CAM FRAKTURr Selesai Fix
CAM FRAKTURr Selesai Fix
Disusun oleh:
Siti Hajah Aishah (102017045)
Sri Indah Wahyuningsih (102017046)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami buat
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah yang
menjelaskan materi tentang “Fraktur”.
Penulisan makalah ini kami merasa banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk
itu kami akan menerima segala kritik dan saran dari para pembaca untuk
memperbaiki makalah ini.
Maka daripada itu kami ucapkan terima kasih banyak kepada dosen yang
telah memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada kami untuk
menyampaikan materi ini, dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembacanya.
Bandung, 06 April 2019
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
B. Definisi Fraktur.............................................................................................4
C. Etiologi Fraktur.............................................................................................5
D. Klasifikasi Fraktur.........................................................................................6
D. Komplikasi Fraktur.......................................................................................9
1. Komplikasi Awal.......................................................................................9
E. Pemeriksaan Penunjang..............................................................................11
F. Patofisiologi................................................................................................12
1. Faktor Lokal............................................................................................15
2. Faktor Sistemik........................................................................................15
I. Penatalaksanaan..........................................................................................15
1. Fraktur Terbuka.......................................................................................15
2. Seluruh Fraktur........................................................................................15
iii
3. Hold Reduction........................................................................................18
4. Rehabilitasi..............................................................................................18
5. Penalatalaksanaan Kedaruratan...............................................................19
A. PENGKAJIAN............................................................................................22
B. Riwayat Kesehatan......................................................................................23
E. Pemeriksaan Fisik.......................................................................................25
F. Pemeriksaan Diagnostik..............................................................................26
G. ANALISA DATA.......................................................................................27
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN................................................................28
BAB IV PENUTUP...............................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................35
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari hari yang
semakin meningkat selaras dengan ilmu pengetahuan dan tekologi
modern, manusia tidak akan pernah lepas dari fungsi normal system
musculoskeletal, salah satunya tulang yang merupakan alat gerak utama
pada manusia. Namun akibat dari manusia itu sendiri, fungsi tulang dapat
terganggu karena mengalami fraktur. Sebagaian besar fraktur terjadi
karena kecelakaan.
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat tahun 2009 terdapat lebih
dari 7 juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 2
juta orang mengalami kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang
memiliki prevalensi cukup tinggi yakni insiden fraktur ekstremitas bawah
yakni sekitar 46,2% dari insiden kecelekaan yang terjadi. Fraktur
merupakan suatu keadaan dimana terjadi diistegritas tulang. Penyebab
terbanyak adalah insiden kecelakaan, tetapi faktor lain seperti proses
degeneratif juga dapat berpengaruh terhadap kejadian fraktur (Depkes RI,
2009).
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2009
didapatkan sekitar delapan juta orang mengalami kejadian fraktur dengan
jenis fraktur yang berbeda dan penyebab yang berbeda. Dari hasil survey
tim depkes RI didapatkan 25% penderita fraktur yang mengalami
kematian, 45% mengalami cacat fisik, 15% mengalami stress psikologis
karena cemas dan bahkan depresi, dan 10% mengalami kesembuhan
dengan baik (Depkes RI, 2009).
Insiden fraktur dapat diatasi dengan baik apabila dilakukan
tindakan segera. Kesembuhan pada penderita fraktur dipengaruhi oleh
keadaan fraktur, pemenuhan nutrisi yang baik, adanya perawatan yang
baik dan adanya kondisi psikologis yang baik dari penderita fraktur
2
2
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan anatomi fisiologi tulang?
2. Apa yang dimaksud dengan fraktur?
3. Apa saja etiologi pada fraktur?
4. Apa saja klasifikasi pada fraktur?
5. Bagaimana manifestasi klinis pada fraktur?
6. Bagaimana patofisiologi pada fraktur?
7. Apa saja komplikasi pada fraktur?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang pada fraktur?
9. Bagaimana proses penyembuhan tulang?
10. Apa saja faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur?
11. Bagaimana penatalaksanaan pada fraktur?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi tulang.
2. Untuk mengetahui definisi fraktur.
3. Untuk mengetahui etiologi fraktur.
4. Untuk mengetahui klasifikasi fraktur.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis fraktur.
6. Untuk mengetahui patofisiologi fraktur.
7. Untuk mengetahui komplikasi fraktur.
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang fraktur.
