Anda di halaman 1dari 13

TUGAS RESUME KOMUNIKASI

Nama : I gedekrisnata sebagio

Nim : 173212668

Kelas : A II-A

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI

TAHUN AJARAN 2017/2018


1. PERTEMUAN KE 8 DAN 9
A. Hambatan dalam komunikasi terapeutik
1. Faktor – faktor penghambatan komunikasi
a. Kecakapan yang kurang dalam berkomunikasi. Perawat yg kurang cakap
dalam berbicara, berbicara tersendat-sendat, dapat menyebabkan
pendengar atau pasien menjadi jengkel dan tidak sabar.
b. Sikap yg kurang tepat. Seorang perawat yg sedang berbicara atau melayani
pasien harus memberikan sikap yang baik dan sopan agar pasien merasa
nyaman dan tenang.
c. Kurang pengetahuan. Seorang perawat yg kurang pengetahuannya, jarang
membaca atau menonton televisi, terkadang akan mengalami kesulitan saat
berbicara dengan pasiennya.
d. Kurang memahami sistem sosial dan budaya lawan bicara (pasien) dapat
menyebabkan ketersinggungan lawan bicara.
e. Prasangka yang tidak beralasan
f. Jarak fisik. Komunikasi menjadi kurang lancar bila jarak komunikan dan
komunikator berjauhan ataupun berdekatan
g. Tidak adanya persamaan resepsi
h. Indera yang rusak
i. Berbicara yang berlebihan. Seringkali akan mengakibatkan penyimpangan
dari pokok pembicaraan
j. Mendominasi pembicaraan
k. Permasalahan Bahasa

2. Hambatan dari Proses Komunikasi


a. Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan
belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh
perasaan atau situasi emosional.
b. Hambatan dalam penyandian/simbol. Hal ini dapat terjadi karena bahasa
yg dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu,
simbol yg dipergunakan antara si pengirim dan penerima tidak sama atau
bahasa yg dipergunakan terlalu sulit.
c. Hambatan media, adalah hambatan yg terjadi dalam penggunaan media
komunikasi, misalnya gangguan suara radio & aliran listrik sehingga tidak
dapat mendengarkan pesan.
d. Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi
oleh si penerima
e. Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat
menerima /mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yg keliru dan
tidak mencari informasi lebih lanjut
f. Hambatan dlm memberikan balikan. Balikan yg diberikan tidak
menggambarkan apa adanya akan tetapi memberikan interpretatif, tidak
tepat waktu atau tidak jelas dan sebagainya

3. Selain itu ada juga hambatan fisik, semantic, dan psikoligis


a. Hambatan Fisik

Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yg efektif, cuaca


gangguan alat komunikasi, dan lain lain, misalnya: gangguan kesehatan,
gangguan alat komunikasi dan sebagainya.

b. Hambatan Semantik.
Kata-kata yg dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang
mempunyai arti mendua yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit
antara pemberi pesan dan penerima
c. Hambatan Psikologis
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu
komunikasi, misalnya; perbedaan nilai-nilai serta harapan yg berbeda
antara pengirim dan penerima pesan
4. Hambatan dalam komunikasi terapeutik
a. Resistens
1. Upaya klien untuk tidak menyadari aspek dari penyebab cemas atau
kegelisahan yg dialami. Ini juga merupakan keengganan alamiah
atau penghindaran secara verbal yang dipelajari.
2. Perilaku resistens biasanya diperlihatkan oleh pasien selama fase
kerja karena fase ini memuat sebagian besar proses penyelesaian
masalah.
3. Contoh : tidak menepati janji pertemuan atau datang terlambat
untuk suatu sesi, lupa, diam atau mengantuk.
b. Transferens
1. Respon tak sadar berupa perasaan atau perilaku terhadap perawat
yg sebetulnya berawal dari berhubungan dengan orang-orang
tertentu yg bermakna baginya pada waktu dia masih kecil.
2. Reaksi transference membahayakan untuk proses terapeutik
hanya bila hal ini diabaikan dan tidak ditelaah oleh perawat.
3. Ada dua jenis utama reaksi transference yaitu reksi bermusuhan
dan tergantung.

