Konsep Komunikasi

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 11

KONSEP

KOMUNIKASI KELOMPOK

DISUSUN OLEH :

1. Alda Puspita sari (142012018002)


2. Ellsa Yulicka Pratiwi (142012018012)
3. Harun Alfatoni (142012018015)
4. Putri Maysaroh (142012018030)
5. Siti Munawaroh (142012018038)
6. Wahyu Eko Aprianto (142012018043)
7. Yuni Wulandari (142012018046)

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMPUNG (UMPRI)

TAHUN 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Komunikasi dalam kelompok merupakan bagian dari kegiatan-keseharian kita sejak kita
lahir, kita sudah mulai bergabung dengan kelompok primer yang paling dekat, yaitu keluarga
kemudian seiring dengan perkernbangan usia dan kemampuan intelektualitas, kita masuk dan
terlibat dalam kelompok- kelompok sekunder seperti sekolah, lembaga agama, tempat pekerjaan
dan kelompok sekunder lainnya yang sesuai dengan minat dan ketertarikan kita.
kelompok merupakanbagian yang tidak terpisahkan dengan kehidupan kita, karena
melalui kelompok, memungkinkan kita dapat berbagi informasi, pengalaman dan pengetahuan
kita dengan anggota kelompok lainnya modal teori komunikasi kelompok ini, akan terdiri dari
empat kegiatanbelajar yaitu prinsip-prinsip dasar komunikasi dalam suatu kelompok group
communication' memahami komunikasi dalam kelompok.

B. RUMUSAN MASALAH
Agar penulisan makalah ini tersusun secara sistematis dan terarah,maka rumusan masalah
yang akan di bahas dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Mengetahui definisi komunikasi kelompok?
2. Apasaja prinsip-prinsip dasar komunikasi kelompok?
3. Mengetahui bentuk-bentuk komunikasi kelompok?
4. Bagaimana pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi?
5. Apasaja factor-faktor yang mempengaruhi komunikasi kelompok?

C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH


Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Sebagai pelengkap tugas mata kuliah “Komunikasi Keperawatan” tentang konsep komunikasi
kelompok
2. Alat pembelajaran bagi kami tentang ilmu komunikasi
3.Untuk mengenali dan memahami bagaimana konsep komunikasi dalam kelompok
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Komunikasi kelompok (group communication) adalah komunikasi yang
berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat,
pertemuan, konperensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984).
Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok
sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah
diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana
anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain
secara tepat.
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang
berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya,
dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (DeddyMulyana, 2005).

B. Prinsip-Prinsip Komunikasi Kelompok


1. Proses Simbolik

Ernst Cassier mengatakan bahwa keunggulan manusia atas makhluk lainnya adalah
keistimewaan mereka sebagai animal symbolicum.Sedangkan Lambang atau symbol
adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan
kesepakatan kelompok orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku
nonverbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama. Hal ini kemudian berkaitan
dengan bagaimana proses bahasa itu berkembang dalam kehidupan manusia, seperti
misalnya teori “bow wow’ dan lain-lain, bagaimana manusia mendefenisikan simbol
yang di sampaikan oleh alam untuk kemudian mereka jadikan sebuah simbol dengan
makna mereka sendiri.

2. Satu kesatuan isyarat dalam komunikasi.

Pada prinsipnya, komunikasi adalah proses pertukaran pesan antara orang-orang


yang memiliki satu kesatuan isyarat. Hal ini dapat di defenisikan juga,bahwa setiap
peserta komunikasi memiliki pemahaman yang sama terhadap isyarat-isyarat yang di
gunakan dalam proses komunikasi.

Prinsip inilah yang kemudian perlu diperhatikan bagi kita untuk merencanakan
sebuah proses komunikasi. Bagaimana pesan akan kita sampaikan, dan seperti apa respon
yang kita butuhkan. Sehingga kemudian pesan tersebut akan benar-benar di pahami oleh
komunikannya dan proses komunikasi dapat berjalan secara efektif.

3. Timbal balik

Meskipun terdapat banyak model komunikasi linier atau satu arah, sebenarnya
komunikasi manusia dalam bentuk dasarnya bersifat dua arah.Beberapa pakar
komunikasi mengakui sifat sirkuler atau dua arah komununikasi ini. Misalnya Frank
Dance, Kincaid, dan Schramm yang mereka sebut model komunikasi antarmanusia yang
membulat, dan Tubbs. Komunikasi sirkuler ditandai dengan beberapa hal berikut :

 Orang-orang yang berkomunikasi dianggap setara


 Proses Komunikasi berjalan timbal balik (dua arah)
 Dalam praktiknya, kita tidak lagi membedakan pesan dengan umpan balik.
 Komunikasi yang terjadi sebenarnya jauh lebih rumit

4. Omni present (komunikasi terjadi dimana-mana)

Dalam proses komunikasi, para peserta komunikasi saling mempengaruhi,


seberapa kecil pun pengaruh itu, baik lewat komunikasi verbal maupun nonverbal.
Pernyataan bahwa komunikasi telah terjadi sebenarnya bersifat artificial dalam arti bahwa
kita mencoba menangkap suatu gambaran diam (statis) dari proses tersebut dengan
maksud untuk menganalisis kerumitan peristiwa tersebut, dengan menonjolkan
komponen-komponen atau aspek-aspek yang penting. Implikasi dari komunikasi sebagai
proses yang dinamis dan transaksional adalah bahwa para peserta komunikasi berubah
(dari sekeedar berubah pengetahuan hingga berubah pandangan dunia dan perilakunya).
Implosot dalam proses komunikasi sebagai transaksi ini adalah proses penyandian
(encoding) dan penyandian balik (decoding).
C. Bentuk-Bentuk Komunikasi Kelompok
1. Kelompok Primer dan Sekunder
Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin Rakhmat, 1994)
mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya
berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama.
Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan
tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita.
2. Kelompok Keanggotaan Dan Kelompok Rujukan
Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership
group) dan kelompok rujukan (reference group).Kelompok keanggotaan adalah
kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota
kelompok itu.Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai
alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap.
3. Kelompok Deskriptif Dan Kelompok Presikriptif
John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua:
deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan
melihat proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola
komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga: kelompok tugas, kelompok
pertemuan, dan kelompok penyadar.
Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota
kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan enam
format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel,
forum, kolokium, dan prosedur parlementer.
D. Pengaruh Kelompok pada Perilaku Komunikasi Kelompok
1. Konformitas
Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju norma
kelompok sebagai akibat tekanan kelompok baik secara real maupun hanya
bayangan
2. Fasilitasi Sosial
Fasilitasi sosial adalah peningkatan prestasi individu karena disaksikan
oleh kelompok
3. Polarisasi
Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Orang
cenderung membuat keputusan yang lebih berani ketika mereka berada dalam
kelompok daripada ketika mereka sendiri.
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Kelompok
1. Ukuran kelompok
Dari segi komunikasi, semakin besar ukuran kelompok maka akan semakin besar pula
kemungkinan sebagian anggota kelompok yang tidak mendapat peluang untuk
berpartisipasi. Dalam kelompok yang besar, partisipasi akan terpusat pada orang yang
memberikan kontribusi terbanyak.
2. Tujuan umum kelompok
Dalam kelompok yang efektif, partisipan saling berbagi tujuan umum, minat, atau
manfaat. Titik berat pada tujuan umum kelompok memungkinkan setiap anggota
kelompok mengatasi perbedaan pendapat individu dan melakukan negosiasi terkait
