Anda di halaman 1dari 9

Orang-orang yang Dijamin Masuk Surga

diposting oleh restu-n--feb10 pada 11 October 2012


di Umum - 0 komentar

Keinginan menjadi penghuni surga tidak cukup hanya berdo’a, tapi kita harus berusaha memiliki
sifat dan amal calon penghuninya dan usaha itu sekarang dalam kehidupan kita di dunia ini.

1.  Memberi Makan.

Makan dan minum merupakan kebutuhan manusia yang harus dipenuhi oleh masing-masing
orang, namun karena berbagai persoalan dalam kehidupan manusia, maka banyak orang yang
tidak bisa memenuhinya atau bisa memenuhi tapi tidak sesuai dengan standar kesehatan,
karena itu, bila kita ingin mendapat jaminan masuk surga, salah satu yang harus kita lakukan
dalam hidup ini adalah memberi makan kepada orang yang membutuhkannya.

Rasulullah saw bersabda: “Sembahlah Allah Yang Maha Rahman, berikanlah makan,
tebarkanlah salam, niscaya kamu masuk surga dengan selamat ” (HR. Tirmidzi)

Di dalam hadits lain, Rasulullah saw juga bersabda: “Sesungguhnya di surga terdapat kamar-
kamar yang luamya dapat dilihat dari dalamnya dan dalamnya dapat dilihat dari luarnya, Allah
menyediakannya bagi orang yang memberi makan, menebarkan salam dan shalat malam
sementara orang-orang tidur ” (HR. Ibnu Hibban).

Terdapat pula hadits senada soal ini yang perlu kita perhatikan: “Di surga terdapat kamar-
kamar yang luarnya dapat dilihat dari dalamnya dan dalamnya dapat dilihat dari luarnya”. Abu
Malik Al Asy’ari berkata: “buat siapa wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab: “Bagi orang yang
berucap baik, memberi makan, dan di melalui malam dengan shalat sementara orang-orang
tidur” (HR. Thabrani, Hakim, Bukhari dan Muslim).

Bahkan sahabat Abdullah bin Salam mendengar pesan Nabi kepada para sahabat yang
berbunyi: “Wahai manusia, tebarkanlah salam, berikanlah makan, sambunglah hubungan
silaturrahim, shalatlah diwaktu malam sementara orang-orang tidur, niscaya kalian masuk
surga dengan selamat ” (HR. Tirmidzi, ibnu Majah dan Hakim).

2.  Menyambung Silaturrahim.

Hubungan antar sesama manusia harus dijalin dengan sebaik-baiknya, antara sesama saudara
dalam iman, terutama yang berasal dari rahim ibu yang sama yang kemudian disebut dengan
saudara dalam nasab.
Bila ini selalu kita perkokoh, maka di dalam hadits di atas, kita mendapatkan jaminan surga dari
Rasulullah saw, sedangkan bila kita memutuskannya, maka kitapun terancam tidak masuk
surga.

Rasulullah saw bersabda: “Tidak akan masuk surga orang yang suka memutuskan, Sufyan
berkata dalam riwayatnya: yakni memutuskan tali persaudaraan ” (HR. Bukhari dan Muslim).

“Ketika Rasulullah saw bertanya kepada pada sahabat tentang maukah aku beritahukan
kepada kalian tentang orang yang akan menjadi penghuni surga? diantaranya beliau
menjawab: Seorang laki-laki yang mengunjungi saudaranya di penjuru kota dengan ikhlas
karena Allah ” (HR. Ibnu Asakir, Abu Na’im dan Nasa’i).

3.  Shalat Malam

Tempat terpuji di sisi Allah swt adalah surga yang penuh dengan kenikmatan yang tiada terkira,
karenanya salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk bisa diberi tempat yang terpuji itu
adalah dengan melaksanakan shalat tahajjud saat banyak manusia yang tertidur lelap, Allah swt
berfirman: “Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu
ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang
Terpuji ” (QS Al Isra [17]:79).

