Maateri Makalh
Maateri Makalh
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam mengembangbiakan mikroba, diperlukan berbagai teknik dan
persyaratan fisik. Mulai dari mempersiapkan mediumnya hingga urutan tata cara yang
benar dalam menumbuhkan mikroba tersebut. Proses inilah yang biasanya dikenal
dengan istilah kultivasi mikroba.
Istilah pertumbuhan umumnya dipergunakan bakteri dan mikroorganisme
yang lainnya dan biasanya lebih mengacu pada perubahan di dalam hasil panen sel
dan bukanlah dilihat dari pertambahan jumlah individu mikroorganisme tersebut.
(Volk, 1993).
Untuk memelihara suatu mikroorganisme yaitu bakteri atau jamur, dari media
yang ada serta membedakan bahwa setiap mikroorganisme memiliki peranan yang
berbeda dalam kehidupan, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan. Setiap
sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan aktivitas
kehidupan dan tidak memerlukan tempat yang besar, mudah ditumbuhkan dalam
media buatan yang dilakukan dalam percobaan ini, dan tingkat pembiakannya relatif
cepat saat inkubasi (Schlegel, 1994).
Saat ini media agar merupakan media yang sangat umum digunakan dalam
penelitian-penelitian mikrobiologi. Media agar ini memungkinkan untuk
dilakukannya isolasi bakteri dari suatu sampel, karakterisasi morfologi, sampai
penghitungaan bakteri yang dikenal dengan nama total plate count. Bentuk koloni
bakteri dan warna-warninya mudah sekali dikenali dengan media ini dengan cara
mengubah komposisi nutrien atau menambahkan indikator (Achmad, 2007).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud kultivasi bakteri
2. Apa pentingnya kultivasi
3. Hal apa saja yang harus diperhatikan dalam kultivasi
4. Apa persyaratan bakteri
5. Bagaimana kondisi fisik bakteri
1
6. Macam macam jenis media
7. Bagaimana cara reproduksi bakteri
8. Bagaimana kurva pertumbuhan bakteri
C. TUJUAN
Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain:
1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Mikrobiologi
2. Untuk menambah pengetahuan tentang kultivasi mikrobiologi
3. Untuk mengetahui reproduksi bakteri
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kultivasi mikroba
Mikroorganisme sebagai makhluk hidup sama dengan organisme hidup
lainnya sangat memerlukan energi dan bahan-bahan untuk membangun tubuhnya,
seperti dalam sintesis protoplasma dan bagian-bagian sel lainnya. Bahan-bahan
tersebut disebut nutrien. Untuk memanfaatkan bahan-bahan tersebut, maka sel
melakukan suatu kegiatan-kegiatan, sehingga menyebabkan perubahan kimia di
dalam selnya. Semua reaksi yang teratah yang berlangsung di dalam sel ini disebut
metabolisme. Metabolisme yang melibatkan berbagai macam reaksi di dalam sel
tersebut, hanya dapat berlangsung atas bantuan dari suatu senyawa organik yang
disebut juga biokatalisator yang dinamakan enzim (Buckle, 1985)).
Metode kultivasi merupakan metode untuk melipatgandakan jumlah mikroba
dengan membiarkan mereka berkembang biak dalam media biakan yang telah
disiapkan di bawah kondisi laboratorium terkendali. Kultur mikroba digunakan untuk
menentukan jenis organisme dengan kelimpahan dalam sampel yang diuji, atau
keduanya. Ini adalah salah satu metode mikrobiologi yang digunakan sebagai metode
diagnosis untuk menentukan penyebab penyakit infeksi dengan membiarkan agen
infeksi berkembang biak dalam media yang telah disiapkan, seperti yang tertuang
dalam Postulat Koch.
B. Pentingnya Kultivasi
Mikroba merupakan organisme yang menarik untuk diteliti kehidupannya karena
materi genetiknya yang cukup sederhana dan perannya yang besar dalam kehidupan
manusia. Oleh karena itu, diciptakanlah suatu metode kultivasiatau metode
pembiakan mikroba secara in vitro di laboratorium. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui atau mempelajari pertumbuhan,morfologi,dan sifat fisiologis mikroba.
