TUGAS AKHIR
Oleh :
AGUSTINA
4201423027
TUGAS AKHIR
Oleh :
AGUSTINA
4201423027
TUGAS AKHIR
Disusun oleh :
AGUSTINA
4201423027
Laporan Tugas Akhir ini telah diuji dan disahkan sebagai satu syarat untuk
menyelesaikan Program Diploma IV pada Program Studi Budidaya Tanaman
Perkebunan Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Pontianak
pada Tanggal 20 Agustus 2018
Menge
tahui D.U.M. Susilo, S.TP., M.P.
Direktur NIP. 197509202000121001
Politeknik
Negeri Pontianak
Tim Penguji Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknologi Pertanian Program Budidaya
Tanaman Perkebunan, menyatakan bahwa:
Nama : AGUSTINA
Nim : 4201423027
Judul : Uji Kompos Sabut Kelapa Dengan Penambahan Bakteri
…Pseudomonas Fluorescens Terhadap Pertumbuhan Tanaman
…Kakao (Theobroma cacao L.)
Telah diseminarkan dan telah dinyatakan (lulus) dalam Seminar Tugas Akhir pada
Tanggal 20 Agustus 2018.
Nama : AGUSTINA
Nim : 4201423027
Judul Tugas Akhir : Uji Kompos Sabut Kelapa Dengan Penambahan Bakteri
..Pseudomonas Fluorescens Terhadap Pertumbuhan
..Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.)
Apabila saya melakuakan hal tersebut diatas, baik sengaja atau pun tidak,
dengan ini saya menyatakan menarik Tugas Akhir yang saya ajukan sebagai hasil
tulisan saya sendiri. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan
menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri,
berarti gelar ijasah yang telah diberikan oleh Politeknik Negeri Pontianak batal saya
terima.
Agustina
4201243027
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkat
dan rahmat-Nya dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Uji Kompos
Sabut Kelapa Dengan Penambahan Bakteri Pseudomonas Fluorescens Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.)”.
Penulis banyak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril
maupun materil dalam penulisan Tugas Akhir, untuk itu penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada :
1. Kedua orangtua Bapak Anjek dan Ibu Herkulana, serta adik saya Darma
Saputra dan Natalia Mila, teman - teman BTP dan orang-orang tercinta yang
selalu memberi doa dan dukungan.
2. Ir. H. M. Toasin Asha, M.Si. selaku Direktur Politeknik Negeri Pontianak.
3. D.U.M. Susilo, S.TP., M.P. selaku ketua Jurusan Teknologi Pertanian
Politeknik Negeri Pontianak.
4. Jaini Fakhrudin, S.P., M.Si. selaku ketua Prodi Budidaya Tanaman
Perkebunan Politeknik Negeri Pontianak.
5. Kuswartini, S.TP., M.Sc, selaku koordiantor Tugas Akhir.
6. Lamria Mangunsong S.TP., M.Sc. selaku Ketua Panitia Seminar TA.
7. Muhammad Ali S.Pd., M.EIL. dan Muliani, S.P., M,Si. selaku dosen
pembimbing.
8. Abdi Redha, S.P., M.P. selaku dosen penguji 1 (satu) dan Rita Kurnia
Apindati, S.P., M.Si. selaku dosen penguji 2 (dua).
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dalam rangka perbaikan sehingga diharapkan dalam penulisan-penulisan selanjutnya
dapat di peroleh hasil yang lebih baik. Akhir kata, semoga amal baik yang telah
diberikan mendapat balasan dari Tuhan yang Maha Esa. Penulis berharap semoga
penulisan ini dapat bermanfaat dan berguna sebagaimana mestinya.