Manakala seseorang sudah rajin melaksanakan shalat tahajjud, ia merasa menjadi seorang yang
begitu dekat dengan Allah swt dan bukti kedekatannya itu adalah dengan tidak melakukan
penyimpangan dari ketentuan Allah swt meskipun peluang untuk menyimpang sangat besar
dan bisa jadi ia mendapatkan keuntungan duniawi yang banyak.

4. Memudahkan Orang Lain.

Dalam hidupnya, ada saat manusia mengalami kesenangan hidup dengan segala
kemudahannya, namun pada saat lain bisa jadi ia mengalami kesulitan dan kesengsaraan.

Karena itu, sesama manusia idealnya bisa saling memudahkan, termasuk dalam jual beli.
Manakala kita sudah bisa memudahkan orang lain, maka salah satu faktor yang membuat
manusia mendapat jaminan surga telah diraihnya.

Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya seorang lelaki masuk  surga. Dia ditanya: “Apa yang
dulu kamu kerjakan?”. Dia menjawab, dia ingat atau diingatkan, dia menjawab: “Aku berjual
beli dengan manusia lalu aku memberi tempo kepada orang yang dalam kesulitan dan
mempermudah urusan dengan pembayaran dengan dinar atau dirham”. Maka dia
diampuni (HR. Muslim dan Ibnu Majah)

Apabila dalam hidup ini kita suka memudahkan kesulitan yang dialami orang lain, maka kitapun
akan mendapatkan kemudahan dalam kehidupan di dunia ini maupun di akhirat kelak.
Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa memudahkan orang yang kesulitan, Allah
memudahkannya di dunia dan akhirat ” (HR. Ibnu Majah dari Abu Hurairah).

5. Berjihad.

Islam merupakan agama yang harus disebarkan dan ditegakkan dalam kehidupan di dunia ini,
bahkan ketika dengan sebab disebarkan dan ditegakkan itu ada pihak-pihak yang tidak
menyukainya, lalu mereka memerangi kaum muslimin, maka setiap umat Islam harus memiliki
semangat dan tanggungjawab untuk berjihad dengan pengorbanan harta dan jiwa sekalipun.

Manakala kaum muslimin mau berjihad, maka Allah swt menyediakan surga untuk siapa saja
yang berjihad di jalan-Nya, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya: “Tetapi Rasul dan
orang-orang yang beriman bersama Dia, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. dan
mereka Itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan, dan mereka Itulah orang-orang yang
beruntung. Allah telah menyediakan bagimereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-
sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar” (QS At Taubah [9]:88-89).

Di dalam hadits, Rasulullah saw juga bersabda tentang jaminan Allah swt kepada orang yang
berjihad dengan surga: Ada tiga orang yang semuanya dijamin Allah azza wajalla, yaitu:
seorang lelaki yang pergi untuk berperang dijalan Allah, maka ia dijamin oleh Allah hingga
Allah mewafatkannya, lalu memasukkannya ke surga dengan segala pahala atau harta
rampasan perang yang diperolehnya. Dan seseorang yang pergi ke masjid, maka dia dijamin
oleh Allah hingga Allah mewafatkannya lalu memasukkannya ke surga atau
mengembalikannya dengan pahala atau harta yang diperolehnya; dan seseorang yang masuk
ke rumahnya dengan mengucapkan salam, maka dia dijamin olehAllah azza wajalla (HR. Abu
Daud).

Bahkan orang yang berjihad dan mati syahid meskipun dahulunya ia kafir dan pernah
membunuh kaum muslimin dijamin masuk surga, Rasulullah saw bersabda: Allah tertawa
kepada dua orang yang saling membunuh yang keduanya masuk surga. Para sahabat bertanya:
“Bagaimana yang Rasulullah?”. Beliau menjawab: “Yang satu (muslim) terbunuh (dalam
peperangan) lalu masuk surga. Kemudian yang satunya lagi (kafir) taubatnya diterima oleh
Allah ke dalam Islam, kemudian dia berjihad dijalan Allah lalu mati syahid (HR. Muslim dah Abu
Hurairah ra).

