Anda di halaman 1dari 5

Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Selasa/29 Januari 2019

Penyakit Bakterial dan Mikal Waktu : 14.30 – 17.00 WIB


Dosen : Dr. drh. Safika, M.Kes

MASTITIS

Disusun oleh:
Nur Lailatul Arofah B04160116
Friselsa Pardede B04160119
Reza Rachmasari B04160120

Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan


Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner
Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Susu merupakan salah satu bahan pangan hewani yang mengandung nilai
gizi yang baik untuk dikonsumsi manusia. Namun, hampir semua komponen pada
susu juga merupakan nutrisi yang disenangi mikroba untuk tumbuh. Bakteri yang
terdapat pada susu berasal dari sapi dan lingkungannya. Kualitas susu akan
menurun jika terdapat bakteri pembusuk didalamnya.Susu mengandung
vitamin,sitrat, dan enzim.Susu sapi yang baik memiliki warna putih kekuningan
dan tidak tembus cahaya. Warna susu dipengaruhi oleh jenis sapi, jenis
pakan,jumlah lemak susu,dan persentase zat didalamnyaSusu juga memiliki kadar
air dan protein yang tinggi sehingga memungkinkan mikroba tumbuh.
Pada keadaan normal jumlah mikroflora adalah 103CFU/mL susu.
Sedangkan pada sapiyang terjangkit radang (masitis) dapat dijumpai bakteri jenis
Corybacterium, Staphylococcus sp, Streptococcus sp, dan Enterobacteriaceae
yang jumlahnya dapat mencapai 105 CFU/mL susu. Apabila kontaminasi berasal
dari lingkungannya (tanah, rumput, dan pakan), jumlah mikroba dalam susu dapat
mencapai lebih dari 106 CFU/mL (Winiati dan Nurwitri:2012). Infeksi mastitis
dapat disebabkan oleh inflamasi kelenjar atau puting susu hewan ternak oleh
bakteri patogen atau campuran beberapa bakteri patogen.Bakteri yang sering
menyebabkan mastitis pada sapi perah misalnya beberapa spesies streptokoki
yang bersifat hemofilik,stapilokoki yang bersifat koagulase positif, kadang-
kadang pseudomonas,koliform dan beberapa basili gram negatif lainnya.
Staphylococcus aureus (S. aureus ) merupakan salah satu penyebab utama
mastitis pada sapi perah yang menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar
akibat penurunan produk air susu. Berdasarkan uji sensitifitas terhadap berbagai
antibiotic diketahui bahwa sebagian besar S. Aureus telah resisten terhadap
oksasilin (87,5%) dan eritromisin (71,97%) dan ada beberapa isolate yang juga
resisten terhadap tetrasiklin (37,46%), ampisillin (25%) dangentamisin (21,87%)
(Salasia dkk 2005) Berdasarkan sifat resistensi S. Aureus terhadap antibiotik
tersebut, menunjukkan bahwa pengobatan mastitis dengan berbagai antibiotik
tidak efektif lagi, sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan secara tepat.

1.2 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui cara pengujian susu dari
sapi yang terkena mastitis. Selain itu praktikum ini bertujuan agar mahasiswa
mampu mengindentifikasi jenis-jenis bakteri yang dapat menjadi sumber
kontaminasi pada susu.
BAB II
METODOLOGI

2.1 Tempat dan Waktu Praktikum


Percobaan dilakukan di RP Kitwan 1, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut
Pertanian Bogor. Waktu pelaksanaan praktikum pada hari Selasa, 29 Januari
2019pukul 14.30 – 17.00 WIB.

2.2 Alat dan Bahan :


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah osce needle, gelas objek,
mikroskop, bunsen, korekapi, kapas, sumbat kapas, rak tabung reaksi, tabung
reaksi, spidol permanent, tabung efendorf dan kain lap. Sedangkan bahan yang
digunakan dalam praktikum kali ini adalah susu, KOH, Aquades, alkohol,
etanol, kristal violet, lugol, safranin, emersi, xylol, H2O2, MSA, BA, plasma
kelinci, sabun, dan glukosa.

2.3 Metode Percobaan

Gram positif

Kokus Batang

Ujikatalase

Susunan bergerombol Susunan berantai


Katalase positif Katalase negatif
Famili Micrococcaceae Famili Stretococcaceae

Ujifermentasiglukosa
(Mikroaerofilik)

(-)
(+) Micrococcus sp.
Staphylococcus sp.

