Anda di halaman 1dari 3

Ada beberapa peraturan-peraturan tentang kesehatan kerja

1. Undang-undang Nomor 01 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja


2. Undang-undang nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
3. Undang-undang nomor 13 tahun 2003 Tentang Ketenagaan Kerjaan
4. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 (tiga) dan
pasal 8 (delapan).
5. Peraturan Menteri Perburuhan no 7 Tahun 1964 tentang Syarat-Syarat Kesehatan,
Kebersihan serta Penerangan di Tempat Kerja.
6. Permenaker No 2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
7. Permenaker No 1 Tahun 1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja.
8. Permenaker No 3 Tahun 1983 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja.

Elemen kesehatan dan keselamatan kerja


Elemen kesehatan dan keselamatan kerja terdiri dari elemen administratif dan
elemen aksi yang terdiri dari 8 program diuraikan secara ringkas, sebagai berikut:
1) Manual K3 (Prosedur dan Acuan)
Sebuah manual K3 merupakan dasar dari efektifitas system manajemen K3. Tanpa
prosedur dan acuan dasar, upaya pengendalian kerugian akan tidak terkoordinasi
dan berjalan serampangan.
2) Komite Dan Koordinator K3 Komite K3
Tujuan umum dari program K3 yang sistematis adalah mencegah kecelakaan.
Untuk mencapai tujuan ini, sistem harus terarah pada target mencari dan
mengendalikan bahaya.

3) Pelatihan K3
Elemen pelatihan pada sistem ini biasanya diberikan oleh karyawan yang telah
mendapatkan spesialis pelatihan sebagai instruktur. Banyak pelatihan yang wajib
diikuti oleh karyawan berdasarkan peraturan dan perundangan.

Berikut pelatihan yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja:


a. Orientasi pegawai baru.
b. Pelatihan untuk pengawas.
c. Komunikasi bahan berbahaya.
d. Operator pengelolaan limbah berbahaya.
e. Perlindungan pendengaran.
f. Perlindungan pernapasan.
g. Confined space
h. Lockout/tagout (LOTO)
i. Emergency response
j. Crane operation
k. Scaffold erection and dismantling
l. dsb
4) Inspeksi K3

Inspeksi K3 dilaksanakan oleh karyawan yang memiliki pengalaman dan tingkat


kompetensi yang cukup untuk mengenali bahaya di tempat kerja dan memberikan solusi
yang cukup untuk tindakan perbaikan atau kontrol

5) Pengendalian Bahaya

Bahaya potensial di tempat kerja harus dikenali dan dikendalikan dengan


menetapkan prosedur dan menggunakan cara sebagai berikut:
• Teknik enjinering jika memungkinkan dan mencukupi
• Menetapkan prosedur bekerja secara aman untuk diikuti oleh semua pihak yang
terkena, pelatihan, penegakan aturan, dan sistem disiplin yang dikomunikasikan
dengan baik.
• Pengendalian administratif dengan cara mengurangi waktu pemajanan
• Penggunaan Alat Pelindung Diri.

6) Analisis Bahaya Pekerjaan

Analisis Bahaya Pekerjaan ini membantu pemahaman tentang bahaya yang mungkin ada
di dalam suatu pekerjaan dan bagaimana mencegah agar tidak menyebabkan cedera
dengan cara mengikuti langkah-langkah pencegahannya yang direkomendasikan.

7) Pertemuan K3

Pertemuan K3 berfungsi untuk mendorong keterlibatan pekerja dalam penyusunan


program dan penentuan kebijakan yang berpengaruh pada keselamatan dan kesehatan
kerja mereka.

8) Penyelidikan Kecelakaan

Penyelidikan kecelakaan adalah proses penentuan oleh seorang atau lebih banyak orang
yang memenuhi kualifikasi terhadap fakta dan latar belakang informasi yang siginifikan
berkaitan terjadinya suatu kecelakaan, berdasarkan pernyataan yang diambil dari orang-
orang yang terlibat, saksi-saki, pengamatan lapangan, pengamatan terhadap kendaraan
dan permesinan atau peralatan.
Konsep Kebijakan Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
Organisasi buruh internasinal ILO mengeluarkan guidline untuk pelaksanaan OHS
managemen mulai dari tingkat nasional sampai pada tingkat perusahaan. Menurut
ILO-OSH guidline ini, kebijakan K3 tingkat nasional menekankan hal-hal berikut;
1. Manajemen K3 harus merupakan bagian integral dari keseluruhan manajemen
organisasi.
2. Memfasiltasi kegiatan K3 baik tingkat nasional dan organisasi.
3. Keterlibatan pekerja atau perwakilan pekerja pada tingkat organisasi.
4. Melaksanakan perbaikan terus menerus terhadap biroksrasi, administrasi dan biaya.
5. Kerjasama antar instansi terkait dalam kerangka manajemen K3
6. Melakukan evaluasi berkala terhadap efektifitas kebijakan K3 nasional.
7. Mempublikasikan manajemen K3
8. Memastikan manajemen K3 diberlakukan sama terhadap kontraktor, pekerja kontrak
dan pekerja tetap.
Kerangka konsep kebijakan OSH (K3) internasional menurut komite gabungan ILO
dan WHO untuk Occupational Health Program K3 nasional harus memiliki tiga unsur
yaitu; Program promosi budaya K3, Program Penguatan Sistem Manjemen K3,
dan Program Sasaran Penerapan. Ketiga program tersebut harus didukung oleh
advokasi promosi, perundang-undangan, pengawasan dan tenaga ahli dibidang K3.
Dalam membuat kebijakan nasional, pemerintah harus mengacu pada peraturan-
perturan international seperti WHO dan ILO. Pemerintah juga harus membentuk
Dewan Penesehat K3 untuk membantu membuat kebijakan atau program K3
[Takala.J, 2007].

Anda mungkin juga menyukai