6. Tidak Sombong.

Takabbur atau sombong adalah menganggap dirinya lebih dengan meremehkan orang lain,
karenanya orang yang takabbur itu seringkali menolak kebenaran, apalagi bila kebenaran itu
datang dari orang yang kedudukannya lebih rendah dari dirinya.
Oleh karena itu, bila kita mati dalam keadaan terbebas dari kesombongan amat mendapatkan
jaminan masuk surga, Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang mati dan ia terbebas dari
tiga hal, yakni sombong, fanatisme dan utang, maka ia akan masuk surga ” (HR. Tirmidzi).

Takabbur merupakan salah sifat yang diwariskan oleh iblis laknatullah, dengan sebab itulah ia
divonis berdosa dan akan dimasukkan ke neraka, Allah swt berfirman: Sesungguhnya Kami
telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada
para malaikat: “bersujudlah kamu kepada Adam”, maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia
tidak termasuk mereka yang sujud. Allah berfirman: Apakah yang menghalangimu untuk
bersujud (kepada Adam) diwaktu Aku menyuruhmu?. Iblis menjawab: aku lebih baik
daripadanya, Engkau ciptakan aku dari api, sedang dia Engkau ciptakan dari tanah. Allah
berfirman: turunlah kamu dari syurga itu, karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri
di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina (QS Al
A’raf[7]: 11-13, lihat pula QS Mukmin [40]: 60).

Manakala seseorang berlaku sombong, sangat kecil peluang baginya untuk bisa masuk ke dalam
surga, di dalam hadits, Rasulullah saw bersabda:”Tidak masuk syurga orang yang di dalam
hatinya terdapat seberat biji sawi dari sifat kesombongan ” (HR. Muslim).

7. Tidak Memiliki Fanatisme Yang Berlebihan.

Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia termasuk kaum muslimin hidup dengan latar belakang
yang berbeda-beda, termasuk latar belakang kelompok, baik karena kesukuan, kebangsaan
maupun golongan-golongan ber-dasarkan organisasi maupun paham keagamaan dan partai
politik, hal ini disebut dengan ashabiyah.

Para saha-bat seringkali dikelompokkan menjadi dua golongan, yakni Muhajirin (orang yang
berhijrah dari Makkah ke Madinah) dan Anshar (orang Madinah yang memberi pertolongan
kepada orang Makkah yang berhijrah). Pada dasarnya golongan-golongan itu tidak masalah
selama tidak sampai pada fanatisme yang berlebihan sehingga tidak mengukur kemuliaan
seseorang berdasarkan golongan.

Manakala seseorang memiliki fanatisme yang berlebihan terhadap golongan sehingga segala
pertimbangan dan penilaian terhadap sesuatu berdasarkan golongannya, bukan berdasarkan
nilai-nilai kebenaran, maka hal ini sudah tidak bisa dibenarkan, inilah yang disebut dengan
ashabiyah yang sangat dilarang di dalam Islam.

Bila kita mati terbebas dari hal ini, dijamin masuk surga oleh Rasulullah saw dalam hadits di
atas, namun tidak masuk surga seseorang yang mati dalam keadaan demikian, karena
Rasulullah saw tidak mau mengakui orang yang demikian itu sebagai umatnya.
Hal ini terdapat dalam hadits Nabi saw: “Bukan golongan kamu orang yang menyeru kepada
ashabiyah, bukan golongan kami orang yang berperang atas ashabiyah dan bukan golongan
kami orang yang mati atas ashabiyah ” (HR. Abu Daud)

8. Terbebas Dari Utang.

Dalam hidup ini, manusia seringkali melakukan hubungan muamalah dengan sesamanya, salah
satunya adalah transaksi jual beli. Namun dalam proses jual beli tidak selalu hal itu dilakukan
secara tunai atau seseorang tidak punya uang padahal ia sangat membutuhkannya, maka iapun
meminjam uang untuk bisa memenuhi kebutuhannya, inilah yang kemudian disebut dengan
utang.

