Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Tuberkulosis Paru

2.1.1 Definisi Tuberkulosis

Tuberkulosis Paru adalah penyakit infeksius yang terutama

menyerang parenkim paru, dengan agen infeksius utama Mycobacterium

tuberculosis (Smeltzer, 2011). Tuberkulosis Paru merupakan penyakit infeksi

yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyebar

melalui getah bening atau pembuluh darah (widono,2012).Tb adalah penyakit

menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium

tuberculosis). Sebagian besar kuman menyerang Paru, tetapi dapat juga

mengenai organ tubuh lain (Dep Kes, 2013).

Tuberkulosis Paru adalah penyakit infeksi pada Paru yang disebabkan

oleh Mycobacterium Tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam (Satrii, 2011).

Tuberkulosis Paru adalah infeksi penyakit menular yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis, suatu basil tahan asam yang ditularkan melalui

udara (Estyr, 2014).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Tuberkulosis

Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis

suatu basil tahan asam yang menyerang parenkim paru yang dapat menyebar

melalui getah bening atau pembuluh darah dan dapat menular melalui udara.

Klasifikasi tuberculosis di Indonesia yang banyak dipakai berdasarkan kelainan

klinis, radiologist dan mikrobiologis :


1. Tuberkulosis paru.

1) TB Paru BTA Positif dengan kriteria :

a) Dengan atau tanpa gejala klinik.

b) BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali didukung

biakan positif satu kali atau didukung radiologik positif 1 kali.

c) Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.

2) TB Paru BTA Negatif dengan kriteria :

a) Gejala klinik dan gambaran radilogik sesuai dengan TB Paru aktif.

b) BTA negatif, biakan negatif tetapi radiologik positif.

c) Bekas tuberkulosis paru.

2.1.2 Anatomi dan Fisiologi


1. Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung,

faring, laring, trachea, bronkus, dan bronkiolus. Hidung ; Nares anterior

adalah saluran-saluran di dalam rongga hidung. Saluran-saluran itu

bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum (rongga

hidung). Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya

akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan faring dan

dengan selaput lendir sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam

rongga hidung. Faring (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari

dasar tengkorak sampai persambungannya dengan eshopagus pada

ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya di belakang laring (laring-

faringeal) (Asih, 2014).

2. Laring (tenggorok) terletak didepan bagian terendah faring yang

memisahkan dari columna vertebrata, berjalan dari faring sampai

ketinggian vertebrata servikalis dan masuk ke dalam trachea di

bawahnya Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama

oleh ligamen dan membran (Asih, 2014) Trachea atau batang tenggorok

kira-kira 9 cm panjangnya trachea berjalan dari laring sampai kira-kira

ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini bercabang

menjadi dua bronchus (bronchi). Trachea tersusun atas 16 – 20

lingkaran tak tetap yang berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama

oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran di sebelah belakang

trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan otot (Asih, 2014).
3. Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-

kira vertebra torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan

trachea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronchus-bronchus itu

berjalan ke bawah dan ke samping ke arah tampuk paru.Bronchus kanan

lebih pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari

arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di

bawah arteri, disebut bronkus lobus bawah.Bronchus kiri lebih panjang

dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan dibawah arteri

pulmonalis sebelum dibelah menjadi beberapa cabang yang berjalan ke

lobus atas dan bawah.Cabang utama bronchus kanan dan kiri

bercabang lagi menjadi bronchus lobaris dan kemudian menjadi lobus

segmentalis.Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus.Yang

ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronchiolus

terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli

(kantong udara).Bronchiolus terminalis memiliki garis tengah kurang

lebih 1mm. Bronchiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan.Tetapi

dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Saluran-

saluran udara ke bawah sampai tingkat bronchibiolus terminalis disebut

saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai

penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru. Alveolus yaitu

tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronchiolus dan respiratorius

yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada

dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveolis dan

sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, assinus atau

kadang disebut lobulus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 - 1,0 cm.
terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai sakus

alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori

kohn (Andita, 2014).

