ASKEP HIV-AIDS DENGAN TBC - Tambahan
ASKEP HIV-AIDS DENGAN TBC - Tambahan
ASKEP HIV-AIDS DENGAN TBC - Tambahan
ASUHAN KEPERAWATAN
Dosen pengampu:
Disusun Oleh :
Kelompok 1
FAKULTAS KESEHATAN
Puji dan Syukur kami panjatkan Kehadirat Allah swt, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun tugas ini
dengan baik dan tepat pada waktunya.Dalam makalah ini kami membahas
mengenai Asuhan Keperawatan Hypotiroid.
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan
dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan
selama mengerjakan makalah ini.Oleh karena itu, kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini.Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan
saran serta kritik yang dapat membangunkami.Kritik konstruktif dari pembaca
sangat kami harapkan untukpenyempurnaanmakalahselanjutnya. Akhir kata
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Kelompok
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
1. Biologis
a. Respons Biologis (Imunitas)
Secara imunologis, sel T yang terdiri dari limfosit T-helper, disebut
limfosit CD4+ akan mengalami perubahan baik secara kuantitas maupun
kualitas. HIV menyerang CD4+ baik secara langsung maupun tidak
langsung. Secara langsung, sampul HIV yang mempunyai efek toksik
akan menghambat fungsi sel T (toxic HIV). Secara tidak langsung,
lapisan luar protein HIV yang disebut sampul gp 120 dan anti p24
berinteraksi dengan CD4+ yang kemudian menghambat aktivasi sel yang
mempresentasikan antigen (APC).
Setelah HIV melekat melalui reseptor CD4+ dan co-reseptornya bagian
sampul tersebut melakukan fusi dengan membran sel dan bagian intinya
masuk ke dalam sel membran. Pada bagian inti terdapat enzim reverse
transcripatase yang terdiri dari DNA polimerase dan ribonuclease. Pada
inti yang mengandung RNA, dengan enzim DNA polimerase menyusun
kopi DNA dari RNA tersebut. Enzim ribonuclease memusnahkan RNA
asli. Enzim polimerase kemudian membentuk kopi DNA kedua dari
DNA pertama yang tersusun sebagai cetakan (Stewart, 1997;
Baratawidjaja, 2000).
Kode genetik DNA berupa untai ganda setelah terbentuk, maka akan
masuk ke inti sel. Kemudian oleh enzim integrase, DNA copi dari virus
disisipkan dalam DNA pasien. HIV provirus yang berada pada limfosit
CD4+, kemudian bereplikasi yang menyebabkan sel limfosit CD4
mengalami sitolisis (Stewart, 1997). Virus HIV yang telah berhasil
masuk dalam tubuh pasien, juga menginfeksi berbagai macam sel,
terutama monosit, makrofag, sel-sel mikroglia di otak, sel – sel hobfour
plasenta, sel-sel dendrit pada kelenjar limfe, sel- sel epitel pada usus, dan
sel langerhans di kulit. Efek dari infeksi pada sel mikroglia di otak adalah
encepalopati dan pada sel epitel usus adalah diare yang kronis (Stewart,
1997). Gejala-gejala klinis yang ditimbulkan akibat infeksi tersebut
biasanya baru disadari pasien.
Setelah beberapa waktu lamanya tidak mengalami kesembuhan. Pasien
yang terinfeski virus HIV dapat tidak memperlihatkan tanda dan gejala
selama bertahuntahun. Sepanjang perjalanan penyakit tersebut sel CD4+
mengalami penurunan jumlahnya dari 1000/ul sebelum terinfeksi
menjadi sekitar 200 – 300/ul setelah terinfeksi 2 – 10 tahun (Stewart,
1997).
2. Psikologis
Reaksi Psikologis Pasien HIV
Reaksi Proses psikologis Hal-hal yang biasa di jumpai
3. Sosial
Interaksi social
Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,mis. Kehilangan
karabat/orang terdekat, teman, pendukung rasa takut untuk
mengungkapkannya pada orang lain, takut akan penolakan/kehilangan
pendapatan. Isolasi, keseian, teman dekat ataupun pasangan yang
meninggal karena AIDS. Mempertanyakan kemampuan untuk tetap
mandiri, tidak mampu membuat rencana.
Tanda : perubahan pada interaksi keluarga/ orang terdekat.aktivitas yang tak
terorganisasi.
