Lalu ada bukti selanjutnya yaitu dilihat dari kesamaan Jenis Batuan Jalur
pegunungan Appalachian yang berada di bagian timur benua Amerika Utara
dengan sebaran berarah timur laut dan secara tiba-tiba menghilang di pantai
Newfoundlands. Pegunungan yang umurnya sama dengan pegunungan
Appalachian juga dijumpai di British Isles dan Scandinavia. Kedua pegunungan
tersebut apabila diletakkan pada lokasi sebelum terjadinya pemisahan /
pengapungan, kedua pegunungan ini akan membentuk suatu jalur pegunungan
yang menerus. Dengan cara mempersatukan kenampakan bentuk-bentuk geologi
yang dipisahkan oleh suatu lautan memang diperlukan, akan tetapi data data
tersebut belum cukup untuk membuktikan hipotesa pengapungan benua
(continental drift). Dengan kata lain, jika suatu benua telah mengalami pemisahan
satu dan lainnya, maka mutlak diperlukan bukti-bukti bahwa struktur geologi dan
jenis batuan yang cocok/sesuai. Meskipun bukti-bukti dari kenampakan
geologinya cocok antara benua benua yang dipisahkan oleh lautan, namun belum
cukup untuk membuktikan bahwa daratan/benua tersebut telah mengalami
pengapungan.
Bukti selanjutnya adalah Bukti Iklim Purba (Paleoclimatic).Para ahli
kebumian juga telah mempelajari mengenai ilklim purba, dimana pada 250 juta
tahun yang lalu diketahui bahwa belahan bumi bagian selatan pada zaman itu
terjadi iklim dingin, dimana belahan bumi bagian selatan ditutupi oleh lapisan es
yang sangat tebal, seperti benua Antartika, Australia, Amerika Selatan, Afrika,
dan India. Wilayah yang terkena glasiasi di daratan Afrika ternyata menerus
hingga ke wilayah ekuator. Akan tetapi argumentasi ini kemudian ditolak oleh
para ahli kebumian, karena selama perioda glasiasi di belahan bumi bagian
selatan, di belahan bumi bagian utara beriklim tropis yang ditandai dengan
berkembangnya hutan rawa tropis yang sangat luas dan merupakan material asal
dari endapan batubara yang dijumpai di Amerika bagian timur, Eropa dan Asia.
Pada saat ini, para ahli kebumian baru percaya bahwa daratan yang mengalami
glasiasi berasal dari satu daratan yang dikenal dengan super-kontinen Pangaea
yang terletak jauh di bagian selatan dari posisi saat ini. Bukti-bukti dari Wegener
dalam mendukung hipotesa Pengapungan Benua baru diperoleh setelah 50 tahun
sebelum masyarakat ahli kebumian mempercayai kebenaran tentang hipotesa
Pengapungan Benua.
Lalu selanjutnya ada bukti dari Medan Magnet Purba (Paleomagnetism) di
Zona Pemekaran Samudra. Afred Wegener meninggal pada tahun 1930, dan pada
saat itu masih ada orang yang meragukan konsep Continental Drift yang beliau
usulkan. Setelah beliau meninggal, kawan-kawan setianya terus memperjuangkan
konsep tersebut. Pada tahun 1950-an, dimulailah suatu penelitian tentang medan
magnet purba yang dikenal dengan istilah Paleo-Magnetik. Paleo-Magnetik
merupakan ilmu yang mempelajari arah medan magnet bumi purba yang terekam
dalam batuan selama proses pendinginan batuan tersebut. Pada tahun 1960-an, para
ilmuan mulai mengkaji Paleo-Magnetik yang terekam pada lempeng samudra di
samudra Atlantik. Dari penelitian tersebut ditemukan beberapa seri arah medan
magnet bumi purba yang sama. Kesamaan berada pada sisi yang berlawanan dari
tengah-tengah zona pemekaran samudra (seafloor spreading).
Arah polarisasi medan magnet bumi purba yang didapatkan di batuan di dasar samudra pada zona pemekaran samudra
(Sumber: Kious. J.W, dan Tilling. R.I., 1996)