4. Paru terdapat dalam rongga toraks pada bagian kiri dan kanan. Dilapisi

oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura.Di dalam rongga

pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikan.Paru

kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior

sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan

inferior.Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung

pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar,

sakkus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa setiap paru-paru

mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang

cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas (Andita,2014).

Proses fisiologi pernafasan dimana oksigen dipindahkan dari udara

ke dalam jaringan-jaringan, dan karbondioksida dikeluarkan ke udara

ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium pertama adalah

ventilasi yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam dan keluar paru-

paru karena ada selisih tekanan yang terdapat antara atmosfer dan

alveolus akibat kerja mekanik dan otot-otot.

Transportasi atmosfer dan alveolus yang terdiri dan beberapa aspek

yaitu:

1. Difusi gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi

eksternal) antara darah sistemik dan sel-sel jaringan.

2. Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonal dan penyesuaiannya

dengan distribusi udara dalam alveolus


3. Reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan karbondioksida dengan

darah respimi atau respirasi interna menipakkan stadium akhir dari

respirasi, yaitu sel dimana metabolik dioksida untuk mendapatkan

energi, dan karbondioksida terbentuk sebagai sampah proses

metabolisme sel dan dikeluarkan oleh paru-paru

4. Transportasi, yaitu tahap kedua dari proses pernafasan mencakup

proses difusi gas-gas melintasi membran alveolus kapiler yang tipis

(tebalnya kurang dari 0,5 urn). Kekuatan mendorong untuk

pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara darah dan

fase gas

Perfusi, yaitu pemindahan gas secara efektif antara alveolus dan

kapiler paru-paru membutuhkan distribusi merata dari udara dalam

paru-paru dan perfusi (aliran darah) dalam kapiler dengan perkataan

lain ventilasi dan perfusi dari unit pulmonari harus sesuai pada orang

normal dengan posisi dan keadaan istirahat maka ventilasi dan perfusi

hampir seimbang kecuali pada apeks paru (suciati, 2012).

Secara garis besar bahwa paru memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Terdapat permukaan gas-gas yaitu mengalirkan Oksigen dari

udara atmosfer ke darah vena dan mengeluarkan gas

karbondioksida dari alveoli ke udara atmosfer.

2. Menyaring bahan beracun dari sirkulasi.

3. Reservoir darah.

4. Fungsi utamanya adalah pertukaran gas.


2.1.3 Etiologi

Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, sejenis

kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 – 4 µ m dan tebal

0,3 – 0,6 µm dan digolongkan dalam basil tahan asam (BTA) (Suyono, et al

2011).Bakteri ini sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik dan bersifat

anaerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu,

Mycobacterium Tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru yang

kandungan oksigennya tinggi, daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif

untuk penyakit tuberculosis.

2.1.4 Patofisiologi

Infeksi diawali karena seseorang menghirup basil M. Tuberculosis.

Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju alveoli lalu berkembang biak

dan terlihat bertumpuk. Perkembangan M. Tuberculosis juga dapat

menjangkau sampai ke area lain dari paru (lobus atas). Basil juga menyebar

melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan

korteks serebri) dan area lain dari paru (lobus atas). Selanjutnya sistem

kekebalan tubuh memberikan respon denganmelakukan reaksi

inflamasi.Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan

bakteri), sementara limfosit spesifik-tuberkulosis menghancurkan

(melisiskan) basil dan jaringan normal.Reaksi jaringan ini mengakibatkan

terakumulasinya eksudat dalam alveoli yang

menyebabkanbronkopneumonia. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu

2-10 minggu setelah terpapar bakteri.Interaksi antara M. Tuberculosis dan

sistem kekebalan tubuh pada masa awal infeksi membentuk sebuah massa

jaringan baru yang disebut granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil
hidup dan mati yang dikelilingi oleh makrofag seperti dinding. Granuloma

selanjutnya berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah

dari massa tersebut disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri dari makrofag

dan bakteri menjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk materi yang

penampakannya seperti keju (necrotizing caseosa). Hal ini akan menjadi

kalsifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri

menjadi nonaktif.

