistem renin. Angiotensin
dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor yang
meningkatkan resiko : obesitas, merokok, alkohol polistemia.
2. Hipertensi sekunder
Penyebab yaitu : penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom
cushing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas :
1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140
mmHg dan/ atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90
mmHg.
2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar
dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompadarah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan yaitu:
No Kategori Sistolik Diastolik
(mmHg) (mmHg)
1. Optimal 120 <80
2. Normal <120-129 80-84
3. High Normal 130-139 85-85
4. Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
Grade 3 (berat) 180-209 100-119
Grade 4 (sangat berat >210 >120

C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dibungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak
akan pernah terdiagnosa jika tekan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merukan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
2. CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
3. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi
4. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu
ginjal, perbaikan ginjal
5. Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.
E. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatif, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetikolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstruksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi renspon pembuluh darahterhadap rangsang
vasokonstriktor. Individu dengan Hipertensi sangat sensitive terhadap
noepinifrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana system saraf
simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsangan
emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivits vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokontriktor pembuluh
darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah
keginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat, yang pada gilirnnya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua factor
tersebut mencetuskan keadaan hipertensi (Bruner & Suddhart, 2001).
F. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas
dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan
dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90
mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :

1. Terapi tanpa Obat


Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan
berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3) Penurunan berat badan
4) Penurunan asupan etanol
5) Menghentikan merokok
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang
mempunyai empat prinsip yaitu :
1) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain
2) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas
aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang
disebut zona latihan.
3) Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam
zona latihan
4) Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5
x perminggu
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi
meliputi :
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan
tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk
mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan
migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan
dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang
bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan,
dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat
otot-otot dalam tubuh menjadi rileks.
d. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan
hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
e. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan
tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah
komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah
kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur
hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh
Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE
ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH
BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat
diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat
ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan
memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada
pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
1) Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis,
ACE inhibitor
2) Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
a) Dosis obat pertama dinaikkan
b) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
c) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika ,
beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin,
reserphin, vasodilator
3) Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh
a) Obat ke-2 diganti
b) Ditambah obat ke-3 jenis lain
4) Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
a) Ditambah obat ke-3 dan ke-4
b) Re-evaluasi dan konsultasi
G. Masalah yang Lazin Muncul
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokontriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia
miokard.
2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral dan iskemia
3. Ketidakefektifan koping
4. Defisiensi pengetahuan
5. Ansietas
H. Discharge Planning
1. Berhenti merokok
2. Pertahankan gaya hidup sehat
3. Belajar untuk rileks dan mengendalikan stress
4. Batasi komsumsi alkohol
5. Penjelasan mengenai hipertensi
6. Jika sudah menggunakan obat hipertensi terus penggunaannya
secara rutin
7. Diet garam serta pengendalian berat badan
8. Eriksa tekanan darah secara teratur
I. Komplikasi
1) Penyakit Jantung Hipertensi
Peningkatan tekanan darah secara sistemik meningkatkan
resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri, sehingga
beban jantung bertambah. Sebagai akibatnya terjadi hipertrofi
ventrikel kiri untuk meningkatkan kontraksi. Hipertrofi ini ditandai
dengan ketebalan dinding yang bertambah, fungsi ruang yang
memburuk, dan dilatasi ruang jantung. Akan tetapi kemampuan
ventrikel untuk mempertahankan curah jantung dengan hipertrofi
kompensasi akhirnya terlampaui dan terjadi dilatasi dan payah
jantung. Jantung semakin terancam seiring parahnya
aterosklerosis koroner. Angina pectoris juga dapat terjadi karena
gabungan penyakit arterial koroner yang cepat dan kebutuhan
oksigen miokard yang bertambah akibat penambahan massa
miokard.
2) Penyakit Arteri Koronaria
Hipertensi umumnya diakui sebagai faktor resiko utama penyakit
arteri koronaria, bersama dengan diabetes mellitus. Plaque
terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah ateri koronaria
kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex.
Aliran darah ke distal dapat mengalami obstruksi secara
permanen maupun sementara yang di sebabkan oleh akumulasi
plaque atau penggumpalan.
3) Aorta disekans
Pembuluh darah terdiri dari beberapa lapisan, tetapi ada yang
terpisah sehingga ada ruangan yang memungkinkan darah
masuk. Pelebaran pembuluh darah bisa timbul karena dinding
pembuluh darah aorta terpisah atau disebut aorta disekans. Ini
dapat menimbulkan penyakit Aneurisma, dimana gejalanya adalah
sakit kepala yang hebat, sakit di perut sampai ke pinggang
belakang dan di ginjal. Mekanismenya terjadi pelebaran
pembuluh darah aorta (pembuluh nadi besar yang membawa
darah ke seluruh tubuh). Aneurisma pada perut dan dada
penyebab utamanya pengerasan dinding pembuluh darah karena
proses penuaan (aterosklerosis) dan tekanan darah tinggi memicu
timbulnya aneurisma.
4) Gagal Ginjal
Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal
yang progresif dan irreversible dari berbagai penyebab, salah
satunya pada bagian yang menuju ke kardiovaskular. mekanisme
terjadinya hipertensi pada Gagal Ginjal Kronik oleh karena
penimbunan garam dan air, atau sistem renin angiotensin
aldosteron (RAA).
5) Hipertensi dipercepat dan maligna
Pasien hipertensi dipercepat mempunyai tekanan arteri diastolic
yang meningkat disertai dengan retinopati eksudatif. Pada
hipertensi maligna, progresif lebih lanjut; fundus optikus
menunjukkan papiledema. Hipertensi maligna disertai penyakit
parenkim ginjal yang parah (misal glomerulonefritis kronik), maka
proteinuria tidak berkurang.
6) Ensefalopati hipertensi
Ensafelopati hipertensi merupakan suatu keadaan peningkatan
parah tekanan arteri disertai dengan mual, muntah dan nyeri
kepala yang berlanjut ke koma dan disertai tanda klinik defisit
neurologi. Jika kasus ini tidak diterapi secara dini, syndrome ini
akan berlanjut menjadi stroke, “ensefalopati menahun” atau
hipertensi maligna. Kemudian sifat reversibilitas jauh lebih lambat
dan jauh lebih meragukan.

