Anda di halaman 1dari 7

Surat Pemberitahuan (SPT) adalah laporan pajak yang disampaikan kepada pemerintah

Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pajak. Ketentuan mengenai SPT diatur dalam Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Dalam undang-undang tersebut ditegaskan, pemerintah mengharuskan seluruh wajib pajak


untuk melaporkan SPT sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Nah, dalam ketentuan tersebut,
secara garis besar kita dapat menyimpulkan fungsi dari SPT adalah:

 Melaporkan pelunasan atau pembayaran pajak yang sudah dilakukan, baik secara
personal maupun melalui pemotongan penghasilan dari perusahaan dalam jangka
waktu satu tahun.
 Melaporkan harta benda yang dimiliki di luar penghasilan tetap dari pekerjaan utama.
 Melaporkan penghasilan lainnya yang termasuk ke dalam kategori objek pajak
maupun bukan objek pajak.

SPT juga terbagi menjadi dua kategori, yaitu SPT Tahunan dan SPT Masa.

SPT Tahunan

SPT Tahunan merupakan laporan pajak yang disampaikan satu tahun sekali (tahunan) baik
oleh wajib pajak badan maupun wajib pajak pribadi, yang berhubungan dengan perhitungan
dan pembayaran pajak penghasilan, objek pajak penghasilan, dan/atau bukan objek pajak
penghasilan, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan peraturan pajak untuk satu tahun
pajak, atau bagian dari tahun pajak.

SPT Masa

Di Indonesia terdapat 10 jenis SPT Masa. SPT Masa tersebut dinamakan berdasarkan nomor
pasal, di mana aturan pajak tersebut diatur, 10 jenis SPT Masa tersebut adalah:

 PPh Pasal 21/26


 PPh Pasal 22
 PPh Pasal 23/26
 PPh Pasal 25
 PPh Pasa 4 ayat (2)
 PPh Pasal 15
 PPN (Pajak Pertambahan Nilai)
 PPN bagi Pemungut
 PPN bagi Pengusaha Kena Pajak Pedagang Eceran yang menggunakan nilai lain
sebagai Dasar Pengenaan Pajak
 Pajak Penjualan atas Barang Mewah

Jenis Formulir dalam Pelaporan SPT

Setiap pekerja/pegawai pasti menerima bukti potong sebagai bukti setoran pajak yang telah
dipungut dan dilaporkan oleh perusahaan pemberi kerja. Formulir bukti potong tersebut
terbagi menjadi dua yakni:
 Formulir 1721 A1 khusus untuk para karyawan yang bekerja di perusahaan milik
swasta.
 Formulir 1721 A2 untuk karyawan yang menjabat sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Kedua formulir ini nantinya akan menjadi pedoman wajib pajak ketika lapor pajak.

Selain formulir bukti potong, kita juga mengenal tiga jenis formulir SPT PPh Orang Pribadi,
yakni

 Formulir 1770 yang ditujukan bagi wajib pajak yang bekerja tanpa ikatan kerja
tertentu
 Formulir 1770 SS yang ditujukan untuk perseorangan atau pribadi dengan jumlah
penghasilan kurang dari atau sama dengan Rp60 juta setahun dan hanya bekerja pada
satu perusahaan
 Formulir 1770 S untuk wajib pajak pribadi dengan penghasilan tahunan lebih dari
Rp60 juta dan bekerja pada dua perusahaan atau lebih.

Fungsi dan Kegunaan SPT

Seperti telah dijelaskan, SPT digunakan untuk melaporkan berbagai hal yang terkait pajak
dan kewajiban wajib pajak yang telah dilaporkan. Secara lebih rinci, dalam regulasi yang
sama, UU No. 28 Tahun 2007, fungsi dari SPT bisa dijabarkan sebagai berikut.

