Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 1 ASSISTENSI OSEANOGRAFI FISIK

Resume Jurnal “KARAKTERISTIK OSEANOGRAFI DAN


KELIMPAHAN FITOPLANKTON DI PERAIRAN SELAT SUNDA
PADA MUSIM TIMUR”

Oleh:
IRMA DEWANTARY
03311840000037

Dosen Pengampu:
Mohammad Rohmaneo Darminto, ST, MSc.

DEPARTEMEN TEKNIK GEOMATIKA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL PERENCANAAN DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

2020
RESUME JURNAL

Judul Jurnal : KARAKTERISTIK OSEANOGRAFI DAN KELIMPAHAN


FITOPLANKTON DI PERAIRAN SELAT SUNDA PADA MUSIM
TIMUR
Volume : Vol. 6 (1) April 2014 : 11-20
Tahun : 2014
Penulis : Khairul Amri, Asep Priatna dan Suprapto
Riviewer : Irma Dewantary
Tanggal : 19 Februari 2020

Gambar Halaman Depan :


 Pendahuluan
Ditinjau dari aspek oseanografi, Selat Sunda merupakan salah satu perairan yang
penting dalam sirkulasi massa air di Indonesia. Dinamika massa airnya dipengaruhi oleh aliran
dua massa air utama, yaitu massa air Laut Jawa di bagian sebelah utara dan massa air Samudera
Hindia di bagian selatan. Pencampuran kedua massa air tersebut berdampak positif terhadap
kualitas massa air Selat Sunda, antara lain berpengaruh terhadap kandungan zat hara (nutrien),
klorofil, fitoplankton dan suspended solid/ seston (Adnan, 2003).
Suhu merupakan parameter lingkungan yang paling sering diukur di laut karena
berguna dalam mempelajari proses fisika, kimia, dan biologi yang terjadi di laut. Pola distribusi
suhu permukaan laut dapat digunakan untuk mengidentifikasi parameter-parameter
oseanografi lain seperti arus, umbalan dan front (Pralebda&Suyuti,1983).

 Bahan Dan Metode


Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian terdapat di perairan Selat Sunda posisi geografis antara
(05.00.00°LS- 07.00.00°LS dan 104.00.00°BT-106.30.00°BT) dengan 25 stasiun
pengukuran parameter oseanografi (fisika dan biologi).
Metode
Penelitian dilakukan dengan metode survey eksploratif menggunakan kapal riset
“KRS ardinella ”, Balai Penelitian Perikanan Laut (BPPL). Data oseanografi diperoleh
dengan menggunakan instrument Conductivity Temperature Depth(CTD) Profiler Valeport
308 dan CTD current meter Valeport type 108/308. Pengukuran kecerahan air laut
dilakukan menggunakan sechi dish. Parameter oseanografi fisik yang diambil meliputi
suhu, salinitas, arah dan kecepatan arus.
Aspek biologi oseanografi yang dikaji adalah kelimpahan fitoplankton, diperoleh
dengan cara menyaring air menggunakan plankton net. Kemudian dilakukan pencacahan
dan penghitungan menggunakan mikroskop binokuler.
 Hasil Dan Bahasan
Hasil
1. Profil Menegak Suhu dan Salinitas
Profil menegak suhu dan salinitas di perairan barat Banten bagian pesisir dan tengah
menunjukkan nilai yang bervariasi, akibat pengaruh masukan air dari sungai (river
discharge)
2. Sebaran Melintang Suhu dan Salinitas
Analisa sebaran melintang suhu dan salinitas, menunjukkan pada area pesisir
barat Banten, dimana kedalamannya lebih dangkal dibanding bagian tengah,
memiliki suhu dan salinitas cenderung homogeny.
3. Sebaran Mendatar Suhu dan Salinitas Permukaan
Sebaran mendatar suhudan salinitas permukaan pada bulan Juni-Juli yang
bertepatan dengan musim timur, menunjukan suhu permukaan laut (SPL) di
perairan barat Banten lebih tinggi daripada area lainnya.
4. Arus dan Nilai Kecerahan
Arah dan kecepatan arus pada musim timur di perairan Selat Sunda pada setiap
strata kedalaman yang diukur secara umum terlihat bahwa kecepatan arus pada
lapisan dalam lebih kuat dari pada arus di bagian permukaan dan dominan berasal
dari Samudera Hindia. Arus yang berasal dari Laut Jawa terlihat berada pada sisi
perairan pantai Banten (Carita,Labuhan Sampai Tanjung Lesung) menuju Selatan
dan Barat Daya, dan di sekitar perairan Pulau Panaitan arus ini dibelokkan ke arah
Utara dan Barat Laut. Diduga pengaruh yang kuat dari dorongan massa air
Samudera Hindia dibagian selatan selat

