TINJAUAN PUSTAKA
Olahraga dan Kesehatan, memuat materi kesehatan antara lain penanaman budaya
hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan
tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan
minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang
tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Kesehatan reproduksi tidak
tercantum dalam ruang lingkup kesehatan, namun tercakup dalam kompetensi dasar
2013).
Selain itu, siswa memiliki kehidupan multi komunitas sehingga diharapkan dengan
berperilaku reproduksi sehat, seorang pelajar dapat menjadi role model di berbagai
komunitasnya seperti keluarga, tetangga maupun teman sebaya. Menurut dr. Nina
Surtiretna, 1997 (dalam dalam Pertiwi 2013), pendidikan kesehatan reproduksi bukan
dengan menanamkan moral, etika serta ajaran agama agar tidak terjadi
10
Universitas Sumatera Utara
penyalahgunaan terhadap fungsi reproduksi tersebut. Intinya adalah pembentukan
perilaku reproduksi yang sehat yaitu keadaan sehat jasmani, psikologi, sosial, yang
ekonomi siswa, meningkatkan produtifitas dan kualitas hidup yang lebih baik, serta
juga membangun karakter perilaku yang sehat (character building). Jika generasi
penerus bangsa memiliki perilaku sehat dan budi pekerti yang baik, maka negara
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pula. Namun, tantangan lingkungan
seperti kemajuan teknologi informasi dan maraknya pornografi yang tidak direspon
dengan baik oleh oleh pemerintah mendorong siswa berperilaku tidak sehat seperti
berperilaku reproduksi sehat, seorang pelajar dapat menjadi role model di berbagai
organ reproduksi dengan menanamkan moral etika serta ajaran agama agar tidak
struktur fungsi organ reproduksi, tumbuh kembang reproduksi dan pubertas, siklus
serta penyakit menular seksual (PMS) dan HIV-AIDS. Diantara materi tersebut yang
termuat dalam SKKD Penjaskes yaitu alat reproduksi, penyimpangan seksual dan
cara menjaga diri dari pelecehan seksual, PMS dan cara menghindarinya, seks bebas
dan HIV-AIDS. Materi tersebut dalam SKKD dimulai dari kelas V sampai kelas XI.
Berikut ini analisis kesesuaian dan kecukupan materi kesehatan reproduksi yang
Standar
Tingkat Kompetensi Dasar Materi
Kompetensi
Kelas VII Menerapkan 1. Memahami berbagai penyakit PMS
Semester 2 budaya hidup menular seksual (PMS)
sehat 2. Memahami cara menghindar
penyakit menular seksual
Kelas VIII Menerapkan 1. Mengenal bahaya seks bebas Seks Bebas
Semester 1 budaya hidup 2. Menolak budaya seks bebas
sehat
Sumber : Tim Pembina UKS Pusat. 2007
Menurut Piaget (dalam Pertiwi, 2013) rerata siswa SMP berusia antara 12–15
tahun, yang bercirikan antara lain memiliki rasa ingin tahu, terikat erat/solider dengan
kelompoknya, dan memiliki idola. Usia tersebut yang juga dikenal dengan tahap
remaja dini yang sangat tepat dan efektif sebagai sasaran Pendidikan Kesehatan
akibat kehamilan tidak diinginkan (KTD) bersumber dari rasa ingin tahu yang
menggejolak pada usia ini. Oleh karena itu materi SKKD yang tersebut diatas yaitu
PMS dan seks bebas cukup relevan untuk diberikan pada remaja seusia SMP,
reproduksi. Selain itu, mereka juga lebih terhanyut pada mitos-mitos menyesatkan
yang berkembang di masyarakat karena ketiadaan sumber informasi yang benar. Guru
Penjaskes, IPA, Agama dan guru Bimbingan Konseling sebaiknya tidak sekedar
memberikan pengetahuan akan penyebab, gejala tanda dan cara penyebaran berbagai
PMS seperti kencing nanah (gonorrhea/raja singa, herpes genital, dan sifilis) tetapi
juga mengkaitkannya dengan dampak PMS ini jangka pendek maupun jangka
panjang.