2. ASUHAN KEPERAWATAN
1) Pengkajian

1. Aktivitas / istirahat

Gejala :

a. Kelemehan
b. Letih
c. Napas pendek
d. Gaya hidup monoton

Tanda :

a. Frekuensi jantung meningkat


b. Perubahan jantung meningkat
c. takipnea

2. Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung


koroner / katup, penyakit serebrovaskuler

Tanda :

a. Kenaikan TD
b. Nadi: Denyutan jelas
c. Frekuensi/ irama: takikardia, berbagai disritmia
d. Bunyi jantung: murmur
e. Distensi vena jugularis
f. Ekstermitas
g. Perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokontriksi perifer),
pengisian kapiler mungkin lambat.

3. Integritas Ego

Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,


euphoria, marah, faktor stress multiple ( hubungsn, keuangan,
pekerjaan )

Tanda :

a. Letupan suasana hati


b. Gelisah
c. Penyempitan kontinue perhatian
d. Tangisan yang meledak
e. Otot muka tegang (khususnya sekitar mata)
f. Peningkatan pola bicara.

4. Eliminasi

Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi,
riwayat penyakit ginjal )

5. Makanan / Cairan

Gejala :

a. Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi


garam, lemak dan kolestrol.
b. Mual
c. Muntah
d. Riwayat penggunaan diuretik

Tanda :
a. BB normal atau obesitas
b. Edema
c. Kongesti vena
d. Peningkatan JVP
e. glikosuria
6. Neurosensori
Gejala :
a. Keluhan pusing / pening, sakit kepala
b. Episode kebas
c. Kelemahan pada satu sisi tubuh
d. Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
e. Episode epistaksis
Tanda :
a. Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir
atau memori ( ingatan )
b. Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
c. Perubahan retinal optic
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
a. nyeri hilang timbul pada tungkai
b. sakit kepala oksipital berat
c. nyeri abdomen
8. Pernapasan
Gejala :
a. Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
b. Takipnea
c. Ortopnea
d. Dispnea nocturnal proksimal
e. Batuk dengan atau tanpa sputum
f. Riwayat merokok
Tanda :
a. Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
b. Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
c. Sianosis
9. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : Episode parestesia unilateral transien
10. Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala :
a. Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung, DM , penyakit serebrovaskuler, ginjal
b. Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
c. Penggunaan obat / alkohol
2) Diagnosa Keperawatan