Bahasan
1. Dinamika Massa Air
Massa air Samudera Hindia terlihat lebih dominan berada di perairan Teluk
Semangka dibandingkan dengan massa air yang terdapat di sekitar gugusan Pulau
Rakata, kejadian ini ditunjukkan dengan nilai sebaran salinitas yang lebih tinggi dan
temperature yang lebih rendah di perairan ini. Nilai sebaran salinitas yang lebih
rendah di bagian utara perairan gugusan Pulau Rakata, akibat pengaruh massa air
Laut Jawa (bersalinitas lebih rendah) yang kemudian bercampur dengan massa air
Samudera Hindia.
Labuan dan bagian utara Pulau Panaitan didominansi oleh massa air dengan
SPL tinggi (hangat). Dari sini terlihat masuknya massa air Samudera Hindia ke
Selat Sunda melalui sisi pantai selatan Lampung dan aliran massa air Laut Jawa
dominan berada di sisi pantai barat Banten.
2. Indikasi Upwelling
Selama penelitian berlangsung, terlihat adanya fenomena upwelling, yang
indikasinya ditemukan di perairan Teluk Semangka dan sekitar gugusan Pulau
Rakata. Pada daerah tersebut suhu laut lebih rendah dan salinitas lebih tinggi
dibanding daerah lainnya. Proses upwelling yang terjadi di lokasi ini merupakan
pergerakan massa air dari lapisan dalam yang naik ke permukaan. Massa air dari
lapisan dalam memiliki temperature yang lebih rendah dan salinitas yang lebih
tinggi dibandingkan lapisan permukaan. Terjadinya upwelling di Selat Sunda
terkait dengan bentuk topografi dasar laut dan pergerakan arus pada lapisan dalam.
3. Sebaran dan Kelimpahan Fitoplankton
Rendahnya tingkat kecerahan pada perairan dekat pantai terutama di perairan
pesisir barat Banten, terkait dengan tingginya sebaran fitoplankton pada perairan
ini. Faktor-faktor penyebab tingginya penyebaran plankton.
Antara lain arus dan nutrien. Asupan massa air dari muara-muara sungai di
pesisir barat Banten seperti Labuan dan sekitarnya membawa nutrien sehingga
memperkaya kesuburan perairan di lokasi ini. Sebaran spasial kelimpahan
fitoplankton hasil survei eksplorasi pada bulan Juni-Juli.
Dari hasil pengukuran kelimpahan plankton ini dapat dinyatakan bahwa
upwelling yang terjadi pada bulan Juni Juli sekitar perairan tubir di bagian tengah
selat, tampaknya belum memberi dampak yang signifikan terhadap pengkayaan
nutrien di perairan ini, sehingga kelimpahan fitoplankton masih belum mengalami
peningkatan yang signifikan.

 Kesimpulan
Nilai sebaran Suhu Permukaan Laut (SPL) perairan Selat Sunda pada musim timur
bervariasi, lebih hangat mendekati pesisir barat Banten terkait pengaruh daratan (river
discharge) dan massa air dangkal Laut Jawa, sebaliknya lebih dingin ke arah samudera.
Upwelling di bagian tengah selat disebabkan benturan arus kuat dari Samudera Hindia pada
daerah tubir lapisan dalam. Intensitasnya lemah pada bulan Juni-Juli, menandakan masih
fase awal dari proses terjadinya upwelling di perairan ini. Nilai indeks keanekaragaman (H)
dan keseragaman (E) fitoplankton yang tertinggi berasosiasi dengan lokasi dimana massa
air upwelling ditemukannya. Kelimpahan fitoplankton dengan keanekaragaman yang
tinggi di lokasi upwelling menandakan bahwa peningkatan nutrient akibat upwelling
mendukung bagi perkembangan fitoplankton.

Anda mungkin juga menyukai