Sebagai manusia, apalagi sebagai muslim yang memiliki harga diri, sedapat mungkin utang itu
tidak dilakukan, apalagi kalau tidak mampu membayarnya, kecuali memang sangat darurat,
karena itu seorang muslim harus hati-hati dalam masalah utang.

Rasulullah saw bersabda: “Berhati-hatilah dalam berutang, sesungguhnya berutang itu suatu
kesedihan pada malam hari dan kerendahan diri (kehinaan) pada siang hari ” (HR. Baihaki)

Namun apabila manusia yang berutang tidak mau memperhatikan atau tidak mau
membayarnya, maka hal itu akan membawa keburukan bagi dirinya, apalagi dalam kehidupan
di akhirat nanti.

Hal ini karena utang yang tidak dibayar akan menggerogoti nilai kebaikan seseorang yang
dikakukannya di dunia, kecuali bila ia memang tidak mempunyai kemampuan untuk
membayarnya.

Rasulullah saw bersabda: “Utang itu ada dua macam, barangsiapa yang mati meninggalkan
utang, sedangkan ia berniat akan membayarnya, maka saya yang akan mengurusnya, dan
barangsiapa yang mati, sedangkan ia tidak berniat akan membayarnya, maka pembayarannya
akan diambil dari kebaikannya, karena di waktu itu tidak ada emas dan perak” (HR. Thabrani).

9. Peka Terhadap Peringatan.

Peka terhadap peringatan membuat seseorang mudah menerima segala peringatan dan nasihat
dari siapapun agar waspada terhadap segala bahaya dalam kehidupan di dunia dan akhirat,
sikap ini merupakan sesuatu yang amat penting karena setiap manusia amat membutuhkan
peringatan dari orang lain, karenanya orang seperti itu akan mudah menempuh jalan hidup
yang benar sehingga mendapat jaminan akan masuk ke dalam surga.

Orang seperti ini digambarkan oleh Rasulullah saw sebagai orang yang berhati seperti burung
sebagaimana disebutkan dalam sabdanya: “Akan masuk surga kelak kaum-kaum yang hati
mereka seperti hati burung ” (HR. Ahmad dan Muslim).
10. Menahan Amarah

Al ghadhab atau marah merupakan salah satu sifat yang sangat berbahaya sehingga ia telah
menghancurkan manusia, baik secara pribadi maupun kelompok. Ada beberapa bahaya dari
sifat marah yang harus diwaspadai.

Pertama, merusak iman, karena semestinya bila seseorang sudah beriman dia akan memiliki
akhlak yang mulia yang salah satunya adalah mampu mengendalikan dirinya sehingga tidak
mudah marah kepada orang lain.

Rasulullah saw bersabda: “Marah itu dapat merusak iman seperti pahitnya jadam merusak
manisnya madu ” (HR. Baihaki).

Kedua, mudah mendapatkan murka dari Allah swt terutama pada hari kiamat, karena itu pada
saat kita hendak marah kepada orang lain mestinya kita segera mengingat Allah sehingga tidak
melampiaskan kemarahan dengan hal-hal yang tidak benar.

Allah swt berfirman sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Qudsi:


“Wahai anak Adam, ingatlah kepada-Ku ketika kamu marah. Maka Aku akan mengingatmu jika
Aku sedang marah (pada hari akhir) “.

Ketiga, mudah marah juga akan mudah menyulut kemarahan orang lain sehingga hubungan
kita kepada orang lain bisa menjadi renggang bahkan terputus sama sekali. Oleh karena itu,
seseorang baru disebut sebagai orang yang kuat ketika ia mampu mengendalikan dirinya pada
saat marah sehingga kemarahan itu dalam rangka kebenaran bukan dalam rangka kebathilan.