9. Untuk mengetahui proses penyembuhan tulang.
10. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur.
11. Untuk mengetahui penatalaksanaan fraktur.
BAB II TINJAUAN TEORI
B. Definisi Fraktur
Mansjoer et al (2000, hal 346) mengemukakan bahwa fraktur
adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Price dan Wilson (1995, hal 1183)
6
C. Etiologi Fraktur
Fraktur disebabkan oleh sejumlah hal yaitu trauma (kekerasan
langsung dan kekerasan tidak langsung), stress berulang, serta yang lemah
secara abnormal.
1. Trauma Kekerasan Langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik
terjadinya kekerasan. Fraktur demikian seringkali bersifat fraktur terbuka
dengan garis patah melintang atau miring.
7
D. Klasifikasi Fraktur
Lilian Shaltis Burner mengklasifikasikan fraktur kedalam
beberapa bagian sebagai berikut, yaitu:
1. Fraktur In Complit, adalah patah hanya terjadi pada sebagian garis tengah.
2. Fraktur Complit, adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan
biasanya mengalami pergeseran (bergeser dari posisi normal).
3. Greenstick, yaitu fraktur dimana satu sisi tulang patah dan sisi lainnya
bengkok.
4. Fraktur spiral, yaitu fraktur memuntir sepanjang garis tengah tulang.
5. Fraktur transversal, yaitu fraktur sepanjang garis tengah tulang.
6. Fraktur obliq yaitu fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.
7. Fraktur tertutup (fraktur simpel), yaitu fraktur yang tidak menyebabkan
robeknya kulit.
8. Fraktur terbuka (fraktur komplikata), yaitu merupakan fraktur dengan luka
pada kulit atau membran mukosa sampai ke patahan tulang.
9. Fraktur depresi, yaitu fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam
(sering terjadi pada tulang tengkorak dan tulang wajah).
10. Fraktur kompresi, yaitu fraktur dimana tulang mengalami kompresi
(terjadi pada tulang belakang).
11. Fraktur avulsi, yaitu fragmen tulang tertarik oleh ligamen atau tendon pada
perlekatannya.
8
D. Komplikasi Fraktur
Fraktur memiliki beberapa komplikasi, diantaranya:
1. Komplikasi Awal
a. Kerusakan Vaskular
Pecahnya arteri karena trauma ditandai dengan nadi tidak
teraba, CRT menurun, sianosis bagian distal, hematoma yang lebar,
dan ektremitas teraba dingin yang disebabkan oleh tindakan
emergency splinting, perubahan posisi pada bagian yang sakit,
tindakan reduksi, dan pembedahan.
b. Sindrom Kompartemen
Sindrom kompartemen merupakan komplikasi serius yang
terjadi karena otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah terjebak dalam
jaringan parut. Kondisi ini disebabkan oleh edema atau pendarahan
yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu, juga
11
b. Non-union
Merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi
sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan, jika tidak
dilakukan intervensi. Non-union ditandai dengan adanya pergerakan
yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk celah antar fraktur
atau pseudoartrosis.
c. Mal-union
Merupakan penggabungan fragmen tulang dalam posisi yang
tidak memuaskan (angulasi, rotasi, atau pemendekan). Pada mal-union
dilakukan pembedahan dan remobilisasi yang baik.
E. Pemeriksaan Penunjang
Terdapat beberapa pemeriksaan untuk melihat adanya fraktur atau
tidaknya, yaitu sebagai berikut:
1. X-ray :menentukan lokasi/luasnya fraktur.
2. Scan tulang :memperlihatkan fraktur lebih jelas,
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3. Arteriogram :dilakukan untuk memastikan ada tidaknya
kerusakan vaskuler.