Beberapa indikasi kultivasi atau pe,biakan pada laboratorium mikrobiologi meliputi :
a. Pengasingan (isolasi) mikroba pada biakan bakteri
b. Menunjukan sifat khas mikroba
c. Untuk menentukan jenis mikroba yang diisolasi dengan cara-cara tertentu
3
d. Mendapatkan bahan biakan yang cukup untuk membuat antigen dan percobaan
mikrobiologi lainnya
e. Menentukan kepekaan mikroba, khususnya yang bersifat patogenik terhadap
antibiotic
f. Menghitung jumlah mikroba.
g. Mempertahankan biakan mikroba,khususnya biakan murni
1. Semua peralatan dan sarana dalam keadaan steril (bebas mikroorganisme hidup) atau bebas
kontaminan (mikrooganisme yang tidak dikehendaki).
2. Dilakukan secara aseptik (tidak memberi kesempatan untuk terjadinya kontaminasi)
4
Media yang digunakan harus dalam keadaan steril dan bebas dari campuran media /
medium lainnya.
Media yang digunakan benar-benar masih dalam keadaan baik dan tidak melewati masa
kadaluarsa atau biasa disebut dengan EXP.
Perlu memperhatikan jenis media yang akan digunakan apakah media itu bersifat umum
ataukah media tersebut bersifat khusus terhadapa satu jenis mikroorganisme.
Jika media atau medium tersebut adalah medium agar perlu diperhatikan cara
penggunaannya pada botol media tersebut karena ada beberapa jenis media yang
penggunaannya harus melewati proses pemanasan terlebih dahulu dan ada pula yang
tidak melalui proses pemanasan.
Anda juga harus memperhatikan setiap keterangan jenis media berdasarkan logo kimia
yang melekat pada botol media, dan pastikan keamanan diri anda terlindungi (safety).
5
2. Semua jasad hidup memerlukan karbon sebab unsurmkarbon terdapat dalam semua
mikromolekul penyusun sel seperti rotein, karbohidrat, asam nukleat dan lipid.
Berdasarkan sumber karbon, mikroba dapat digolongkan atas jasad heterotrof dan
autotrof. Jasad autotrof bila menggunakan karbondioksida sebagai sumber karbon,
bila jasad tersebut memperoleh energinya dari cahaya disebut fotoautotrof, dan bila
jasad tersebutmemperoleh energinya dengan cara mengoksidasi senyawa kimia
maka disebut kemoautotrof. Jasad heterotrof menggunakan bahan organic sebagai
sumber karbon.
3. Semua jasad hidu memerlukan sulfur (blerang) dan fosfor. Sulfur dipergunakan
untuk membentuk asam amino metionin dan sistein serta koensim. Mikroba
memperoleh sulfur dalam bentuk garam sulfat, H2S, granula sulfur, thiosulfat atau
dalam bentuk bahan organic (sistein dan metionin). Fosfor dipergunakan
membentuk asam nukleat, fosfolipid dan koensim. Mikroba dapat mengambil
fosfor dalam bentuk organic dan anorganik. Garam fosfat adalah yang paling
sering digunakan sebagaisumber fosfat meskiun dapat pula memakai nukleotida.
4. Semua jasad hidup memerlukan nitrogen sebab nitrogen dipergunakan untuk
mensintesis asam amino, nukleotida dan vitamin. Keerluan akan nitrogen dapat
dipenuhi dalam berbagai bentuk seperti protein atau polipeptida, garam nitrat atau
amonium bahkan ada mikroba yang dapat mengambil dalam bentuk N 2 seperti
Rhizobium dan Azotobacter.
5. Semua jasad hidup memerlukan beberapa unsure logam, natrium, kalium, kalsium,
magnesium, mangan, besi, seng, tembaga dan kobalt untuk pertumbuhannya yang
normal. Mineral ini diperlukan untuk aktivitas enzim dan molekul yang lain
misalnya Mg sebagai penyusun klorofil, Co untuk aktivitas enzim nitrogenase, dan
Fe merupakan komponen sitokrom.