berbagai solusi yang dapat diterima oleh semua pihak (Lehmann dkk, 2016 : 29).
3. Persepsi peran
Orang yang diundang untuk bergabung ke dalam suatu kelompok memiliki persepsi
tentang bagaimana kelompok seharusnya bekerja dan tujuan apa yang ingin dicapai.
Selain itu, setiap anggota kelompok memiliki konsep diri yang menyatakan bagaimana
mereka memandang diri mereka sendiri (Lehmann dkk, 2016 : 29).
4. Umur kelompok
Suatu kelompok yang dibentuk untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam jangka waktu
yang pendek akan lebih banyak menghabiskan waktu untuk menyelesaikan tugas
dibandingkan dengan pemeliharaan kelompok. Kelompok yang dibentuk untuk jangka
waktu yang panjang akan melalukan berbagai macam upaya untuk memelihara tujuan
kelompok. Yang termasuk ke dalam pemeliharaan kelompok adalah pembagian tugas,
penjadwalan, pencatatan, pelaporan, dan menilai kemajuan (Lehmann dkk, 2016 : 29).
5. Status
Beberapa anggota kelompok akan menampilkan tingkatan yang tertinggi
dibandingkan dengan anggota kelompok lainnya. Perlu dipahami bahwa seorang ketua
dalam sebuah kelompok adalah juga seorang anggota kelompok. Ketika ketua kelompok
berbicara maka anggota kelompok akan menyatakan persetujuannya. Ketika anggota
berbicara, mereka akan cenderung untuk mengarahkan seseorang dengan status yang
tinggi yaitu ketua kelompok. Orang akan cenderung untuk berbicara atau berkomunikasi
dengan rekan sekerja namun mereka cenderung untuk berbicara ke atas atau komunikasi
vertikal yakni ke penyelia dan berbicara ke bawah ke anggota kelompok yang lebih
rendah statusnya. Pada umumnya, sebuah kelompok membutuhkan keseimbangan dalam
status dan keahlian (Lehmann dkk, 2016 : 29).
6. Budaya
Komunikasi yang efektif dalam sebuah kelompok dapat terganggu dengan adanya
hambatan-hambatan komunikasi seperti prasangka dan bias yang pada umumnya
diciptakan oleh budaya. Misalnya pria yang berasal dari budaya yang memandang
perempuan sebagai makhluk yang inferior sehingga menyebabkan masalah ketika bekerja
sama dengan perempuan. Untuk mengatasinya, masing-masing anggota kelompok
hendaknya bersedia untuk mempelajari tentang perbedaan budaya. Memulai percakapan
terkait perbedaan budaya dapat meningkatkan pengetahuan dan meminimalkan
prasangka atau bias terhadap anggota kelompok lainnya.
7. Struktur kelompok
Struktur kelompok membentuk perilaku anggota kelompok dan membuatnya menjadi
mungkin untuk memprediksi dan menjelaskan perilaku individu dalam sebuah kelompok
seperti penampilan kelompok secara keseluruhan. Struktur kelompok terdiri dari
beberapa komponen, diantaranya adalah ukuran kelompok, komposisi kelompok, status
kelompok, peran kelompok, proses kelompok, penampilan kelompok, serta norma
kelompok.
8. Norma kelompok
Norma adalah sebuah standar atau perilaku rata-rata. Seluruh kelompok memiliki
norma masing-masing. Norma kelompok berpengaruh terhadap konformitas anggota-
anggotanya bergantung pada ukuran mayoritas anggota kelompok yang menyatakan
penilaian. Sampai pada tingkat tertentu, semakin besar ukurannya, semakin tinggi tingkat
konformaitas. Konformitas mengarah pada penerimaan oleh anggota kelompok lain dan
menciptakan peluang komunikasi. Gejala konformitas ini dikaji lebih mendalam oleh
Leon Festinger melalui teori perbandingan sosial (Lehmann dkk, 2016 : 29).
9. Kepemimpinan
Penampilan kelompok tergantung pada beberapa faktor dan faktor penting yang
mempengaruhi penampilan kelompok adalah kepemimpinan. Seorang pemimpin
kelompok dapat ditunjuk atau muncul setelah proses komunikasi kelompok. Komunikasi
kepemimpinan sangat penting dalam sebuah kelompok atau organisasi. Sebagai bagian
dari kelompok, seorang pemimpin handaknya menguasasi teknik komunikasi efektif dan
teknik komunikasi berkesan agar seorang pemimpin dapat memberikan dampak terhadap
terbentuknya norma kelompok dengan menentukan siapa yang dapat berbicara,
