Anda di halaman 1dari 21

BAB II Konsep Dasar Perencanaan

BAB II
KONSEP DASAR PERENCANAAN

2.1 SUMBER AIR


Sekalipun air jumlahnya relatif konstan, tetapi air tidak diam melainkan
bersirkulasi akibat pengaruh cuaca sehingga terjadi siklus yang disebut siklus
hidrologi. Siklus hidrologi ini terjadi dari air yang menguap akibat panasnya
matahari. Penguapan ini terjadi pada air permukaan, air yang berada pada lapisan
tanah bagian atas, air yang ada dalam tumbuhan, hewan dan manusia. Uap air ini
memasuki atmosfer, di atmosfer uap ini akan menjadi awan dan dalam kondisi
cuaca tertentu dapat mendingin dan berubah bentuk menjadi tetesan air dan jatuh
kembali ke permukaan bumi sebagai hujan.air hujan ini akan mengalir masuk
kedalam air permukaan, ada yang meresap ke dalam tanah dan menjadi air tanah
baik dangkal maupun dalam, ada yang diserap oleh tumbuhan. Air tanah dalam
akan timbul ke permukaan sebagai mata air dan menjadi air permukaan. Air
permukaaan bersama-sama air tanah dangkal dan air yang berada dalam tumbuhan
akan menguap kembali menjadi awan, maka siklus hidrologi kembali berulang.
Dari siklus hidrologi dapat dilihat adanya berbagai sumber air yang dapat pula
diperkirakan kuatitasnya secara sepintas. Sumber-sumber air tersebut adalah air
permukaan yang merupakan air sungai dan danau, air tanah yang tergantung
kedalamannya bisa disebut air tanah dangkal atau air tanah dalam serta mata air,
air angkasa yaitu air yang berasal dari atmosfer seperti hujan dan salju.

Sebelum Perang Dunia II bagi kota-kota di Indonesia untuk keperluan air


minumnya diambil dari mata air. Akibat pertambahan penduduk yang terus
meningkat, pemenuhan kebutuhan air minum yang berasal dari mata air tidak
mampu mencukupi masyarakat. Kemudian perhatian akan kebutuhan air minum
dialihkan ke sungai-sungai, kemampuan dari sungai terbatas pula. Hanya sungai-
sungai dengan debit besar yang mampu mencukupi kebutuhan air bagi
masyarakat, sedangkan sungai dengan debit yang kecil tidak mampu mencukupi

Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum KTL-425


Abdul Hafiz Setiadi 25-2006-020 II- 1
BAB II Konsep Dasar Perencanaan

kebutuhan masyarakat. Kebutuhan akan air minum terus meningkat dari tahun ke
tahun, sedangkan sumber air berkurang setiap tahunnya. Maka harus diupayakan
mencari sumber air lainnya disamping sumber mata air dan sungai.
Tabel 2.1 Keterdapatan Air di Bumi
Area % terhadap
Volume
No Tempat (106 % terhadap total air
3 (103 km3)
km ) total air tawar
1 Laut 361.3 1.338.000 96.5376
2 Air tanah
a. Tawar 134.8 10.53 0.7594 30.061
b. Asin 134.8 12.87 0.9286
3 Soil Moisture 82 16.5 0.0012 0.047
4 Es di kutub 16 24.023 1.7333 65.581
5 Glasier & Salju 0.3 340.6 0.0246 0.972
6 Danau
a. Tawar 1.2 91 0.0066 0.26
b. Asin 0.8 85.4 0.0062
7 Rawa 2.7 11.47 0.0008 0.033
8 Sungai 148.8 2.12 0.0002 0.006
Air pada
9 vegetasi 510 1.12 0.0001 0.003
10 Air di udara 510 12.9 0.0009 0.37
Sumber : Unesco, op.cit Vet Te Chow. 1978
Secara garis besar ada 3 sumber air yang dapat dimanfaatkan sebagai air
baku antara lain :
a. Air Tanah
Berdasarkan White tahun 1957, ada 5 sumber air tanah antara lain :
o Air Juvenil
Air yang berasal dari proses pembekuan larutan magma dan bukan
merupakan bagian dari hidrosfer.
o Air Meteorik
Air yang berasal dari siklus hidrologi (air hujan).
o Air Konnat
Disebut juga air fosil yaitu air meteorik yang terperangkap oleh proses-
proses geologi seperti penurunan muka air laut.

Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum KTL-425


Abdul Hafiz Setiadi 25-2006-020 II- 2
BAB II Konsep Dasar Perencanaan

o Air Metamorfik
Merupakan salah satu bagian dari konnat, terjadi akibat proses
rekristalisasi mineral yang mengandung air selama proses pembentukan
batuan metamorf.
o Air Magmatik
Air yang berasal dari pembekuan larutan magma dan bercampur dengan
air meteorik.
Sebagian dari air hujan dapat berperkolasi ke bawah permukaan tanah
mencapai muka air tanah. Air tanah ini akhirnya dapat mengalir masuk ke
dalam sungai sebagai aliran air tanah yang juga disebut aliran dasar atau
aliran musim kering. Kondisi ini terjadi bila aliran air tanahnya memotong
alur-alur sungai di daerah aliran yang bersangkutan.
Air tanah ini terbagi atas 3 lapisan yaitu :
i. Air tanah dangkal
Pemanfaatan air tanah dangkal (kurang dari 15 m) untuk memenuhi
keperluan rumah tangga akan air minum sudah cukup atau umum
dilakukan. Di daerah dataran umumnya didapat cukup air tanah
dangkal dan bila tidak ada sumber air lainnya merupakan sumber
utama dan sebagian besar mengeksploitirnya dengan jalan membuat
sumur. Air tanah dangkal ini terjadi karena daya proses peresapan air
dari permukaan tanah, sehingga air tanah dangkal ini banyak
mengandung zat-zat kimia karena lapisan tanah yang dilaluinya
mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk setiap lapisan yang
dilaluinya.
ii. Air tanah dalam
Berdasarkan peraturan yang berlaku, untuk mengeksploitir air tanah
dalam (lebih dalam dari 15 m) harus mendapat izin dari pemerindah
setempat. Untuk mendapatkan air tanah dalam ini harus dilakukan
penelitian dan pengujian sebalum dilakukan pemboran, penelitian dan
pengujian ini dilakukan oleh Direktorat Geologi. Untuk mengetahui

Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum KTL-425


Abdul Hafiz Setiadi 25-2006-020 II- 3
BAB II Konsep Dasar Perencanaan

banyaknya air di suatu tempat yang akan dipompa, maka digunakan


rumus sebagai berikut :
2rKa
Q  H  h
log R  log r

Q = debit atau banyaknya air yang diperoleh (m3/d).


K = koefisien tanah (menurut flage).
a = tebal lapisan tembus air (m).
H = tinggi naiknya air dalam sumur (atau pipa bor) (m).
h = tinggi air dalam sumur setelah dilakukan pemompaan
dengan Q tetap (m).
R = jari-jari yang menunjukkan jauhnya permukaan
penurunan air (m).
r = jari-jari sumur (5 – 15 cm

Tabel 2.2 Koefisien tanah K menurut Flugge


Jenis tanah Besarnya K
Pasir darat 0.0002
Pasir mengandung Lumpur 0.0008
Pasir sungai dari 0.1-0.3 mm 0.0025
Pasir sungai dari 0.3-0.8 mm 0.0088
Kerikil dari 2-4 mm 0.03
kerikil dari 4-7 mm 0.035

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan suatu


sumur bor :
o Diameter sumur
- Besaran diameter casing pipa yang digunakan
- Jenis casing yang digunakan biasanya PVC
atau Low Carbon
o Kedalaman sumur
- Tergantung pada berapa lapisan akifer yang
akan digunakan dan jenis akifernya

Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum KTL-425


Abdul Hafiz Setiadi 25-2006-020 II- 4
BAB II Konsep Dasar Perencanaan

o Screen
- Tempat masuknya air pada lubang bor
berfungsi juga sebagai filter supaya material dari formasi tidak
ikut terbawa oleh pompa
o Gravel pack
- Material kasar buatan yang ditempatkan
disekitar screen yang berguna untuk mempermudah air
dipompa karena material-material pada akifer akan tertahan
pada gravel pack
- Mencegah agar lubang bor stabil atau tidak
mudah runtuh
- Berfungsi sebagai filter alami
o Pompa
- Alat untuk menghisap air dari lubang bor ke
atas permukaan tanah
o Grouting
- Suatu lapisan buatan yang berfungsi untuk menahan runtuhan
dari dinding di sisi lubang bor
iii. Mata air
Pengamatan karakteristik air tanah dapat dilakukan berdasarkan
kemunculannya di permukaan, secara alami kemunculannya
dipermukaan berupa suatu mata air. Jenis mata air dapat dibagi dalam
4 jenis (Bryant, 1919 op.cit.Todd 1980) yaitu :
 Depression spring
Mata air yang disebabkan karena permukaan tanah memotong
muka air tanah (water table).
 Contact springs
Mata air akibat kontak antara lapisan akifer dengan lapisan
impermeabel pada bagian bawahnya.
 Fracture artesian springs

Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum KTL-425


Abdul Hafiz Setiadi 25-2006-020 II- 5
BAB II Konsep Dasar Perencanaan

Mata air yang dihasilkan oleh akifer tertekan yang terpotong oleh
struktur impermeabel.
 Solution tubular springs
Mata air yang terjadi akibat pelarutan batuan oleh air tanah.
b. Air Permukaan
Air permukaan adalah air yang dalam perjalanannya berbentuk alur yang
menuju sungai dan berada di atas permukaan tanah. Air permukaan ini
memiliki tingkat kekeruhan yang berubah-ubah terutama pada misim hujan,
sedangkan pada waktu musim kemarau air permukaan tampak jernih. Selain
kekeruhan susunan kimiawi juga berubah-ubah, karena air permukaan
mengalami pengotoran baik pengotoran berupa benda padat maupun
pengotoran bakteriologis.
Tujuan pengolahan air baku yang berasal dari air permukaan adalah :
 Untuk menurunkan kandungan fisis, contohnya lumpur.
 Menghilangkan bakteri dengan desinfeksi.
c. Air Angkasa
Adalah air yang berasal dari atmosfer, seperti hujan dan salju. Telah kita
ketahui bahwa sudah banyak penduduk yang memanfaatkan air angkasa
(khususnya air hujan) untuk keperluan rumah tangga dan bahkan untuk air
minum. Air hujan sebenarnya dapat membantu memecahkan masalah
kekurangan air minum asalkan dapat memanfaatkannya dengan baik. Air
hujan yang hendak kita manfaatkan sebenarnya sudah ditadah oleh atap dari
rumah dan kita selanjutnya mengusahakan penampungan air hujan dalam
reservoar. Cara ini sangat sederhana dan tidak menjamin kebersihan air
hujan yang ditampung, banyaknya air hujan yang ditampung dan isi
reservoar tidak tentu sehingga banyaknya air yang kita harapkan tidak tentu
pula.
Agar banyaknya air hujan yang kita tampung sepanjang tahun dapat
memberikan air yang cukup untuk keperluan sehari-hari dan kebersihannya
terjamin, maka kita harus memperhatikan curah hujan, luas atap rumah,
tujuan pemanfaatan air hujan, dan reservoar.

Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum KTL-425


Abdul Hafiz Setiadi 25-2006-020 II- 6
BAB II Konsep Dasar Perencanaan

2.2 KUALITAS SUMBER AIR


Sebagai bagian dari kepedulian tentang keadaan lingkungan hidup,
kualitas air menjadi bagian yang sangat penting dalam pengembangan sumber
daya air. Kualitas air dalam hal ini mencakup keadaan fisika, kimia dan biologi
yang dapat mempengaruhi ketersediaan air untuk kehidupan manusia, pertanian,
industri, rekreasi, dan pemanfaatan air lainnya. Keadaan atau status kualitas air
berkaitan dengan kuantitas air. Kualitas dari ketiga sumber air baku berbeda-beda
sesuai dengan kondisi alam serta aktivitas manusia yang ada di sekitarnya.
a. Sifat Fisis
Air di dunia ini didapatkan dalam ketiga wujudnya, yakni bentuk padat
sebagai es, bentuk cair sebagai air, dan bentuk gas sebagai uap air.
Kepadatan (density) air tergantung dari temperatur dan tekanan barometris
(P). Pada umumnya densitas meningkat dengan menurunnya temperatur
sampai tercapai maksimum pada 40 celcius.
Pada kualitas fisis tidak berkaitan langsung dengan kesehatan, tetapi
memberikan perasaan estetika dan gangguan yang ditimbulkan terhadap
sistem (suspended, kekeruhan, bau, dll)
b. Sifat Kimiawi
Air yang bersih mempunyai pH 7, dan oksigen terlarut (DO) jenuh pada 9
mg/L. Air merupakan pelarut yang universal, hampir semua jenis zat dapat
larut di dalam air. Air juga merupakan cairan biologis yakni didapat dalam
tubuh semua organisme. Dengan demikian, spesies kimiawi yang ada
dalam air berjumlah sangat besar.
Sifat kimiawi dalam air :
 Bersifat racun
 Mengganggu sistem
 Mengganggu kesehatan
 Indikator pencemaran

Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum KTL-425


Abdul Hafiz Setiadi 25-2006-020 II- 7
BAB II Konsep Dasar Perencanaan

 Pemeliharaan kesehatan atau pencegahan resiko penyakit.

c. Sifat Biologis
Setiap perubahan kualitas air akan mengubah ekosistem yang ada. Oleh
karena itu, penelitian pencemaran dengan parameter biologis biasanya
dilakukan dengan melakukan identifikasi species yang ada dan melihat
apakah ada perubahan terhadap species-species yang native dan tidak
native bagi lingkungan. Selain itu, seringkali dinilai pula diversitas spesies
yang didapat. Pada hakekatnya diversitas adalah perbandingan antara
jumlah spesies dengan jumlah individu.

2.2.1 Kualitas air tanah


Air tanah berasal dari akifer yang airnya pernah berhubungan dengan
atmosfer. Karakteristik kualitas air tanah dipengaruhi oleh gerakan ke bawah dari
air pada daerah imbuhan (perkolasi) dan gerakan lateral melalui akifernya (aliran
bawah). Perkolasi air melalui permukaan tanah di daerah imbuhan umumnya
menghasilkan penjernihan yang berarti. Namun, keefektifan proses penjernihan
merupakan suatu fungsi dari kedalaman tanah di atas muka air tanah, jenis tanah,
dan konsentrasi bahan pencemar didalam air yang berperkolasi. Apabila muka air
tanahnya dangkal serta tanahnya berpori maka gas-gas terlarut, nitrat, sulfat,
senyawa organik yang dapat terlarut, dan garam yang terlarut dapat masuk ke
dalam sistem air tanah.
Air tanah pada umumnya tergolong bersih dilihat dari segi mikrobiologis,
karena sewaktu proses pengaliran mengalami penyaringan alamiah, dengan
demikian kebanyakan mikroba sudah tidak lagi terdapat didalamnya. Namun,
kadar kimia air tanah tergantung sekali dari formasi litosfer yang dilaluinya. Pada
proses ini mineral-mineral yang dilaluinya dapat larut dan terbawa sehingga
mengubah kualitas air.
Unsur-unsur kimia yang terdapat dalam air tanah antara lain :
 Unsur utama (major)

Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum KTL-425


Abdul Hafiz Setiadi 25-2006-020 II- 8
BAB II Konsep Dasar Perencanaan

Bikarbonat (HCO3-), kalsium (Ca2+), klorida (Cl-), magnesium (Mg2+),


natrium (Na+), dan lain-lain
 Unsur minor
Boron (B-), karbonat (CO32+), florida (F-), kalium (K+), dan lain-lain
 Unsur jarang
Alumunium, antimon, arsent, kobalt, tembaga, barium, mangan, dan
lain-lain

2.2.2 Kualitas air permukaan


Air permukaan yang tertampung di danau-danau atau sungai dapat
ditumbuhi berbagai macam algae, tumbuhan air, dan berbagai ikan, terutama jika
air tersebut mengandung banyak nutrien bagi pertumbuhannya. Air permukaan
banyak mengandung unsur-unsur organik dan non-organik yang terlarut dalam
aliran danau atau sungai tersebut merupakan perwakilan dari unsur-unsur mineral
yang ada dalam DAS atau Sub-DAS.
Kualitas air di dalam danau atau sungai dipengaruhi oleh cuaca, dan
tergantung kedalamannya, air tersebut dapat terstratifikasi temperaturnya sehingga
spesies yang ada dalam setiap lapisan akan berubah. Air permukaan memerlukan
perbaikan kualitas karena mengandung clay (tanah) dalam bentuk suspensi dan
koloid.
Parameter-parameter terlarut yang biasa dimanfaatkan untuk menentukan
status kualitas air permukaan adalah pH, toksisitas, bau dan rasa, suhu, warna,
dan unsur-unsur yang bersifat radiasi.
Pada tabel 2.3 dapat kita lihat pemanfaatan air permukaan menurut standar
kualitas air yang di ambil dari Hammer dan Mac Kichan, 1981.

Tabel 2.3 Pemanfaatan Air Permukaan menurut Standar Kualitas Air


DO minimum
Besarnya Besarnya coliform maksimum
Pemanfaatan yang Terlarut
partikel yang yang diperbolehkan (per 100
Air diperbolehkan (mg/L)
diperbolehkan ml)
(mg/L)
tidak ada
Konsumsi
4 500-750 partikel 2000 fecal*
manusia
melayang

Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum KTL-425


Abdul Hafiz Setiadi 25-2006-020 II- 9
BAB II Konsep Dasar Perencanaan

DO minimum
Besarnya Besarnya coliform maksimum
Pemanfaatan yang Terlarut
partikel yang yang diperbolehkan (per 100
Air diperbolehkan (mg/L)
diperbolehkan ml)
(mg/L)
200 fecal dengan jumlah
Rekreasi air 4-5 Tidak ada s.d.a sampel (<10) tidak melebihi
400 fecal
Budidaya
4-6 Tidak ada s.d.a Rata-rata 1000 fecal
perikanan
Industri 3-5 750-1500 s.d.a Umumnya tidak dirinci
750-1500
Pertanian 3-5 tergantung s.d.a s.d.a
pada iklim
Sumber : adaptasi dari Hammer dan Mac Kichan, 1981
Catatan : *besarnya jumlah bakteri fecal per sampel air (100 ml)

2.2.3 Kualitas air angkasa


Kualitas air angkasa tergantung pada kualitas udara yang dilaluinya
sewaktu turun kembali ke permukaan bumi. Bila kadar SO2 didalam udara tinggi,
maka hujan yang turun akan bersifat asam.
Pada daerah yang mengalami polusi udara berat, atmosfernya merupakan
suatu sistem kimia yang kompleks yang dikendalikan oleh lusinan perubahan
kimia dan fotokimia. Air atmosferik pada daerah semacam itu mengumpulkan
karbon dioksida, nitrat, dan bentuk-bentuk an organik dari fosfor dan sulfur.
Sebagian besar dari bahan kimia yang ada dalam air angkasa (air hujan)
diserap oleh tanah dan menjadi bagian dari sumber polusi tak terpusat, yang pada
akhirnya mungkin terbawa ke danau atau sungai. Air hujan yang mengandung
sejumlah besar nitrogen dan sulfur bersifat sangat asam dan bisa mengganggu
seluruh lingkungan kehidupan biokimia yang ada di badan air.