Penjaskes, Biologi, Agama dan guru Bimbingan Konseling untuk mengajarkan siswa
cara menghindari PMS ini. Selain mengajarkan tentang konsep dari materi yang ada
didalam kurikulum pendidikan, guru Penjaskes, Biologi, Agama dan guru Bimbingan
Konseling harus menanamkan nilai moral dengan mendidik siswa agar tidak
club, karaoke dan tempat sejenis. Selain itu di beberapa kondisi khusus seperti
Kompetensi dasar yang menjadi acuan adalah siswa mengenal bahaya seks bebas dan
menolak budaya seks bebas. Untuk dapat menyampaikan materi tersebut, sebaiknya
siswa telah memiliki pengetahuan tentang fertilisasi (asal mula kehidupan, darimana
bayi berasal) dan hubungan seksual (HUS) yang mana juga terdapat pada SKKD IPA
tingkat SMP. Namun, yang perlu dicermati bahwa dalam SKKD IPA, pokok bahasan
pelajran IPA dan Penjaskes dan harus ada komunikasi antara kedua guru tersebut.
Selain itu, istilah seks bebas sendiri diangkat dari masyarakat dan perlu
diklarifikasikan lebih lanjut agar mudah dipahami siswa. Pokok bahasan ini juga
sangat sensitif sehingga membutuhkan kejelian guru dalam menganalisis situasi kelas
dan kebutuhan siswa serta kehati-hatian dalam menyampaikannya agar tidak terjadi
salah paham dengan wali murid yang bisa menganggap guru mengajarkan siswa
reproduksi sebaiknya menekankan pada dampak negatif seks bebas seperti perasaan
bersalah, KTD, penyebaran PMS, putus sekolah bahkan membahayakan masa depan
siswa sebagai harapan bangsa. Dalam memberi pemahaman pada siswa agar menolak
budaya seks bebas, ajaran nilai-nilai moral dan etika sosial perlu ditekankan agar
siswa dapat berperilaku reproduksi sehat seperti memakai pakaian yang sopan dan
Guru juga sebaiknya mendidik siswa agar tidak gampang percaya pada mitos-mitos
merupakan sesuatu yang sakral untuk melestarikan keturunan anak manusia (Pertiwi,
2013).
Menurut Notoatmodjo (2007) remaja adalah anak yang berusia 13-25 tahun,
dimana pada usia 13 tahun merupakan batas usia puberitas yang secara biologis sudah
mengalami kematangan seksual dan pada usia 25 tahun adalah usia dimana mereka
dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan
berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluh tahun (Gordon & Chown,
2008).
Masa remaja dapat didefinisikan dalam berbagai cara, hal utama yang dapat
diingat adalah masa yang menandai perubahan dari masa kanak-kanak kedewasa dan
Pada masa remaja seorang individu akan mengalami situasi pubertas dimana
psikologis, masa remaja merupakan masa persiapan terakhir dan menentukan untuk
perkawinan usia belia yang dapat mengantarkan remaja pada resiko dalam kehamilan
perkotaan dibayang bayangi kemungkinan lebih dini usia pertama aktif seksual,
kehamilan tak diinginkan, aborsi tidak aman, infeksi saluran reproduksi termasuk
penyakit menular seksual, dan akibat kecacatan yang dialami, sehingga pada saat ini
sangat diperlukan partisipasi guru untuk mencegah hal ini terjadi (Gordon & Chown,
2008).
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi
perubahan yang cepat, baik secara fisik, maupun psikologis. Perubahan yang terjadi
1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang
dikenal sebagai masa badai dan stres. Peningkatan emosional ini merupakan hasil
dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja.
2. Perubahan yang cepat secara fisik juga disertai dengan kematangan seksual yang
dapat membuat remaja terkadang tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka
sendiri.
3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain.
4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak
karena disatu sisi mereka menginginkan kebebasan dan disisi lain mereka takut
kemampuan mereka sindiri untuk memikul tanggung jawab tersebut (Gordon &
Chown, 2008).
Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja terdiri dari beberapa hal
yaitu:
Masa remaja diawali dengan masa puberitas, yaitu masa terjadinya perubahan-
perubahan fisik (meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan proporsi
2. Perubahan psikologis pada remaja yang berkaitan dengan kejiwaan remaja yaitu
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum
tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi tugas-tugas utama dan manusia
identifikasi diri sendiri dan pengertian tentang diri sendiri (Tim Pembina UKS Pusat,
2007).
bahwa manusia hidup dalam satu unit organik dalam keseluruhan integralitasnya
seperti yang telah digambarkan di atas. Hal ini berarti bahwa tugas pertama dan
pendidikan mampu membantu anak didik untuk mengembangkan daya berpikir atau
penalaran sedemikian rupa sehingga mampu untuk turut serta secara kreatif dalam
dan kehidupan seluruh masyarakat di mana dia hidup (Tim Pembina UKS Pusat,
2007).
Ketiga tugas ini jika dipandang dari segi anak didik maka guru harus
memberikan nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, masa sekarang dan masa
yang akan datang, pilihan nilai hidup dan praktek-praktek komunikasi. Pengetahuan
yang di berikan kepada anak didik harus mampu membuat anak didik itu pada
akhirnya mampu memilih nilai-nilai hidup yang semakin komplek dan harus mampu
karena anak didik ini tidak akan hidup mengasingkan diri. Kita mengetahui cara
manusia berkomunikasi dengan orang lain tidak hanya melalui bahasa tetapi dapat
warna dan garis-garis (lukisan-lukisan), melalui bentuk berupa ukiran, atau melalui
simbul-simbul dan tanda tanda yang biasanya disebut rumus-rumus (Tim Pembina
WF Connell, 1972 (dalam Tim Pembina UKS Pusat, 2007) membedakan tujuh
mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah
dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan
dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab kemasya-
hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan
spiritual. Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan
anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap
aktivitas anak-anak agar tingkah laku anak tidak menyimpang dengan norma-
2. Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru
mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku
norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai nilai
dasar negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik
3. Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar. Setiap
fungsi sekolah seperti persiapan perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil belajar
yang berupa tingkah laku pribadi dan spiritual dan memilih pekerjaan di
masyarakat, hasil belajar yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial tingkah
laku sosial anak. Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak
memiliki pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan
4. Peran guru sebagai pelajar (leamer). Seorang guru dituntut untuk selalu menambah
5. Peran guru sebagai setiawan dalam lembaga pendidikan. Seorang guru diharapkan
diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang
dikuasainya.
7. Guru sebagai administrator. Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan
pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi
atau remaja, dilakukan upaya menanamkan prinsip hidup sehat sedini mungkin
a. Memiliki pengetahuan tentang ilmu kesehatan termasuk cara hidup sehat dan
teratur.
b. Memiliki nilai dan sikap yang positif terhadap prinsip hidup sehat.
kehidupan sehari-hari.
h. Memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar (Narkoba, arus
i. Memiliki tingkat kesegaran jasmani yang memadai dan derajat kesehatan yang
optimal serta mempunyai daya tahan tubuh yang baik terhadap penyakit.
a. Kegiatan Kurikuler
pada standar isi yang telah diatur dalam peraturan Mendiknas nomor 22 tahun
b. Kegiatan Ekstrakurikuler
(termasuk kegiatan pada waktu libur) yang dilakukan disekolah ataupun diluar
ceramah (diskusi), lomba antar kelas maupun sekolah, bimbingan hidup sehat,
warung sekolah sehat, apotik hidup dan kebun sekolah sedangkan kegiatan
(dokter kecil, kader kesehatan remaja, palang merah remaja, konselor sebaya,
pramuka, dll) dan membantu kegiatan posyandu pada masa liburan sekolah
kehidupan sekolah sehat, seperti: kerja bakti kebersihan, lomba sekolah sehat,
sangat luas. Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai
pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus
berupa materi atau objek diluarya. Sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada
objek tersebut dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap
(Notoatmodjo, 2010).
dari dua faktor utama yakni: stimulus luas merupakan faktor dari luar diri seseorang
tersebut (faktor eksternal) yang terdiri dari lingkungan, baik lingkungan fisik dan
nonfisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya sedangkan
faktor dari dalam diri orang yang bersangkutan (faktor internal) yaitu stimulus atau
Proses dari pembentukan perilaku seseorang dapat diuraikan secara lebih jelas
dibawah ini:
sangat berperan dalam menginterpretasikan suatu stimulus atau informasi yang kita
peroleh. Pengalaman masa lalu atau apa yang telah dipelajari oleh seseorang akan
A. Konsep Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan
manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau
yaitu: (1) Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). (4) Analisis
(Analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dan masih ada kaitannya satu sama lain (5) Sintesis (synthesis) menunjuk pada suatu
bentuk keseluruhan yang baru. (6) Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan
dan alam jiwa seseorang manusia yang sadar, secara nyata terkandung dalam otaknya.
Dalam lingkungannya ada bermacam-macam hal yang dialami oleh individu tersebut
yang dialami tersebut masuk kedalam sel-sel otaknya sehingga terjadi bermacam-
macam proses seperti proses fisik, fisiologi dan psikolog, kemudian dipancarkan dan
manusia hanya mengandung bagian-bagian khusus yang mendapat perhatian dari akal
si-individu, sehingga dapat terfokus pada bagian khusus saja; (2) Persepsi/pandangan;
(3) pengamatan yaitu persepsi atau pandangan setelah diproteksikan kembali oleh
yang menyebabkan bahwa individu karena tertarik akan lebih intensif memusatkan
bahwa dalam diri seseorang terjadi suatu proses yang berurutan dalam mengadopsi
perilaku baru, namun tidak semua melewati tahapan ini yang disebut AIETA, yaitu:
dan sudah mulai timbul, (3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan
tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya dan berarti sikap sudah menunjukkan sikap
yang lebih baik lagi, (4) Trial, subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus, (5) Adaption, subjek telah berperilaku
Knowledge yang berarti pemberian pengetahuan, (2) Persuassion yaitu mulai tertarik,
(3) Decision yaitu sudah memutuskan untuk mencoba tingkah laku baru dan harus
didukung oleh motivasi yang kuat, (4) Confirmation yaitu telah mulai melaksanakan
B. Informasi
pengalaman atau intruksi. Namun demikian istilah ini memiliki banyak arti
tergantung pada konteknya dan secara umum berhubungan erat dengan konsep seperti
2007).
mengenai pengertian informasi itu sendiri ada yang mengaitkannya dengan hal-hal
yang baru, misalnya seorang yang membaca berita-berita disurat kabar dan majalah
ada yang mengatakan hal-hal yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan, misalnya
informasi yang dikandung oleh sebuah buku ilmiah, bahkan ada pula menyebutkan
2007).
Informasi identik dengan wujud material yang dapat di kirimkan dan diterima
melalui berbagai saluran, baik melalui proses belajar mengajar, media masa seperti
surat kabar, radio dan televisi. Kuantitas informasi dapat “dihitung” dalam arti makin
banyak usaha seseorang mengumpulkan data dan fakta, makin banyak informasi yang
2.4.2. Harapan/Expectation
dapat menimbulkan respon yang lebih jauh lagi yang berasal dari rangsangan obyek
yang telah diketahui yang dapat berupa suatu tindakan (action) terhadap atau
stimulus yang diterima oleh subjek dapat langsung menimbulkan tindakan. Artinya,
seseorang dapat bertindak atau berperilaku baru tanpa mengetahui terlebih dahulu
terhadap makna stimulus yang diterimanya atau persepsi yang timbul tanpa disadari
Membahas tentang persepsi, meliputi apa yang ingin dilihat oleh seseorang,
belum tentu sama dengan fakta yang sebenarnya. Keinginan seseorang itulah yang
menyebabkan mengapa dua orang yang melihat atau mengalami hal yang sama
memberikan interpretasi yang berbeda tentang apa yang dilihat atau dialaminya itu
(Siagian, 2012). Sedangkan menurut Potter dan Perry, 1995 (Aruan dan Trianingsih,
kejadian. Pengertian tersebut dapat dibuat kesimpulan bahwa persepsi adalah sebuah
penilaian terhadap stimulus yang diterima oleh indera manusia yang menghasilkan
Menurut Notoatmodjo (2005) persepsi merupakan salah satu hal internal yang
dapat mempengaruhi perilaku seseorang yang terjadi secara otomatis dan berlansung
dengan sangat cepat dan kadang-kadang tidak disadari, dimana bisa mengenali
stimulus yang telah diterima sehingga dapat terbentuk suatu tindakan untuk
Rangsangan dapat berbentuk energi fisik seperti cahaya, suara, dan panas.
Rangsangan tersebut kemudian dideteksi oleh sel reseptor yang ada pada panca indera
manusia (mata, telinga, kulit, hidung dan lidah). Setelah rangsangan diterima dan
dinyatakan oleh sel reseptor sebagai stimulus selanjutnya energi stimulus tersebut
penghantara informasi stimulus melalui sistem syaraf menuju ke otak dan infomasi
oleh karena beberapa faktor yang dapat menyebabkan mengapa dua orang yang
dilihatnya itu. Secara umum terdapat tiga faktor yang mempengaruhi persepsi
tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh karakteristik individual yang turut
Motif berkaitan dengan pemuasan kebutuhan dan intensitas motif itu sangat
berulang kali dialami seseorang akan dipandang dengan cara berbeda dari cara
pandang orang lain yang pernah mengalaminya serta harapan yang juga dapat
Sasaran bisa berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat sasaran biasanya
persepsi dari cara pandang yaitu gerakan, suara, ukuran, tindak tanduk dan ciri-ciri
lain. Persepsi tentang sasaran bukanlah sesuatu hal yang dilihat secara terisolasi
melainkan dalam kaitan atau hubungannya dengan yang lain. Karena itulah orang
cenderung mengelompokkan orang, benda atau peristiwa lain yang tidak serupa,
namun bukan hanya kesamaan ciri-ciri sasaran yang dijadikan dasar untuk
menentukan persepsi. Dekatnya sekelompok orang atau benda atau peristiwa tertentu
juga sering dipakai sebagai dasar pembentukan persepsi, padahal belum tentu
dekatnya orang, benda atau peristiwa itu berkaitan satu sama lain. Dalam persepsi
3. Faktor Situasi
Persepsi harus dilihat secara konstekstual yang berarti dalam situasi mana
persepsi timbul dan perlu mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut
Preses pembentukan persepsi dapat terjadi melalui dua cara yaitu: yang
pertama merupakan proses bottom-up yaitu reseptor sensori menerima informasi dari
lingkungan luar dan mengirimkan informasi tersebut ke otak untuk dianalisa dan
diinterpretasikan. Yang kedua proses top-down, cara ini dimulai melalui cara
cognitive processing pada level yang lebih tinggi didalam otak. Proses kognitif
Objek yang sama dapat dipersepsikan berbeda oleh dua orang (atau lebih)
yang berbeda-beda, perbedaan persepsi dapat disebabkan oleh hal-hal dibawah ini:
1. Perhatian
sekaligus, tetapi memfokuskan perhatian pada satu atau dua objek saja. Perbedaan
fokus antara satu orang dengan orang lainnya menyebabkan perbedaan persepsi
2. Set
Harapan seseorang akan rangsang yang akan timbul. Misalnya pada seseorang
yang siap digaris star terdapat set bahwa akan terdengar bunyi pistol disaat ia harus
3. Kebutuhan
4. Sitem Nilai
berasal dari keluarga miskin mempersepsikan mata uang logam dengan nilai nominal
lebih besar dari ukuran sebenarnya. Gejala ini tidak terdapat pada keluarga kaya.
bekerja disatu kantor yang sama di bawah pengawasan satu orang atasan. A yang
pemalu dan penakut akan mempersiapkan atasannya sebagai tokoh yang menakutkan
dan perlu dijauhi, sedangkan B yang punya lebih banyak kepercayaan diri,
menganggap atasannya sebagai tokoh yang dapat diajak bergaul seperti orang biasa
persepsi antara lain: faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor
yang ada dalam individu itu sendiri, seperti perasaan, pengalaman, kemampuan
berfikir dan kerangka acuan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor stimulus itu
sendiri seperti orang tua dan guru dan faktor lingkungan di mana persepsi itu
berlangsung.
Menurut Potter dan Perry, 2001 (dalam Nurhidayat, 2012) faktor-faktor yang
tingkat perkembangan, latar belakang sosio kultural, faktor emosi, gender, status
Sedangkan menurut Kozier, 2004 (dalam Nurhidayat, 2012) faktor yang dapat
1. Variabel demografis (meliputi usia, jenis kelamin, ras dan suku banga). Etnisitas
atau suku adalah klasifikasi atau afiliasi dengan setiap kelompok dasar yang
dibedakan oleh adat, karakteristik, bahasa atau faktor pembeda lain yang sejenis.
2. Variabel sosio-psikologis (sosial dan emosional yang dapat berasal dari keluarga
dan luar lingkungan keluarga). Keluarga atau orang tua mempunyai nilai-nilai
yang akan ditanamkan terhadap anak. Proses tersebut disebut proses sosialisasi,
yaitu proses ketika anak mendapat keyakinan nilai dan perilaku tertentu untuk
4. Cues of action dapat berupa isyarat internal atau eksternal, seperti perasaan lemah,
gejala yang tidak menyenangkan atau anggapan seseorang terhadap kondisi orang
menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai indra dan reseptor. Proses ini
dinamakan proses kealaman (fisik). Stimulus yang diterima oleh alat indera
dilanjutkan oleh syaraf sensorik keotak, sehingga individu menyadari apa yang
diterima dengan reseptor itu sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterimanya.
Proses yang terjadi didalam otak atau pusat kesadaran itulah yang dinamakan proses
psikologis. Dengan demikian taraf terakhir dari proses persepsi adalah individu
menyadari tentang apa yang diterimanya melalui alat indera atau reseptor.
(manusia) atau kejadian untuk bertingkah laku. Stimulus-stimulus yang sangat kuat
umumnya bersifat dorongan, seperti terjadinya kehamilan diluar nikah dan perilaku
seksual remaja yang bebas, hal ini dapat mendorong seseorang untuk mau dan harus
sehingga harapannya kejadian tersebut tidak terjadi lagi pada generasi muda atau
generasi penerus. Stimulus ini disebut dorongan primer yang menjadi dasar utama
Menurut Miller dan Dollard semua tingkah laku (termasuk tingkah laku
tiruan) didasari oleh dorongan-dorongan primer dan tingkah laku manusia merupakan
hasil belajar. Oleh karena itu terkandung prinsip-prinsip belajar psikologi yang terdiri
dari 4 (empat) yaitu: dorongan (drive), isyarat (clue), tingkah laku balas (response),
dan ganjaran (reward). Keempat prinsip ini saling terkait satu sama lain, yaitu
dorongan menjadi isyarat, isyarat menjadi ganjaran dan seterusnya sehingga kembali
masuk dalam rentang perhatian seseorang dan kebutuhan ini akan menyebabkan
ketidakseimbangan yang dialami manusia dan karena pada dasarnya manusia tidak
Motif atau motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni “movere”yang berarti
“adanya kekuatan dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak atau
berperilaku”, jadi motivasi yaitu suatu tindakan yang timbul dari adanya dorongan
atau penggerak, sebagai suatu perangsang dari dalam, suatu gerak hati yang
yaitu: (1) Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya
tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan
untuk melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik datang dari hati sanubari umumnya
karena kesadaran; (2) Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik.