 Melaporkan penghasilan lainnya yang termasuk ke dalam kategori objek pajak


maupun bukan objek pajak.
 Melaporkan pelunasan atau pembayaran pajak yang sudah dilakukan, baik
wajib pajak badan atau perorangan, dalam jangka waktu satu tahun.
 Melaporkan harta benda yang dimiliki di luar penghasilan tetap dari pekerjaan utama.

Periode pembayaran SPT Tahunan dan Masa

Mengenai tenggat waktu batas pelaporan SPT masa dan SPT tahunan, tentu berbeda. Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, laporan SPT Masa dilakukan secara rutin setiap bulan
sesuai tanggal yang tertera pada Pasal yang bersangkutan. Untuk SPT Tahunan, terdapat dua
batas waktu yang digunakan, yakni pada 31 Maret atau tiga bulan setelah tahun pajak ditutup
(untuk wajib pajak perorangan) dan pada 30 April atau empat bulan setelah tahun pajak
terakhir (untuk wajib pajak badan .

Cara lapor SPT

Terdapat dua cara pelaporan yang umum digunakan saat ini, yakni secara manual dengan
mendatangi Kantor Pelayanan Pajak secara langsung dengan membawa dokumen-dokumen
terkait atau dengan melakukan pelaporan secara online.

Untuk pelaporan dengan cara manual, wajib pajak hanya perlu mendatangi KPP terdekat
dengan membawa berkas yang diperlukan kemudian lakukan pengisian formulir yang
disediakan oleh KPP. Jika menemui kesulitan, wajib pajak bisa langsung menanyakan kepada
petugas yang berada disana.

Untuk cara online, wajib pajak bisa mengakses situs Dirjen Pajak dan melakukan pengisian
SPT di sana. Atau jika situs tersebut sedang penuh dan sulit diakses, dapat menggunakan
beberapa layanan swasta perpajakan yang menjadi mitra resmi dari Dirjen Pajak. Layanan
yang telah menjadi mitra resmi Dirjen Pajak memiliki jaminan keamanan pada data yang
dimasukkan dan setiap pembayarannya dilakukan sesuai dengan regulasi yang berlaku. Salah
satu mitra resmi yang bisa digunakan untuk lapor pajak online adalah Klikpajak

Penyampaian SPT Secara Manual

Cara yang pertama adalah cara klasik dengan mendatangi Kantor Pelayanan Pajak di wilayah
wajib pajak berada. Setiap daerah memiliki KPP untuk mengurus setiap keperluan perpajakan
yang terjadi di daerah tersebut. Caranya sangat mudah, wajib pajak cukup mendatangi KPP
terdekat dengan membawa berkas atau dokumen yang dibutuhkan. Setelah itu wajib pajak
mengisi formulir yang disediakan terkait penyampaian SPT pajak, dan menyerahkannya pada
petugas.

Petugas akan memeriksa data dan berkas yang disertakan. Jika dirasa telah memenuhi syarat
dan diisi secara benar, wajib pajak akan menerima konfirmasi bahwa SPT yang dilaporkan
telah sah dan resmi. Dengan begini, kewajiban melaporkan SPT telah terlaksana.

Penyampaian SPT dengan e-Filing (Lapor Pajak Online)

Cara kedua biasanya dilakukan wajib pajak yang tidak memiliki cukup banyak waktu luang
untuk mendatangi Kantor Pelayanan Pajak secara langsung. Penyampaian SPT dengan e-
Filing bisa dilakukan secara online melalui situs yang disediakan DJP atau melalui aplikasi
penyedia jasa layanan yang bekerja sama dengan DJP.

Kunjungi situs DJP pada https://djponline.pajak.go.id dan isi setiap kolom sesuai dengan
keperluan yang ingin dilakukan wajib pajak. Pastikan setiap data benar dan teliti kembali
sebelum mengirimkan data tersebut. Namun sedikit berbeda dengan penyampaian secara
langsung, wajib pajak harus memiliki Electronic Filing Identification
Number atau EFIN terlebih dahulu untuk menggunakan layanan online ini. Tenang, cara
mendapatkan EFIN tidak begitu sulit mengingat hal ini wajib dimiliki.

