Askep Ca Servik Fix Baru
Askep Ca Servik Fix Baru
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Kelompok 1
FAKULTAS KESEHATAN
PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
TAHUN AJARAN 2019/2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
anugerah-Nya kami bisa menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada Kanker serviks” tepat pada waktu yang telah ditentukan, sebagai
tugas kelompok untuk mata ajar Keperawatan Maternitas II.
Kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari sempurna,
karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
menyempurnakan asuhan keperawatan ini menjadi lebih baik lagi. Demikianlah
makalah ini kami buat, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan
menambah pengetahuan terutama bagi kelompok kami dan mahasiswa Fakultas
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Ca Serviks ....................................................................................... 3
B. Etiologi Ca Serviks ...................................................................................... 3
C. Patofisiologi Ca Serviks ............................................................................... 4
D. Pathway Ca Serviks ...................................................................................... 6
E. Tanda Dan Gejala Ca Serviks ...................................................................... 7
F. Klasifikasi Ca Serviks .................................................................................. 8
G. Pemeriksaan Penunjang Ca Serviks ........................................................... 11
H. Komplikasi Ca Serviks .............................................................................. 13
I. Penatalaksanaaan Ca Serviks...................................................................... 13
C. Intervensi .................................................................................................... 23
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................. 27
B. Saran ........................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker serviks merupakan suatu penyakit keganasan pada leher rahim
atau serviks uteri. Sekitar 90% atau 270.000 kematian akibat kanker serviks pada
tahun 2015 terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
World Health Organization (WHO) (dalam Agustin, 2015), menyebutkan
bahwa setiap tahun lebih dari 270.000 perempuan meninggal akibat kanker
serviks bahkan terdapat sekitar 20.928 kasus baru kanker serviks didiagnosa
setiap tahun di Indonesia dan biasanya menyerang perempuan berusia 15-64
tahun.
Tingkat kematian yang tinggi dari kanker serviks secara global dapat
dikurangi melalui pendekatan komprehensif yang mencakup pencegahan,
diagnosis dini, screening yang efektif dan program pengobatan (WHO, 2016).
Daerah dengan angka kematian kurang dari 2 per 100.000 di Asia Barat, Eropa
Barat dan Australia/Selandia Baru sedangkan negara dengan angka kematian
lebih dari 20 per 100.000 yaitu Melanesia (20,6), Afrika Tengah (22,2) dan Afrika
Timur (27,6) (Globocan, 2012).
Berdasarkan data WHO, di Indonesia kanker serviks menempati urutan
kedua setelah kanker payudara. Didapatkan kasus baru kanker serviks sekitar
20.928 dan kematian akibat kanker serviks dengan persentase 10,3% (WHO,
2014). Pusat Data dan Informasi Kesehatan Kementerian RI (2015) menyatakan,
secara nasional prevalensi penyakit kanker pada penduduk semua umur di
Indonesia tahun 2013 sebesar 1,4% atau diperkirakan sekitar 347.792 orang.
Penyakit kanker serviks merupakan penyakit dengan 2 prevalensi tertinggi di
Indonesia yakni 0,8%, sementara untuk kanker payudara memiliki prevalensi
sebesar 0,5%.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Ca. Serrviks?
2. Apa yang menyebabkan terjadinya Ca. Serviks?
3. Bagaimana terjadinya Ca. Serviks?
4. Apa tanda dan gejala Ca. Serviks?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada penderita Ca. Serviks?
6. Apa komplikasi dari Ca. Serviks?
7. Bagaimana penatalaksanaan Ca. Serviks?
8. Bagaimana asuhan keperawatan Ca Serviks?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa maksud dengan Ca. Serviks
2. Mengetahui penyebabkan terjadinya Ca. Serviks
3. Mengetahui terjadinya Ca. Serviks
4. Mengetahui tanda dan gejala Ca. Serviks
5. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada penderita Ca. Serviks
6. Mengetahui komplikasi dari Ca. Serviks
7. Mengetahui penatalaksanaan Ca. Serviks
8. Mengetahui asuhan keperawatan Ca Serviks
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Ca. Serviks
Kanker serviks merupakan kanker yang menyerang area serviks atau leher
rahim, yaitu area bawah pada rahim yang menghubungkan rahim dan vagina
(Rozi, 2013). Kanker leher rahim atau kanker serviks (cervical cancer) merupakan
kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi
wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim
(uterus) dengan liang senggama (vagina) (Purwoastuti, 2015).
