Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN HALUSINASI

KELOMPOK 5 :

1. Dhea Pranindya Utami


2. Inda Sri Apriani
3. Rifki Fhona
4. Sri Dwi Wahyuni
5. Merta Permata Sari
6. Nurul Alija Lubis

D-III Keperawatan Tingkat 2

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA BUNDA PERSADA BATAM


KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat, taufik, serta hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah dengan judul “Asuhan
Keperawatan pada Pasien Halusinasi”. Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Jiwa.
Pada kesempatan ini izinkan kami mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya
kepada teman-teman dan Dosen Pengampu mata kuliah Keperawatan Jiwa Ns. Asfri Sri
Rahmadeni,.M.Kep

Batam, 19 Januari 2020

Penulis,
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh pasien
gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan,
atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata Keliat, (2011) dalam Zelika, (2015). Sedangkan
Menurut WHO, kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan
mengandung berbagai karakteristik yang positif yang menggambarkan keselarasan dan
keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian Halusinasi
2. Rentang Respon Halusinasi
3. Jenis Halusinasi
4. Fase Fase Halusinasi
5. Etiologi Halusinasi
6. Proses Keperawatan Halusinasi

1.3 Tujuan
Mengetahui dan memahami Pengertian Halusinasi, Rentang respon Halusinasi, Jenis
Halusinasi, Fase-Fase Halusinasi, Etiologi Halusinasi, Proses Keperawatan Halusinasi.
1.4 Manfaat
1.Bagi penulis
Dengan dibuatnya makalah ini penulis dapat mengerti dan menulis makalah dengan baik
dan benar.
2. Bagi pembaca
Makalah ini diharapkan bagi pembaca dapat memahami dan lebih mengerti tentang
halusinasi dan masalah keperawatannya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Laporan Pendahuluan Halusinasi


2.1.1 Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan
perubahan sensori persepsi; merasakan sensai palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan.pasien seakan stimulus yang sebenarnya tidak ada. (Keliat)

2.1.2 Rentang Respon Halusinasi

Kunci : Semakin kesamping kiri semakin menuju respon maladaptive.


: Semakin kesamping kanan semakin menuju respon Adaptif.

2.1.3 Jenis-jenis Halusinasi :


1. Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk
kebisinganyang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan
sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran
yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk
melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.
2. Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun,
bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias yang menyenagkan atau menakutkan
seperti melihat monster. Kejadian tersebut mengakibatkan ketakutan dans elalu
menunjuk-nunjuk kearah tertentu.

3. Penghidung
Membau-bauan tertentu seperti bau darah, urine, dan feses umumnya bau-bauan yang
tidak menyenangkan. Halusinasi penghidung sering akibat stroke, tumor, kejang atau
dimensia.
4. Pengecapan
Merasa pengecapan rasa seperti darah, urine dan feses sehingga sering meludah dan
muntah.
5. Perabaan.
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik
yang dating dari tanah, benda mati atau orang lain, dan merasa ada serangga dipermukaan
kulit.

2.1.4 Fase-fase Halusinasi.

Fase Halusinasi Karakteristik Perilaku klien


Fase I Klien mengalami perasaan Tersenyum atau tertawa
Comforting mendalam seperti : yang tidak sesuai dengan
Halusinasi menyenangkan ansietas, kesepian, rasa keadaan, menggerakkan
bersalah, takut. Mencoba bibir tanpa suara,
berfokus pada pikiran pergerakan mata yang
menyenangkan untuk cepat, respon verbal yang
meredakan ansietas lambat jika sedang asyik,
individu. Mengenali bahwa diam dan asyik sendiri.
pikiran-pikiran pendalaman
berada dalam kendali
kesadaran bila ansietas
dapat ditangani.

Nonpsikotik : suatu
kelainan jiwa yang tidak
dapat disembuhkan
Fase II Pengalaman sensori Meningkatnya tanda
Condemning menjijikan dan syaraf otonom akibat
Ansietas berat, halusinasi menakutkan. Klien mulai ansietas. Rentang
menjadi menjijikan lepas kendali dan perhatian menyempit,
mengambil jarak dirinya asyik dengan pengalaman
dengan sumber yang sensori dan kehilangan
dipersepsikan. kemampuan membedakan
halusinasi dengan realita.
Psikotik ringan
Fase III Ketidakmampuan Kemauan yang
Controlling menghentikan perlawanan dikendalikan akibat
Ansietas berat, terhadap beberapa halusinasi.
pengalaman sensori halusinasi, kemungkinan Kesukaran dalam
menjadi berkuasa. mengalami kesepian jika berhubungan dengan
sensori halusinasi berhenti. orang lain. Rentang
perhatian terhadap
Psikotik sedang seseorang atau objek
hanya beberapa detik atau
menit. Adanya tanda-
tanda fisik ansietas berat
dan tidak mampu
mematuhi perintah.
Fase IV Pengalaman sensori Perilaku teror akibat
Conquering menjadi mengancam jika panic. Potensi kuat suicide
Panic umumnya menjadi klien tidak mengikuti atau homicide.
melebur dalam halusinasi. perintah halusinasi. Aktivitas fisik
merefleksikan isi
Psikotik berat halusinasi, seperti :
Agitasi, maladaptive
daydreaming atau
katatonia.
Tidak mampu berespon
terhadap perintah yang
kompleks. Tidak mampu
merespon terhadap lebih
dari satu orang.

2.1.5 Etiologi.
Menurut Stuart (2007), factor penyebab terjadinya Halusinasi adalah :
1. Biologis
Adanya kelainan pada perkembangan system saraf yang b/d respon neurologis yang
maladaptive yang baru dipahami.
Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut :
a) Penelitian pencitraan otak terhadap adanya keterlibatan otak secara luas dalam
perkembangan skizofrenia. Yang terjadi karena : lesi pada daerah frontal,
temporal, dan limbic b/d perilaku psikotik.
b) Adanya zat kimia berlebihan di otak, seperti : Dopamin neurotransmitter.
Dan masalah pada system reseptor dopamine dikaitkan dengan terjadinya
skizofrenia.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortial menunjukan terjadi atropi
yang signifikan pada otak manusia.
Pada penderita skizofre nia kronis dapat ditemukan :
i. Pelebaran lateral ventrikel
ii. Atropi otak kecil (cerebellum)

2. Psikologis.
Keluarga,pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respond an kondisi
psikologis klien.
Contoh : adanya tindakan kekerasan dalam rumah tangga, sehingga kejadian
kekerasan tersebut dapat direkam diotak sebagai kejadian kelam yang membuatnya
trauma.

3. Sosial budaya.
Komdisi social budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti :
kemiskinan, konflik social budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan
yang terisolasi disertai stress.

2.1.6 Tahapan Halusinasi;

Halusinasi yang dialami pasien memiliki tahapan sebagai berikut

1. Tahap I : Halusinasi bersifat menenangkan, tingkat ansietas pasien sedang. Pada


tahap ini halusinasi secara umum menyenangkan.

Karakteristik : Karakteristik tahap ini ditAndai dengan adanya perasaan bersalah


dalam diri pasien dan timbul perasaan takut. Pada tahap ini pasien mencoba
menenangkan pikiran untuk mengurangi ansietas. Individu mengetahui bahwa
pikiran dan sensori yang dialaminya dapat dikendalikan dan bisa diatasi (non
psikotik).

Perilaku yang Teramati:


a) Menyeringai / tertawa yang tidak sesuai
b) Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
c) Respon verbal yang lambat
d) Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikan.
2. Tahap II : Halusinasi bersifat menyalahkan, pasien mengalami ansietas tingkat berat
dan halusinasi bersifat menjijikkan untuk pasien.

Karakteristik : pengalaman sensori yang dialmi pasien bersifat menjijikkan dan


menakutkan, pasien yang mengalami halusinasi mulai merasa kehilangan kendali,
pasien berusaha untuk menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersepsikan, pasien
merasa malu karena pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain (non
psikotik).

Perilaku yang teramati :


a) Peningkatan kerja susunan sarapotonom yang menunjukkan timbulnya
ansietas seperti peningkatan nadi, TD dan pernafasan.
b) Kemampuan kosentrasi menyempit.
c) Dipenuhi dengan pengalaman sensori, mungkin kehilangan kemampuan
untuk membedakan antara halusinasi dan realita.

3. Tahap III : Pada tahap ini halusinasi mulai mengendalikan perilaku pasien, pasien
berada pada tingkat ansietas berat. Pengalaman sensori menjadi menguasai pasien.

Karakteristik : Pasien yang berhalusinasi pada tahap ini menyerah untuk melawan
pengalaman halusinasi dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya. Isi halusinasi
dapat berupa permohonan, individu mungkin mengalami kesepian jika pengalaman
tersebut berakhir ( Psikotik )

Perilaku yang teramati:


a) Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya dari pada
menolak.
b) Kesulitan berhubungan dengan orang lain.
c) Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik, gejala fisik dari ansietas berat
seperti : berkeringat, tremor, ketidakmampuan mengikuti petunjuk.

4. Tahap IV : Halusinasi pada saat ini, sudah sangat menaklukkan dan tingkat ansietas
berada pada tingkat panik. Secara umum halusinasi menjadi lebih rumit dan saling
terkait dengan delusi.

Karakteristik : Pengalaman sensori menakutkan jika individu tidak mengikuti


perintah halusinasinya. Halusinasi bisa berlangsung dalam beberapa jam atau hari
apabila tidak diintervensi (psikotik).

Perilaku yang teramati :


a) Perilaku menyerang - teror seperti panik.
b) Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
c) Amuk, agitasi dan menarik diri.
d) Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang komplek .
e) Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.

2.1.7 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien serta ungkapan
pasien. Adapun tanda dan gejala pasien halusinasi adalah sebagai berikut:

A. Data Subyektif: Pasien mengatakan :

1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan.


2) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
3) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
4) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu atau
monster
5) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau itu
menyenangkan.
6) Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses
7) Merasa takut atau senang dengan halusinasinya

B. Data Obyektif

1) Bicara atau tertawa sendiri


2) Marah-marah tanpa sebab
3) Mengarahkan telinga ke arah tertentu
4) Menutup telinga
5) Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
6) Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
7) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu.
8) Menutup hidung.
9) Sering meludah
10) Muntah
11) Menggaruk-garuk permukaan kulit
2.1.8 Pohon Masalah

Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan

Halusinasi

Isoslasi sosial : Menarik diri

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

2.1.9 Proses Keperawatan.

Proses keperawatan yang terdiri dari :


A. Pengkajian
B. Diagnose Keperawatan
C. Perencanaan
D. Implementasi
E. Evaluasi

A. Pengkajian
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat pula berupa
faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stresor, sumber koping, dan
kemampuan koping yang dimiliki klien. Data dikumpulkan dari berbagai sumber data
yaitu sumber data primer (klien), sumber data sekunder seperti keluarga, teman dekat
klien, tim kesehatan, catatan dalam berkas dokumen medis klien dan hasil
pemeriksaan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan
pemeriksaan fisik.

1. Biodata
Nama pasien, nama penanggung jawab, umur pasien, suku bangsa pasien, agama
pasien, pendidikan pasien.
2. Keluhan utama
Data yang diperoleh melalui observasi :
1. Pasien dibawa karena sering terlihat tertawa sendiri, berbicara sendiri, mulut
komat-kamit.
2. Klien sulit berkonsentrasi, cemas.
3. Klien tampak sulit berhubungan dengan orang lain, tidak dapat
mengendalikan diri
4. Klien tidak mampu membedakan realita dan bukan realita.

3. Factor Presipitasi.
a. Riwayat timbulnya gejala gangguan jiwa
b. Penyebab munculnya gejala tersebut
c. Yang dilakukan oleh keluarga mengatasi masalah ini
d. Bagaimana hasilnya

4. Faktor predisposisi

Apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu, pengobatan


yang pernah dilakukan, riwayat penganiayaan fisik, seksual, penolakan, kekerasan
dalam keluarga dan tindakan kriminal, baik itu dilakukan, dialami, disaksikan oleh
klien, apakah ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, pengalaman
yang tidak menyenangkan.

a. Aspek psikososial
1) Genogram
Pembuatan genogram minimal 3 generasi yang menggambarkan hubungan
klien dengan keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi,
pengambilan keputusan, pola asuh, pertumbuhan individu dan keluarga.
2) Konsep diri
a. Citra tubuh
Tanyakan dan observasi tentang persepsi klien terhadap tubuhnya,
bagian yang disukai dan tidak disukai.
b. Identitas diri
Tanyakan dan observasi tentang status dan posisi klien sebelum
dirawat, kepuasan terhadap status dan sebagai laki-laki atau
perempuan.
c. Peran
Tanyakan tugas yang diemban dalam keluarga, kelompok, masyarakat
dan kemampuan klien melaksanakannya.
d. Ideal diri
Tanyakan harapan terhadap tubuh klien, posisi, status, tugas/peran.
e. Harga diri
Tanyakan dan nilai melalui observasi lingkungan hubungan klien
dengan orang lain sesuai dengan kondisi nomor 2 (a), (b), (c) dan
penilaian/penghargaan orang lain terhadap diri dan kehidupan klien.
3) Hubungan social
Tanyakan siapa orang terdekat dalam kehidupan klien, kegiatan di
masyarakat.
4) Spiritual
Tanyakan nilai dan keyakinan serta kegiatan ibadah klien.
b. Status mental
1) Penampilan; penggunaan dan ketepatan cara berpakaian.
2) Pembicaraan; cepat, keras, gagap, membisu, apatis, lambat, inkoheren, atau
tidak dapat memulai pembicaraan.
3) Aktivitas motorik; nampak adanya kegelisahan, kelesuan, ketegangan,
gelisah, agitasi, tremor, TIK, grimasum, kompulsif
4) Afek dan emosi ;
Afek : sedih, putus asa, gembira, ketakutan, khawatir.
Emosi ; datar, tumpul, labil, tidak sesuai.\
5) Interaksi selama wawancara; bermusuhan, kooperatif / tidak, mudah
tersinggung, curiga,kontak mata kurang, defensif.
6) Persepsi sensori : Klien mendengar suara dan bunyi yang tidak berhubungan
dengan stimulus nyata dan orang lain tidak mendengar, kadang suara yang
didengar bisa menyenangkan tetapi kebanyakan tidak menyenangkan,
menghina bisa juga perintah untuk melakukan sesuatu yang berbahaya baik
diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Biasanya terjadi pada pagi,
siang, sore, malam hari atau pada saat klien sedang sendiri.
7) Proses pikir ; sirkumstansial, tangensial, kehilangan asosiasi, flight of ideas,
bloking, perseverasi.
8) Isi pikir; obsesi, phobia, hipokondria, depersonalisasi, waham, pikiran
magis, ide yang terkait.
9) Tingkat kesadaran; orientasi orang, waktu, tempat jelas, bingung, sedasi,
stupor.
10) Memori; apakah klien mengalami gangguan daya ingat jangka panjang,
jangka pendek, saat ini, ataupun konfabulasi.
11) Tingkat konsentrasi dan berhitung; observasi kemampuan klien
berkonsentrasi, berhitung.
12) Kemampuan penilaian; berikan pilihan tindakan yang sederhana. apakah
klien membuat keputusan atau harus dibantu.
13) Daya tilik diri; apakah klien menerima atau mengingkari penyakitnya,
menyalahkan orang lain atas penyakitnya.
c. Kebutuhan persiapan pulang
Observasi kemampuan klien akan mandi, BAB/BAK, makan, berpakaian,
istirahat, tidur, penggunaan obat, pemeliharaan kesehatan, aktivitas didalam dan
diluar rumah.
d. Mekanisme koping
Tanyakan tentang koping klien dalam mengatasi masalah baik yang adaptif
maupun yang maladaptif.
e. Masalah psikososial dan lingkungan
Apakah ada masalah dengan dukungan kelompok, lingkungan, pendidikan,
pekerjaan, perumahan, ekonomi, dan pelayanan kesehatan.
f. Aspek Pengetahuan
Mengkaji kurang pengetahuan klien tentang penyakit jiwa, faktor presipitasi,
koping, sistem pendukung, penyakit fisik, obat-obatan.
g. Aspek medis
Tuliskan diagnosa medik klien, tulis obat-obatan klien

h. ANALISA DATA
Pengelompokan data sesuai dengan apa yang telah dikaji dalam pengkajian

NO Data Masalah Keperawatan

1. Data Objektif :
· Bicara atau tertawa sendiri Halusinasi
· Marah marah tanpa sebab
· Mengarahkan telinga ke posisi tertentu.
· Menutup telinga

Data Subjektif :
· Mendengar suara-suara atau kegaduhan
Mendengar suara yang mengajak bercakap-
· cakap
Mendengar suara menyuruh melakukan
· sesuatu
yang berbahaya

5. Pemeriksaan/Keadaan Fisik
a) Umum

Ukur tanda vital, TB, BB. Tanyakan apakah ada keluhan fisik yang
dirasakan.Pemeriksaan fisik dapat meliputi :

1. TTV : TD meningkat, Nadi cepat


2. Postur tubuh : TB, BB

b) Persystem
1. Pernapasan : napas terengah-engah
2. Integument : pucat atau merah.

6. Diagnose keperawatan.

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

2.2.1 Tindakan Keperawatan Untuk Pasien Gangguan Persepsi Sensori


Halusinasi.
Tujuan: Pasien mampu:
1.
2. Membina
\ hubungan saling percaya
3. Mengenal halusinasi dan mampu mengontrol halusinasi dengan menghardik
4. Mengontrol halusinasi dengan enam benar minum obat
5. Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
6. Mengontrol halusinasi dengan melakukan aktifitas sehari-hari

Tindakan Keperawatan

a. Membina Hubungan Saling Percaya dengan cara:


Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien dan
Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang perawat
sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan yang disukai pasien
Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
Buat kontrak asuhan apa yang perawat akan lakukan bersama pasien, berapa lama
akan dikerjakan, dan tempat pelaksanaan asuhan keperawatan.

Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk


kepentingan terapi
Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien
Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan

b. Membantu pasien menyadari ganguan sensori persepsi halusinasi


1. Tanyakan pendapat pasien tentang halusinasi yang dialaminya: tanpa
mendukung, dan menyangkal halusinasinya.
2. Mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu terjadinya, situasi pencetus, perasaan,
respon dan upaya yang sudah dilakukan pasien untuk menghilangkan atau
mengontrol halusinasi.

c. Melatih Pasien cara mengontrol halusinasi:


1. Secara rinci tahapan melatih pasien mengontrol halusinasi dapat dilakukan
sebagai berikut:
2. Jelaskan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik, 6(enam) benar minum
obat, bercakap-cakap dan melakukan kegiatan dirumah seperti membereskan
kamar, merapihkan tempat tidur serta mencuci baju.
3. Berikan contoh cara menghardik, 6(enam) benar minum obat, bercakap-cakap
dan melakukan kegiatan dirumah seperti membereskan kamar, merapihkan
tempat tidur serta mencuci baju.
4. Berikan kesempatan pasien mempraktekkan cara menghardik, 6(enam) benar
minum obat, bercakap-cakap dan melakukan kegiatan dirumah seperti
membereskan kamar, merapihkan tempat tidur serta mencuci baju yang
dilakukan di hadapan Perawat.
5. Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh pasien.
6. Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah melakukan tindakan
keperawatan untuk mengontrol halusinasi. Mungkin pasien akan mengungkapkan
keberhasilan atau kegagalannya. Beri dorongan terus menerus agar pasien tetap
semangat meningkatkan latihannya.

2.2.2 Evaluasi Kemampuan Pasien dan Keluarga

Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang sudah di lakukan untuk pasien


gangguan sensori persepsi halusinasi adalah sebagai berikut
Pasien mampu:
1. Mengungkapkan isi halusinasi yang dialaminya
2. Menjelaskan waktu dan frekuensi halusinasi yang dialami.
3. Menjelaskan situasi yang mencetuskan halusinasi
4. Menjelaskan perasaannya ketika mengalami halusinasi
Menerapkan 4 cara mengontrol halusinasi:

1. Menghardik halusinasi
2. Mematuhi program pengobatan
3. Bercakap dengan orang lain di sekitarnya bila timbul halusinasi
4. Menyusun jadwal kegiatan dari bangun tidur di pagi hari sampai mau tidur pada
malam hari selama 7 hari dalam seminggu dan melaksanakan jadwal tersebut
secara mandiri
5. Menilai manfaat cara mengontrol halusinasi dalam mengendalikan halusinasi

Keluarga mampu:
1. Menjelaskan halusinasi yang dialami oleh pasien
2. Menjelaskan cara merawat pasien halusinasi melalui empat cara mengontrol
halusinasi yaitu menghardik, minum obat,cakap-cakap dan melakukan aktifitas di
rumah
3. Mendemonstrasikan cara merawat pasien halusinasi
4. Menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah
pasien
5. Menilai dan melaporkan keberhasilannnya merawat pasien
6. Pendokumentasian wajib dilakukan setiap selesai melakukan interaksi dengan
pasien dan keluarga.
Berikut contoh pendokumentasian asuhan keperawatan gangguan sensori persepsi
halusinasi.

Dokumentasi Keperawatan

IMPLEMENTASI EVALUASI
IMPLEMENTASI S :Pasien
Tgl ..........bulan..... tahun.....pkl....... 1. Pasien menghardik halusinasi 3 kali
Data: sehari
Data pasien dan kemampuan 2. Minum obat secara teratur sesuai
1. Pasien mengatakan masih mendengar dengan petunjuk suster 3 kali sehari
suara-suara tetapi sudah jarang dan dan mengajak anggota keluarga yang lain
tidak setiap hari datangnya. untuk bercakap-cakap bila pasien sendirian
2. Pasien mengatakan sudah melakukan dan bila suara-suara akan muncul.
cara mengontrol halusinasi dengan S : keluarga
menghardik halusinasi 1. Keluarga mengatakan anaknya dapat
3. Pasien mengatkan minum obat dengan melakukan kegiatan sesuai jadwal
benar dan teratur. 2. Keluarga mengatakan senang dapat
Kemampuan pasien membimbing dan merawat anaknya
4. Pasien mampu mendemonstrasikan 3. Keluarga mengatakan akan terus
cara menghardik halusinasi memotivasi anaknya untuk melakukan
Data keluarga dan kemampuan sesuai jadwal
5. Keluarga mengatakan sudah
mengetahui apa itu halusinasi t O: Pasien
dan gejala serta proses terjadinya 1. Pasien koopertif, tampak tenang,
masalah. halusinasi tidak ada
6. Keluarga telah mengetahui cara
merawat pasien halusinasi dengan O: keluarga
membantu pasien menghardik 1. Keluarga tampak melatih dan
halusinasi saat halusinasi muncul membimbing pasien dalam mengontrol
7. Kelurga memantau pasien minum obat halusinasi
2.Keluarga kooperatif
Diagnosa Keperawatan :
Gangguan sensori persepsi halusinasi A:
Intervensi: 1. Menghardik dan minum obat serta
bercakap-cakap mampu mengontrol
Tindakan ke pasien halusinasi pasien.
1. Evaluasi kegiatan pasien dalam
mengontrol halusinasi dengan P: Pasien
menghardik dan minum obat. 1. Pasien berlatih mengontrol halusinasi
2. Beri pujian dengan menghardik (3 kali per hari),
3. Latih satu cara untuk yaitu becakap Minum obat (3 kali per hari), bercakap
cakap dengan orang lain seperti keluarga cakap dengan keluarga (2kali perhari)
4. Memasukkan pada jadwali kegiatan
untuk latihan bercakap-cakap dengan P : Keluarga
orang lain/keluarga 1. Memotivasi dan membimbing sesuai
dengan jadwal menghardik (3 kali sehari),
Tindakan ke keluarga minum obat (3 kali sehari) bercakap-cakap
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam dengan keluarga dan orang lain (2 kali
merawat pasien halusinasi yaitu sehari)
menghardik dan minum obat Beri pujian.
2. Bimbingdan motivasi keluarga untuk
mengajak anggota keluarga yang lain
bercakap-cakap dengan pasien jika
melihat klein termenung atau sendirian.
3. Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwali dan memberikan pujian

Rencana Tindak Lanjut :


Pasien :
Melakukan latihan mengontrol halusinasi
sesuai jadwal

Keluarga :
Memotivasi dan membimbing pasien untuk
mengontrol halusinasi

Anda mungkin juga menyukai