4. Hitung Darah Lengkap:hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun
pada perdarahan :peningkatan leukosit sebagai respon terhadap
peradangan.
5. Kretinin :trauma otot meningkatkan beban kretinin untuk
klirens ginjal.
6. Profil koagulasi :perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
transfuse atau cedera hati.
13
F. Patofisiologi
Trauma tidak langsung
Fraktur
Menembus kulit
(pemasangan OREF) Pelepasan mediator nyeri
Persepsi nyeri
Nyeri akut
14
I. Penatalaksanaan
Penatalaksaan pada fraktur dibagi menjadi beberapa, yaitu sebagai
berikut:
1. Fraktur Terbuka
Fraktur terbuka merupakan emergensi karena dapat terjadi
kontaminasi oleh bakteri dan disertai dengan perdarahan yang hebat.
Sebelum kuman meresap terlalu jauh, sebaiknya dilakukan:
a. Pembersihan luka.
b. Eksisi (pengangkatan jaringan).
c. Hecting situasi (jahitan situasi).
d. Antibiotik.
2. Seluruh Fraktur
a. Rekognisi/pengenalan
Riwayat kejadian harus jelas untuk menentukan diagnosis dan
tindakan selanjutnya.
17
b. Reduksi/manipulasi/reposisi
Upaya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali
seperti semula secara optimum. Selain itu, dapat juga diartikan sebagai
reduksi fraktur (setting tulang), yaitu mengembalikkan fragmen tulang
pada kesejajarannya dan rotasi anatomis.
Reduksi tertutup, traksi, atau reduksi terbuka dapat dilakukan
untuk mereduksi fraktur. Metode tertentu yang dipilih bergantung
dengan sifat fraktur, namun prinsip yang mendasarinya tetap sama.
Biasanya dokter melakukan reduksi fraktur sesegera mungkin untuk
mencegah jaringan lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi
karena edema dan perdarahan. Pada sebagian besar kasus, reduksi
fraktur menjadi semakin sulit jika cedera sudah mulai mengalami
penyembuhan.
Sebelum reduksi dan imobilisasi fraktur, klien harus
dipersiapkan untuk menjalani prosedur diantaranya menandatangani
informed consent, baik klien atau keluarga, dan analgesik diberikan
sesuai ketentuan. Selain itu, dapat juga diberikan anestesi untuk
mengurangi rasa nyeri. Ekstremitas yang akan dimanipulasi harus
ditangani dengan hati-hati untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
Penatalaksanaan reduksi tertutup, traksi, dan reduksi terbuka, sebagai
berikut:
1) Reduksi tertutup:
a) Reduksi tertutup dilakukan saat kontur tulang berada cukup
sejajar dan dapat dipertahankan dengan imobilisasi. Pada
sebagian besar kasus, reduksi tertutup dilakukan dengan
mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (bagian ujungnya
saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual.
b) Ekstremitas dipertahankan pada posisi yang diinginkan.
c) Alat imobilisasi akan menjaga reduksi dan menstabilkan
ekstremitas untuk penyembuhan tulang.
18
3) Reduksi terbuka:
a) Reduksi terbuka merupakan prosedur bedah yang membuka
tempat fraktur di mana fragmen disejajarkan langsung.
b) Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat paku,
atau batangan logam digunakan untuk mempertahankan
fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang
yang solid terjadi.
19
4. Rehabilitasi
Menghindari atrofi dan kontraktur dapat dilakukan dengan
fisioterapi. Segala upaya diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan
lunak. Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhhan.
Status neurovaskular (misalnya pengkajian peredaran darah, nyeri,
20
perabaan, serta gerakan) harus dipantau dan segera memberi tahu ahli
bedah ortopedi jika terdapat tanda gangguan neuromuskular. Kegelisahan,
ansietas, dan ketidaknyamanan dikontrol dengan berbagai pendekatan
(misalnya perubahan posisi, strategi peredaan nyeri, termasuk analgesik).