Setelah infeksi awal, jika respon sistem imun tidak adekuat maka

penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul

akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi

aktif.Pada kasus ini, ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga

menghasilkan necrotizing caseosa di dalam bronkhus.Tuberkel yang ulserasi

selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut.Paru yang

terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan timbulnya bronkopneumonia,

membentuk tuberkel dan seterusnya.Pneumonia seluler ini dapat sembuh

dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau

berkembang biak di dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi

lebih panjang dan sebagian bersatumembentuk sel tuberkel epiteloid yang

dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-20 hari). Daerah yang mengalami

nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas

akan menimbulkan respon berbeda, kemudian pada akhirnya akan

membentuk suatu kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel (Smeltzer & Bare,

2001)
2.1.5 Manifestasi klinis

Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu

penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga

memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah

penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-

kadang asimtomatik.

Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik

dan gejala sistemik.

1. Gejala respiratorik meliputi :

a. Batuk

Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang

paling sering dikeluhkan.Mula-mula ber sifat non produktif kemudian

berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.

b. Batuk darah

Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak

berupa garis atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar

dalam jumlah sangat banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya

pembuluh darah.Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar

kecilnya pembuluh darah yang pecah.

c. Sesak napas

Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau

karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax,

anemia dan lain-lain.


d. Nyeri dada

Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan.Gejala

ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.

2. Gejala sistemik, meliputi :

a. Demam

Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore

dan malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama

makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin

pendek.

b. Gejala sistemik lain

Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan

berat badan serta malaise.Timbulnya gejala biasanya gradual dalam

beberapa minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk,

panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai

pneumonia

2.1.6 Penatalaksanaan

Menurut Dep.Kes (2003) tujuan pengobatan TB Paru adalah untuk

menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan dan

menurunkan tingkat penularan.Salah satu komponen dalam DOTS (Directly

Observed Treatment Shourtcourse chemotherapy) adalah pengobatan

paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung dan untuk

menjamin keteraturan pengobatan diperlukan seorang Pengawas Menelan

Obat (PMO).Pemberian paduan OAT didasarkan pada klasifikasi TB Paru.

Prinsip pengobatan TB Paru adalah obat TB diberikan dalam bentuk

kombinasi dari beberapa jenis (Isoniasid, Rifampisin, Pirasinamid,


Streptomisin, Etambutol) dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8

bulan, supaya semua kuman (termasuk kuman persisten) dapat dibunuh.

Dosis tahap intensif dan tahap lanjutan ditelan sebagai dosis tunggal,

sebaiknya pada saat perut kosong.Pada tahap intensif (awal) penderita

mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah terjadinya

kekebalan terhadap semua OAT.Bila pengobatan tahap intensif tersebut

diberikan secara tepat, penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun

waktu 2 minggu.Sebagian besar penderita TB Paru BTA positif menjadi BTA

negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif.Pada tahap lanjutan

penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang

lebih lama.Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten

sehingga mencegah terjadi kekambuhan.Pada anak, terutama balita yang

tinggal serumah atau kontak erat dengan penderita TB Paru BTA positif,

perlu dilakukan pemeriksaan. Bila anak mempunyai gejala seperti TB Paru

maka dilakukan pemeriksaan seperti alur TB Paru anak dan bila tidak ada

gejala, sebagai pencegahan diberikan Izoniasid 5 mg per kg berat badan

perhari selama enam bulan. Pada keadaan khusus (adanya penyakit

penyerta, kehamilan, menyusui) pemberian pengobatan dapat dimodifikasi

sesuai dengan kondisi khusus tersebut (Dep.Kes, 2003) misalnya:

1. Wanita hamil: Pinsip pengobatan pada wanita hamil tidak berbeda

dengan orang dewasa. Semua jenis OAT aman untuk wanita hamil

kecuali Streptomycin, karena bersifat permanent ototoxic dan dapat

menembus barier plasenta yang akan mengakibatkan terjadinya

gangguan pendengaran dan keseimbangan yang menetap pada bayi

yang dilahirkan;
2. Ibu menyusui: Pada prinsipnya pengobatan TB Paru tidak berbeda

dengan pengobatan pada umumnya. Semua jenis OAT aman untuk ibu

menyusui. Pengobatan pencegahan dengan INH diberikan kepada bayi

sesuai dengan berat badannya;

3. Wanita pengguna kontrasepsi: Rifampisin berinteraksi dengan

kontrasepsi hormonal sehingga dapat menurunkan efektifitas kontrasepsi

tersebut. Penderita TB Paru seyogyanya menggunakan kontrasepsi non

hormonal;

4. Penderita TB Paru dengan kelainan hati kronik: Sebelum pengobatan

TB, penderita dianjurkan untuk pemeriksaan faal hati. Apabila SGOT dan

SGPT meningkat 3 kali, OAT harus dihentikan.Apabila peningkatannya

kurang dari 3 kali, pengobatan diteruskan dengan pengawasan ketat.

Penderita kelainan hati, Pirazinamid tidak boleh diberikan;

5. Penderita TB Paru dengan Hepatitis Akut: Pemberian OAT ditunda

sampai Hepatitis Akut mengalami penyembuhan. Pada keadaan dimana

pengobatan TB Paru sangat diperlukan, dapat diberikan Streptomycin

dan Ethambutol maksimal 3 bulan sampai hepatitisnya menyembuh dan

dilanjutkan dengan Rifampicin dan Isoniasid selama 6 bulan;

6. Penderita TB Paru dengan gangguan ginjal: Dosis yang paling aman

adalah 2 RHZ/6HR. apabila sangat diperlukan, Etambutol dan

Streptomicin tetap dapat diberikan dengan pengawasan fungsi ginjal;

7. Penderita TB paru dengan Diabetes Mellitus: Dalam keadaan ini,

diabetesnya harus dikontrol. Penggunaan Rifampicin akan mengurangi

efektifitas obat oral anti diabetes sehingga dosisnya perlu ditingkatkan.


Penggunaan Etambutol pada penderita Diabetes harus diperhatikan

karena mempunyai komplikasi terhadap mata.

Penggunaan OAT mempunyai beberapa efek samping diantaranya:

1. Rifampicin: tidak nafsu makan, mual, sakit perut, warna kemerahan

pada air seni, purpura dan syok (Dep.Kes, 2013), sindrom flu,

hepatotoksik (Soeparman, 2012);

2. Pirasinamid: nyeri sendi, hiperurisemia, (Soeparman, 2012)

3. INH: kesemutan sampai dengan rasa terbakar di kaki (Dep.Kes,

2013), neuropati perifer,hepatotoksiStreptomisin: tuli, gangguan

keseimbangan (nefrotoksik dan gangguan Nervus VIII

4. Ethambutol: gangguan penglihatan, nefrotoksik, skinrash/dermatitis

(Soeparman,2012).

5. Etionamid: hepatotoksik, gangguan pencernaan

(Soeparman,2012).

2.1.7 Kepatuhan

Perilaku pasien yang mentaati semua nasihat dan petunjuk yang

dianjurkan oleh kalangan tenaga medis, seperti dokter dan apoteker. Segala

sesuatu yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan pengobatan, salah satunya

adalah kepatuhan minum obat. Hal ini merupakan syarat utama tercapainya

keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Kepatuhan adalah derajat dimana

pasien mengikuti anjuran klinis dari dokter yang mengobatinya (Zinab, 2011).