Agustina
LEMBAR PERSEMBAHAN
Disusun oleh :
AGUSTINA
4201423027
ABSTRAK
pertumbuhan bibit kakao. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan maret sampai juni
2018. Metode yang digunakan berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
pemberian kompos dan bakteri dengan taraf perlakuan BK0 = Tanpa kompos
(kontrol), BK1 = Kompos 25 gr per polybag + bakteri P. fluorescens 109 cfu ml-1,
BK2 = Kompos 50 gr per polybag + bakteri P. fluorescens 109 cfu ml-1, BK3 =
Kompos sabut 75 gr per polybag + bakteri P. fluorescens 109 cfu ml-1, BK4 =
Kompos sabut 100 gr per polybag + bakteri P. fluorescens 109 cfu ml-1, sebanyak 5
ulangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian kompos sabut kelapa
Disusun oleh :
AGUSTINA
4201423027
ABSTRACT
BAB I
PENDAHULUAN
perkebunan yang sesuai untuk perkebunan rakyat, karena tanaman ini dapat
pendapatan harian atau mingguan bagi pekebun. Tanaman kakao berasal dari
merupakan tanaman kecil di bagian bawah hutan hujan tropis dan tumbuh
tahun terakhir mengalami penurunan secara signifikan, hal ini dapat dilihat
dari data pada tahun 2016 produksi kakao hanya mencapai 18 765 ton dengan
diduga disebabkan berbagai macam kendala yang dihadapi saat ini, antara
lain, yaitu terjadi alih fungsi lahan pertanian produktif dan degradasi lahan
(memburuknya sifat fisik, kimia dan biologi tanah) akibat pencemaran dari
pengendalian hama dan penyakit, serta pemberian zat pengatur tumbuh. Hal
yang juga tidak kalah pentingnya dalam budidaya tanaman kakao adalah
akan didapatkan bahan tanam yang layak untuk ditanam di lapangan yang
akan mempunyai respon kekurangan air yang lebih besar dibanding tanaman
yang paling utama pada tanaman yang masih muda karena lebih peka
2006).
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi keterbatasan pupuk dan
tanah dan teknologi pupuk alam), salah satu alternatif media tanam yang
kelapa. Kompos sabut kelapa merupakan media tanam yang bersifat organik
kelapa memiliki karakter fisik dan kimia yang sangat potensial untuk media
kadar pH antara 5 sampai dengan 8 dan mudah dalam pertukaran ion (Awang,
hara yang terdapat dalam kompos sabut kelapa, yaitu: C 45.09% ppm, N
0.42% ppm, P 0.08% ppm, K 2.91% ppm, Na 0.01% ppm. Unsur-unsur hara
perkembangannya.
organik yang dapat menjerap Al, Fe dan mampu melarutkan fosfat. Beberapa
asam organik yang dihasilkan oleh bakteri ini adalah asam glikolat, laktat,
limbah sabut kelapa yang belum termanfaatkan secara optimal serta belum
kakao dari Bengkayang serta variasi dosis kompos sabut kelapa dan bakteri
Pseudomonas fluorescens.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
atau cabang, karena itu tanaman ini digolongkan ke dalam kelompok tanaman
tahun tetapi hal ini tergantung pada faktor-faktor tanah dan jenis tanaman
serta pemupukannya. Pada akar kakao terdapat juga jamur mikoriza yang
tunas yang arah pertumbuhannya ke atas disebut dengan tunas ortotrop atau
tunas air (wiwilan atau chupon), sedangkan tunas yang arah pertumbuhannya
kakao asal biji, setelah mencapai tinggi 0.9 sampai dengan 1.5 meter akan
dari pola percabangan ortotrop ke plagiotrop dan hanya pada tanaman kakao.
berkembang dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang. Tempat tumbuh
bunga tersebut semakin lama semakin membesar dan menebal yang biasa
Artinya, bunga disusun oleh 5 daun kelopak yang yang bebas satu sama lain,
5 daun mahkota, 10 tangkai sari yang tersusun dalam 2 lingkaran dan masing-
masing terdiri dari 5 tangkai sari tetapi hanya satu lingkaran yang fertil dan 5
daun buah yang bersatu (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004).
tetapi pada dasarnya hanya ada dua macam warna. Buah yang ketika muda
berwarna hijau atau hijau agak putih jika sudah masak akan berwarna kuning.
Sementara itu, buah yang ketika muda berwarna merah, setelah masak
berwarna jingga. Kulit buah memiliki 10 alur dalam dan dangkal yang
letaknya berselang-seling. Pada tipe criollo dan trinitario alur kelihatan jelas,
kulit buahnya tebal tetapi lunak dan permukaannya kasar. Sebaliknya, pada
tipe forastero, permukaan kulit halus; tipis, tetapi liat. Buah akan masak
setelah berumur enam bulan. Biji tersusun dalam lima baris mengelilingi
poros buah. Jumlahnya beragam, yaitu 20 sampai dengan 50 butir per buah.
Jika dipotong melintang, tampak bahwa biji disusun oleh dua kotiledon yang
saling melipat dan bagian pangkalnya menempel pada poros lembaga (embryo
axis). Warna kotiledon putih untuk tipe criollo dan ungu untuk tipe forastero.
Biji dibungkus oleh daging buah (pulpa) yang berwarna putih, rasanya asam
1. Curah Hujan
dengan 3 000 mm per tahun. Curah hujan yang melebihi 4 500 mm per tahun
kurang baik karena berkaitan erat dengan serangan penyakit busuk buah.
Daerah yang curah hujannya lebih rendah dari 1 200 mm per tahun masih
dapat ditanami kakao, tetapi dibutuhkan air irigasi. Hal ini disebabkan air
yang hilang karena transpirasi akan lebih besar dari pada air yang diterima
2. Suhu
Menurut hasil penelitian, suhu ideal bagi tanaman kakao adalah 30 ᴼC
Kakao juga dapat tumbuh dengan baik pada suhu minimum 15 ºC per bulan.
Suhu ideal lainnya dengan distribusi tahunan 16.6 ºC masih baik untuk
(Karmawati dkk, 2010). Kakao dapat tumbuh baik pada lahan datar atau
kemiringan tanah < 15%. Suhu udara harian idealnya sekitar 28 ºC, sehingga
3. Sinar Matahari
matahari yang terlalu banyak akan mengakibatkan lilit batang kecil, daun
4. Tanah
berbagai jenis tanah, asal persyaratan fisik dan kimia tanah yang berperan
kadar bahan organik, unsur hara, kapasitas adsorbsi, dan kejenuhan basa
konsistensi tanah. Selain itu kemiringan lahan juga merupakan sifat fisik yang
dengan 6.8 agar dapat tumbuh dengan baik. Sifat ini khusus berlaku untuk
tanah atas (top soil), sedangkan tanah bawah (subsoil) keasaman tanah
sebaiknya netral, agak asam atau agak basa. Tanaman kakao membutuhkan
tanah berkadar bahan organik tinggi, yaitu diatas 3%. Kadar bahan organik
penyerapan (absorpsi) hara, dan daya simpan lengas tanah (Pusat Penelitian
2.3 Kompos
pupuk organik yang memiliki fungsi penting terutama dalam bidang pertanian
antara lain: Pupuk organik mengandung unsur hara makro dan mikro. Pupuk
terhadap air dan zat hara, memperbesar daya ikat tanah berpasir. Memperbaiki
drainase dan tata udara di dalam tanah. Membantu proses pelapukan dalam
2018).
baru tumbuh cepat dan lebat sehingga bibit tidak rentan lagi saat dipindah ke
alam terbuka. Pemakaian kompos sabut kelapa sebagai media tanam pada
bunga lili menghasilkan kualitas bunga yang lebih segar, perakaran yang lebih
organik cair, karena didalam sabut kelapa terdapat unsur hara makro dan
mikro. Kandungan unsur hara yang terdapat dalam sabut kelapa, yaitu: air
53,83%, N 0.28% ppm, P 0.1 ppm, K 6,726 ppm, Ca 140 ppm, dan Mg 170.
dan berinteraksi secara intensif dengan akar tanaman maupun tanah dan dapat
fitoaleksin yang berperan dalam ketahanan tanaman (Soesanto dkk, 2014) dan
berbentuk batang (rods) atau kokus (coccus), aerob obligat, motil mempunyai
flagel polar. Bakteri ini, oksidase positif, katalase positif, nonfermenter dan
banyak ditemukan pada tanah, tanaman dan air (Suyono dan Salahudin,
2011).
BAB III
METODE PENELITIAN
analitik dan oven. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bibit
kakao dari varietas bengkayang, polybag ukuran 15x20 cm, kompos sabut
(RAL) dengan mengikuti metode Andri dkk (2016) dan Musafa dkk (2015)
dengan pemberian kompos 50 gr dan 109 cfu ml-1 bakteri P. fluorescens yang
bakteri P. fluorescens 109 cfu ml-1, BK3 = Kompos sabut 75 gr per polybag +
bakteri P. fluorescens 109 cfu ml-1, BK4 = Kompos sabut 100 gr per polybag
+ bakteri P. fluorescens 109 cfu ml-1. Setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali
dan pada satu ulangan terdiri dari 3 unit tanaman sehingga jumlah tanaman
1. Persiapan naungan
digunakan berupa paranet berwarna hitam 70% dibuat dari rangka kayu bulat
yang sudah disiapkan, setelah itu polybag tersebut disusun sesuai dengan
bagan percobaan
3. Pemilahan Benih
Benih kakao diambil pada bagian tengah dari buah kakao karena biji
dengan pasir gosok kemudian dicuci dengan air bersih dan ditiriskan.