N Diagnosa Rencana Perawatan


o Keperawatan Nursing Out Come Nursing Intervention
(NOC) Classification (NIC)
1 Penurunan Setelah dilakukan a. Pantau TD, ukur pada
curah jantung tindakan keperawatan kedua tangan, gunakan
berhubungan selama 3x24 jam manset dan tehnik yang
dengan diharapkan tidak tepat
peningkatan terjadi perubahan R/ untuk mengetahui
afterload, frekuensi jantung kesamaan tekanan darah
vasokontriksi, dengan kriteria hasil: dan kiri dan untuk
hipertrofi a. Tanda vital dalam memudahkan pemberian
/rigiditas rentang normal tindakan keperawatan
ventrikuler, (tekanan darah, yang tepat.
iskemia nadi, respirasi) b. Catat keberadaan, kualitas
miokard. b. Dapat mentoleransi denyutan sentral dan
aktivitas, tidak ada perifer
kelelahan R/ untuk mengetahui
c. Tidak ada edema fungsi pompa jantung
paru, perifer, dan yang dipengaruhi oleh
tidak ada asites karbondioksida dan
d. Tidak ada pengisian jantung.
penurunan c. Auskultasi tonus jantung
kesadaran dan bunyi napas
R/ SI dan S2 lemah,
karena menurunnya kerja
pompa S3 sebagai aliran
kedalam serambi yaitu
distensi. S4 menunjukkan
inkompetensi atau
sionosis katup.
d. Amati warna kulit,
kelembaban, suhu
R/ warna kulit
menunjukkan menurunnya
perfusi perifer terhadap
ketidak adekuatnya curah
jantung.
e. Berikan lingkungan
tenang, nyaman, kurangi
aktivitas, batasi jumlah
pengunjung.
R/ lingkungan yang aman
dan nyaman bisa
membantu pasien untuk
tetap mempertahankan
kebutuhan istrahat tidur.
f. Pertahankan pembatasan
aktivitas seperti istirahat
ditempat tidur/kursi
R/ membatasi aktivitas
bisa membantu beban
kerja jantung berkurang.
2 Nyeri kepala Setelah dilakukan d. Kaji nyeri pasien
berhubungan tindakan keperawatan dengan pengkajian
dengan selama 3x24 jam nyeri PQRST
peningkatan diharapkan nyeri R/ untuk mengetahui
tekanan hilang/ berkurang skala nyeri pada
Vaskuler dengan kriteria hasil: pasien
serebra dan a. Melaporkan e. Kendalikan faktor
iskemia nyeri pada skala lingkungan yang dapat
0-1 mempengaruhi respon
b. TTV dalam pasien terhadap
batas normal ketidaknyamanan
c. Ekspresi wajah (misal suhu ruangan,
tidak menahan pencahayaan, dan
nyeri kegaduhan)
R/ dengan mengontrol
lingkungan
pencahayaan, suhu
ruangan dan
kebisingan dapat
memberikan rasa
nyaman pada klien
f. Berikan teknik
relaksasi
R/ hal ini dapat
mengontrol dan
mengurangi rasa nyeri
g. Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian analgetik.
R/ pemberian
analgetik dapat
mengurangi rasa nyeri
pada klien.
3 Ketidakefektifan Setelah dilakukan a. Menginformasikan pasien
koping tindakan keperawatan untuk mengidentifikasi
selama 3x24 jam gambaran perubahan
diharapkan klien peran yang realistis
mampu menunjukkan R/ dengan memberikan
pola koping efektif informasi perubahan peran
dengan kriteria hasil: pasien dapat membantu
a. Mengidentifikasi pasien menyesuaikan diri
pola koping yang dengan peran baru
efektif b. Bantu pasien untuk
b. Mengungkapkan membuat keuntungan dan
secara verbal kerugian dari keadaan.
tentang koping R/ supaya pasien bisa
yang tidak efektif mengetahui keuntungan
c. Mengatakan dan kerugian berdasarkan
penurunan stress keadaan barunya.
d. Klien mengatakan c. Bantu pasien untuk
telah menerima identifikasi bermacam-
tentang keadaan macam nilai kehidupan
e. Mampu R/ untuk menambah
mengidentifikasi pengetahuan baru pasien
strategi tentang terhadap nilai-nilai baru
koping. dalam kehidupan.
d. Gunakan pendekatan
tenang dan meyakinkan
R/ pendekatan tenang dan
meyakinkan bisa
menciptakan kesan yang
baik untuk pasien.