Menurut Sacket dalam Niven (2000) kepatuhan adalah sejauh mana perilaku

pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan

Teori Perilaku Preced Proceed Lawrence Green 2011 Teori ini berdasarkan
tindakan seseorang yang mempengaruhi perilaku yang berhubungan dengan

kepatuhan minum obat dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu:

1. Faktor predisposisi (predisposing factors), factor yang mendahului perilaku

seseorang yang akan mendorong untuk berperilaku yaitu pengetahuan,sikap,

kepercayaan, keyakinan, nilai dan persepsi yang mendorong seseorang atau

kelompok untuk melakukan tindakan seperti dorongan.

2. Faktor pendukung atau pendorong (enablingfactors), factor yang memotivasi

individu atau kelompok untuk melakukan tindakan yang berwujud lingkungan

fisik, tersedianya fasilitas dan sarana kesehatan, kemudahan mencapai

sarana kesehatan contoh transpot untuk mencapai layanan kesehatan saat

ada jadwal pemeriksaan.

3. Faktor penguat (reinforcefactors), mencakup sikap dan peran keluarga,

teman, guru, majikan, penyedia layanan kesehatan, pemimpin serta

pengambil keputusan. dimana faktor pendukung ini sangat penting untuk

keberhasilan pengobatan.

2.2. Konsep Peran

2.2.1 Defenisi Peran

Peran adalah seperangkat harapan harapan yang dikenakan pada

individu yang menempati kedudukan sosial tertentu (Gros, dkk dalam

Alamsyah, 2014).Peran menurut Soekanto (Khufron, 2014) adalah suatu

aspek dinamis kedudukan (status) yang apabila seseorang menjalankan hak

dan kewajibannya maka ia dikatakan melakukan suatu peranan yang dapat

dilakukan oleh orang, badan, atau lembaga yang menempati suatu posisi.
2.2.2 Peran Keluarga

Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,

sifat dan keinginan yang berhubungan dengan individu dalam posisi tertentu.

Peranan individu dalam keluarga di dasari oleh harapan pola perilaku

keluarga, kelompok dan masyarakat (Asmuji, 2014) Selanjutnya menurut ada

beberapa peran dalam keluarga, yaitu sebagai berikut.

1. Peran ayah adalah menggunakan kepemimpinan moral dalam

keluarga.Sebaliknya pencari nafkah yang berjarak menggambarkan

peran utama ayah sebagai penyedia tetapi tidak terlibat dalam

perawatan anak.

2. Peran ibu dalam keluarga sebagai pemeran peranan penting yang

tertumpu yaitusebagai istri, pemimpin, dan pemberi asuhan kesehatan.

3. Peran kakak/adik dalam keluarga yaitu ketika anak telah beranjak

dewasaperan sebagai kakak adik (sibling rule) mendapat arti yang

penting sebagai pelaku yang mampu melakukan sosialisasi (Rahman,

2013)

2.2.3 Macam- macam peran keluarga

Keluarga memiliki beberapa peran (Armani, 2011) yaitu:

1. Penilaian

Meliputi pertolongan pada individu untuk memahami kejadian

depresi dengan baik dan juga sumber depresi dan strategi koping yang dapat

digunakan dalam menghadapi stressor. Dukungan ini juga merupakan

dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap

individu. Individu mempunyai seseorang yang dapat diajak bicara tentang

masalah mereka, terjadi melalui ekspresi pengaharapan positif individu


kepada individu lain, penyemangat, persetujuan terhadap ide-ideatau

perasaanseseorangdan perbandingan positif seseorang dengan orang lain,

misalnya orang yang kurang mampu. Dukungan keluarga dapat membantu

meningkatkan strategi koping individu dengan strategi-strategi alternatif

berdasarkan pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek yangpositif.

2. Instrumental

Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti

pelayanan, bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata

(instrumental support material support), suatu kondisi dimana benda atau

jasa akan membantu memecahkan masalah praktis, termasuk di dalamnya

bantuan langsung, seperti saat seseorang memberi atau meminjamkan uang,

membantu pekerjaan sehari-hari, menyampaikan pesan, menyediakan

transportasi, menjaga dan merawat saatsakit.

3. Informasional

Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab

bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi dari masalah,

memberikan nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa

yang dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat menyediakan informasi

dengan menyarankan tentang dokter, terapi yang baik bagi dirinya dan

tindakan spesifik bagi individu untuk melawan stresor. Individu yang

mengalami depresi dapat keluar dari masalahnya dan memecahkan

masalahnya dengan dukungan dari keluarga dengan menyediakan feed

back. Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai penghimpun

informasi dan pemberi informasi.


4. DukunganEmosional

Selama depresi berlangsung, individu sering menderita secara emosional,

sedih, cemas dan kehilangan harga diri. Jika depresi mengurangi perasaan

seseorang akan hal yang dimiliki dan dicintai. Dukungan emosional

memberikan individu perasaan nyaman, merasa dicintai saat mengalami

depresi, bantuan dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian

sehingga individu yang menerimanya merasa berharga. Pada dukungan

emosional ini keluarga menyediakan tempat istirahat dan memberikan

semangat.

2.2.4 Macam-macam Fungsi keluarga

Adapun fungsi keluarga secara spesifik menurut siswani (2014),

adalah sebagai berikut :

1. Reproduksi

Fungsi keluarga bukan hanya mempertahankan dan

mengembangkan keturunan atau generasi, tetapi juga merupakan tempat

mengembangkan fungsi reproduksi secara universal (menyeluruh),

diantaranya : seks yang sehat dan berkualitas, pendidikan seks bagi anak,

dan yang lain.

2. Sosial

Sebagai makhluk sosial, manusia melakukan berbagi macam hal

yang mampu mendukung dirinya agar mampu bertahan ditengah

masyarakat. Salah satu hal yang perlu dilakukan oleh seorang pada

keluarga dari sebuah masyarakat adalah bertindak sesuai dengan peran

sosial yang ada. Karena, peran sosial merupakan salah satu pilar utama

dari kegiatan sosial atau perilaku manusia selaku makhluk sosial. Selain
sebagai bagian utama dari perilaku manusia, peran sosial juga dijadikan

salah satu upaya mengatasi masalah sosial dan untuk mendukung

kegiatan yang berhubungan dengan motivasi pada anggota keluarga.

3. Pertumbuhan Individu

Di dalam keluarga individu akan tumbuh dan berkembang menjadi

individu yang matang (mature) dan mandiri (independence).

Kemantangan individu meliputi fisik dan psikisnya. Fungsi keluarga dalam

memenuhi kebutuhan fisik dan psikis berupa kebutuhan makan dan

pembinaaan kepribadian.

4. Pendidikan

Pada dasarnya, ketika seseorang telah terlahir ke dunia ia telah

dilengkapi berbagai perangkat seperti panca indera dan akal untuk

menyerap berbagai ilmu. Keluarga mempunyai peran dan tanggung

jawab yang besar terhadap pendidikan anak-anaknya dalam menambah

dan mengasah ilmu untuk menghadapi kehidupan dewasanya.

5. Religius (Agama dan Keyakinan)

Fungsi keluarga dalam hal ini yakni membina norma/ajaran agama

sebagai dasar dan tujuan hidup seluruh anggota keluarga, memberikan

contoh konkret dalam hidup sehari-hari dalam pengalaman dari ajaran

agama, melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak

tentang keagamaan yang tidak atau kurang diperolehnya di sekolah dan

masyarakat, dan membina rasa, sikap, dan praktik kehidupan

berkeluarga beragama sebagai fondasi menuju Keluarga Kecil Bahagia

Sejahtera.
6. Rekreasi

Keluarga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan yang dapat

mengurangi ketegangan akibat berada di rumah maupun di luar rumah

2.1.4 Peran keluarga terhadap kesehatan

Peran yang diberikan keluarga dalam merawat dan meningkatkan

status kesehatan adalah memberikan pelayanan dengan sikap menerima

kondisinya.(Salama, 2011) menjelaskan bahwa peran keluarga adalah suatu

bentuk perilaku melayani yang dilakukan oleh keluarga baik dalam bentuk

dukungan emosi, penghargaan, informasi dan instrumental. Dukungan sosial

keluarga mengacu pada dukungan-dukungan yang dipandang oleh anggota

keluarga sebagai suatu yang dapat diakses atau diadakan untuk keluarga.

Dukungan bisa atau tidak digunakan tapi anggota keluarga memandang

bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan

dan bantuan jika diperlukan.Keluarga merupakan sistem pendukung yang

berarti sehingga dapat memberikan petunjuk tentang kesehatan mental, fisik

dan emosi lanjut usia. Peran keluarga itu dapat dibagi menjadi empat aspek

yaitu penilaian, instrumental, dukungan informasi dan emosional (Kaplan,

2011)
2.2 Konsep hubungan peran keluarga terhadap kepatuhan minum obat pada

pasien TB paru

Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,

sifat dan keinginan yang berhubungan dengan individu dalam posisi

tertentu.Peranan individu dalam keluarga di dasari oleh harapan pola perilaku

keluarga, kelompok dan masyarakat (Asmuji, 2014).

Tuberkulosis Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman menyerang

Paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain (Dep Kes, 2013). Kepatuhan

Pengobatan TB merupakan hal yang sangat penting, karena bila pengobatan

tidak dilakukan secara teratur dan tidak sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan maka akan dapat timbul kekebalan kuman TB terhadap Obat Anti TB

(OAT) secara meluas atau disebut Multi Drugs Resistance (MDR). Peran

keluarga sangatlah mempengaruhi dimana keluarga mampu menjadi

penyemangat dan mampu mengingatkan jadwal minum obat pada penderita TB

karena pengobatan TB membutuhkan waktu yang cukup lama (farah, 2016).di

samping itu dengan adanya dukungan kelaurga penderita TB akan merasa

bersemangat untuk sembuh karna ada seseorang atau kelompok yang

memperhatikannya hal ini juga mendorong dukungan psikologi bagi penderita

TB (farah, 2016).

Penyakit Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit yang mudah

menular dimana dalam tahun-tahun terakhir memperlihatkan peningkatan dalam

jumlah kasus baru maupun jumlah angka kematian yang disebabkan oleh
TBC.Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium

tuberculosis.Hampir 10 tahun lamanya Indonesia menempati urutan ke-3

sedunia dalam hal jumlah.

Dalam rangka mencapai tujuan kepatuhan minum obat TB tersebut,

maka perlu dibiasakan menjadi suatu norma hidup dan budaya penderita TB

sehingga sadar dan mandiri untuk hidup sehat. Namun demikian,

menumbuhkan kesadaran kepatuhan minum obat TB, perlu suatu tindakan

yang dapat memotivasi secara benar dan konsisten. Penanggulangan TBC

secara nasional dengan Obat Anti Tuberculosis (OAT) diberikan kepada

penderita secara Cuma-Cuma dan dijamin ketersediannya. Adapun waktu yang

di gunakan untuk terapi adalah 6-8 bulan.Hal tersebut sering mengakibatkan

pasien kurang patuh dan minumobat tidak teratur. Pengobatan yang tidak

teratur dan kombinasi yang tidak lengkap diduga telah mengakibatkan

kekebalan ganda kuma TB terhadap Obat Anti Tuberculosis. Oleh karena itu

penting sekali bagi penderita untuk menyelesaikan program terapi dengan baik,

dengan kata lain, kepatuhan penderita bagi kesembuhan penyakit TB.

Anda mungkin juga menyukai