Penyampaian SPT Melalui e-Form

Tidak berbeda jauh dengan penyampaian melalui e-Filing, penyampaian SPT menggunakan
e-Form juga dilakukan secara online. Bedanya, e-Form memberikan keleluasaan bagi wajib
pajak untuk mengisi formulir SPT secara mandiri. Unduh formulir pada situs DJP, kemudian
isi sesuai data yang dimiliki. Penyampaian dengan e-Form bisa dilakukan oleh wajib pajak
pribadi dan badan.

Pertama, wajib pajak perlu masuk ke situs DJP yang disebutkan sebelumnya, dan unduh
formulir SPT yang diperlukan. Pengisian e-Form bisa dilakukan tanpa koneksi internet
setelah berkas terunduh ke dalam komputer wajib pajak. Nomor registrasi yang diperlukan
dalam pengisian e-Form akan dikirimkan oleh DJP melalui email yang bersangkutan.
Pengisian dengan e-Form dan e-Filing harus dilakukan dengan cepat karena terdapat batas
waktu pengisian yang jika dilewati, maka proses harus diulang dari awal lagi.

Sebelum menggunakan e-Form, wajib pajak harus memiliki akun baru di situs resmi DJP,
dan mencantumkan data seperti NPWP sampai dengan EFIN. Setelah mengajukan
permohonan, wajib pajak akan menerima email aktivasi, baru kemudian dapat melakukan
penyampaian SPT Pajak dengan e-Form.

Penyampaian SPT Melalui Klikpajak

Selain menggunakan kanal resmi dari DJP, wajib pajak juga bisa menggunakan penyedia jasa
layanan perpajakan yang telah terverifikasi oleh DJP sebagai mitra. Salah satunya
adalah Klikpajak. Klikpajak merupakan Application Service Provider (ASP) resmi dari
Direktorat Jenderal Pajak Republik Indonesia yang telah diresmikan berdasarkan Surat
Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor: KEP-169/PJ/2018. Klikpajak dapat
mempermudah Anda dalam mengelola perpajakan, pribadi maupun bisnis. Layanan ini bisa
digunakan dengan gratis untuk membantu penghitungan, pembayaran, hingga pelaporan
pajak. Tunaikan kewajiban perpajakan dengan lebih mudah menggunakan Klikpajak, melalui
segala fitur dan kelebihannya.

Tatacara pengarsipan dokumen dan SPT

Arsip Kertas (Hardcopy)

Arsip berupa dokumen kertas adalah yang paling banyak dipunyai wajib pajak. Apalagi di
masa lalu, hampir semua kegiatan perpajakan menggunakan media kertas. Seiring
perkembangan jaman ada beberapa tips yang bisa dilakukan sbb:

 Pastikan arsip pajak (SSP, STP, SKP, SPT dll) tidak dalam kondisi terlipat dan bersih
dari debu
 Scan arsip kertas yang masih terbaca, simpan hasil scan ke format jpg atau PDF
 Setingan scan minimal dengan kualitas gambar 300 dpi dan warna (agar mudah
terbaca), semakin besar dpi (dot per inch/kerapatan titik) maka akan semakin jelas
hasil scan tetapi akan semakin besar ukuran file softcopy yang akan disimpan
 Untuk jenis berkas yang sama bisa dikumpulkan ke dalam 1 map (misalkan map
untuk SPT PPh 21 selama 1 tahun pajak)
 Jika menggunakan pelubang kertas/punch hole/perforator berhati-hatilah agar tidak
melubangi data sensitif
 Jika dalam 1 map/ordner berisi berbagai jenis pajak, maka berikan pembatas berupa
kertas berwarna yang sudah diberi judul untuk mempermudah navigasi
 Jika map tebal, susunlah secara berdiri
 Lemari penyimpanan berkas bisa diberi kamper untuk mencegah rayap
 Posisikan lemari penyimpanan berkas agar mendapat cahaya yang cukup, cahaya
lampu bisa mencegah ngengat masuk ke sela-sela dokumen
Arsip Elektronik (Softcopy)

