Anda di halaman 1dari 5

REVIEW JURNAL

CARA PEMERIKSAAN PERMASALAHAN SAMPAH SECARA


LABORATORIUM
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Penyehatan Tanah dan Pengolahan Sampah Padat B

Disusun Oleh :

FRISCA MIRANA SYAPUTRI


NIM. PO 7233314 347

Tingkat II A Kesehatan Lingkungan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGPINANG
PRODI KESEHATAN LINGKUNGAN
TAHUN 2016
CARA PEMERIKSAAN PERMASALAHAN SAMPAH SECARA
LABORATORIUM
Sampah (solid waste) secara umum dapat diartikan sebagai semua buangan
yang dihasilkan dari aktivitas manusia atauhewan yang tidak diinginkan atau
digunakan lagi, baik berbentuk padat atau setengah padat Setiap aktivitas yang
dilakukan oleh manusia selalu menghasilkan sampah dan hampir setiap hari manusia
menghasilkan sampah. Jika sampah tersebut tidak dikelola dengan baik, maka akan
menimbulkan berbagai masalah seperti masalah estetika karena bau yang
ditimbulkannya, menjadi vektor penyakit dan dapat menganggu kualitas tanah dan air
tanah sekitarnya.

Faktor lingkungan dan faktor perilaku merupakan faktor yang sangat


berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat, karenanya perlu memperoleh
perhatian secara sungguh-sungguh. Faktor perilaku sehat diharapkan untuk dapat
memelihara, meningkatkan kesehatan dan melindungi diri dari ancaman penyakit,
sedangkan lingkungan sehat diharapkan terciptanya lingkungan yang kondusif, bebas
polusi, pemukiman sehat dan pengelolaan sampah yang sehat.

Dikota besar sampah menjadi masalah baik dari segi jumlah maupun dari
jenisnya. Besar kecilnya masalah sampah tumbuh seiring dengan pertumbuhan
jumlah penduduk yang ada dikota tersebut. Persoalan dapat berkurang tidak hanya
oleh pihak pemerintah, tetapi juga masyarakat. Keiikutsertaan masyarakat dalam
pengelolaan sampah perlu ada peningkatan dari waktu ke waktu, selain itu
pengetahuan dari berbagai pihak yang peduli lingkungan perlu digalakkan melalui
jalur pendidikan.

Untuk mencegah terjadinya gangguan terhadap lingkungan dan kesehatan


manusia maka perlu dirancang suatu sistem pengelolaan persampahan yang baik
mulai dari sumber, pengumpulan, transportasi hingga ke Tempat Pembuangan Akhir
(TPA).
Pengelolaan sampah merupakan upaya dalam mengurangi, mengumpulkan,
memindahkan, menyimpan sementara, mengolah dan menimbun sampah.
Pengelolaan sampah menjadi salah satu tantangan berat yang harus dihadapi oleh
banyak kota dewasa ini. Secara umum pengelolaan sampah dengan biaya murah,
layak dari segi kesehatan dan tidak membawa implikasi yang negatif terhadap
lingkungan, merupakan salah satu permasalahan serius yang harus dihadapi oleh
pemerintah kota dan harus dipikirkan oleh semua elemen masyarakat.

TAHAPAN PENELITIAN

1. Studi literature
2. Pengumpulan data sekunder
3. Penyebaran kuesioner
4. Pengumpulan data primer, berupa jumlah sampel sampah domestik
5. Jumlah sampel sampah didasarkan pada metode SNI 19-3964-1994.
6. Pengujian sampel sampah, yang dilakukan dilapangan dan di laboratorium
7. Pengujian sampel sampah di lapangan adalah analisis timbulan sampah secara
berat dan volume sampah, berat jenis sampah, faktor pemadatan dan
komposisisampah serta karakteristik biologi sampah.
8. Di Laboratorioum untuk pengujian sampel sampah berupa analisis
karakteristik fisik sampah dan kimia.
9. Pengolahan data, berupa analisis timbulan, komposisi dan karakteristik
sampah domestik.
10. Penentuan lokasi pengambilan sampel sampah.
CARA PEMERIKSAAN DI LAPANGAN

Pengukuran Komposisi Sampah

Pengukuran komposisi sampah mengacu kepada SNI 19-3964-1994 tentang


Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah.
Kelompok komposisi sampah

yang diteliti adalah kelompok (organik, plastik, kertas karton kardus, kaca,
aluminium dan logam, karet dan kulit, komposit dan inert, tekstil, kayu, produk
saniter, bahan berbahaya beracun/B3 dan lain-lain).