6. Semua jasad hidup memerlukan vitamin (senyawa organik yang penting untuk
pertumbuhan). Kebanyakan vitamin berfungsi membentuk substansi yang
mengaktivasi enzim.meskipun semua bakteri membutuhkan vitamin di dalam
proses metaboliknya yang normal, beberapa mampu mensintesis seluruh keperluan
vitaminnya dari senyawa-senyawa lain di dalam medium. Yang lain tidak akan
tumbuh kecuali bila ditambahkan satu atau lebih vitamin ke dalam mediumnya,
seperti Leuconostoc mesentroides tidak mampu mensintesis beberapa asam amino
dan vitamin sehingga harus ditambahkan dalam keadaan jadi ke dalam
mediumnya.
6
7. Oksigen merupakan unsure yang terdaat dalam molekul hayati seperti asam amino,
nukleotida, gliserida dan molekul lain. Keperluan akan oksigen dipenuhi
bersamaan dangan masuknya nutrient lain sepertirotein dan lipid. Disamping itu,
oksigen dalam bentuk O2 juga diperlukan untuk menjalankan respirasi aerobic.
8. Semua jasad hidu memerlukan air bagi kehiduan karena semua aktivitas
metabolism terjadi dalam lingkungan air. Ketersediaan air yang dapat digunakan
dalam mikroba sering dinyatakan dengan aktivitas aair (Aw). Aktivitas air suatu
bahan dapat dihitung dengan menentukan kelembaban relatifnya (RH). Untuk
bakteri, semua nutrient harus ada dalam bentuk larutan sebelum dapat memasuki
bakteri tersebut.
Untuk berhasilnya kultivasi mikroba diperlukan suatu kombinasi nutrisi serta
lingkungan fisik yang sesuai. Ada beberapa lingkungan fisik yang perlu diperhatikan
dalam menumbuhkan mikroba yaitu temperatur, kadar oksigen, pH, dan tekanan
osmosis.
8
lingkungannya ke dalam sel sehingga sel menjadi mengembang kaku. Adanya dinding sel
dapat mencegah pecahnya sel mikroba.
F. Jenis-jenis media
1. Media pertumbuhan dan penggunaannya di laboratorium
Untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroba, diperlukan suatu substrat
yang disebut media. Keragaman yang luas dalam hal tipe nutrisi di antara mikroba
diimbangi oleh tersedianya berbagai media yang banyak macamnya untuk kultivasi.
Agar mikroba dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di dalam media, diperlukan
persyaratan tertentu,yaitu:
a. Media mengandung semua unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakkan mikroba.
b. Media mempunyai tekanan osmosa , dan PH yang sesuai untuk mikroba.
c. Media harus dalam keadaan steril.
9
Yaitu media yang berbentuk padat pada suhu dingin, dan berbentuk cir bila
suhu panas, misalnya media SIM (media yang digunakan untuk uji produksi sulfur,
indol, motilitas). Kalau penambahan zat pemadat hanya setengah atau kurang dari
seharusnya. Ini umumnya diperlukan untuk pertumbuhan mikroba yang banyak
memerlukan kandungan air dan hidup anaerobic atau fakultatif untuk menambah
biomassa sel.
Susunan media
Media dapat berbentuk :
1. Media alami yaitu media yang disusun oleh bahan-bahan alami seperti kentang,
telur, daging. Pada saat ini media alami yang banyak digunakan adalah dalam
bentuk kultur jaringan tanaman atau hewan. Contoh penggunaan media alami
adalah telur yang digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan virus.
2. Media sintetik yaitu media yang disusun oleh senyawa kimia. Misalnya media
untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan Clostridium.
3. Media semi sintetis yaitu media yang tersusun oleh campuran bahan-bahan alami
dan bahan-bahan sintesis. Misalnya kaldu nutrisi, wortel agar.
Sifat media
Penggunaan media bukan hanya untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan
mikroba tetapi juga untuk tujuan isolasi, seleksi, evaluasi, dan diferensiasi. Sehingga tiap
media mempunyai spesifikasi sesuai dengan maksudnya. Berdasarkan sifatnya, media
dibedakan menjadi :
1. Media umum : media yang dipergunakan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan
satu atau lebih kelompok mikroba secara umum misalnya : agar kaldu nutrisi untuk
bakteri, agar kentang dekstrosa untuk jamur.