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya
perangsang atau pengaruh dari orang lain sehingga seseorang berbuat sesuatu.
manusia adalah :
1. Timbulnya alasan, dimana kegiatan yang dilakukan oleh individu bisa diawali
dengan berbagai motivasi. Misalnya olah raga sebagai hobi, olah raga dilakukan
dikerjakan sekaligus, untuk itu individu berhak untuk memilih kegiatan apa yang
3. Memutuskan, yaitu faktor pendorong yang kuat dalam diri individu akan
kesehatan akan mendapatkan informasi yang jelas yang terkait dengan keluhan
yang dirasakannya, diperiksa dengan alat yang sudah diteliti dengan akurat
Elaborasi Motivasi
Pembentukan Perilaku
terjadi karena adanya stimulus yang diterima melalui panca indra dan menjadi
informasi yang harus dipilih sesuai dengan kebutuhan. Informasi yang diterima
tersebut dapat diperkuat dengan adanya kebutuhan atau dorongan yang merupakan
rangsangan yang sangat kuat untuk bertingkah laku sebelum terjadinya motivasi.
dalam suatu kerangka konseptual maka keseluruhan teori-teori yang telah dipaparkan
di dalam diri seseorang terdiri dari dua faktor utama yakni: stimulus luas merupakan
faktor dari luar diri seseorang tersebut (faktor eksternal) yang terdiri dari lingkungan,
baik lingkungan fisik dan nonfisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi, politik dan
sebagainya sedangkan faktor dari dalam diri orang yang bersangkutan (faktor
tertentu serta dapat menimbulkan suatu kesadaran, dan akhirnya akan menyebabkan
diterima dari informasi yang diberikan oleh orang lain seperti berbagai saluran
elektronik, baik melalui proses belajar mengajar, media masa seperti surat kabar,
radio dan televisi, sehingga semakin banyak informasi yang dimilikinya maka akan
apa yang ingin dilihat oleh seseorang, belum tentu sama dengan fakta yang
sebenarnya. Keinginan seseorang itulah yang menyebabkan mengapa dua orang yang
melihat atau mengalami hal yang sama memberikan interpretasi yang berbeda tentang
adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari
luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Motivasi intrinsik datang dari hati sanubari umumnya karena kesadaran; (2) Motivasi
ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-
- Persepsi
- Pengetahuan
- Dorongan
(keyakinan &
PENGALAMAN keinginan) PERILAKU
- Motivasi
- Niat
- Sikap
Dari skema tersebut dapat dijelaskan bahwa perilaku terjadi diawali dengan
(lingkungan), baik fisik maupun non fisik. Kemudian pengalaman dan lingkungan
tersebut diketahui, dipersepsikan, diyakini sebagai wujud dari sebuah dorongan yang
dapat menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak dan terjadilah perwujudan niat
(Notoatmodjo, 2005).
dipengaruhi oleh stimulus atau pengalaman yang diterima. Dengan adanya stimulus
karena tanpa adanya persepsi yang positif, program ini tidak akan mampu berjalan
dengan sempurna.
bahwa, stimulus atau pengalaman yang didapat dan diketahui akan di persepsikan
oleh seseorang, yang diyakini merupakan wujud dari sebuah dorongan yang dapat
menimbulkan suatu motivasi atau niat untuk bertindak karena motivasi merupakan
suatu tindakan yang timbul dari adanya dorongan atau penggerak, sebagai suatu
perangsang dari dalam dan suatu gerak hati yang menyebabkan seseorang melakukan
motivasi saling berkaitan dan berhubungan antara satu dengan yang lain untuk
terbentuknya suatu perilaku yang sesuai dengan apa yang diharapkan dari awal
Pengetahuan Guru
Persepsi Guru
Pemberian Informasi Kesehatan
Reproduksi pada siswa/i
Dorongan Guru
Motivasi Guru