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut
rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan
merusak jaringan normal disekitasnya. (FKUI NANDA NICNOC, 2015)
Kanker ini biasanya paling sering terjadi pada wanita yang berumur 35
tahun, tetapi bukti statistik menunjukkan bahwa kanker serviks dapat juga
menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun (Ariani, 2015),
sedangkan menurut Mitayani (2011) Kanker Serviks adalah perubahan sel-sel
serviks dengan karakteristik histologi. Proses perubahan pertama menjadi tumor
ini mulai terjadi pada sel-sel squamocolummar junction. Kanker serviks ini terjadi
paling sering pada usia 30 tahun sampai 45 tahun,tetapi dapat terjadi pada usia
dini yaitu 18 tahun.
3
2. Merokok
Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh
untuk melawan infeksi HPV pada serviks.
3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini.
4. Berganti-ganti pasangan seksual.
5. Suami/pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia
di bawah 18 tahun, berganti - berganti pasangan dan pernah menikah dengan
wanita yang menderita kanker serviks.
6. Pemakaian DES (Diethilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah
keguguran (banyak digunakan pada tahun 1940-1970).
7. Gangguan sistem kekebalan
8. Pemakaian Pil KB.
9. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun.
10. Golongan ekonomi lemah (karena tidak mampu melakukan pap smear secara
rutin). (Nurarif, 2016)
4
epitelium masuk ke dalam stroma serviks. Kanker servikal menyebar luas secara
langsung kedalam jaringan para servikal. Pertumbuhan yang berlangsung
mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan terlibat lebih progresif pada jaringan
servikal. Karsinoma servikal invasif dapat menginvasi atau meluas ke dinding
vagina, ligamentum kardinale dan rongga endometrium. Invasi ke kelenjar getah
bening dan pembuluh darah mengakibatkan metastase ke bagian tubuh yang jauh
(Price, 2012).
Pada pengobatan kanker serviks sendiri akan mengalami beberapa efek
samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan terjadi
diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu makan ( biasa
terdapat pada terapi eksternal radiasi ). Efek samping tersebut menimbulkan
masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Sedangkan efek
dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah dan kering sehingga akan
timbul masalah keperawatan resiko tinggi kerusakan integritas kulit. Semua tadi
akan berdampak buruk bagi tubuh yang menyebabkan kelemahan atau kelemahan
sehingga daya tahan tubuh berkurang dan resiko injury pun akan muncul. Tidak
sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker serviks ini merasa cemas akan
penyakit yang dideritanya. Kecemasan tersebut bias dikarenakan dengan
kurangnya pengetahuan tentang penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos
dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan
kematian (Aspiani, 2017).
5
D. Patway/ WOC Ca. Serviks (Price & Wilson, 2012; Smeltzer,2015; Ariani,2015)
Penatalaksanaan
7
F. Klasifikasi klinis Ca. Serviks
Stadium klinis menurut FIGO membutuhkan pemeriksaan pelvic, jaringan
serviks (biopsi konisasi untuk stadium IA dan biopsi jaringan serviks untuk
stadium kliniknya), foto paru-paru, pielografi, intravena, (dapat digantikan
dengan foto CT-scan). Untuk kasus stadium lanjut diperlukan pemeriksaan
sistoskopi, protoskopi dan barium enema (Prawirohardjo, 2011).