4 Defisiensi Setelah dilakukan a. Jelaskan sifat penyakit


pengetahuan tindakan keperawatan dan tujuan dari
berhubungan selama 3x24 jam pengobatan dan
dengan diharapkan klien prosedur
ketidaktahuan mampu mengenal R/ agar klien dan
klien tentang tentang penyakitnya keluarga klien
penyakitnya. dengan kriteria hasil: mengatahui tujuan dari
a. Pasien dan pengobatan terhadap
keluarga penyakit yang diderita
menyatakan klien.
pemahaman b. Jelaskan pentingnya
tentang penyakit, lingkungan yang tenang,
kondisi, prognosis, tidak penuh dengan
dan program stress.
pengobatan R/ lingkungan yang aman
b. Pasien dan dan nyaman bisa
keluarga mampu mempercepat
melaksanakan penyembuhan pasien
prosedur yang karena bisa
dijelaskan secara mempengaruhi kualitas
benar istrahat pasien.
c. Pasien dan c. Diskusikan tentang obat-
keluarga mampu obatan : nama, dosis,
menjelaskan waktu pemberian, tujuan
kembali apa yang dan efek samping atau
dijelaskan perawat/ efek toksik
tim kesehatan R/ agar klien dan
lainnya. keluarga klien tahu obat
apa yang harus diminum
sesuai penyakit
dosisnya, waktu
pemberian, serta apa
efek sampingnya yang
bisa muncul.
d. Diskusikan perlunya diet
rendah kalori, rendah
natrium sesuai program
R/ dengan melakukan
diet rendah kalori dan
rendah natrium klien bisa
mengontrol makanan apa
yang perlu dikonsumsi
supaya penyembuhan
penyakit lebih cepat.
e. Berikan support mental,
konseling dan
penyuluhan pada
keluarga klien.
R/ agar klien sealu
termotivasi untuk cepat
sembuh dari
penyakitnya.

5 Ansietas Setelah dilakukan a. Kaji dan


berhubungan tindakan keperawatan dokumentasikan
dengan stres, selama 3x24 jam tingkat kecemasan
krisis diharapkan tingkat klien
situasional. kecemasan R/ untuk
berkuranmg dengan mengetahui sampai
kriteria hasil: sejauh mana
a. Tidak tingkat kecemasan
menunjukkan pasien sehingga
perilaku agresif memudahkan
b. Melaporkan penanganan/
tidak ada pemberian asuhan
manifestasi keperawatan.
kecemasan b. Kaji cara pasien
secara fisik. untuk mengatasi
kecemasan
R/ untuk
mengetahui cara
mana yang paling
efektif untuk
menurunkan atau
mengurangi tingkat
kecemasan
c. Sediakan informasi
yang aktual tentang
diagnosa medis
dan prognsis
R/ supaya pasien
dan keluarga lebih
paham terhadap
penyakit-penyakit
yang di alami oleh
anggota keluarga.
d. Ajarkan ke pasien
tentang peggunaan
teknik relaksasi
R/ untuk
mengurangi tingkat
kecemasan pada
pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah”, Edisi
8, Vol 2, Jakarta: EGC

Hardhi, Amin. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction

Judith M. Wilkinson, Prentice Hall. (2015) Nursing Diagnosis Handbook


with NIC Intervention and NOC Outcomes, Upper Saddle River,
New Jersey.

NANDA. (2012-2014). Nursing Diagnosis: Definitions and Classifications


2012-2014. Indianapolis. IN: Wiley-Blackwell. Keperawatan

Wilkinson, Judith M & Nancy. R. (2011). Buku Saku Diagnosa


Keperawatan: Diagnosa NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil
NOC, Ed. 9. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai