Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM METODE PEMISAHAN KIMIA

PERCOBAAN VI

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

OLEH :

NAMA : RAHMIN

NIM : F1C117085

KELOMPOK : VII (TUJUH)

ASISTEN : St. HAERANI

LABORATORIUM KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

perkembangannya metode pemisahan kimia secara kromatografi banyak

digunakan oleh para peneliti. Selain itu, seiring perkembangan ilmu pengetahuan

banyak penemuan baru yang semakin canggih, sehingga diperlukan sumber

sumber informasi yang tak terbatas yaitu dengan memanfaatkan teknologi

informasi.

Kromatografi merupakan salah satu sub mata kuliah pemisahan kimia

yang bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai

konsep-konsep pemisahan senyawa kimia. Pada mata kuliah ini, mahasiswa

diharapkan mampu menyelesaikan masalah terkait pemisahan. zat-zat kimia.

Mengingat kromatografi merupakan metode yang paling banyak digunakan dan

pemakaiannya dalam pemisahan senyawa kimia berkembang dengan cepat dan

modern maka perlu dicari strategi belajar yang sesuai. Materi kromatografi di

perguruan tinggi merupakan materi yang wajib dikuasai dengan baik agar

mahasiswa dapat menguasai aplikasi metode kromatografi. Sehingga perlu

diawali dengan penguasaan konsep-konsep dasar pemisahan.

Kenyataannya dalam mempelajari metode kromatografi sering kali

pebelajar banyak menemui konsep abstrak, seperti konsep kesetimbangan

distribusi antara dua fase, teori kelajuan, waktu retensi komponen yang

dipisahkan, volume retensi, konsep tentang pelebaran pita pada kromatogram dan

konsep-konsep lain. Oleh karena itu diperlukan suatu media pembelajaran yang

mampu memotivasi mahasiswa untuk belajar analisis campuran dengan metode


kromatografi. Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan percobaan

Kromatografi Lapis Tipis.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dikaji pada percobaan kromatografi lapis tipis

adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana cara melakukan teknik dasar kromatografi lapis tipis ?

2. Bagaimana cara menentukan nilai Rf ?

C. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai pada percobaan kromatografi lapis tipis adalah

sebagai berikut.

1. Untuk melakukan teknik dasar kromatografi lapis tipis.

2. Untuk mengetahui cara menentukan nilai Rf .

D. Manfaat

Manfaat yang diperoleh pada percobaan kromatografi lapis tipis adalah

sebagai berikut.

1. Dapat melakukan teknik dasar kromatografi lapis tipis.

2. Dapat menentukan nilai Rf .


II. TINJAUAN PUSTAKA

Kromatografi merupakan salah satu sub mata kuliah pemisahan kimia

yang bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai

konsep-konsep pemisahan senyawa kimia. Pada mata kuliah ini, mahasiswa

diharapkan mampu menyelesaikan masalah terkait pemisahan. zat-zat kimia.

Mengingat kromatografi merupakan metode yang paling banyak digunakan dan

pemakaiannya dalam pemisahan senyawa kimia berkembang dengan cepat dan

modern maka perlu dicari strategi belajar yang sesuai (Fitriana, 2017).

Menurut Stahl (1985), metode KLT merupakan cara cepat dan mudah

untuk pemisahan senyawa pada suatu sampel. Metode ini memudahkan untuk

analisis skala kecil karena hanya memerlukan bahan-bahan yang sangat sedikit

dan waktu yang dibutuhkan sangat singkat, oleh karena itu, untuk mengetahui

distribusi pigmen karotenoid menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis. di

analisis jenis pigmen berdasarkan polaritas menggunakan metode pemisahan

Kromatografi Lapis Tipis dengan mengguanakan fase diam berupa plat silica gel

Tipe 60 dan fase gerak (larutan pengembang) PE : Aseton dengan perbandingan

80 : 20. Plat silika gel sebagai fase diam dipanaskan terlebih dahulu selama 24

jam (Abdullah dkk., 2018).

Beberapa faktor yang mempengaruhi profil kromatografi lapis tipis (KLT)

yaitu sistem kromatografi pada fase gerak dan fase diam, kesesuaian pelarut

terhadap senyawa target dalam ekstrak, kuantitas penimbangan ekstrak, dan

pemilihan metode visualisasi yang tepat. Untuk uji fitokimia menggunakan


metode kromatografi lapis tipis dilakukan terhadap golongan senyawa yang

positif dari hasil uji fitokimia dengan uji reagen. Identifikasi dengan KLT

digunakan plat silika GF254. Masing-masing plat dengan ukuran 1x10 cm2.

Ekstrak etanol Calophyllum soullatri ditotolkan pada jarak ± 1 cm dari tepi bawah

plat dengan pipa kapiler kemudian dikeringkan dan dielusi dengan masing-masing

fase gerak golongan senyawanya (Fajriati dkk., 2018).