c. Pelanggaran Batas
1. Perawat perlu membatasi hubungannya dgn klien. Batas
hubungan perawat-klien adalah bahwa hubungan yg di bina
adalah hubungan terapeutik,dalam hubungan ini perawat
berperan sebagai penolong dan klien berperan sebagai yg di
tolong.
2. Pelanggaran batas terjadi jika perawat melampaui batas
hubungan yg terapeutik dan membina hubungan sosial, ekonomi,
atau personal dengan klien
3. Contoh : batas uang, waktu, tempat, peran dan pemberian hadiah
dan pelayanan, bahasa, kontak fisik
B. Komunikasi terapiutik pada anak dan lansia
1. Komunikasi pada anak
Bentuk komunikasi Pra-bicara selama satu setengah tahun petama, sebelum anak
mempelajari kata-kata sebagai bentuk komunikasi, mereka menggunakan
empat bentuk komunikasi pra-bicara atau (prespeech) yakni:
a. Tangisan
Pasca lahir, menangis merupakan salah satu cara pertama yg dapat
dilakukan bayi untuk berkomunikasi dengan dunia luar.
b. Ocehan dan celoteh
Ocehan timbul karena bunyi eksplosif awal yg ditimbulkan oleh perubahan
gerakan mekanisme ‘suara’.
Celoteh merupakan mekanisme otot saraf bayi berkembang dan sebagian
bayi mulai berceloteh pada awal bulan kedua, kemudian meningkat cepat
antara bulan ke-6& ke-8.
c. Isyarat
yaitu gerakan anggota badan tertentu yang berfungsi sebagai
pengganti atau pelengkap bicara. contoh isyarat umum pada masa bayi:
Mendorong putting susu dari mulut artinya kenyang/tidak
lapar tersenyum dan mengacungkan tangan artinya inngin
digendong menggeliat, meronta, menangis, selama berpakaian dan
mandi artinya tidak suka akan pembatasan gerak.
d. Ungkapan Emosional
adalah ungkapan emosional melalui perubahan tubuh dan
roman muka.
Contoh :
1. Gembira : mengendurkan badan, mengangkat tangan/kaki, tersenyum
dan ramah.
2. Marah : menegangkan badan, gerakan membanting
tangan/kaki, roman muka tegang dan menangis.
2. Teknik Komunikasi pada lansia
a. Asertif
Sikap dapat menerima memahami pasangan dengan menunjukkan sikap
peduli sabarnuntuk memperhatikan pasangan agar komunikasinya dapat
dimengerti
b. Responsif
Berespon artinya sikap aktif tidak menggangu permintaan bantuan dari klien
c. Focus
Sikap ini digunakan perawat untuk konsisten terhadap komunikasi yang di
inginkan
d. Suportif
Sikap yang dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia sehingga
lansia tidak merasa menjadi beban bagi keluarganya.
e. Klarifikasi
Dilakukan dengan mengajukan pertanyaan ulang dan memberikan
penjelasan lebih dari satu.
f. Sabar dan iklas
Perubahan ini perlu disikapi dengan sabar dan iklas perawat tidak menjadi
jengkel dan tetap tercipta komunikasi terapieutik dan tidak juga
menimbulkan kerusakan hubungan dengan klien.
PERTEMUAN YANG KE 10

A. Komunikasi pada pasien IGD dan ICU


1. Komunikasi terapeutik kepada pasien IGD
a. Gawat Darurat adl keadaan klinis pasien yg membutuhkan tindakan medis segera
guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut (UU no 44 tahun
2009).
b. Aspek psikologis pada situasi gawat darurat :
1. Cemas ; perasaan tersebut ditandai oleh rasa ketakutan, tidak menyenangkan,
seringkali disertai oleh gejala otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat,
palpitasi, gelisah, dan sebagainya.
2. Histeris ; elspresi emosi yg tidak terkendali. Orang yg "histeris" sering
kehilangan kontrol diri karena ketakutan yg luar biasa karena suatu kejadian
atau suatu kondisi.
3. Mudah marah; hal ini terjadi apabila seseorang dlm kondisi gelisah & tidak tau
apa yg harus diperbuat

Komunikasi terapeutik di IGD


a. Tujuan komunikasi terapeutik di IGD adalah mendorong & menganjurkan
kerjasama antar perawat & klien melalui hubungan perawat dan klien. Perawat
berusaha mengungkap perasaan, mengidentifikasi & mengkaji masalah serta
mengevaluasi tindakan yg dilakukan dalam perawatan
b. Teknik komunikasi pada gawat darurat :
1. Mendengarkan
Perawat harus berusaha untuk mendengarkan informasi yg disampaikan oleh
klien dengan penuh empati dan perhatian. Ini dapat ditunjukkan dgn
memandang kearah klien selama berbicara, menjaga kontak pandang yg
menunjukkan keingintahuan & menganggukkan kepala pada saat berbicara
tentang hal yang dirasakan penting atau memerlukan ummpan balik. Teknik
dimaksudkan untuk memberikan rasa aman kepada klien dalam
mengungkapkan perasaan dan menjaga kestabilan emosi klien.
2. Menunjukkn peneriman
Menerima bukan berarti menyetujui, melainkan bersedia untuk
mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan sikap ragu atau penolakan.
Dalam hal ini sebaiknya perawat tidak menunjukkan ekspresi wajah yang
menunjukkan ketidaksetujuan atau penolakan. Selama klien berbicara
sebaiknya perawat tidak menyela atau membantah, untuk menunjukkan sikap
penerimaan sebaiknya perawat menganggukkan kepala dalam merespon
pembicaraan klien.
3. Mengulang pernyataan klien
Dengan mengulang pernyataan klien, perawat memberikan umpan balik
sehingga klien mengetahui bahwa pesannya mendapat respond dan berharap
komunikasi dapat berlanjut. Mengulang pokok pikiran klien menunjukkan
indikasi bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.
4. Klarifikasi
Apabila terjadi kesalahpahaman, perawat perlu mengehentikan pembicaraan
untuk meminta penjelasan dengan menyamakan pengertian. Ini berkaitan
dgn pentingnya informasi dlm memberikan pelayanankeperawatan.
Klarifikasi diperlukan untuk memperoleh kejelasan dan kesamaan ide,
perasaan, & persepsi
5. Menyampaikan hasil pengamatan
Perawat perlu menyampaikan hasil pengamatan terhadap klien untuk
mengetahui bahwa pesan dapat tersampaikan dengan baik. Perawat
menjelaskan kesan yg di dapat dari isyarat nonverbal yg dilakukan oleh klien,
dengan demikian akan menjadikan klien berkomunikasi dengan lebih baik
dan terfokus pada permasalahan yg sedang dibicarakan
Prinsip komunikasi gawat darurat
Ciptakan lingkungan terapeutik dengan menunjukan prilaku dan sikap
1. Caring ( sikap pengasuhan yang ditnjukan peduli dan selalu ingin
memberikan bantuan)
2. Acceptance (menerima pasien apa adanya)
3. Respect (hormatati keyakinan pasien apa adanya)
4. Empaty (merasakan perasaan pasien)
5. Trust (memberi kepercayaan)
6. Integrity (berpegang pd prinsip profesional yang kokoh)
7. Identifikasikan bantuan yang diperlukan
8. Terapkan teknik komunikasi: terfokus, bertanya, dan validasi
9. Bahasa yang mudah dimengerti
10. Pastikan hubungan profesional dimengerti oleh pasien/keluarga

2. Komunikasi terapeutik di ICU


a. Komunikasi dgn pasien tidak sadar merupakan suatu komunikasi dengan
menggunakan teknik komunikasi khusus karenakan fungsi sensorik dan
motorik pasien mengalami penurunan sehingga seringkali stimulus dari
luar tidak dapat diterima klien dan klien tidak dapat merespons kembali
stimulus tersebut.
b. Ada karakteristik komunikasi yg berbeda pada klien tidak sadar ini, kita
tidak menemukan feed back (umpan balik), salah satu elemen
komunikasi. Ini dikarenakan klien tidak dapat merespon kembali apa yg
telah kita komunikasikan sebab pasien sendiri tidak sadar.

Cara Berkomunikasi Dengan Pasien Tak Sadar :

1. Menjelaskan
Dalam berkomunikasi perawat dapat menjelaskan apa yg akan perawat
lakukan terhadap klien. Penjelasan itu dapat berupa intervensi yg akan
dilakukan kepada klien. Dengan menjelaskan pesan secara spesifik,
kemungkinan untuk dipahami menjadi lebih besar oleh klien.
2. Memfokuskan

Memfokuskan berarti memusatkan informasi pada elemen atau konsep


kunci dari pesan yang dikirimkan. Perawat memfokuskan informasi yg
akan diberikan pada klien untuk menghilangkan ketidakjelasan dalam
komunikasi.
3. Memberikan Informasi

Fungsi berkomunikasi dgn klien salah satunya adalah memberikan


informasi. Dalam interaksi berkomunikasi dgn klien, perawat dapat
memberi informasi kepada klien. Informasi itu dapat berupa intervensi yg
akan dilakukan maupun kemajuan dari status kesehatannya, karena
dengan keterbukaan yg dilakukan oleh perawat dapat menumbuhkan
kepercayaan klien dan pendorongnya untuk menjadi lebih baik.

4. Mempertahankan ketenangan
Mempertahankan ketengan pada pasien tidak sadar, perawat dpt
menujukkan dgn kesabaran dalam merawat klien. Ketenagan yg perawat
berikan dpt membantu ata mendorong klien menjadi lebih baik.