Rasulullah saw bersabda: “Orang kuat bukanlah yang dapat mengalahkan musuh, namun
orang yang kuat adalah orang yang dapat mengontrol dirinya ketika marah ” (HR. Bukhari dan
Muslim).

Apabila seseorang mampu menahan amarahnya, maka dia akan mendapatkan nilai keutamaan
yang sangat besar dari Allah swt, dalam hal ini Rasulullah saw menyebutkan jaminan surga
untuknya: “Janganlah engkau marah dan surga bagimu ” (HR. Ibnu Abid Dunya dan Thabrani).

11. Ikhlas Menerima Kematian Anak dan OrangYangDicintai.

Setiap orang yang berumah tangga pasti mendambakan punya anak, karena anak itu menjadi
harapan masa depan dan kesinambungan keluarga. Karenanya bahagia sekali seseorang bila
dikaruniai anak, baik laki maupun perempuan.

Karena itu saat anak lagi disayang dan amat diharapkan untuk mencapai masa depan yang baik
tapi tiba-tiba meninggal dunia, maka banyak orang tua yang tidak ikhlas menerima kenyataan
itu. Bila sebagai orang tua kita ikhlas menerima kematian anak, maka hal ini bisa memberi
jaminan kepada kita untuk bisa masuk surga.

Rasulullah saw bersabda: “Tidaklah mati tiga anak seseorang, lalu dia merelakannya (karena
Allah) kecuali dia rnasuk surga”. Seorang wanita bertanya: “atau dua orang anak juga, wahai
Rasulullah?”. Beliau menjawab: “atau dua anak” (HR. Muslim).

Meskipun demikian, sedih atas kematian anak tetap boleh dirasakan karena tidak mungkin
rasanya kematian anggota keluarga tanpa kesedihan, Rasulullah saw sendiri amat sedih atas
kematian anaknya, namun kesedihan yang tidak boleh berlebihan seperti meratap.

Dalam suatu hadits dijelaskan: Anas ra berkata: Ketika Rasulullah saw masuk melihat Ibrahim
(puteranya) yang sedang menghembuskan nafasnya yang terakhir, maka kedua mata
Rasulullah saw bertinang-linang ketika ia wafat, sehingga tampak air mata mengalir di muka
beliau. Abdurrahman bin Auf berkata: “Engkau demikianjuga ya Rasulullah?”. Jawab Nabi:
“Sesungguhnya ini sebagai tanda rahmat dan belas kasihan”, Lalu beliaubersabda: “Mata
berlinang dan hati merasa sedih, tapi kami tidak berkata kecuali yang diridhai Tuhan dan kami
sungguh berduka cita karena berpisah denganmu hai Ibrahim (HR. Ahmad dan Tirmidzi).

Di dalam hadits lain, jaminan surga juga diberikan Allah swt kepada orang yang ridha menerima
kematian orang yang dicintainya dalam kehidupan di dunia ini.

Abu Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah saw bersabda dalam hadits qudsi: “Tidak ada
pembalasan dari bagi seorang hamba-Ku yang percaya, jika Aku mengambil kekasihnya di
dunia, kemudian ia ridha dan berserah kepada-Ku, melainkan surga ” (HR. Bukhari).

12. Bersaksi Atas Kebenaran Al-Qur’an.

Al-Qur’an merupakan kitab suci yang tidak perlu diragukan lagi kebenarannya oleh setiap
muslim, namun kenyataan menunjukkan tidak semua muslim mau bersaksi dalam arti menjadi
pembela kebenaran Al-Qur’an dari orang yang menentang dan meragukannya, bahkan tidak
sedikit muslim yang akhimya larut dengan upaya kalangan non muslim yang berusaha
meragukan kebenaran mutlak Al-Qur’an.