Kromatografi lapis tipis (RP-TLC) adalah salah satu teknik yang paling

populer. Mekanisme retensi dalam RP-TLC didasarkan pada partisi zat antara fase

diam hidrofobik dan fase gerak hidrofilik, sehingga retensi umumnya berkorelasi

erat dengan lipofilisitas zat terlarut. Saat ini, beberapa pelat RP-TLC komersial

tersedia seperti C18- (opsional dapat dibasahi) - dan gel silika termodifikasi C8

atau lebih sedikit ikatan hidrofobik siano-terikat (CN), diol atau amino dengan

yang dimodifikasi (NH2) diklasifikasikan sebagai fase stasioner RP. Meskipun

demikian, faktor retensi diperoleh dengan menggunakan lebih sedikit fase diam

hidrofobik biasanya kurang berkorelasi dengan log P dibandingkan dengan gel

silika terikat C18 (Ciura dkk., 2017).

Kromatografi lapis tipis (KLT) dikenal sebagai teknik yang sangat

berguna, digunakan untuk memisahkan campuran kompleks, yang perilakunya

bergantung pada keseimbangan interaksi hidrofobik, hidrofilik, dan sterik, serta

ikatan hidrogen, yang terjadi antara analit dan perangkat bergerak dan alat tulis.

fase. Fase diam yang paling banyak digunakan adalah gel silika, yang

mengandung atom Si yang terikat pada tidak ada, satu, atau dua gugus hidroksil.

Kelompok silanol (Si-OH) yang ada pada silika dapat didehidrasi secara
reversibel, menghasilkan kelompok oksigen (Si-O-Si) dari dua kelompok Si-OH-

OH [16]. Oleh karena itu, permukaan silika harus secara bersamaan mengandung

kedua kelompok, karena jumlah relatifnya tergantung pada jumlah kelompok

kationik yang berasal dari pengubah fase (misalnya, amonium hidroksida atau

garam), yang berinteraksi dengan kelompok silanol, mengurangi tren retensi dari

fase diam menuju metabolit yang dipisahkan oleh teknik TLC (Hernandez dkk.,

2018).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Percobaan Percobaan Kromatografi Lapis Tipis dilaksanakan pada hari

Selasa, 21 Mei 2019 pukul 13.00-15.30 WITA dan bertempat di Laboratorium

Kimia Organik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Halu Oleo, Kendari.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah pipa kapiler,

Chumber, cutter, pipet tetes, gunting, gelas ukur 10 mL, pinset dan mistar.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah plat KLT, n-

heksan, etil asetat, tisu dan fraksi ekstrak kunyit.


C. Prosedur Kerja

Plat KLT
- dipotong dengan menggunakan cutter
dengan panjang 5 x 1 cm dan diberi garis
dengan jarak 1 cm pada masing-masing
ujung plat
- ditotolkan sampel (fraksi kunyit) pada plat
- dimasukkan kedalam chamber yang berisi
eluen n-heksan dan etil asetat dengan
perbandingan 5:2
- diamati
- dihitung nilai Rf

Rf noda 1 = 0,74

Rf noda 2 = 0,91

Rf noda 3 = 0,61

rf
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Data Pengamatan

No Perlakuan Hasil Pengamatan


1 Plat ditotol sampel
Dimasukkan kedalam chumber berisi
2. eluen n-heksana dan etil asetat dengan
perbandingan 3:2
noda berwarna kuning
jarak tempuh = 3,5 cm
jarak noda 2 = 4,3 cm
3. Diukur jarak tempuh noda dan jarak total
jarak noda 3 = 2,9 cm
jarak eluen = 4,7 cm
Rf = 0,5

2. Analisis Data

Diketahui : jarak zat terlarut (noda) = jarak noda 1, 2 dan 3

= 3,5 cm, 4,3 cm dan 2,9 cm

Jarak gerak pelarut = 4,7 cm

Ditanyakan : Rf noda 1,2 dan 3… ?

Penyelesaian:

Untuk Rf noda 1

Jarak gerak zat terlarut


Rf =
Jarak gerak Pelarut

3,5 cm
=
4,7 cm

= 0,74
Untuk Rf noda 2

Jarak gerak zat terlarut


Rf =
Jarak gerak Pelarut

4,3 cm
=
4,7 cm

= 0,91

Untuk Rf noda 3

Jarak gerak zat terlarut


Rf =
Jarak gerak Pelarut

2,9 cm
=
4,7 cm

= 0,61

B. Pembahasan

Kromatografi lapisan tipis (KLT) merupakan salah-satu analisis kualitatif

dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen

sampel berdasarkan perbedaan kepolaran. Kromatografi lapis tipis adalah metode

pemisahan kimia dengan fase gerak (larutan pengembang yang cocok) dan fase

diam (bahan berbutir) yang diletakkan pada penyangga berupa plat atau lapisan

yang cocok. Pemisahan terjadi selama perambatan kapiler lalu hasil

pengembangan dideteksi.

Percobaan kromatografi lapis tipis menggunakan kunyit sebagai

sampelnya. Kunyit dipreparasi terlebih dahulu yankni malalui tahap pencucian,

pemotongan dan pengeringan sebelum dimaserasi hal ini bertujuan untuk


mengurangi kadar air (H2O) yang terkandung pada sampel serta menghilangkan

kotoran yang ada pada sampel. Kandungan air ini dapat mudah merusak sampel

sehingga mudah busuk dan sebagainya. Sampel kering dimaserasi untuk menjaga

bahan aktif yang terkandung pada sampel sehingga tidak mudah rusak, bahan aktif

tersebut mudah rusak pada kondisi panas. Etanol digunakan pada proses maserasi

dikarenakan memiliki sifat polaritas yang cukup tinggi, dimana etanol mampu

melarutkan sampel polar maupun non polar.

Plat KT yang digunakan pada percobaan ini tergolong fasa diam dan fasa

geraknya digunakan n-heksana dan etil asetat yang termasuk sebagai eluen. Plat

KLT dimasukkan keladalam chamber yang berisi eluen tersebut sebagai pembawa

fasa gerak. Plat dimasukkan kedalam chamber dalam keadaan lurus agar dapat

membawa noda lurus ke atas dan chamber harus ditutup agar dapat meyakinkan

bahwa kondisi dalam chamber terjenuhkan pelarut. Eluen yang digunakan yakni

berupa etil asetat dan n-heksana, dimana etil asetat bersifat polar sedangkan n-

heksana bersifat nonpolar. Apabila sampel yang digunakan bersifat polar maka

fasa gerak akan mengikuti pelarut polarnya dan sebaliknya.

Pelarut yang berada dalam chamber akan bergerak keatas sehingga warna

akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan

bercak warna, hal ini dikerenakan kondisi jenuh dalam chamber dengan uap

mencegah penguapan pelarut. Warna yang diperoleh adalah warna kuning yang

terdapat pada plat, jarak tempuh yaitu 3,5 cm, 4,3 cm dan 2,9 cm serta jarak total

4,7 cm dengan mengunakan perbandingan pelarut 5 banding 2 sehingga didaptkan

nilai Rf sebesar 0,74 cm, 0,91 cm dan 0,61 cm. Faktor retensi (Rf) didefiniskan
sebagai perbandingan jarak tempuh zat terhadap jarak tempuh pelarut. Apabila

nilai Rf bernilai 1 artinya zat terlarut tidak memiliki afinitas terhadap fasa diam

dan bergerak sesuai dengan gerakan pelarut hingga garis depan.


V. KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan dan hasil pengamatan yang diperoleh maka dapat

dibuat kesimpulan bahwa:

1. Teknik dasar melakukan KLT yaitu plat yang telah dibuat ditotolkan pada

sampel yang kemudian dimasukkan dalam chamber. Teknik ini biasanya

menggunakan fase diam dari bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan

dengan jenis sampel yang akan dipisahkan.

2. Nilai Rf yang diperoleh yaitu 0,74 cm, 0,91 cm dan 0,61 cm menujukkan

bahwa daya pisah antara zat terhadap solvent berada pada kondisi minimum.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah M.R.A., Darus S.J.P., Desy M.H.M., Esther Deilayani A., Ping A.A.
dan Joppy D.M., 2018, Distribusi Pigmen Karotenoid Pada Kepiting
Grapsus sp dengan Menggunakan Metode Kromatografi Lapis Tipis,
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis, 2(1).

Ciura K., Szymon D., Joanna N. dan Michał J. M., 2017, Thin Layer
Chromatography in Drug Discovery Process, Journal of Chromatography
A, DOI: 10.1016/j.chroma.2017.09.01.
Fajriaty I., Hariyanto I.H., Andres dan Risky S., 2018, Skrining Fitokimia Dan
Analisis Kromatografi Lapis Tipis dari Ekstrak Etanol Daun Bintangur
(Calophyllum soulattri Burm. F.), Jurnal Pendidikan Informatika dan
Sains, 7(1) -ISSN: 2407-1536.

Fitria N., 2017, Penerapan Model Pembelajaran Blended Learning Pada Mata
Kuliah Pemisahan Kimia Materi Kromatografi Untuk Meningkatkan
Kualitas Belajar, Journal of Educational Innovation, 4(1) -ISSN: 2549-
8673.

Hernández M.C., Fernando A.L.D.T., Luis J.G.O., María J.S.P. and Fermín
P.P.M., 2018, Two-Dimensional Thin Layer Chromatography-
Bioautography Designed to Separate and Locate Metabolites with
Antioxidant Activity Contained on Spirulina platensis, International
Journal of Analytical Chemistry, doi.org/10.1155/2018/4605373.

Anda mungkin juga menyukai