4. Penanaman Benih
benih ditanam dengan posisi tegak dimana sepertiga bagian berada diatas
permukaan media dan penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan
sore. Benih yang telah dipilah atau diseleksi antara biji yang baik dan yang
6. Pemeliharaan
Penyiraman dilakukan setiap hari pada saat pagi dan sore hari, tergantung
sebagai berikut :
selanjutnya.
permukaan tanah.
sempurna.
yang telah diuji Anova berpengaruh nyata kemudian diuji BNJ (α = 5 %).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis ragam dan uji lanjut BNJ bahwa perlakuan kompos sabut kelapa
tinggi tanaman kakao pada minggu ke- 4, sedangkan pada minggu ke- 8 dan minggu
ke- 12 hasilnya berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman (Tabel
1).
menghasilkan bibit tanaman tertinggi dan berbeda dengan perlakuan (BK4). Pada
penyerapan dan penguraian unsur hara yang tersedia pada kompos serta pemberian
ketersediaan hara makro dan mikro. Seperti yang dikemukakan Nainggolan (2011),
pertumbuhan tanaman yang normal diperoleh bila ketersediaan hara yang cukup dan
seimbang. Bakteri P. fluorescens merupakan bakteri gram negatif (-) dan mampu
(Rahni 2012), melarutkan fosfat dan mengikat nitrogen (Sutariati dkk. 2014).
Sedangkan pada minggu ke- 8 dan minggu ke- 12 perlakuan kompos sabut kelapa
terhadap pertumbuhan tinggi tanaman. Hal ini dikarenakan faktor lingkungan yang
mempengaruhi pertumbuhan yaitu suhu lingkungan yang tidak sesuai dengan syarat
sintesis enzim dan kecepatan inaktivasi enzim (Knob dan Carmona, 2008).
Hasil analisis ragam dan uji lanjut BNJ bahwa perlakuan kompos sabut kelapa
diameter batang bibit kakao pada minggu ke- 4, minggu ke- 8 dan minggu ke- 12
(Tabel 2).
minggu ke- 12 pada perlakuan (BK3) menghasilkan diameter batang tertinggi dan
berbeda dengan perlakuan (BK4). Pada minggu ke- 4, minggu ke- 8 dan minggu ke-
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter batang bibit kakao. Hal ini
sehingga unsur hara dari kompos yang diberikan sudah tersedia saat dibutuhkan
tanaman untuk meningkatkan pertumbuhan. Menurut Higa (1996) dalam Amin dkk
mikroorganisme menghasilkan unsur hara organik yang dapat diserap oleh akar
tanaman secara fermentasi dapat berlangsung dalam jangka waktu yang singkat yaitu
4 sampai 5 hari. Pada penelitian ini pemberian pupuk kompos hanya dilakukan sekali
sebelum tanam sehingga ketersediaan unsur hara yang sesuai untuk pertumbuhan
bibit kakao hanya pada awal tanam dan pada minggu selanjutnya ketersediaan unsur
Hasil analisis ragam dan uji lanjut BNJ bahwa perlakuan kompos sabut kelapa
jumlah daun bibit kakao pada minggu ke- 4. Sedangkan pada minggu ke- 8 dan
(BK3) memberikan hasil jumlah daun terbaik dan berbeda dengan (BK0) yang
memiliki jumlah daun sedikit. Pada minggu ke- 4 perlakuan kompos sabut kelapa
jumlah daun. Hal ini disebabkan pupuk belum terurai sehingga unsur hara yang
sangat nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun. Hal ini dikarenakan bakteri P.
fluorescens masih berperan aktif dalam proses mengikat nitrogen bebas diudara
(Sutariati dkk. 2014). Sehingga mampu mencukupi ketersediaan unsur hara bagi
tanaman terutama unsur hara Nitrogen yang berperan dalam pembentukan daun.