2. Media pengaya : media dimana suatu jenis mikroba diberi kesempatan untuk tumbuh
dan berkembang lebih cepat dari jenis lainnya yang sama-sama berada di dalam satu
media. Misalnya : kaldu selenit atau kaldu tetrationat untuk memisahkan Salmonella
typhi dari mikroba lain yang ada dalam feses.
3. Media selektif : media yang hanya dapat ditumbuhi oleh satu atau lebih jenis mikroba
tertentu tetapi akan menghambat atau mematikan jenis-jenis lainnya. Misalnya : media
SS ( Salmonella-Shigella ) agar untuk menumbuhkan Salmonella dan Shigella.
10
4. Media diferensial : media yang dipergunakan untuk penumbuhan mikroba tertentu serta
penentuan sifat-sifatnya seperti media agar darah untuk penumbuhan bakteri hemolitik.
5. Media Penguji : media yang dipergunakan untuk pengujian senyawa tertentu dengan
bantuan mikroba. Misalnya media penguji vitamin, antibiotika, residu pestisida.
Secara kebetulan seorang peneliti Jerman melihat bahwa koloni yang tumbuh
pada kentang yang telah direbus pada akhirnya dapat menemukan jalan untuk memisah
menjadi individu-individu. Caranya; mereka mengembangkan media spesifik untuk
menumbuhkan mikroorganisme. Media adalah substansi yang memenuhi kebutuhan
nutrisi mikroorganisme. Koch dan koleganyanya juga menunjukkan bahwa senyawa
dari alga yang disebut agar dapat membuat media menjadi padat. Richard J.Petri (1852 –
1921) membuat piringan kaca bertutup untuk menempatkan media agar alat tersebut
selanjutnya disebut Petri dish yang masih digunakan sampai sekarang. Pada tahun 1892,
dengan menggunakan teknik biakan murni Koch dan anggotanya menemukan agen-agen
penyebab typus, dipteri,tetanus, pneumonia dan lain sebagainya. Koch mengenalkan
penggunaan binatang model untuk penyakit manusia dengan cara menginjeksikan
bakteri ke dalam mencit,kelinci, babi atau domba. Ia bahkan menempelkan kamera pada
mikroskopnya untuk mengambil gambar dan menggunakannya sebagai bukti untuk
menghilangkan keraguan. Membiakkan bakteri dapat dilakukan dengan berbagi cara,
salah satunya pengembangbiakan dalam media cawan petri. Pengembangbiakan dalam
cawan ini ada beberapa metode, yaitu :
1. Metode cawan gores (streak plate)
Metode cawan gores cukup sulit bagi pemula, kesulitan dari metode ini,
yaitu proses penggoresan yang cukup lama dan sulit, sehingga memudahkan
terjadinya kontaminasi dan kegagalan. Prinsip metode ini, yaitu mendapatkan
koloni yang benar-benar terpisah dari koloni yang lain, sehingga mempermudah
proses isolasi.
2. Metode cawan tuang (pour plate)
Metode cawan tuang sangat mudah dilakukan. Metode ini dilakukan dengan
mengencerkan sumber isolat yang telah diketahui beratnya ke dalam 9 ml garam
fisiologis (NaCl 0.85%) atau larutan buffer fosfat. Larutan ini berperan sebagi
penyangga pH agar sel bakteri tidak rusak akibat menurunnya pH lingkungan. Sekitar
1 ml suspensi dituang ke dalam cawan petri steril, dilanjutkan dengan menuangkan
media penyubur (nutrien agar) steril hangat (40-50oC) kemudian ditutup rapat dan
diletakkan dalam inkubator (37oC) selama 1-2 hari.
11
3. Metode cawan sebar (spread plate)
Metode ini cukup sulit terutama saat meratakan suspensi dengan batang
drygalski. Alih-alih koloni tumbuh merata, biakan justru terkontaminasi. Oleh karena
itu, batang drygalski harus benar-benar steril, yaitu dengan mencelupkannya terlebih
dahulu dalam alkohol kemudian dipanaskan dengan api bunsen. Perlu diingat, batang
drygalski, yang masih panas akibat pemanasan dengan api bunsen, dapat merusak
media agar, sehingga harus didinginkan terlebih dahulu dengan meletakkannya di
sekitar api bunsen (±15 cm) dengan metode ini, satu sel bakteri akan tumbuh dan
berkembang menjadi satu koloni bakteri.
Bakteri dapat melakukan reproduksi dengan dua cara yakni reproduksi secara
aseksual dan reproduksi secara seksual. Reproduksi bakteri secara seksual dibagi menjadi
tiga jenis yaitu, reproduksi dengan transformasi, reproduksi dengan transduksi, dan
reproduksi dengan konjugasi. Berikut uraian lengkap mengenai macam-macam
reproduksi bakteri.
1. Reproduksi aseksual
Yang termasuk di dalam reproduksi secara aseksual ini adalah pembelahan,
pembentukan tunas/ cabang, dan pembentukan filamen.
Pembelahan
Pada umumnya bakteri berkembang biak dengan pembelahan biner, artinya
pembelahan terjadi secara langsung, dari satu sel membelah menjadi dua sel anakan.
Masing-masing sel anakan akan membentuk dua sel anakan lagi, demikian seterusnya.
Proses pembelahan biner diawali dengan proses replikasi DNA menjadi dua DNA
identik, diikuti pembelahan sitoplasma dan akhirnya terbentuk dinding pemisah di
antara kedua sel anak bakteri. Perhatikan gambar skematik pembelahan biner sel
bakteri dibawah!
12
Skema pembelahan biner pada Streptococcus faecalis
2. Reproduksi Seksual
Bakteri berbeda dengan eukariota dalam hal cara penggabungan DNA yang datang
dari dua individu ke dalam satu sel. Pada eukariota, proses seksual secara meiosis dan
fertilisasi mengkombinasi DNA dari dua individu ke dalam satu zigot. Akan tetapi, jenis
kelamin yang ada pada ekuariota tidak terdapat pada prokariota. Meiosis dan fertilisasi
tidak terjadi, sebaliknya ada proses lain yang akan mengumpulkan DNA bakteri yang
13
datang dari individu-individu yang berbeda. Proses-proses ini adalah pembelahan
transformasi, transduksi dan konjugasi.
Transformasi
Dalam konteks genetika bakteri, transformasi merupakan perubahan suatu genotipe sel
bakteri dengan cara mengambil DNA asing dari lingkungan sekitarnya. Misalnya, pada
bakteri Streptococcus pneumoniae yang tidak berbahaya dapat ditransformasi menjadi
sel-sel penyebab pneumonia dengan cara mengambil DNA dari medium yang
mengandung sel-sel strain patogenik yang mati. Transformasi ini terjadi ketika sel
nonpatogenik hidup mengambil potongan DNA yang kebetulan mengandung alel
untuk patogenisitas (gen untuk suatu lapisan sel yang melindungi bakteri dari sistem
imun inang) alel asing tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kromosom bakteri
menggantikan alel aslinya untuk kondisi tanpa pelapis. Proses ini merupakan
rekombinasi genetik – perputaran segmen DNA dengan cara pindah silang (crossing
over). Sel yang ditransformasi ini sekarang memiliki satu kromosom yang
mengandung DNA, yang berasal dari dua sel yang berbeda.
14
merangsang sel-sel untuk menelan sebagian kecil DNA. Dalam bioteknologi, teknik
ini diaplikasikan untuk memasukkan gen gen asing ke dalam E. Coli, gen-gen yang
mengkode protein yang bermanfaat, seperti insulin manusia dan hormon
pertumbuhan.
Transduksi
Pada proses transfer DNA yang disebut transduksi, faga membawa gen bakteri dari
satu sel inang ke sel inang lainnya. Ada dua bentuk transduksi yaitu transduksi umum
dan transduksi khusus. Keduanya dihasilkan dari penyimpangan pada siklus
reproduktif faga.
15
dengan profaga. Ketika suatu virus yang membawa DNA bakteri seperti ini
menginfeksi sel inang lain, gen-gen bakteri ikut terinjeksi bersama-sama dengan
genom faga. Transduksi khusus hanya mentransfer gen-gen tertentu saja, yaitu gen-
gen yang berada di dekat tempat profaga pada kromosom tersebut.