Arsip elektronik adalah kumpulan file yang disimpan di dalam komputer/flashdisk, cakram
digital, DVD dsb wajib pajak. Sifat data ini sangat ringkas dan mudah dibawa kemana saja,
beberapa tips terkait penyimpanan berkas elektronik adalah:

 Pisahkan dokumen yang ada jatuh temponya (STP, SKP) agar dipisahkan dari arsip
lainnya. Untuk mengingat jatuh tempo bisa dicatat tanggal daluarsa di agenda, post it,
kalender atau aplikasi reminder lain.
 Pastikan komputer anda bebas dari virus, malware, adware. Antivirus gratis yang
terpercaya bisa menjadi pilihan alternatif selain yang berbayar.
 Inventaris sisa ruang di hardisk komputer, jika data yang akan disimpan banyak maka
tambahkan hardisk baru atau ganti hardisk lama anda. Semakin penuh hardisk Anda
maka komputer performanya akan melambat (terutama windows)
 Rename atau beri nama yang jelas dan mudah dimengerti pada setiap arsip elketronik
(hasil scan, file excel dll), kecuali file yang tidak boleh dirubah namanya seperti hasil
CSV dari aplikasi e-SPT
 Buat folder untuk data yang sejenis dan kategorikan berdasarkan jenis pajak, masa
pajak dsb.
 Jika komputer menggunakan OS windows, sebaiknya data jangan ditaruh di drive C:
gunakan partisi lain agar data tidak hilang jika komputer di-reinstall
 Backup/cadangkan data di komputer ke media external (DVD, HDD external, cloud)
 Gunakan layanan cloud terpercaya jika data disimpan/dicadangkan secara online
(Google drive, dropbox, Skydrive, SCloud dll)
 Cermat dan bijkasanalah dalam berselancar online agar terhindar dari cyber crime/
kejahatan online
 Password komputer atau folder dan berilah wewenang akses hanya untuk orang
tertentu yang berkepentingan
 Jika ada kerusakan aplikasi segera hubungi teknisi di tempat kerja

Sanksi tidak membuat/telat lapor SPT

 Dengan mengetahui isi dari SPT yang menjadi kewajiban Anda serta periode
pembayarannya, tentu tidak lagi ada alasan untuk tidak membayar pajak dan tidak
melaporkan SPT. Selain itu proses online yang saat ini makin banyak digunakan juga
sangat memudahkan Anda karena bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja
sehingga tidak akan menyita waktu yang banyak.
 Jika kemudian Anda tidak melaporkan atau mengalami keterlambatan pada pelaporan
SPT, terdapat sanksi yang dibebankan.
 Untuk wajib pajak yang terlambat atau tidak melaporkan SPT Tahunan PPh 21 maka
akan dikenakan denda sebesar Rp100.000.
 Untuk wajib pajak badan atau perusahaan, pada keterlambatan atau tidak melaporkan
SPT Tahunan PPh 22, maka dikenakan denda sebesar Rp 1.000.000.
 Terdapat sanksi administrasi untuk SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai sebesar
Rp500.000.
 Terkait denda dan sanksi untuk SPT Masa lain adalah sebesar Rp100.000 setiap
keterlambatan dan bidan PPh.
TUGAS PERPAJAKAN
Penyusunan SPT masa PPh 21

KELOMPOK 2

 Ni Putu Indah Regina Puspita Sari (1907341040)


 KadekWahyuhenyka (1907341039)
 Mega YustikaDewi (1907341038)

Program Studi Diploma III


Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Udayana
Jln. PB Sudirman , Dangin Puri Kelod , Kec.Denpasar Barat, Denpasar

Anda mungkin juga menyukai