Bersaksi atas kebenaran Al-Qur’an juga harus ditunjukkan dengan penyebaran nilai-nilainya
dalam kehidupan masyarakat dan yang lebih penting lagi adalah kebenaran Al-Qur’an itu
ditunjukkan dalam sikap dan prilakunya sehari-hari.

Orang seperti inilah yang mendapat jaminan masuk surga oleh Allah swt sebagaimana
disebutkan dalam firman-Nya: Dan apabila mereka mende-ngarkan apa yang diturunkan
kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan
kebenaran (Al Quran) yang telah mereka ketahui (dari Kitab-Kitab mereka sendiri); seraya
berkata: “Ya Tuhan Kami, Kami telah beriman, Maka catatlah Kami bersama orang-orang yang
menjadi saksi (atas kebenaran Al Ouran dan kenabian Muhammad saw). Mengapa Kami tidak
akan beriman kepada Allah dan kepada kebenaran yang datang kepada Kami, Padahal Kami
sangat ingin agar Tuhan Kami memasukkan Kami ke dalam golongan orang-orang yang
saleh ?”. Maka Allah memberi mereka pahala terhadap Perkataan yang mereka ucapkan,
(yaitu) surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya, dan
itulah balasan (bagi) orang-orang yang berbuat kebaikan (yang ikhlas keimanannya). (QS. Al-
Maidah: 5]: 83-85).

13. Berbagi Kepada Orang Lain.

Banyak kebaikan yang harus kita lakukan dalam hidup ini sehingga kebaikan-kebaikan yang kita
laksanakan itu membuat kita menjadi manusia yang dirasakan manfaat keberadaan kita bagi
orang lain sehingga apapun yang kita miliki memberi manfaat yang besar bagi orang lain apalagi
bila hal itu memang amat dibutuhkan oleh manusia.

Salah satunya adalah bila seseorang memberikan binatang ternak yang dimiliki seperti kambing
untuk kemudian dinikmati susu-nya oleh banyak orang. Bila ini dilakukan, jaminan surga
dijanjikan oleh Allah swt

Sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah saw: “Empat puluh kebaikan yang paling
tinggi adalah pemberian seekor kambing yang diperah susunya. Tidak seorangpun yang
melakukan salah satu darinya dengan mengharapkan pahala dan membenarkan apa yang
dijanjikan karenanya, kecuali Allah memasukkannya ke dalam surga” (HR. Bukhari).

14. Hakim Yang Benar.

Dalam hidup ini banyak sekali perkara antar manusia yang harus diselesaikan secara hukum
sehingga diperlukan pengadilan yang mampu memutuskan perkara secara adil, untuk itu
diperlukan hakim yang adil dan bijaksana sehingga ia bisa memutuskan perkara dengan sebaik-
baiknya. Bila ada hakim yang baik, maka ia akan mendapat jaminan bisa masuk ke dalam surga.

Rasulullah saw bersabda: Hakim-hakim itu ada tiga golongan, dua golongan di neraka dan satu
golongan di surga: Orang yang mengetahui yang benar lalu memutus dengannya, maka dia di
surga. Orang yang memberikan keputusan kepada orang-orang di atas kebodohan, maka dia
itu di neraka dan orang yang mengetahui yang benar lalu dia menyeleweng dalam memberikan
keputusan, maka dia di neraka (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’l, Ibnu Majah dan Hakim).

Oleh karena itu, ketika seorang muslim menjadi hakim, maka ia harus menjadi hakim yang
benar, yakni hakim yang tahu tentang kebenaran dan ia memutuskan perkara secara benar.

Allah swt berfirman: Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan


membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah
wahyukan kepadamu, danjanganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah),
karena (membela) orang-orang yang khianat (QS An Nisa [4]:105).

Mudahan-mudahan kita termasuk orang yang mau berusaha untuk bisa masuk ke dalam surga.

Sumber : Khairu Ummah, Edisi 9, 12, dan 14 Tahun XVIII – Februari 2009

Anda mungkin juga menyukai