Konjugasi dan Plasmid
Konjugasi merupakan transfer langsung materi genetik antara dua sel bakteri
yang berhubungan sementara. Proses ini, telah diteliti secara tuntas pada E. Coli.
Transfer DNA adalah transfer satu arah, yaitu satu sel mendonasi (menyumbang)
DNA, dan “pasangannya” menerima gen. Donor DNA, disebut sebagai “jantan”,
menggunakan alat yang disebut pili seks untuk menempel pada resipien (penerima)
DNA dan disebut sebagai “betina”. Kemudian sebuah jembatan sitoplasmik sementara
akan terbentuk diantara kedua sel tersebut, menyediakan jalan untuk transfer DNA.
Plasmid adalah molekul DNA kecil, sirkular dan dapat bereplikasi sendiri,
yang terpisah dari kromosom bakteri. Plasmid-plasmid tertentu, seperti plasmid f,
dapat melakukan penggabungan reversibel ke dalam kromosom sel. Genom faga
bereplikasi secara terpisah di dalam sitoplasma selama siklus litik, dan sebagai bagian
integral dari kromosom inang selama siklus lisogenik. Plasmid hanya memiliki sedikit
gen, dan gen-gen ini tidak diperlukan untuk pertahanan hidup dan reproduksi bakteri
pada kondisi normal. Walaupun demikian, gen gen dari plasmid ini dapat memberikan
keuntungan bagi bakteri yang hidup di lingkungan yang banyak tekanan. Contohnya,
plasmid f mempermudah rekombinasi genetik, yang mungkin akan menguntungkan
bila perubahan lingkungan tidak lagi mendukung strain yang ada di dalam populasi
bakteri. Plasmid f , terdiri dari sekitar 25 gen, sebagian besar diperlukan untuk
memproduksi piliseks. Ahli-ahli genetika menggunakan simbol f+ (dapat diwariskan).
Plasmid f bereplikasi secara sinkron dengan DNA kromosom, dan pembelahan satu sel
f+ biasanya menghasilkan dua keturunan yang semuanya merupakan f+. Sel-sel yang
tidak memiliki faktor f diberi simbol f-, dan mereka berfungsi sebagai recipien DNA
(“betina”) selama konjugasi. Kondisi f+ adalah kondisi yang “menular” dalam artian
sel f+ dapat memindah sel f- menjadi sel f+ ketika kedua sel tersebut berkonjugasi.
Plasmid f bereplikasi di dalam sel “jantan”, dan sebuah salinannya ditransfer ke sel
“betina” melalui saluran konjugasi yang menghubungkan sel-sel tersebut. Pada
perkawinan f+ dengan f- seperti ini, hanya sebuah plasmid f yang ditransfer. Gen-gen
dari kromosom bakteri tersebut ditransfer selama konjugasi ketika faktor f dari donor
sel tersebut terintegrasi ke dalam kromosomnya. Sel yang dilengkapi dengan faktor f
16
dalam kromosomnya disebut sel Hfr ( high frequency of recombination atau
rekombinasi frekuensi tinggi). Sel Hfr tetap berfungsi sebagai jantan selama konjugasi,
mereplikasi DNA faktor f dan mentransfer salinannya ke f- pasangannya. Tetapi
sekarang, faktor f ini mengambil salinan dari beberapa DNA kromosom bersamanya.
Gerakan acak bakteri biasanya mengganggu konjugasi sebelum salinan dari
kromosom Hfr dapat seluruhnya dipindahkan ke sel f-. Untuk sementara waktu sel
resipien menjadi diploid parsial atau sebagian, mengandung kromosomnya sendiri
ditambah dengan DNA yang disalin dari sebagian kromosom donor. Rekombinasi
dapat terjadi jika sebagian DNA yang baru diperoleh ini terletak berdampingan dengan
daerah homolog dari kromosom F-, segmen DNA dapat dipertukarkan. Pembelahan
biner pada sel ini dapat menghasilkan sebuah koloni bakteri rekombinan dengan gen-
gen yang berasal dari dua sel yang berbeda, dimana satu dari strain-strain bakteri
tersebut sebenarnya merupakan Hfr dan yang lainnya adalah F.