Latihan isometrik terhadap kekuatan otot diusahakan untuk meminimalkan
atropi disuse syndrome dan meningkatkan peredaran darah. Partisipasi
dalam aktivitas hidup sehari-hari diusahakan untuk memperbaiki
kemandirian fungsi dan harga diri. Ahli bedah yang memperkirakan
stabilitas fiksasi fraktur menentukan tingkat aktivitas dan beban berat
badan.
5. Penalatalaksanaan Kedaruratan
Langkah – langkah dalam penatalaksanaan kedaruratan sebagai
berikut:
a. Segera setelah cedera klien berada dalam keadaan bingung tidak
menyadari adanya fraktur dan berusaha berjalan dengan tungkai yang
patah. Oleh karena itu, jika dicurigai adanya fraktur, maka penting untuk
segera imobilisasi bagian tubuh sebelum klien dipindahkan.
b. Jika klien yang mengalami cedera harus dipindahkan dari kendaraan
sebelum dapat dilakukan pembidaian, maka ektremitas harus disangga
pada bagian atas dan bagian bawah tempat terjadinya fraktur untuk
mencegah gerakan rotasi maupun angulasi.
c. Gerakan fragmen patah tulang dapat menyebabkan nyeri, kerusakan
jaringan lunak dan pendarahan lebih lanjut.
d. Nyeri sehubungan dengan fraktur merupakan hal yang sangat berat dan
dapat dikurangi dengan menghindari gerakan fragmen tulang dan sendi
sekitar fraktur. Pembidaian yang memadai sangat penting untuk mencegah
kerusakan jaringan lunak oleh fragmen tulang.
e. Area yang cedera diimobilisasi dengan memasang bidai sementara dengan
bantalan yang memadai, yang kemudian dibebat dengan kencang.
f. Imobilisasi tulang panjang ekstremitas bawah juga dapat dilakukan dengan
ekstremitas yang sehat bertindak sebagai bidai bagi ektremitas yang
21
cedera. Pada cedera lengan dapat dibebatkan ke dada, atau lengan bawah
yang cedera digunting pada sling.
g. Pendarahan darah pada bagian distal dari cedera harus dikaji untuk
menentukan kecukupan perfusi jaringan perifer.
h. Pada fraktur terbuka, luka ditutup dengan pembalut bersih (steril) untuk
mencegah kontaminasi jaringan yang lebih dalam. Tidak boleh melakukan
reduksi fraktur, bahkan jika terdapat fragmen tulang yang keluar melalui
luka. Bidai dipasang sesuai yang diterangkan sebelumnya.
i. Pada bagian gawat darurat, klien dievaluasi dengan lengkap dan pakaian
dilepas dengan lembut. Pertama, dilakukan pada bagian tubuh yang sehat.
Setelah itu, dilanjutkan kebagian sisi yang cedera. Pakaian klien harus
dipotong pada sisi yang cedera. Pada bagian ektremitas, sebisa mungkin
tidak boleh digerakkan untuk mencegah kerusakaan lebih lanjut.
6. Perawatan Klien Fraktur Tertutup
Adapun perawatan pada fraktur tertutup, sebagai berikut:
a. Klien dengan fraktur tertutup (sederhana) harus diusahakan untuk dapat
kembali ke aktifitas sesegera mungkin. Penyembuhan fraktur dan
pengembalian kekuatan penuh, serta mobilitas dibutuhkan waktu sampai
berbulan-bulan.
b. Klien diajarkan bagaimana mengontrol pembengkakkan dan nyeri
sehubungan dengan fraktur, serta trauma jaringan lunak.
c. Klien didorong untuk aktif dalam batas imobilisasi fraktur. Tirah baring
diusahakan seminimal mungkin.
d. Latihan segera dimulai untuk mempertahankan kesehatan otot yang tidak
cedera, serta meningkatkan kekuatan otot yang dibutuhkan untuk
pemindahan dan menggunakan alat bantu (misalnya tongkat dan walker).
e. Klien diajarkan tentang bagaimana menggunakan alat tersebut dengan
aman.
f. Perencanaan dilakukan untuk membantu klien menyesuaikan lingkungan
rumahnya sesuai kebutuhan dan bantuan keamanan pribadi, jika
diperlukan.