Koagulase positif Koagulase negatif


Staphylococcus aureus Staphylococcus non-patogen
Staphylococcus intermediaus
Staphylococcus hyicus

α hemolytic βhemolytic γ hemolytic


Streptococcus Streptococcus equi Streptococcus faecalis
agalactice
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Morfologi bakteri dengan pewarnaan Gram di bawah mikroskop


menunjukkan bakteri berbentuk bulat(kokus), tidak berspora, dan tersusun
bergerombol serta berwarna biru menunjukkan sampel bakteri merupakan bakteri
gram positif. Sementara itu, hasil uji katalase adalah positif. Oleh karena itu,
bakteri ini termasuk kedalam family Micrococcaceae. Bakteri dapat merupakan
genus Staphylococcus atau Micrococcus.
Staphylococcus merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat biasanya
tersusun dalam bentuk kluster (menggerombol) yang tidak teratur seperti anggur
(Grahatika2009). Menurut Dewi (2013), fungsi uji katalase pada bakteri
berbentuk kokus adalah untuk membedakan antara staphylococcus dan
streptococcus, dimana kelompok staphylococcus bersifat katalase positif. Katalase
merupakan enzim yang mengkatalisa penguraian hydrogen peroksida menjadi
H2O dan O2. Semua galur staphylococcus adalah katalase positif.

Gambar 1 Pewarnaan Gram Gambar 2 Pembiakan pada agar darah

Pertumbuhan bakteri pada lempengan agar menghasilkan koloni seperti


Gambar 2. Koloni bakteri gram positif ini berbentukbulat, berukurankecil,
memilikipermukaanhalus, berwarnaputihkeabu-abuan, danbersifattembuscahaya
(translusen), sertatepikoloni rata. Bakteri ini tidak menghasilkan zona hemolisis
(hemolisis gamma) pada media agar darah.

Gambar 3 Fermentasi Glukosa Gambar 4 Pembiakanpada MSA Gambar 5 Ujikoagulase

Hasil fermentasi glukosa menunjukkan perubahan warna pada media,


yaitu warna merah menjadi kuning (lihat Gambar 3). Genus Micrococcus tidak
akan memfermentasi glukosa sehingga warna media akan tetap berwarna merah.
Oleh karena itu, bakteri ini merupakan genus Staphylococcus. Staphylococcus
tumbuh dengan baik pada berbagai media bakteriologi dibawah suasana aerobic
atau mikro aerofilik dan dapat memfermentasi karbohidrat, serta menghasilkan
bermacam-macam pigmen dari warna putih hingga kuning (Dewi 2013).
Hasil pembiakan bakteri pada media Mannitol Salt Agar (MSA)
menghasilkan koloni bakteri berwarna kuning (lihat Gambar 4). Selain itu, hasil
uji koagulase bersifat positif pada plasma darah kelinci (lihat Gambar 5).
Pembiakan bakteri di media MSA dan uji koagulase dapat membedakan
Staphylococcus yang bersifat pathogen dari Staphylococcusnon patogen. Genus
Staphylococcus pathogen di bidang kedokteran veteriner, yaitu S. aureus, S.
intermedius, S. hyicus. Uji koagulase bertujuan untuk mengetahui kemampuan
bakteri menghasilkan enzim koagulase. Produksi koagulase adalah kriteria yang
paling umum digunakan untuk identifikasi sementara S. aureus. Koagulase
merupakan protein ekstraseluler yang dihasilkan oleh S. aureus yang dapat
menggumpalkan plasma dengan bantuan factor yang terdapat dalam serum (Dewi
2013).

BAB VI
PENUTUP

Simpulan

Hasil yang diperoleh pada isolasi dan identifikasi bakteri yang


menyebabkan mastitis meliputi, bakteri bersifat gram positif pada agar miring
berwarna krem, pada agar darah tidak menghemolisis agar darah, uji katalase
positif, uji fermentasi positif, uji koagulase positif dan uji MSA positif.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bakteri penyebab mastitis adalah
Staphylococcus aureus.

Daftar Pustaka

Dewi AK. 2013. Isolasi, identifikasi dan uji sensitivitas Staphylococcus aureus
terhadap amoxicillin dari sampel susu kambing peranakan ettawa (PE)
penderita mastitis di wilayahGirimulyo, Kulonprogo, Yogyakarta. Jurnal
Sain Veteriner. 31(2): 145-148.

Grahatika R. 2009.Identifikasi dan pemeriksaan jumlah total bakteri pada susu


sapi di kabupaten Karang anyar [skripsi]. Surakarta (ID): Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Rahayu, P Winarti dan CC Nurwitri. 2012. Mikrobiologi Pangan. Bogor (ID) :


IPB Press

Salasia O.I.S, Wibowo H.M, Khusnun. 2015. Karakterisasi Fenotive Isolat


Staphylococcus aureus Dari Sampel Susu Sapi Perah Mastitis Subklinis.
Bagian Patologi Klinik. Fakultas Kedokteran Hewan UGM. Jurnal Sain
Veteriner. 23(2): 36-39

Anda mungkin juga menyukai