Jika sejumlah sel mikroba (contohnya:Bakteri) ditanam kembali kedalam suatu medium baru,
maka sel-sel bakteri tersebut tidak akan segera membelah diri. Bila pada waktu-waktu
tertentu jumlah populasi bakteri tersebut tidak akan segera membelah diri.
17
Bila pada waktu-waktu tertentu jumlah populasi bakteri tersebut dihitung dan hasilnya di plot
dalam grafik hubungan antara jumlah sel dengan waktu generasi (waktu yang
dibutuhkan sampai populasi selnya menjadi dua kali lipat) yang sangat pendek, lazimnya
jumlah populasi selnya dinyatakan dalam logaritma jumlah. Dari profil garis grafik
pertumbuhan sel bakteri tersebut, dapat dikenal fase-fase pertumbuhan populasi sel bakteri
tersebut (gambar 16)
Kurva yang menunjukkan logaritma dari kerapatan populasi sel. Titik vertikal menunjukkan
batas-batas setiap fase pertumbuhan: 1. Fase permulaan; 2. Fase pertumbuhan di percepat; 3.
18
Fase logaritma; 4. Fase pertumbuhan mulai terhambat; 5. fase stationer maksimum; 6.fase
kematian dipercepat; dan 7. fase kematian logaritma.
Dikenal pula dengan initial phase atau lag phase atau laten phase. Dalam fase ini bakteri
belum mengadakan perbanyakan sel, bahkan sebagian sel bakteri mati, hingga hanya sel yang
kuat saja yang bertahan hidup. Ukuran sel membesar yang disebabkan oleh adanya
pemasukan air imbibisi ke dalam sel. Secara teoritis, keadaan laten atau lag dari populasi
bakteri ini diakibatkan oleh pasokan metabolit yang tidak mencukupi, atau oleh tidak
aktifnya suatu enzim hingga keseluruhan metabolisme terhambat. Ini disebabkan oleh
keberadaan sel bakteri dalam lingkungan baru sehingga sel harus menyesuaikan diri dalam
lingkungan yang baru tersebut.
Disamping itu, secara khusus ada dua peristiwa lain yang memungkinkan terjadinya fase ini,
yaitu:
Fase pertumbuhan yang dipercepat (Accelarated Growth Phase) Selama fase ini, sel bakteri
belum memperbanyak diri. Kecepatan pertumbuhan makin lama makin meningkat, seperti
terlihat pada gambar 21.
Bila kecepatan pertumbuhan diberikan dalam term waktu generasi (doubling time, td, yaitu
waktu yang dibutuhkan populasi sel untuk melipatkan jumlahnya menjadi dua kali lipat,
maka waktu generasinya makin lama makin pendek). Sedangkan kecepatan pertumbuhan
dinyatakan dalam kecepatan tumbuhnya makin lama x dt tinggi. Secara individual makin
lama ukuran sel makin mendekati maksimum. Ini disebabkan oleh adanya kemasukan air
imbibisi dan adanya permulaan aktivitas metabolisme.
19
Fase Ketiga Fase Logaritma
Fase logaritma (Logaritmic phase atau exponensial phase) Selama fase ini kecepatan
pertumbuhan populasi sel berjalan maksimum dan konstan seperti terlihat pada gambar
sinstesis bio massa, sangat tepat bila digambarkan dengan term logaritma, apabila kecepatan
sintesisnya dinyatakan dengan kecepatan pertumbuhan spesifik, μ seperti dinyatakan diatas.
X= XoOμt
X dan Xo adalah konsentrasi sel (g/l) pada waktu 0 dan t jam nilai μ sangat tergantung pada
spesies dan strain mikroba, serta kondisi lingkungan kultur mikroba tersebut. Dalam kondisi
kultur yang optimum, sel mikroba mengalami kecepatan reaksi metabolisme yang
maksimum. Ditinjau dari sel bakteri secara individual, ukuran sel justru pada waktu ukuran
yang minimum, dengan ketebalan dinding sel yang minimum. Ini disebabkan oleh sangat
aktifnya sel membelah diri. hingga sintesis makromolekul dari komponen sel pun berlomba
dengan waktu.