Seperti yang dikemukakan Lakitan (1996) dalam Marajahan, dkk (2012) unsur hara
unsur hara Nitrogen. Kandungan Nitrogen yang terdapat dalam tanah akan
dimanfaatkan oleh tanaman kakao dalam pembelahan sel. Pembelahan sel tiga lapis
sel terluar pada permukaan ujung batang. Pembelahan oleh pembesar sel-sel yang
Hasil analisis ragam dan uji lanjut BNJ bahwa perlakuan kompos sabut kelapa
dengan bakteri P. fluorescens berpengaruh terhadap bobot basah tanaman bibit kakao
(Tabel 4).
Tabel 4. Rerata Pengaruh Kompos Sabut Kelapa dengan Bakteri Terhadap
Bobot Basah Tanaman Bibit Kakao.
Perlakuan Rerata
BK0 ( Kontrol ) 3.41 b
BK1 (25 gr + 109 cfu ml-1) 3.74 ab
BK2 (50 gr + 109 cfu ml-1) 3.97 ab
BK3 (75 gr + 109 cfu ml-1) 4.64 a
BK4 (100 gr + 109 cfu ml-1) 4.45 ab
Ket : Angka – angka yang diikuti oleh huruf kecil pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata menurut uji uji BNJ (α = 5%).
Perlakuan menunjukkan bahwa perlakuan BK3 menghasilkan berat basah
tertinggi dengan hasil (4,64 cm) dan berbeda dengan BK0 yang memiliki berat basah
terendah dengan hasil (3,41 cm). Bobot basah tanaman bibit kakao berpengaruh
nyata pada pemberian kompos sabut kelapa dengan bakteri P. fluorescens. Hal ini
diduga karena kebutuhan cahaya matahari dan air tercukupi. Hal ini dikemukakan
Ratnasari, dkk (2015) tanaman yang mengalami kekurangan air umumnya memiliki
berat basah yang kecil akibat respon tanaman dalam mempertahankan air didalam
Hasil analisis ragam dan uji lanjut BNJ bahwa perlakuan kompos sabut kelapa
dengan bakteri P. fluorescens tidak berpengaruh terhadap bobot kering tanaman bibit
Tabel 4.5 Rerata Pengaruh Kompos Sabut Kelapa dengan Bakteri Terhadap
Bobot Kering Tanaman Bibit Kakao.
Perlakuan Rerata
BK0 ( Kontrol) 1.49 a
BK1 (25 gr + 109 cfu ml-1) 1.66 a
9 -1
BK2 (50 gr + 10 cfu ml ) 1.44 a
9 -1
BK3 (75 gr + 10 cfu ml ) 1.59 a
9 -1
BK4 (100 gr + 10 cfu ml ) 1.68 a
Ket : Angka – angka yang diikuti oleh huruf kecil pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata menurut uji uji BNJ (α = 5%).
Perlakuan menunjukkan bahwa perlakuan BK4 menghasilkan berat kering
tertinggi dengan hasil (1, 68 cm) dan berbeda dengan BK2 yang memiliki berat
kering terendah dengan hasil (1, 44 cm). Berat kering tidak berpengaruh nyata pada
setiap perlakuan dikarenakan pada kondisi yang tidak normal seperti kurangnya
cahaya yang diterima oleh tanaman akibat naungan akan menyebabkan laju
fotosintesis yang dihasilkan juga berkurang. Seperti yang dikemukakan Gardner, dkk
(1991) dalam Masluki (2015), laju tumbuh relatif menunjukkan peningkatan berat
kering dalam suatu interval waktu yang berhubungan dengan berat awal. Peningkatan
berat kering sangat dipengaruhi oleh laju fotosintesis, dimana laju fotosintesis dapat
berjalan jika tanaman dapat menerima dan menggunakan cahaya mata (Masluki,
2015).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
hanya berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, dan bobot
basah tanaman yang ditunjukkan oleh perlakuan BK3 (75 gr + 109 cfu ml-1) dan BK4
(100 gr + 109 cfu ml-1) Namun, perlakuan tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap
5.2 Saran
Pengujian lanjutan terkait uji pengulangan waktu pemberian pupuk kompos
DAFTAR PUSTAKA
Andri, S. Nelvia dan Sukemi, IS. 2016. Pemberian Kompos Tkks Dan Cocopeat Pada
Tanah Subsoil Ultisol Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di Pre Nurser. Department of Agrotechnology, Faculty of
Agriculture, University of Riau. Jurnal Agroteknologi, Vol. 7 No. 1, 1-6.
Bharathy (2001). Efek Media Tanam Yang Berbeda Pada Rooting Stek Di Anyelir
(Dianthus caryophyllus L.). Journal of Maharashtra Pertanian Universitas,
Perguruan Tinggi Pertanian, India.
Hati, S. 2018. Pembuatan Pupuk Kompos Cair dari Limbah Rumah Tangga Sebagai
Penunjang Mata Kuliah Ekologi dan Masalah Lingkungan. Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh.
Listiyanto. 2010. Budidaya tanaman kakao (Theobroma cacao L.). Seri Perkebunan.
13 hal.
Khaeruni, A. Asniah. Taufik, M. Sutariati, GAK. 2014. Aplikasi formula campuran
rizobakteri untuk pengendalian penyakit busuk akar Rhzoctonia dan
peningkatan hasil kedelai di tanah ultisol. J Fitopatol Indones. 10(2):37–44.
DOI: http://dx.doi. org/10.14692/jfi.10.2.37.
Masluki. 2015. Respon Berbagai Dosis Pupuk Nitrogen Terhadap Pertumbuhan Bibit
Tanaman Kakao. Universitas Cokroaminoto Palopo.
Musafa, MK. Aini, LQ Dan Prasetya. 2015. Peran Mikoriza Arbuskula dan Bakteri
Pseudomonas fluorescens dalam Meningkatkan Serapan P dan Pertumbuhan
Tanaman Jagung pada Andisol. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Brawijaya. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 2 No 2 :
191-197.
Nainggolan, D. 2011. Pengaruh penyemprotan Zn, Fe, dan B pada daun tanaman
jagung (Zea mays L) yang ditanam diareal pengendapan tailing. Skripsi
sarjana pertanian fapertek unipa (tidak dipublikasikan).
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004. Panduan Lengkap Budidaya
Kakao. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Rahni, NM. 2012. Efek Fitohormon PGPR terhadap pertumbuhan tanaman jagung
(Zea mays). J Agribisnis Pengembangan Wilayah. 3 (2):27-35.
Sutariati, GAK. Rahian, TC. Sopacua, AN. Hag, LM. 2014. Kajian potensi
rhizobakteri pemacu pertumbuhan tanaman yang diisolasi dari rhizosfer padi
sehat. J Agroteknos. 2:71–77.
Suyono, Y dan Salahudin F. 2011. Identifikasi Dan Karakterisasi Bakteri
Pseudomonas Pada Tanah Yang Terindikasi Terkontaminasi Logam. Jurnal
Biopropal Industri. Vol : 02, No. 01, Juni 2018.
Triwanto, J. 2000. Pengaruh Konsentrasi Larutan Zat Pengatur Tumbuh Plant
Stimuland Dan Interval Pemberian Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao
(Theobrema cacao L.). http://diglib.sith.itb.ac.id/go.php?id=ji ptumm-gdl-res-
2017-joko-forestry.
Treder, J. (2008). Efek Kompos Sabut Kelapa Dan Pemupukan Pada Pertumbuhan
Bunga Oriental Lily 'Bintang Gezer', jurnal buah dan penelitian tanaman hias,
16, 361-370.
Widya, Y. 2008. Budidaya bertanam Cokelat, Tim Bina karya Tani, Bandung.
Yanqoritha, N. 2013. Optimasi Aktivator Dalam Pembuatan Kompos Organik Dari
Limbah Kakao. Fakultas Teknik Industri Institut Teknologi Medan, Sumatera
Utara.
Yuliarti, N. dan Redaksi Agromedia. 2007. Media Tanam dan Pupuk untuk
Athurium Daun. Agromedia Pustaka. Jakarta.
5 Perlakuan dengan diulang sebanyak 5 kali dan pada satu ulangan terdiri dari 3 unit tanaman.
tujuan yang ingin dicapai dalam proses penelitian. Langkah - langkah penelitian
Persiapan
Penyemaian benih
Media tanam
Pemeliharaan
Parameter tanaman
Analisis data
BULAN
5. Pemeliharaan Bibit
6. Pengamatan
7. Pengolahan Data
8. Penulisan TA
9. Seminar Hasil
Revisi dan Pengumpulan
10. TA