Stadium kanker serviks menurut FIGO 2000 (Prawirohardjo, 2011)
Stadium 0 Karsinoma insitu, karsinoma intrapitel
Stadium I Karsinoma masih terbatas pada daerah servikas (penyebaran ke
korpus uteri diabaikan)
Staium I A Invasi kanker ke stroma hanya dapat didiagnosis secara
mikroskopik.
Lesi yang dapat dilihat secara makroskopik walau dengan invasi
yang superficial dikelompokkan pada stadium IB
Stadium I A1 Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih 3 mm dan lebar
horizontal tidak lebih 7 mm.
Stadium I A2 Invasi ke stroma lebih dari 3 mm tapi kurang dari 5 mm dan
perluasan horizontal tidak lebih 7 mm.
Stadium I B Lesi yang tampak terbatas pada serviks atau secara mikroskopik
lesi lebih dari stadium I A2
Stadium I B1 Lesi yang tampak tidak lebih dari 4 cm dari dimensi terbesar.
Stadium I B2 Lesi yang tampak lebih dari 4 cm dari diameter terbesar
Stadium II Tumor telah menginvasi di luar uterus, tetapi belum mengenai
dinding panggul atau sepertiga distal/ bawah vagina
Stadium II A Tanpa invasi ke parametrium
Stadium II B Sudah menginvasi ke parametrium
Stadium III Tumor telah meluas ke dinding panggul dan/ atau mengenai
sepertiga bawah vagina dan/ atau menyebabkan hidronefrosis
atau tidak berfungsinya ginjal
8
Stadium III A Tumor telah meluas ke sepertiga bagian bawah vagina dan tidak
menginvasi ke parametrium tidak sampai dinding panggul
Stadium III B Tumor telah meluas ke dinding panggul dan/ atau menyebabkan
hidronefrosis atau tidak berfungsinya ginjal
Stadium IV Tumor telah meluas ke luar organ reproduksi
Stadium IV A Tumor menginvasi ke mukosa kandung kemih atau rectum dan/
atau keluar rongga panggul minor
Stadium IV B Metastasis jauh penyakit mikroinvasif: invasi stroma dengan
kedalaman 3 mm atau kurang dari membrane basalis epitel tanpa
invasi ke rongga pembuluh darah/ limfe atau melekat dengan lesi
kanker serviks.
9
d. Stadium karsinoma invasive
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel
menonjol besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul
diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu
jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus
uteri.
e. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks
Pertumbuhan eksofilik: berbentuk bunga kol, tumbuh ke arah
vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi ke dalam
vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.
Pertumbuhan endofilik: biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh
progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan
parametrium.
Pertumbuhan nodul: biasanya dijumpai pada endoserviks yang
lambat laun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.
2. Markroskopis
a. Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
b. Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
c. Stadium setengah lanjut
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio.
d. Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti
ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.
10
G. Pemeriksaan Diagnostik Ca. Serviks
Preinvasive kanker serviks biasanya tanpa gejala dan sudah diderita
selama ±10-15 tahun. Pada tahap awal, kanker dapat terdeteksi selama prosedur
skrining, namun sebagian besar perempuan memiliki kesadaran yang rendah
untuk melakukan pemeriksaan baik melalui test paps smear maupun inspeksi
visual dengan asam asetat (IVA). Hasil penelitian, bahwa dari 171 perempuan
yang mengetahui tentang kanker serviks, hanya 24,5 % (42 perempuan) yang
melakukan prosedur skrining (Wuriningsih, 2016).
1. IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)
IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara
melihat langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher
rahim dengan larutan asetat 3-5%. Apabila setelah pulasan terjadi perubahan
warna asam asetat yaitu tampak bercak putih, maka kemungkinan ada
kelainan tahap prakanker serviks. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat
dianggap tidak ada infeksi pada serviks (Wijaya, 2010).
Proses skrining dengan IVA merupakan pemeriksaan yang paling
disarankan oleh Departemen Kesehatan. Salah satu pertimbangannya karena
biayanya yang sangat murah. Namun perlu diingat, pemeriksaan ini dilakukan
hanya untuk deteksi dini. Jika terlihat tanda yang mencurigakan, maka metode
deteksi lainnya yang lebih lanjut harus segera dilakukan (Wijaya, 2010).