Bila populasi sel yang sedang mengalami fase ini dipindahkan ke dalam medium baru,
dengan komposisi nutrient yang sama dengan kondisi lingkungan yang sama, maka dalam
medium baru populasi ini akan langsung mengalami fase logaritma. Jadi tidak mengawali
pertumbuhan dengan fase permulaan dan fase pertumbuhan dipercepat.
Fase Pertumbuhan yang mulai terhambat (Phase of negative accelerated growth) Dimulai dari
awal fase ini, kecepatan pertumbuhan makin lama makin menurun.
Penghambatan pertumbuhan diakibatkan oleh berbagai sebab. DAlam banyak hal. penurunan
kecepatan pertumbuhan ini diakibatkan oleh kehabisan nutrisi. Tetapi sering terjadi walaupun
pasokan nutrisi diberikan dengan cukup, penurunan kecepatan pertumbuhan tetap berjalan.
Umumnya ini disebabkan oleh akumulasi substansi toksik hasil metabolisme sel
yang menghambat dapat menghambat pertumbuhan sel. Substansi ini memungkinkan pula
menyebabkan represi terhadap kerja sistem sintesis enzim, yang mengakibatkan terhentinya
transkripsi kode genetik dari gen tertentu hingga pembentukan enzim baru terhenti sama
sekali. Selanjutnya perubahan kondisi lingkungan, seperti perubahan pil yang tajam
20
sebagai akibat metabolisme sel, dapat mengakibatkan penghambatan terhadap pertumbuhan
sel.
Fase stasioner
Selama fase ini kecepatan pertumbuhan adalah nol. Walaupun demikian, tidak berarti tidak
terjadi pertumbuhan sel. Jumlah pembentukan sel baru sebagai hasil reproduksi, seimbang
dengan jumlah sel yang mati selama fase ini.
Oleh karena itu, ekspresi dalam grafik linear dan sejajar selama fase ini, menggunakan
cadangan makanan yang ada di dalam protoplasma sebagai building blocks pembangun sel
yang baru.
Kedua fase ini biasanya dijadikan satu menjadi fase yang menurun (phase of decline). Selama
fase ini jumlah sel yang hidup makin lama makin menurun, sedangkan jumlah kematian sel
makin banyak. Kematian ini, disebabkan oleh kondisi lingkungan yang makin memburuk,
terutama sekali oleh makin banyaknya akumulasi hasil metabolisme yang toksik terhadap sel.
Lamanya fase ini tergantung pada kondisi lingkungannya sendiri.
21
BAB III
A. KESIMPULAN
Reproduksi berarti ‘perkembangbiakan bakteri’. Bakteri dapat berkembang
biak dengan cara membelah diri. Perkembangbiakan bakteri dilakukan dengan dua
cara, yaitu secara aseksual dan seksual. Pembiakan secara aseksual dilakukan dengan
pembelahan, yaitu dengan pembelahan biner, sedangkan pembiakan secara seksual
yang dilakukan bakteri tidak merupakan pembiakan yang sebernarnya, seperti yang
terjadi pada makhuk hidup eukariot. Hal ini karena pada bakteri tidak terjadi
penyatuan sel kelamin. Perkembangbiakan paraseksual yang dapat terjadi pada bakteri
yaitu dengan cara transformasi, transduksi , dan konjugasi.
Kultivasi merupakan metode untuk melipatgandakan jumlah mikroba dengan
membiarkan mereka berkembang biak dalam media biakan yang telah disiapkan di
bawah kondisi laboratorium terkendali. Kultivasi bakteri memerlukan nutrisi dan
media untuk pembentukan bakteri.
B. SARAN
Untuk lebih memperkaya pengetahuan, ada baiknya diperbanyak referensi
mengenai kultivasi dan reproduksi bakteri ini.
22
DAFTAR PUSTAKA
http://matakuliahbiologi.blogspot.co.id/2012/04/kultivasi-mikroba.html
https://artikelbermutu.com/2014/04/kurva-pertumbuhan-mikroorganisme.html
http://www.ujangarisman.com/2017/01/makalah-tentang-reproduksi-bakteri.html
23