Prinsip-Prinsip Berkomunikasi Dengan Pasien Yang Tidak Sadar

1. Berhati-hati melakukan pembicaraan verbal di dekat klien, karena ada


keyakinan bahwa organ pendengaran merupakan organ terkhir yg
mengalami penurunan penerimaan, rangsangan pada klien yang tidak
sadar. Klien yg tidak sadar seringkali dapat mendengar suara dari
lingkungan walaupun klien tidak mampu meresponnya sama sekali.
2. Ambil asumsi bahwa klien dapat mendengar pembicaraan perawat.
Usahakan mengucapkan kata dan menggunakan nada normal dan
memperhatikan materi ucapan yg perawat sampaikan dekat klien.
3. Ucapkan kata-kata sebelum menyentuh klien. Sentuhan diyakini dapat
menjadi salah satu bentuk komunikasi yg sangat efektif pada klien
dengan penurunan kesadaran
4. Upayakan mempertahankan lingkungan setenang mungkin untuk
membantu klien fokus terhadap komunikasi yang perawat lakukan.
PERTEMUAN KE 11
A. Komunikasi terapeutik pada berbagai kondisi
1. Komunikasi terapiutik mengatasi klien komplin
Ada dua istilah mengenai keluhan yg harus dibedakan sbg langkah
awal untuk menentukan proses manajemen komplain, yaitu keluhan
(complaint) & komplain (grievances).
a. Keluhan (complaint)
Keluhan pasien yg bisa diselesaikan dlm kurun waktu 24 jam/atau saat
itu juga & melibatkan staff terkait/yg ada. Contoh masalah kebersihan,
makanan & hal lain yg tidak memerlukan investigasi khusus serta
jawaban khusus secara tertulis dari pihak rumah sakit.
b. Komplain (grievances)
Dapat diajukan secara verbal/tertulis, dpt diajukan setelah pasien keluar
dari rumah sakit, berupa masalah yg belum bisa diselesaikan dalam
waktu singkat, berupa pelanggaran terhadap hak pasien/ melibatkan
kebutuhan pasien terhadap respon yg diminta mengenai keluhan pasien.
Contoh ; RS tdk melindungi kerahasiaan pasien, tdk meminta informed
consent.
2. Penangan komplim di unit terkait
a. Setelah menerima komplain dari pasien/keluarganya, segera siapkan
pertemuan untuk meresponnya
b. Apabila komplain terjadi pada jam kerja, maka Karu bertugas menangani
komplain tersebut. Apabila komplain terjadi di luar jam kerja & staff unit
setempat tidak dapat menangani komplain yg ada, maka Manager of Duty
(MOD) akan melayani komplain yg ada.
c. Sebelum pertemuan, baca terlebih dahulu kronologis/status pasien sebelum
menemui pasien/keluarganya
d. Ucapkan salam terapeutik sebelum memulai pembicaraan
e. Perkenalkan diri pada pasien/keluarga
f. Ajak pasien / keluarga ke ruangan konsultasi atau ruang Ka-Ru bila
memungkinkan
g. Persilahkan duduk dan siapkan minum air putih untuk menenangkan pasien
h. Posisikan pasien/keluarga berhadapan dgn petugas dgn adanya pembatasan
(meja)
3. Komunikasi terapiutik menanganin pasien marah
a. Masalah yang sering banyak orang lakukan
1. Malah ikut marah dan emosi
Inilah kesalahan yg paling sering dilakukan oleh kebanyakan
orang. Mereka tidak terima dimarahi & ikut naik pitam.
2. Memerintah orang yg sedang marah
Menghadapi orang marah mereka lantas berkata “Tenang dulu
Pak!”, “Ayo duduk dulu Bu!” atau “Ini diminum dulu Bu”.
3. Mencoba langsung beradu argumentasi
Melihat orang di depan marah, mereka langsung mencoba
mengeluarkan argumentasi. Entah itu menjelaskan duduk
perkaranya atau mengemukakan alasan / cerita versi mereka. Intinya
mereka berusaha menjelaskan dgn logika.
b. Cara menangani pasien atau keluarga pasien yang marah
Cobalah untuk Tenang
1. Biarkan orang yg marah untuk meluapkan amarahnya terlebih
dahulu. Mereka butuh waktu untuk mengungkapkan
perasaannya.
2. Ubah state mereka
State adalah kondisi dan bahasa tubuh. Orang yg sedan emosi
pasti bahasa tubuhnya juga menunjukkan hal yg senada,
misalkan: posisi berdiri, berkacak pinggang sambil menunjuk ke
arah kita.
3. Tunjukkan bahwa Anda mengerti
Orang yg sedang emosi butuh untuk dimengerti. Dengan
mengerti bukan berarti kita membenarkan apa yg dia sampaikan,
kita hanya menunjukkan bahwa kita memahami apa yg dia
rasakan. Misal :``Saya mengerti jika ibu merasa kecewa dgn hal
ini..
4. Tunjukkan empati
Ketika ada pasien marah, cara terbaik menghadapinya adalah
mendengarkan & menunjukkan empati daripada ikut berdebat &
berargumen.
5. Bicarakan masalah & cari solusinya
Setelah situasinya lbh tenang & kondusif, barulah sekarang kita
bisa membahas masalah & mencari jalan keluarnya. Di tahapan
ini diskusi mustinya sudah bisa mulai berjalan karena emosi
sudah tidak lagi mendominasi.

Anda mungkin juga menyukai