Secara umum, berbagai penelitian menunjukkan bahwa sensitivitas
IVA sejajar dengan pemeriksaan secara sitologi, akan tetapi spesifitasnya
lebih rendah. Keunggulan secara skrinning ini ialah cukup sederhana, murah,
cepat, hasil segera diketahui, dan pelatihan kepada tenaga kesehatan lebih
mudah dilakukan. (Wijaya, 2010).
11
cepat, tidak sakit, dan dengan biaya yang relatif terjangkau serta hasil yang
akurat (Wijaya, 2010).
Pemeriksaan Pap smear dilakukan ketika wanita tidak sedang masa
menstruasi. Waktu yang terbaik untuk skrining adalah antara 10 dan 20 hari
setelah hari pertama masa menstruasi. Selama kirakira dua hari sebelum
pemeriksaan, seorang wanita sebaiknya menghindari douching atau
penggunaan pembersih vagina, karena 15 bahan-bahan ini dapat
menghilangkan atau menyembunyikan sel-sel abnormal (Wijaya, 2010).
Pemeriksaan Pap Smear dilakukan di atas kursi periksa kandungan
oleh dokter atau bidan yang sudah ahli dengan menggunakan alat untuk
membantu membuka kelamin wanita. Ujung leher rahim diusap dengan
spatula untuk mengambil cairan yang mengandung sel-sel dinding leher
rahim. Usapan ini kemudian diperiksa jenis sel-selnya di bawah mikroskop
(Wijaya, 2010).
Hasil pemeriksaan Pap smear biasanya akan keluar setelah dua atau
tiga minggu. Pada akhir pemeriksaan Pap smear, setiap wanita hendaknya
menanyakan kapan dia bisa menerima hasil pemeriksaan pap smear-nya dan
apa yang harus dipelajari darinya (Wijaya, 2010).
Pap smear hanyalah sebatas skrining, bukan diagnosis adanya kanker
serviks. Jadi, apabila hasil pemeriksaan positif yang berarti terdapat sel-sel
abnormal, maka harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan pengobatan
oleh dokter ahli kandungan. Pemeriksaan tersebut berupa kalposkopi, yaitu
pemeriksaan dengan pembesaran (seperti mikroskop) yang digunakan untuk
mengamati secara langsung permukaan serviks dan bagian serviks yang
abnormal. Dengan kalposkopi, akan tampak jelas lesi-lesi pada permukaan
serviks. Setelah itu, dilakukan biopsi pada lesi-lesi tersebut (Wijaya, 2010).
12
H. Komplikasi Ca. Serviks
a. Menopause dini
Menopause dini dapat terjadi jika rahim dan ovarium diangkat
melalui operasi, atau bisa juga karena rahim dan ovarium rusak saat
menjalani perawatan dengan radioterapi.
b. Penyempitan vagina
Pengobatan dengan radioterapi pada kanker serviks kerap kali
menimbulkan komplikasi berupa penyempitan vagina. Kondisi ini dapat
membuat hubungan seks sulit, bahkan terasa sangat menyakitkan.
c. Munculnya limfedema
Linfedema adalah pembengkakan yang umumnya muncul pada
tangan atau kaki karena sistem limfatik yang terhalang. Sistem limfatik
adalah bagian penting dari sistem kekebalan dan sistem sirkulasi tubuh.
Jika nodus limfa diangkat dari panggul, sistem limfatik mungkin tidak
berfungsi dengan normal. Padahal, salah satu fungsi sistem limfatik
adalah membuang cairan berlebih dari dalam jaringan tubuh. gangguan
pada proses ini dapat menyebabkan penumpukan cairan di jaringan
tubuh, yang menyebabkan timbulnya pembengkakan.