4. Spiritual
Respons Adaptif Spiritual
Respons Adaptif Spiritual dikembangkan dari konsep Ronaldson (2000) dan
Kauman & Nipan (2003). Respons adaptif Spiritual, meliputi:
a. Menguatkan harapan yang realistis kepada pasien terhadap kesembuhan
Harapan merupakan salah satu unsur yang penting dalam dukungan
sosial. Orang bijak mengatakan “hidup tanpa harapan, akan membuat
orang putus asa dan bunuh diri”. Perawat harus meyakinkan kepada
pasien bahwa sekecil apapun kesembuhan, misalnya akan memberikan
ketenangan dan keyakinan pasien untuk berobat.
b. Pandai mengambil hikmah
Peran perawat dalam hal ini adalah mengingatkan dan mengajarkan
kepada pasien untuk selalu berfikiran positif terhadap semua cobaan
yang dialaminya. Dibalik semua cobaan yang dialami pasien, pasti ada
maksud dari Sang Pencipta. Pasien harus difasilitasi untuk lebih
mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dengan jalan melakukan ibadah
secara terus menerus. Sehingga pasien diharapkan memperoleh suatu
ketenangan selama sakit.
c. Ketabahan hati
Karakteristik seseorang didasarkan pada keteguhan dan ketabahan hati
dalam menghadapi cobaan. Individu yang mempunyai kepribadian yang
kuat, akan tabah dalam menghadapi setiap cobaan. Individu tersebut
biasanya mempunyai keteguhan hati dalam menentukan kehidupannya.
Ketabahan hati sangat dianjurkan kepada PHIV. Perawat dapat
menguatkan diri pasien dengan memberikan contoh nyata dan atau
mengutip kitab suci atau pendapat orang bijak; bahwa Tuhan tidak akan
memberikan cobaan kepada umatNYA, melebihi kemampuannya (Al.
Baqarah, 286). Pasien harus diyakinkan bahwa semua cobaan yang
diberikan pasti mengandung hikmah, yang sangat penting dalam
kehidupannya.
5. Kultural
Faktor budaya berkaitan juga dengan fenomena yang muncul dewasa ini
dimana banyak ibu rumah tangga yang “baik-baik” tertular virus HIV
/AIDS dari suaminya yang sering melakukan hubungan seksual selain
dengan istrinya. Hal ini disebabkan oleh budaya permisif yang sangat berat
dan perempuan tidak berdaya serta tidak mempunyai bargaining position
(posisi rebut tawar) terhadap suaminya serta sebagian besar perempuan
tidak memiliki pengetahuan akan bahaya yang mengancamnya.
Kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk menanggulangi
masalah HIV /AIDS Selama ini adalah melaksanakan bimbingan sosial
pencegahan HIV /AIDS, pemberian konseling dan pelayanan sosial bagi
penderita HIV /AIDS yang tidak mampu. Selain itu adanya pemberian
pelayanan kesehatan sebagai langkah antisipatif agar kematian dapat
dihindari, harapan hidup dapat ditingkatkan dan penderita HIV /AIDS dapat
berperan sosial.
B. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan umum :
1. Kepala :
2. Kulit :
3. Mata : renitis
4. Hidunga :-
5. Telinga :-
6. Mulut :
7. Leher
Lymphadenopathy persisten
9. Thoraks (jantung)
10. Abdomen
Perkusi : Timpani
11. Genetalia
12. Ekstremitas
5555 5555
4444 4444
C. Diagnostik
- ELISA
- Western blot
- P24 antigen test
- Kultur HIV
- Hematokrit
- LED
- Rasio CD4 / CD Limposit
- Serum mikroglobulin B2
- Hemoglobin
Tujuan :
g. untuk infeksi :
- Kardidiasis eosofagus
- Tuberculosis
- Toksoplasmosis
- Herpes
- Pcp
- Pengobatan yang terkait AIDS , limfoma malignum ,
sarcoma Kaposi dan sarcoma servik, disesuaikan dengan
standar terapi penyakit kanker
h. Terapi :
- Flikonasol
- Kotrimoksazol
Tujuan :
- Mengurangi kematian dan kesakitan
- Menurunkan jumlah virus
- Meningkatkan kekebalan tubuh
- Mengurangi resiko penularan
E. Patofisiologi
F. Pathway
G. Diagnosa keperawatan
H. Rencana keperawatan
nafas` pasien
Mampu 3. Posisikan klien 3. Memudahkan
mengeluarkan untuk pasien ketika
Smeltzer , Bare, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah , Brunner dan
suddart, Edisi 8, Jakarta, EGC