22
KASUS – FRAKTUR
Tn. A berumur 35 tahun, dirawat di ruang bedah orthopedic dengan
keluhan nyeri pada kaki kiri karena kecelakaan mobil. Saat pengkajian, pasien
mengeluh nyeri pada tungkai kiri yang terpasang skin traksi. Ekstremitas bawah
kanan lebih panjang 2 cm dari ekstremitas bawah kiri. Tungkai kanan terpasang
fiksasi internal yang terbalut kasa pada tibia 1/3 proksimal (OREF). Nyeri
dirasakan seperti disayat-sayat benda tajam. Nyeri bertambah bila sedang
dilakukan perawatan luka, skala nyeri 4 pada rentang 0-5. Nyeri berkurang bila
sedang diistirahatkan.
Berdasarkan pengkajian fisik: RR 18x/menit, nadi 80x/menit, tekanan
darah 120/80 mmHg, CRT 3 detik pada kuku kaki. Data lab: HB 11,7 g/dl,
hematokrit 36%, leukosit 9.000/mm3, trombosit 450.000 mm3/gr dl. Protein total
6,8 g/dl. Pasien mendapatkan terapi metronidazole 2x500 mg drip, vitamin B
kompleks 3x1 tablet, vitamin C 3x1 tablet, infuse NaCl 5 gtt/menit, kalsium 3x1
tablet, diet TKTP.
A. PENGKAJIAN
I. Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn. A
Tanggal Lahir : Tidak Terkaji
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Tidak Terkaji
Pekerjaan : Tidak Terkaji
Agama : Tidak Terkaji
Pendidikan : Tidak Terkaji
Status : Tidak Terkaji
Nomor RM : Tidak Terkaji
Diagnosa Medis : Tidak Terkaji
25
B. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada kaki kiri karena kecalakaan mobil.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien dirawat diruang bedah orthopedic dengan keluhan nyeri pada
kaki kiri karena kecalakaan mobil. Saat pengkajian, pasien mengeluh
nyeri pada tungkai kiri yang terpasang skin traksi. Ekstremitas
bawah kanan lebih panjang 2 cm dari ekstremitas bawah kiri.
Tungkai kanan terpasang fiksasi internal yang terbalut kasa pada
tibia 1/3 proksimal (OREF). Nyeri dirasakan seperti disayat-sayat
bneda tajam. Nyeri bertambah bila sedang dilakukan perawatan luka,
skala nyeri 4 pada rentang 0-5. Nyeri berkurang bila sedang
diistirahatkan.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Tidak terkaji.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak terkaji.
Tidak terkaji.
b. Data Sosial
Tidak terkaji.
c. Data Spiritual
Tidak terkaji.
Waktu tidur
o Malam, pukul Tidak terkaji Tidak terkaji.
o Siang, pukul
Lamanya
Keluhan
4 Kebiasaan diri
Mandi Tidak terkaji Tidak terkaji
Perawatan kuku
Perawatan gigi
Perawatan rambut
Ketergantungan
E. Pemeriksaan Fisik
a. Status Kesehatan Umum
Penampilan umum :
Kesadaran :
Tanda-tanda vital : TD = 120/80 mmHg
HR = 88 kali/menit
RR = 18 kali/menit
S = tidak terkaji
Status Antopometri : BB = Tidak terkaji
TB = tidak terkaji
IMT = tidak terkaji
b. Sistem Pernapasan
RR 18x/menit.
c. Sistem Kardiovaskular
CRT 3 detik, nadi 88x/menit, TD 120/80mmHg.
d. Sistem Pencernaan
Tidak terkaji.
e. Sistem Endokrin
Tidak terkaji.
28
f. Sistem Perkemihan
Tidak terkaji.
g. Sistem Persarafan
Tidak terkaji.
h. Sistem Muskuloskeletal
Ekstremitas bawah kanan lebih panjang 2 cm dari ekstremitas bawah
kiri. Tungkai kanan terpasang fiksasi internal yang terbalut kasa pada
tibia 1/3 proksimal (OREF).
i. Sistem Integumen
Tungkai kanan terpasang fiksasi internal yang terbalut kasa pada tibia
1/3 proksimal (OREF).
F. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Program Terapi
Obat Dosis Rute Indikasi
1. Metronidazole 2x500 mg drip IV Untuk mengobati
infeksi
2. Vitamin B 3x1 tablet Oral Meningkatkan energi
kompleks dan terhindar dari
29
racun.
3. Vitamin C 3x1 tablet Oral Menangkal radikal
bebas.
4. Infuse NaCl 5 gtt/menit IV Untuk menambah
cairan.
5. Calcium 3x1 tablet Oral Untuk membantu
pembentukan tulang.
G. ANALISA DATA
No. Data Subjektif Etiologi Masalah
1. DS: Fraktur Nyeri Akut
Nyeri dirasakan
seperti disayat-sayat Pergeseran fragmen
benda tajam. tulang
Nyeri bertambah bila
sedang dilakukan Merusak jaringan sekitar
perawatan luka.
Nyeri berkurang bila Pelepasan mediator
sedang diistirahatkan. nyeri
DO:
Nyeri pada tungkai Ditangkap reseptor nyeri
skin traksi.
Skala nyeri 4 pada Impuls ke otak
rentang 0-5.
Persepsi nyeri
Nyeri akut
2. DO: Fraktur Kerusakan
Ekstremitas bawah Integritas
kanan lebih panjang 2 Pergeseran fragmen Jaringan
cm dari ekstremitas tulang
bawah kiri
30
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen cedera fisik (fraktur).
2. Kerusakan integritas jaringan b.d perawatan OREF.
3. Resiko infeksi
4. Resiko ketidakefektifn perfusi perifer
5. Gangguan mobilitas fisik
31
DIAGNOSA
NO. TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1 Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
cedera fisik keperawatan selama 2 x 24 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Untuk mengetahui bagaimana
(fraktur) jam pasien di harapkan bisa secara komprehensif termasuk nyeri yang dirasakan oleh klien.
mengontrol nyeri dengan lokasi, karakteristik, durasi,
kriteria hasil : frekuensi, kualitas, dan faktor
1. Skala nyeri berkurang presipitasi.
menjadi 1. 2. Gunakan teknik komunikasi 2. Untuk mengetahui rasa nyeri
2. Melaporkan nyeri terapeutik untuk mengetahui yang pasien rasakan.
terkontrol. pengalaman nyeri pasien.
3. Klien dapat mengontrol 3. Ajarkan tentang teknik non 3. Untuk mengurangi rasa nyeri
nyeri. farmakologi (tarik nafas dalam, dengan cara non medis.
4. terapi musik, mendengarkan
murrotal).
4. Tingkatkan istirahat. 4. Untuk mengurangi nyeri.
32
3. Resiko infeksi
4. Gangguan mobilitas
Fisik
36
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dari
yang dapat diabsopsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung,
gaya meremuk, gerakan puntir, mendadak dan bahkan kontraksi otot ekstrem.
Jenis Fraktur ada terbuka dan tertutup. Kemudia etiologi fraktur adalah :
• Kejadian terjatuh
• Kecelakaan kendaraan bermotor
• Olahraga
• Pemakaian obat yang mengganggu kemampuan penilaian atau mobilitas
• Usia muda (immaturitas tulang)
• Tumor tulang
• Penyakit metabolik
• Obat-obatan yang menyebabkan osteoporosis latrogenik seperti preparasi
steroid.
Maka dari kasus dapat kita lihat klien mengeluhkan Nyeri pada kaki kirinya
yang sudah terpasang skin traksi, ekstremitas bawah kanan lebih panjang 2 cm
dari ekstremitas bawah kiri. Tungkai kanan terpasang fiksasi internal yang
terbalut kasa pada tibia 1/3 proksimal (OREF) ini semua di lakukan karna
klien mengalami kecelakaan mobil. Diagnosis keperawatan yang di angkat
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik. Asuhan keperawatan yang
diberikan pada klien
DAFTAR PUSTAKA