13
evaluasi kelenjar limfe paraaorta (bila terdapat metastasis
dilakukan radioterapi pasca pembedahan
II B, III, IV Histerektomi transvaginal
IV A, IV B Radioterapi
Radiasi paliatif Kemoterapi
14
Radioterapi adalah salah satu pilihan bagi perempuan yang menderita
kanker serviks dengan stadium berapa pun. Perempuan dengan kanker
serviks tahap awal dapat memilih terapi sebagai pengganti operasi. Hal ini
juga dapat digunakan setelah operasi untuk menghancurkan sel-sel kanker
apa pun yang masih di daerah tersebut. Perempuan dengan kanker yang
menyerang bagian-bagian selain kenker serviks mungkin perlu diterapi
radiasi dan kemoterapi.Terapi radiasi menggunakan sinar berenergi tinggi
untuk membunuh sel-sel kanker. Terapi ini mempengaruhi sel-sel di daerah
yang diobati. Ada dua jenis terapi ini :
a. Terapi radiasi eksternal
Sebuah mesin besar akan mengarahkan radiasi pada panggul atau
jaringan lain di mana kanker telah menyebar. Pengobatan biasanya di
berikan di rumah sakit. Penderita mungkin menerima radiasi eksternal 5
hari seminggu selama beberapa minggu. Setiap pengobatan hanya
memakan waktu beberapa menit.
b. Terapi radiasi internal
Sebuah tabung tipis yang ditempatkan di dalam vagina. Suatu zat
radioaktif di masukkan ke dalam tagung tersebut. Penderita mungkin
harus tinggal di rumah sakit sementara sumber radioaktif masih
beradadi tempatnya (samapai 3 hari).
Efek samping tergantung terutama pada seberapa banyak
radiasi diberikan dan tubuh bagian mana yang di terapi.radiasi pada
perut dan panggul dapat menyebabkan mual, muntah, diare, atau
masalah eliminasi. Penderita mungkin kehilangan rambut di daerah
genital. Selain itu, kulit penderita di daerah yang dirawat menjadi
merah, kering, dan tender.
3. Kemoterapi
Kemoterapi telah digunakan untuk pengobatan kanker sejak tahun
1950-an dan diberikan sebelum operasi untuk memperkecil ukuran kanker
yang akan di operasi atau sesudah operasi untuk membersihkan sisa-sisa sel
15
kanker, kadang dikombinasikan dengan terapi radiasi tapi kadang juga
tidak. Kemoterapi ini biasanya diberikan dalam tablet/pil, suntikan, atau
infus. Jadwal pemberian ada yang setiap hari, sekali seminggu atau bahkan
sekali sebulan.
Efek samping yang terjadi terutama tergantung pada jenis obat-obatan
yang diberikan dan seberapa banyak.kemoterapi membunuh sel-sel kanker
yang tumbuh cepat, terapi juga dapat membahayakan sel-sel normal yang
membelah dengan cepat, yaitu:
a. Sel darah
Bila kemoterapi menurunkan kadar sel darah merah yang sehat,
penderita akan lebih mudah terkena infeksi, mudah memar atau
berdarah, dan merasa sangat lemah dan lelah.
b. Sel-sel pada akar rambut
Kemoterapi dapat menyebabkan rambut rontok. Rambut penderita
yang hilang akan tumbuh lagi, tetapi kemungkinan mengalami
perubahan warna dan tekstur.
c. Sel yang melapisi saluran pencernaan
Kemoterapi menurunkan nafsu makan, mual-mual dan muntah,
diare, atau infeksi pada mulut dan bibir. Efek samping lainnya termasuk
ruam kulit, kesemutan atau mati rasa di tangan dan kaki, masalah
pendengaran, kehilangan keseimbangan, nyeri sendi, atau kaki
bengkak.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Asuhan keperawatan meliputi pemberian edukasi dan informasi untuk
meningkatkan pengetahuan pasien dan mengurangi kecemasan serta ketakutan
pasien. Perawat mendukung kemampuan pasien dalam perawatan diri untuk
meningkatkan kesetahan dan mencegah komlipakai. Perawat perlu
mengidentifikasi bagaimana pasien dan pasangannya memandang
kemampuan reproduksi wanita dan memaknai setiap hal yang berhubungan
dengan kemampuan reproduksinya. Bagi sebagian wanita, masalah harga diri
16
dan citra tubuh yang berat dapat muncul saat mereka tidak dapat lagi
mempunyai anak. Pasangan mereka sering sekali menunjukkan sikap yang
sama, yang merendahkan wanita yang tidak dapat memberikan keturunan.
Intervensi berfokus pada upaya membantu pasien dan pasangannya
untuk menerima berbagai perubahan fisik dan psikologis akibat masalah
tersebut serta menemukan kualitas lain dalam diri wanita sehingga ia dapat di
hargai. Bahkan, sekalipun kehilangan uterus dan kemampuan reproduksi tidak
terlalu mempengaruhiharga diri dan cintra tubuhnya, wanita tetap memerlukan
penguatan atas peran lainnya yang berharga sebagai seorang manusia. Wanita
yang mengalami nyeri hebat ketika menstruasi dan sangat mengganggu
aktivitas rutinnya menganggap penanggulanagn seperti histerektomi, sebagai
pemecahan masalah. Apabila terdiagnosis menderita kanker, banyak wanita
merasa hidupnya lebih terancam dan perasan ini jauh lebih penting
dibandingkan kehilangan kemampuan reprpduksi. Intervensi keperawatan
kemudian difokuskan untuk membantu pasien mengekspresikan rasa takut,
membuat parameter harapan yang realistis, memperjelas nilai dan dukungan
spiritual, meningkatkan kualitas sumber daya keluarga dan komunitas, dan
menemukan kekuatan diri untuk menghadapi masalah (Reeder, dkk, 2013).
17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
KANKER SERVIKS
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Meliputi nama pasien, tempat tanggal lahir, usia, status
perkawinan, pekerjaan, jumlah anak, agama, alamat, jenis kelamin,
pendidikan terakhir, asal suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit, nomor
rekam medik, nama orangtua dan pekerjaan orang tua.
2. Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, hubungan dengan pasien.
3. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan seperti
pendarahan intra servikal dan disertai keputihan yang menyerupai air
dan berbau (Padila, 2015). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi
biasanya datang dengan keluhan mual muntah yang berlebihan, tidak
nafsu makan, dan anemia.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Menurut (Diananda, 2008) biasanya pasien pada stadium awal
tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir
yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti keputihan yang berbau
busuk, perdarahan setelah melakukan hubungan 23 seksual, rasa nyeri
disekitar vagina, nyeri pada panggul. Pada pasien kanker serviks post
kemoterapi biasanya mengalami keluhan mual muntah berlebihan,
tidak nafsu makan, dan anemia.
18
c. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki riwayat
kesehatan dahulu seperti riwayat penyakit keputihan, riwayat penyakit
HIV/AIDS (Ariani, 2015).
d. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya riwayat keluarga adalah salah satu faktor yang paling
mempengaruhi karena kanker bisa dipengaruhi oleh kelainan genetika.
Keluarga yang memiliki riwayat kanker didalam keluarganya lebih
berisiko tinggi terkena kanker dari pada keluarga yang tidak ada
riwayat di dalam keluarganya (Diananda, 2008).
4. Keadaan psikososial
Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap penyakitnya serta
harapan terhadap pengobatan yang akan dijalani, hubungan dengan
suami/keluarga terhadap pasien dari sumber keuangan. Konsep diri pasien
meliputi gambaran diri peran dan identitas. Kaji juga ekspresi wajah
pasien yang murung atau sedih serta keluhan pasien yang merasa tidak
berguna atau menyusahkan orang lain (Reeder, 2013).