2.3 BAKU MUTU


Standar kualitas air baku yang sesuai dan layak digunakan sebagai acuan
setiap negara yang tergantung dari segi sosial, ekonomi, dan budaya. Di Indonesia
standar kualitas air yang berlaku yaitu :

Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum KTL-425


Abdul Hafiz Setiadi 25-2006-020 II- 10
BAB II Konsep Dasar Perencanaan

 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tanggal 14 Desember


2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air.
 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan
Kualitas Air Minum.
 World Health Organitation (WHO) International 1971.
Dapat kita lihat mengenai isi dari setiap peraturan yang berlaku di
Indonesia saat ini.

Tabel 2.4 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tanggal 14 Desember 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
KELAS
PARAMETER SATUAN KETERANGAN
I II III IV
FISIKA
Temperatur oC deviasi 3 deviasi 3 deviasi 3 deviasi 5 deviasi temperatur dari keadaan alamiahnya
Residu Terlarut mg/L 1000 1000 1000 2000
Residu Tersuspensi mg/L 50 50 400 400 bagi pengolahan air minum secara konvensional
KIMIA ANORGANIK
pH mg/L 6-9 6-9 6-9 5-9
BOD mg/L 2 3 6 12
COD mg/L 10 25 50 100
DO mg/L 6 4 3 0 angka batas minimum
Total fosfat sbg P mg/L 0.2 0.2 1 5
NO3, sbg N mg/L 10 10 20 20
NH3 mg/L 0.5 - - -
Arsen mg/L 0.05 1 1 1
Kobalt mg/L 0.2 0.2 0.2 0.2
Barium mg/L 1 - - -
Boron mg/L 1 1 1 1
Selenium mg/L 0.01 0.05 0.05 0.05
Kadmium mg/L 0.01 0.01 0.01 0.01
Khrom (VI) mg/L 0.05 0.05 0.05 1
bagi pengolahan air minum secara konvensional,
Tembaga mg/L 0.02 0.02 0.02 0.2
Cu < 1 mg/L
bagi pengolahan air minum secara konvensional,
Besi mg/L 0.3 - - -
Fe < 5 mg/L
bagi pengolahan air minum secara konvensional,
Timbal mg/L 0.03 0.03 0.03 1
Pb < 0.1 mg/L
FISIKA
Mangan oC 0.1 - - -

Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum KTL-425


Abdul Hafiz Setiadi 25-2006-020 II- 11
BAB II Konsep Dasar Perencanaan

Air Raksa mg/L 0.001 0.002 0.002 0.005


bagi pengolahan air minum secara konvensional,
Seng mg/L 0.05 0.05 0.05 2
Zn < 5 mg/L
Khlorida mg/L 600 - - -
Sianida mg/L 0.02 0.02 0.02 -
Fluorida mg/L 0.5 1.5 1.5 -
bagi pengolahan air minum secara konvensional,
Nitrit sebagai N mg/L 0.06 0.06 0.06 -
NO2-N <1 mg/L
Sulfat mg/L 400 - - -
Khlorin bebas mg/L 0.03 0.03 0.03 - bagi ABAM tidak dipersyaratkan
bagi pengolahan air minum secara konvensional,
Belerang sbg H2S mg/L 0.002 0.002 0.002 -
S sbg H2S < 0.1 mg/L
MIKROBIOLOGI
Fecal coliform Jml/100ml 100 1000 2000 2000
Total coliform Jml/100ml 1000 5000 10000 10000
RADIOAKTIVITAS
Gross – A Bq/L 0.1 0.1 0.1 0.1
Gross – B Bq/L 1 1 1 1
KIMIA ORGANIK
Minyak dan lemak ug/L 1000 1000 1000 -
Detergen sbg MBAS ug/L 200 200 200 -
Senyawa fenol sbg
ug/L 1 1 1 -
fenol
BHC ug/L 210 210 210 -
Aldrin/Dieldrin ug/L 17 - - -
Chlordane ug/L 3 - - -
DDT ug/L 2 2 2 2
Heptachlor &
ug/L 18 - - -
heptachlor epaxide
Lindane ug/L 56 - - -
Endrin ug/L 1 4 4 -
Toxaphan ug/L 5 - - -

Tabel 2.5 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tanggal 14 Desember 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

2.4 PROSES PENGOLAHAN


Proses pengolahan adalah suatu usaha teknik yang dilakukan untuk
mengolah kualitas air yang ada menjadi kualitas yang diinginkan (sesuai dengan
baku mutu yang berlaku). Dalam proses pengolahan air, dikenal dua proses
pengolahan antara lain :
 Pengolahan lengkap (complete treatment process)

Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum KTL-425


Abdul Hafiz Setiadi 25-2006-020 II- 12
BAB II Konsep Dasar Perencanaan

 Pengolahan sebagian

2.4.1 Pengolahan Lengkap (Complete Treatment Process)


Air akan mengalami pengolahan secara lengkap baik fisik, kimiawi
maupun biologis. Pada proses pengolahan ini biasanya dilakukan pada sumber air
permukaan yang banyak mengandung zat organik dan suspended solid. Urutan
proses pengolahan secara lengkap meliputi :
Intake – Prasedimentasi – Koagulasi – Flokulasi – Sedimentasi – Filtrasi
– Desinfeksi – Reservoar - Distribusi.
Proses pengolahan secara lengkap dibagi dalam dua jenis pengolahan,
antara lain :
a. Cara konvensional
Pada cara konvensional kecepatan menyaring antara 5-10 m3/m2/jam.
Dengan kecepatan yang tinggi ini zat-zat koloid dan butir-butir tanah liat
tidak dapat tersaring. Zat-zat koloid yang sebagian besar dari butir tanah
liat halus dan umumnya berbentuk bundar dengan diameter 0.0001-
0.000001 mm susah untuk disaring.
Pada cara konvensional, sebelum air disaring terlebih dahulu zat-zat koloid
dan butir-butir tanah liat harus diendapkan dahulu. Pengendapan zat-zat
koloid dan butir-butir tanah liat harus diendapkan dalam bak pengendapan
flok. Di dalam bak ini, zat-zat koloid sudah menjadi gumpalan sehingga
berat dan mudah untuk mengndap. Dengan demikian air pada permukaan
bak pengendapan gumpalan menjadi jernih, karena air yang disaring sudah
jernih maka kapasitas saringan menjadi besar sehingga cara ini dinamakan
penyaringan pasir cepat.
b. Cara modern
Proses pengolahan cara modern lebih banyak digunakan pompa-pompa.
Selain itu, proses pencampuran air dan koagulan sampai pengendapan flok
umumnya terjadi dalam satu instalasi. Instalasi ini dalam perdagangan
biasa dikenal dengan accelator, precipitator, clarifier, purificator, dan lain-

Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum KTL-425


Abdul Hafiz Setiadi 25-2006-020 II- 13
BAB II Konsep Dasar Perencanaan

lain. Melalui pengolahan air sungai dengan cara modern dapat diperoleh
kapasitas yang tinggi.

2.4.2 Pengolahan Sebagian


Proses pengolahan sebagian hanya meliputi pengolahan secara kimia dan
atau pengolahan secara bakteriologis saja. Pengolahan ini biasanya mengambil air
baku dari air tanah, karena kualitasnya lebih baik dibandingkan dengan air
permukaan.

2.4.3 Kriteria Desain


a. Intake

Bangunan penyadap
Perencanaan bangunan penyadap perlu memperhatikan fluktuasi muka
air maksimum dan minimum. Penentuan dimensi intake didasarkan
pada persamaan kontinuitas.
Q
Q = A x V atau V 
A
Q = debit (m3/d)
A = luas penampang (m2)
V = kecepatan aliran pada saluran pembawa (m/d)
Dimensi saluran penyadap tergantung pada ketinggian maksimum air
baku dan lebar saluran yang direncanakan. Semakin luas dimensi
saluran maka kecepatan aliran akan semakin kecil untuk debit yang
disadap tetap konstan.


Bar screen
Bertujuan untuk menahan materi-materi berukuran besar (kayu,
plastik, dll) yang terapung di permukaan air. Berdasarkan kriteria
perencanaan head loss yang terjadi harus kurang dari 0.15 m.
Sedangkan untuk merencanakan kehilangan tekanan pada bar screen
dapat ditentikan dengan menggunakan persamaan Kirschmer.

Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum KTL-425


Abdul Hafiz Setiadi 25-2006-020 II- 14
BAB II Konsep Dasar Perencanaan

 vs  2
4

 w3 hv 
HL       hv  sin 
b 2 g

Keterangan :
HL = kehilangan tekanan pada kisi-kisi (m)
β = faktor kirschmer (1.79)
w = diameter batang
b = jarak bukaan antar batang (m)
hv = velocity head (m)
v = kecepatan aliran (m/d)
α = sudut bar screen
g = gravitasi (9.8 m/d2)
Tabel 2.4 Faktor Kirschmer
No Bentuk penampang batang β
1 Persegi 2.42
2 Persegi dengan sisi depan ½ lingkaran 1.83
3 Lingkaran 1.79
Persegi dengan sisi depan dan belakang1/2
4 1.67
lingkaran
5 Bulat telur 0.76
Sumber : Syed. R. Qasim, 1985

Slope bangunan
Kecepatan aliran air di dalam bangunan intake tidak boleh terlalu
rendah karena dapat mengakibatkan pengendapan materi air.
Kecepatan terlalu tinggi dapat mengakibatkan penggerusan pada
dinding saluran.
Kecepatan yang diijinkan sesuai dengan kriteria perencanaan adalah
0.8 -1.5 m/d.
1 2 1

V   R3 S 2
n
n = 0.013 untuk beton cetakan biasa.

Sumur pengumpul
Sumur pengumpul ini berfungsi untuk menampung air baku dari
saluran pengumpul yang akan dipompakan ke instalasi, waktu detensi
pada bak 10-30 menit dengan bentuk bak persegi panjang.

Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum KTL-425


Abdul Hafiz Setiadi 25-2006-020 II- 15
BAB II Konsep Dasar Perencanaan

V=pxlxt
Q
td 
V
td = waktu detensi bak
V = volume bak (m3)
Q = debit yang ditampung (m3/d)
b. Prasedimentasi
Bertujuan untuk mengndapkan partikel diskrit (partikel yang memiliki
berat dan bentuk seragam sehingga lebih mudah mengendap) didalam air
secara gravitasi tanpa pembubuhan zat kimia.
Prasedimentasi ditentukan dengan tangki persegi dengan bak yang panjang
dan dalam untuk mencegah turbulensi dan reduksi oleh ketidakstabilan
kolam dan aliran pendek. Bentuk settling dipertimbangkan berdasarkan
kondisi hidrodinamik pada bilangan Froude yang tinggi dan bilangan
Reynold yang rendah serta pertimbangan ekonomi.
Kriteria desain bak prasedimentasi (Prof. Ir. Husman, Sedimentation and
Flotation, 1974) adalah sebagai berikut :

Perbandingan P : L bak (5-10) : 1

td = 3 jam

Bilangan Reynold < 2000

Bilangan Froude > 10-5

Vh = (8-12)Vo untuk mencegah scouring

Beban ambang pelimpah (1.4-4)L/m.d
c. Koagulasi
Koagulasi adalah proses ion-ion dengan muatan yang berlawanan dengan
muatan koloid, dengan kata lain koagulasi adalah proses pembentukan
koloid yang stabil menjadi koloid tidak stabil. Faktor terpenting dalam
proses koagulasi adalah tingkat pengadukan yang terjadi. Tingkat
pengadukan dapat diukur dengan menggunakan parameter gradien
kecepatan (G) dan waktu detensi (td).

Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum KTL-425


Abdul Hafiz Setiadi 25-2006-020 II- 16
BAB II Konsep Dasar Perencanaan

Tabel 2.5 Hubungan Waktu Detensi dengan Gradien Kecepatan dalam


Proses Koagulasi
Waktu detansi (td) Gradien kecepatan (G)
20 10000
30 9000
40 790
>50 700
Sumber : Tom D. Reynold, 1982
Pembubuhan koagulan dalam proses koagulasi dibedakan menjadi dua dari
cara pembubuhannya, antara lain : (Sumber : A.Layla.,1980)
 Secara gravitasi dimana zat kimia (dalam bentuk larutan) mengalir
dengan sendirinya karena gaya gravitasi.
 Memakan pompa (dosering pump) dimana pembubuhan koagulan
dibantu dengan pompa. Pompa ini memiliki debit yang kecil namun
bekerja terus-menerus secara konstan sesuai dosis pembubuhan yang
ditentukan.
Proses koagulasi dapat dilakukan dengan berbagai cara :
 Hidrolis dengan terjunan
 Mekanis dengan impeller
 Pneumatis dalam pipa
Kriteria desain untuk proses koagulasi antara lain :

G = 700 – 1000 d-1

td = 20 – 50 d

G . td = 104 - 105

Kecepatan putaran = 15 – 150 rpm

Kedalaman bak (1 – 1.25) x diameter bak

Diameter impeller (30 – 50)% x diameter bak
d. Flokulasi
Adalah proses pengadukan secara lambat sehingga terjadi transportasi
partikel koloid yang sudah tidak stabil, sehingga menyebabkan kontak

Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum KTL-425


Abdul Hafiz Setiadi 25-2006-020 II- 17
BAB II Konsep Dasar Perencanaan

antar partikel (terjadi flok-flok). Tujuannya untuk memperbesae flok dari


mikro flok menjadi flok yang lebih besar sehingga dapat diendapkan pada
bak pengendap.
Flokulasi dibedakan menjadi dua macam :
 Flokulasi mekanis
Flokulasi dengan cara ini dapat dilakukan untuk mengolah debit kecil
atau besar. Turbulensi pada baknya ditimbulkan oleh adanya putaran
pada motor listrik dengan kecepatan konstan.
 Flokulasi hidrolis
Flokulasi dengan energi gravitasi yang sering dipergunakan adalah
saluran bersekat atau Baffled Channel. Flokulasi tipe ini hanya efesien
untuk mengolah air tidak lebih dari 50 L/d.
Kriteria desain bak flokulasi : (Sumber : Susuma Kawamura, ____)

Dimensi bak flokulasi

Bentuk empat persegi panjang

Luas blade total = (10 – 20)% dari luas potongan bak

Kecepatan putaran optimal = 40 – 50 rpm

Waktu flokulasi optimal = 20 – 30 menit

Power yang dibutuhkan = 0.2 – 0.4 kw/1000 kapasitas
tangki flokulasi

Baffled Channel

Head loss yang terjadi = 0.5 – 2 ft

Rentang kecepatan = 0.5 – 1.5 fps

Waktu detensi = 10 – 60 menit

Penoumatic Mixing

Gradien kecepatan = 30 – 90 d-1

Waktu detensi = 104 - 105

Paddle

Kecepatan putaran paddle = 0.3 – 3 fps

Rasio kecepatan fluida terhadap pemutaran paddle; k = 0.25
 Koefisien drag, Cd sekitar 1.8 dengan plat rata.

Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum KTL-425


Abdul Hafiz Setiadi 25-2006-020 II- 18
BAB II Konsep Dasar Perencanaan

e. Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pemisahan partikel padat tersuspensi atau
partikel flokulan dengan cara gravitasi. Fungsi sedimentasi adalah untuk
mengendapkan flokulen yang telah disentuh pada proses flokulasi.
Pemakaian plate settler dimaksudkan untuk meningkatkan overflow dan
memudahkan endapan mengendap menuju dasar bak, umumnya overflow
rate dapat ditingkatkan 3 – 6 kali (Huisman, 1974). Plate settler berfungsi
untuk mengurangi turbulensi aliran yang dapat menyebabkan penggerusan
endapan.
Kriteria desain bak sedimentasi :

Sudut kemiringan plate dengan arah aliran = 600

Kecepatan aliran dalam tray (Vα) < 0.9 m/mnt

Koreksi efisiensi pemisahan (E) = (90 – 95)%

n = 1/3

Kecepatan mengendap partikel (Vo) = 8.3 104 m/d

Jarak antar plate (w) = 5 – 10 cm

Waktu detensi (td) = 15 – 30 menit

Beban pelimpah (qp) = (250 – 500) m3/hr/m

Bilangan Reynold < 500

Bilangan Froud > 10-5
f. Filtrasi
Adalah penyaringan partikel-partikel yang tidak terendapkan dalam proses
sedimentasi. Penyaringan ini menggunakan metode penyaring pasir
sehingga flok-flok halus dapat ditahan pada media penyaringan. Fungsi
dari filtrasi adalah untuk menyaring partikel-partikel yang tidak
terendapkan dalam proses sedimentasi.
Kriteria desain filtrasi (Sumber : A.Layla.,1980)

Dimensi bak dan media filter

Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum KTL-425


Abdul Hafiz Setiadi 25-2006-020 II- 19
BAB II Konsep Dasar Perencanaan


Kecepatan filtrasi (Vf) = 100 – 300 mgad

Kecepatan back wash = 4 – 30 L/d/m2

Luas permukaan filter = 1 – 10 m2

Ukuran efektif pasir (ES) = 0.5 – 0.6 mm

Koefisien keseragaman pasir (μC) = 1.5

Tebal media penyaringan (Lm) = 0.45 – 1.00 m

Tebal media penunjang (Lp) = 0.15 – 0.65 m

Kehilangan tekanan (HL) = 0.06 – 1.2 m

Perioda pencucian = 20 – 60 jam

Ketinggian air di atas permukaan pasir = 1 – 1.5 m

Under drain

Area orofice : Area bed = (1.5 – 5)103 : 1

Area lateral : Area orifice = (2 – 4) : 1

Area manifold : Area lateral = (1.5 – 3) : 1

Diameter orifice = 0.25 – 0.75 inch

Jarak antar pusat orifice terdekat = 3 – 12 inch

Jarak antar pusat lateral terdekat = 3 – 12 inch

Pengatur aliran

Kecepatan dalam saluran inlet = 0.6 – 1.8 m/d

Kecepatan dalam outlet = 0.9 – 1.8 m/d

Kecepatan dalam saluran pencuci = 2.5 – 3.7 m/d
Dalam pemeliharaan media filter harus dibersihkan dengan cara back
wash. Kriteria desain untuk beck wash adalah :

Waktu back wash = 3 – 10 menit

Kecepatan back wash = 25 – 37 m3/m2/hr

Tekanan air untuk pembersihan = 1 – 1.5 m dari muka air
bebas (m2/mnt)

Tekanan back wash = 1.2 atm
g. Desinfeksi
Adalah tempat menampung air baku yang telah diolah dan sekaligus
tempat untuk berkontak antara desinfeksi dengan air baku. Fungsi dari

Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum KTL-425


Abdul Hafiz Setiadi 25-2006-020 II- 20
BAB II Konsep Dasar Perencanaan

desinfeksi adalah untuk membunuh organisme patogen yang terkandung


dalam air baku.
Kriteria desain :

Bak pembubuh kaporit

Perioda pengisian bak = 24 jam

Konsentrasi larutan = 10%

Berat jenis kaporit (60% Cl2) = 0.8660 kg/L

Kadar klor = 60%

Sia klor = 0.2 - 0.4 mg/L

Bak MOM

Panjang pipa = 1.25 m

Diameter = 1 inch

Diameter orifice = 1.66 103 m
h. Reservoar
Adalah unit untuk menampung air dari bak filter. Fungsi dari reservoar
adalah untuk menampung air bersih dari bak filter dan untuk menjamin
waktu kontak antara desinfektan dengan air bersih agar mikroorganisme
yang ada tidak bisa ada lagi.
Kriteria desain reservoar :
 Waktu detensi = 1 – 2 jam
 Bentuk bak empat persegi panjang

Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum KTL-425


Abdul Hafiz Setiadi 25-2006-020 II- 21

Anda mungkin juga menyukai