Berat jenis sampah

Berat jenis sampah TPA dihitung dengan menggunakan kotak kayu berukuran
0,5 m x 0,5 m x 0,5 m yang telah ditimbang beratnya. Sampah dimasukkan ke dalam
kotak tersebut. Kemudian kotak tersebut dihentak tiga kali dengan diangkat setinggi ±
20 cm, lalu dijatuhkan ke tanah. kemudian diukur dan dicatat volume sampah dan
beratnya.

Ukuran partikel sampah

Ukuran partikel sampah diukur dengan saringan berdiameter 10 mm dan 50


mm. Sampel 100 kg sampah untuk pengukuran komposisi sampah (kondisi masih
utuh), maka diambil sebanyak ± 2 kg sampah Selanjutnya saringan disusun, dimana
saringan paling kecil di posisi paling bawah, kemudian sampah 2 kg tersebut diayak.
Setelah pengayakan dengan saringan tersebut, maka sampah 2 kg tadi dikembalikan
ke posisi semula (sampel sampah 100 kg awal) untuk digunakan dalam pengukuran
komposisi sampah. Sehingga akan diperoleh persentase komponen sampah yang
tertahan dan lolos saringan berdiameter 10 mm dan 50 mm serta akan diketahui berat
partikel sampah TPA dalam fungsi ukuran saringan.
CARA PEMERIKSAAN DI LAPANGAN

Kadar air sampah

Pemeriksaan kadar air sampah dilakukan di laboratorium. Sampel yang telah


ditimbang diambil sebanyak ±10 gram kemudian diletakkan di dalam cawan porselin.
Lalu sampel dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 105 0C selama 3 jam. Setelah
itu sampel dimasukkan ke dalam desikator selama 30 menit dan kemudian sampel
ditimbang sampai bobot tetap.

Kadar volatil sampah

Pemeriksaan kadar volatil sampah dilakukan di laboratorium. Sampel yang


sudah dikeringkan di dalam oven 105 0C, dari pengukuran kadar air, dipanaskan lagi
di dalam furnace dengan suhu 550 0C selama 1 jam. Setelah itu sampel dimasukkan
ke dalam desikator hingga suhu ruang, kemudian sampel ditimbang.

Kadar abu sampah

Pemeriksaan kadar abu sampah dilakukan di laboratorium Sisa sampel yang


telah dipanaskan dengan suhu 550 0C, kemudian dipanaskan kembali di dalam
furnace dengan suhu 950 0C selama 7 menit. Setelah 7 menit, sampel dimasukkan ke
dalam desikator hingga suhu ruang dan sampel ditimbang.

Energi dari sampah

Penentuan kandungan energi (nilai kalor) dari sampah dapat ditentukan dengan
menggunakan full-scale boiler sebagai kalorimeter, bomb calorimeter di laboratorium
dan perhitungan (jika komponen dasar diketahui). Saat pengukuran nilai kalor tidak
dilaksanakan secara langsung, model empiris dapat digunakan untuk memprediksi
nilai kalor dari sampah. Variabel bebas di dalam modelisasi empiris nilai kalor
sampah adalah elemen komposisi, diketahui bahwa modelisasi empiris juga dapat
diketahui dari komposisi atau juga komposisi proksimat (kadar volatil, kadar air,
karbon tetap atau abu) dari sampah dapat juga memprediksi nilai kalor sampah

Anda mungkin juga menyukai