5. Data khusus
a. Riwayat Obstetri dan Ginekologi
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien dengan kanker
serviks yang perlu diketahui adalah:
1) Keluhan haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab
kanker serviks tidak pernah ditemukan sebelum menarche dan
mengalami atropi pada masa menopose. Siklus menstruasi yang
tidak teratur atau terjadi pendarahan diantara siklus haid adalah
salah satu tanda gejala kanker serviks.
19
2) Riwayat kehamilan dan persalinan
Jumlah kehamilan dan anak yang hidup karna kanker
serviks terbanyak pada wanita yang sering partus, semakin sering
partus semakin besar resiko mendapatkan karsinoma serviks
(Aspiani, 2017).
b. Aktivitas dan Istirahat
Gejala :
1) Kelemahan atau keletihan akibat anemia.
2) Perubahan pada pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam
hari.
3) Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri,
ansietas dan keringat malam.
4) Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan
dan tingkat stress yang tinggi
(Mitayani, 2009).
c. Integritas ego
Gejala: faktor stress, menolak diri atau menunda mencari pengobatan,
keyakinan religious atau spiritual, masalah tentang lesi cacat,
pembedahan, menyangkal atau tidak mempercayai diagnosis dan
perasaan putus asa (Mitayani, 2009).
d. Eliminasi
Perubahan pada pola defekasi, perubahan eliminasi, urinalis,
misalnya nyeri (Mitayani, 2009).
e. Makan dan minum
Kebiasaan diet yang buruk, misalnya rendah serat, tinggi
lemak, adiktif, bahan pengawet (Mitayani, 2009).
f. Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope (Mitayani, 2009).
20
g. Nyeri dan kenyamanan
Gejala : adanya nyeri dengan derajat bervariasi, misalnya
ketidaknyamanan ringan sampai nyeri hebat sesuai dengan proses
penyakit (Mitayani, 2009).
h. Keamanan
Gejala : pemajanan zat kimia toksik, karsinogen. Tanda : demam,
ruam kulit, ulserasi. (Mitayani, 2009).
i. Seksualitas
Perubahan pola seksual, keputihan(jumlah, karakteristik, bau),
perdarahan sehabis senggama (Mitayani, 2009).
j. Integritas sosial
Ketidaknyamanan dalam bersosialisasi, perasaan malu dengan
lingkungan, perasaan acuh (Mitayani, 2009).
k. Pemeriksaan penunjang
Sitologi dengan cara pemeriksaan pap smear, koloskopi,
servikografi, pemeriksaan visual langsung, gineskopi (Padila, 2015).
Selain itu bisa juga dilakukan pemeriksaan hematologi karna biasanya
pada pasien kanker serviks post kemoterapi mengalami anemia karna
penurunan hemaglobin. Nilai normalnya hemoglobin wanita 12-16
gr/dl (Brunner, 2013).
1. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
mengalami rambut rontok dan mudah tercabut
1) Mata : Konjungtiva anemis akibat perdarahan
2) Wajah : tidak ada oedema
3) Hidung : simetris, tidak ada sputum
4) Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
5) Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir
lembab, tidak terdapat lesi
21
6) Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada
pembesaran kelenjer getah bening
b. Dada
1) Inspeksi : simetris
2) Perkusi : sonor seluruh lap paru
3) Palpasi : vocal fremitus simetri kana dan kiri
4) Auskultasi : vesikuler
c. Cardiac
1) Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
2) Palpasi : ictus cordis teraba
3) Perkusi : pekak
4) Auskultasi : tidak ada bising
d. Leher
Adanya pembesaran kelenjar getah bening pada
stadium lanjut.
e. Abdomen
Adanya nyeri abdomen atau nyeri pada punggung
bawah akibat tumor menekan saraf lumbosakralis (Padila,
2015).
f. Ekstermitas
Nyeri dan terjadi pembengkakan pada anggota gerak
(kaki).
g. Genitalia
Biasanya pada pasien kanker serviks mengalami sekret
berlebihan, keputihan, peradangan, pendarahan dan lesi
(Brunner, 2013). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi
biasanya mengalami perdarahan pervaginam.