menyuguhkan motivasi bagi kegiatan kelompok yang efektif (Rakhmat, 2001 : 165).
10. Jaringan komunikasi
Sebagaimana pola komunikasi organisasi, suatu kelompok juga memiliki pola
komunikasi yang dapat memberikan kepuasan kepada para anggotanya dan cepat
menyelesiakan tugas kelompok. Sebuah kelompok cenderung untuk membangun jaringan
komunikasi diantara anggota kelompok dan pemimpin yang mempengaruhi siapa yang
berbicara kepada siapa. Agar fungsi kelompok dapat berjalan dengan efektif, jenis-jenis
informasi hendaknya mengalir melalui jaringan komunikasi sehingga informasi yang
dibutuhkan dapat menjangkau orang yang tepat di saat yang tepat. Jaringan komunikasi
yang baik memastikan bahwa informasi tersedia ketika dibutuhkan dan jaringan
komunikasi tidak menjadi tumpah ruah dengan adanya informasi yang tidak relevan
(Rakhmat, 2001 : 162-163) .
11. Kebutuhan interpersonal
Orang masuk ke dalam suatu kelompok umumnya karena didorong oleh berbagai
kebutuhan interpersonal, seperti ingin menjadi anggota kelompok, ingin mengendalikan
orang lain dalam suatu tatanan hierarkis, dan ingin memperoleh keakraban emosional dari
anggota kelompok yang lain (Rakhmat, 2001 : 167).
12. Tindak komunikasi
Tindak komunikasi adalah satuan komunikasi seperti pernyataan, pertanyaan,
pendapat, atau isyarat. Frekuensi satuan tindak komunikasi dapat dihitung. Profil
frekuensi ini menunjukkan tingkat kepuasan anggota dalam kelompok dan produktivitas
kelompok dalam mencapai tujuannya (Rakhmat, 2001 : 171) .
13. Kemampuan mendengarkan
Komunikasi yang efektif membutuhkan ide atau gagasan yang dibagi oleh anggota
kelompok. Hal ini berarti tidak hanya membagi ide yang dimiliki melainkan
mendengarkan ide atau gagasan dari anggota kelompok lainnya. Dengan menggunakan
strategi mendengarkan yang baik, akan membantu kita menjadi pendengar yang baik.
Mendengarkan secara aktif melibatkan digunakannya komunikasi nonverbal seperti
kontak mata dan bahasa tubuh dalam komunikasi lainnya. Mendengarkan secara reflektif
membutuhkan kejelian terkait apa yang dikatakan oleh anggota kelompok lain untuk
memastikan bahwa kita memahami ide atau gagasan anggota kelompok lain secara tepat.
14. Komunikasi nonverbal
Komunikasi nonverbal akan berjalan dengan baik ketika anggota kelompok saling
percaya. Fungsi komunikasi nonverbal dalam komunikasi kelompok salah satunya adalah
dapat membentuk rasa saling percaya manakala pesan-pesan nonverbal yang dikirimkan
melengkapi komunikasi verbal. Di lain pihak, komunikasi nonverbal yang bertentangan
dengan komunikasi verbal dapat menimbulkan permasalahan kepercayaan.
15. Tanggung jawab anggota kelompok
Setiap anggota kelompok membagi tanggung jawab untuk mencapai komunikasi
kelompok yang baik. Anggota kelompok mempengaruhi kepribadian kelompok, iklim
kelompok, serta menciptakan konflik. Anggota kelompok juga membawa tujuan dan
agendanya sendiri ke dalam sebuah diskusi kelompok. Lebih jauh, sikap mereka akan
tampak pada sejumlah partisipasi yang dilakukan. Salah satu teori komunikasi kelompok
yang mengkaji tentang kepribadian kelompok adalah teori kepribadian kelompok atau
group syntality theory yang dirumuskan oleh Raymond Bernard Cattell.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang
berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya,
dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut.
Komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau
lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri,
Pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat
karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad,Arni.1989.KOMUNIKASI ORGANISASI.Jakarta: Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan.
West, Richard. 2008. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba
Hunaika.
Sarwona, Sarlito Wirawan. 2005. Psikologi Sosial, Psikologi Kelompok dan Terapan. Jakarta:
Balai Pustaka

Anda mungkin juga menyukai