22
B. Diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan infiltrasi saraf akibat infiltrasi metastase
neoplasma.
2. Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksia pasca tindakan kemoterapi.
3. Ketakutan/cemas berhubungan dengan ancaman perubahan status
kesehatan serta ancaman kematian.
4. Ganguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur tubuh
sekunder terhadap kemoterapi
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan
kemoterapi. (NANDA, 2015)
C. Intervensi
23
2 Gangguan Setelah dilakukan 1. Pantau intake dan 1. Identifikasi
perubahan tindakan output makanan defisiensi nutrisi.
nutrisi kurang keperawatan tiap hari 2. Memantau
dari kebutuhan diharapkan 2. Ukur BB tiap hari. peningkatan BB.
b.d anoreksia kebutuhan nutrisi 3. Dorong pasien 3. Kebutuhan
pasca tindakan dapat tercukupi untuk diet tinggi jaringan
kemoterapi. dengan kriteria protein. metabolik
hasil: adekuat oleh
nutrisi.
1. Pasien
mengungkapkan
pentingnya
nutrisi.
2. Peningkatan BB
progresif.
24
rileks dan koping menghadapi kontrol cemas.
melaporkan rasa takutnya.
cemas
berkurang.
4 Ganguan citra - Setelah dilakukan 1. Diskusikan dengan 1. Membantu
tubuh tindakan pasien bagaimana mengidentifikasi
berhubungan keperawatan pengobatan masalah untuk
dengan diharapkan mempengaruhi menemukan
perubahan gangguan body kehidupan pasien. pemecahannya.
struktur tubuh image dapat teratasi
2. Jelaskan bahwa tidak 2. Membantu pasien
sekunder dengan kriteria
samping terjadi pada untuk menyiapkan
terhadap hasil:
pasien. diri beradaptasi.
kemoterapi
- Pasien mampu
3. Membantu klien
mengembangkan
untuk percaya diri.
mekanisme koping. 3. Berikan dukungan
emosi. 4. Meningkatkan
- Pasien mampu
kepercayaan diri
memahami tentang 4. Gunakan sentuhan
pasien.
perubahan struktur selama interaksi dan
tubuh. pertahankan kontak
mata.
25
hasil: air hangat dan 3. Membantu
sabun ringan. menghindari
1. Pasien
3. Dorong pasien trauma kulit.
berpartisipasi
untuk menghindari
dalam 4. Meningkatkan
menggaruk kulit.
mencegah sirkulasi dan
komplikasi. mencegah tekanan
4. Ubah posisi tubuh
2. Tidak terjadi pada kulit.
dengan sering.
kerusakan kulit.
26
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker serviks adalah penyakit berbahaya yang timbul tanpa gejala
yang terlihat, disebabkan oleh Human Papilloma Virus yang dapat membuat
pertumbuhan sel-sel dalam serviks menjadi abnormal. Selain dari HPV kanker
serviks juga dapat disebabkan oleh pola hidup yang tidak sehat seperti
merokok, seks bebas, dll. Kanker serviks ditandai dengan keluarnya darah
disertai dengan rasa sakit setelah melakukan hubungan seksual, keputihan
yang abnormal dan timbulnya rasa sakit di daerah pinggul.
Di Indonesia masih banyak kasus kematian yang disebabkan oleh
kanker serviks karena masih banyak pula wanita yang belum sadar akan
bahayanya kanker serviks. Kanker serviks sebenarnya dapat dicegah dengan
melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin atau yang biasa disebut tes
Pap Smear.
B. Saran
1. Bagi perawat
Memotivasi wanita untuk melakukan deteksi dini kanker serviks berupa
Pap Smear. Hal ini bertujuan untuk mencegah angka kematian yang
disebabkan oleh kanker serviks lebih banyak lagi.
2. Bagi mahasiswa
Menambah pengetahuan dan keterampilan mencegah dan meningkatkan
asuhan keperawatan kepada klien dengan kanker servik.
27
DAFTAR PUSTAKA
28