Anda di halaman 1dari 51

UJI KOMPOS SABUT KELAPA DENGAN PENAMBAHAN BAKTERI

Pseudomonas fluorescens TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT


KAKAO (Theobroma cacao L.)

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program


Diploma IV pada Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Pontianak

Oleh :

AGUSTINA
4201423027

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
2018
UJI KOMPOS SABUT KELAPA DENGAN PENAMBAHAN BAKTERI
Pseudomonas fluorescens TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT
KAKAO (Theobroma cacao L.)

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program


Diploma IV pada Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Pontianak

Oleh :

AGUSTINA
4201423027

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
2018
LEMBAR PENGESAHAN

UJI KOMPOS SABUT KELAPA DENGAN PENAMBAHAN BAKTERI


Pseudomonas fluorescens TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT
KAKAO (Theobroma cacao L.)

TUGAS AKHIR

Disusun oleh :

AGUSTINA
4201423027

Laporan Tugas Akhir ini telah diuji dan disahkan sebagai satu syarat untuk
menyelesaikan Program Diploma IV pada Program Studi Budidaya Tanaman
Perkebunan Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Pontianak
pada Tanggal 20 Agustus 2018

1. Pembimbing I : Muhammad Ali, S.Pd., M.EIL.


NIP. 197609032005011001 ........................
.
2. Pembimbing II : Muliani, S.P., M.Si.
........................

Ketua Jurusan Teknologi Pertanian

Menge
tahui D.U.M. Susilo, S.TP., M.P.
Direktur NIP. 197509202000121001
Politeknik
Negeri Pontianak

Ir. H. M. Toasin Asha, M.Si.


NIP. 196112251990111001
LEMBAR PERNYATAAN
SEMINAR TUGAS AKHIR

Tim Penguji Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknologi Pertanian Program Budidaya
Tanaman Perkebunan, menyatakan bahwa:

Nama : AGUSTINA
Nim : 4201423027
Judul : Uji Kompos Sabut Kelapa Dengan Penambahan Bakteri
…Pseudomonas Fluorescens Terhadap Pertumbuhan Tanaman
…Kakao (Theobroma cacao L.)

Telah diseminarkan dan telah dinyatakan (lulus) dalam Seminar Tugas Akhir pada
Tanggal 20 Agustus 2018.

Tim penguji Dosen Penguji Tugas Akhir Tanda tangan

Penguji I : Abdi Redha, S.P., M.P.


NIP. 197008192000121001 ...........................

Penguji II : Rita Kurnia Apindati, S.P., M.Si.


...........................

Penguji III : Muhammad Ali, S.Pd., M.EIL.


NIP. 197609032005011001 ...........................

Penguji IV : Muliani, S.P., M.Si.


...........................

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS TUGAS AKHIR


Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : AGUSTINA

Nim : 4201423027

Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan

Jurusan : Teknologi Pertanian

Judul Tugas Akhir : Uji Kompos Sabut Kelapa Dengan Penambahan Bakteri
..Pseudomonas Fluorescens Terhadap Pertumbuhan
..Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.)

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini


tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang yang saya ambil dengan cara
menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kaliamat atau simbol yang
menunjukan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya akui
seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan tidak terdapat bagian atau keseluruhan
tulisan yang lain, tiru atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan
pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila saya melakuakan hal tersebut diatas, baik sengaja atau pun tidak,
dengan ini saya menyatakan menarik Tugas Akhir yang saya ajukan sebagai hasil
tulisan saya sendiri. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan
menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri,
berarti gelar ijasah yang telah diberikan oleh Politeknik Negeri Pontianak batal saya
terima.

Pontianak, 20 Agustus 2018

Agustina
4201243027
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkat
dan rahmat-Nya dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Uji Kompos
Sabut Kelapa Dengan Penambahan Bakteri Pseudomonas Fluorescens Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.)”.

Penulis banyak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril
maupun materil dalam penulisan Tugas Akhir, untuk itu penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada :
1. Kedua orangtua Bapak Anjek dan Ibu Herkulana, serta adik saya Darma
Saputra dan Natalia Mila, teman - teman BTP dan orang-orang tercinta yang
selalu memberi doa dan dukungan.
2. Ir. H. M. Toasin Asha, M.Si. selaku Direktur Politeknik Negeri Pontianak.
3. D.U.M. Susilo, S.TP., M.P. selaku ketua Jurusan Teknologi Pertanian
Politeknik Negeri Pontianak.
4. Jaini Fakhrudin, S.P., M.Si. selaku ketua Prodi Budidaya Tanaman
Perkebunan Politeknik Negeri Pontianak.
5. Kuswartini, S.TP., M.Sc, selaku koordiantor Tugas Akhir.
6. Lamria Mangunsong S.TP., M.Sc. selaku Ketua Panitia Seminar TA.
7. Muhammad Ali S.Pd., M.EIL. dan Muliani, S.P., M,Si. selaku dosen
pembimbing.
8. Abdi Redha, S.P., M.P. selaku dosen penguji 1 (satu) dan Rita Kurnia
Apindati, S.P., M.Si. selaku dosen penguji 2 (dua).

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dalam rangka perbaikan sehingga diharapkan dalam penulisan-penulisan selanjutnya
dapat di peroleh hasil yang lebih baik. Akhir kata, semoga amal baik yang telah
diberikan mendapat balasan dari Tuhan yang Maha Esa. Penulis berharap semoga
penulisan ini dapat bermanfaat dan berguna sebagaimana mestinya.

Pontianak, 20 Agustus 2018

Agustina
LEMBAR PERSEMBAHAN

Segala perkara dapat kutanggung didalam dia yang memberi kekuatan


kepadaku. (Filipi 4:13) Terimakasih Tuhan Yesus Kristus atas berkat
dan rahmatnya sehingga segala tantangan, pergumulan, rasa
kecewa, putus asa, sedih. Tuhan ubah menjadi sukacita
sekarang ini. Tugas Akhir ini saya persembahkan
untuk kedua orang tua saya, adik adik saya,
sahabat dan teman seperjuangan yang
selalu memberikan dukungan, Karena
saya tau Tuhan takkan membiarkan
kita dicobai melebihi apa yang
dapat kita tanggung
(1 Korintus 10:13)
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN SEMINAR ........................................................... i


HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN SEMINAR .......................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................ v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
LEMBAR PERSEMBAHAN ............................................................................ vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x
ABSTRAK ......................................................................................................... xi
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2. Perumusan (Pernyataan Masalah dan Batasan Masalah) .......... 4
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4
1.2. Manfaat Penelitian ................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 5
2.1. Botani Tanaman Kakao .............................................................. 5
2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Kakao................................................. 7
2.3. Kompos ...................................................................................... 9
2.3. Kompos Sabut Kelapa ............................................................... 10
2.5. Bakteri Pseudomonas fluorescens ............................................. 11
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 13
3.1. Tempat Waktu Penelitian .......................................................... 13
3.2. Bahan dan Alat Penelitian ........................................................ 13
3.3. Rancangan Penelitian dan Pelaksanaan Penelitian .................... 13
3.4. Parameter Pengamatan .............................................................. 15
3.5. Analisis Data .............................................................................. 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 17
4.1 Hasil dan Pembahasan ............................................................... 17
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 25
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rerata Pengaruh Kompos Sabut Kelapa dengan Bakteri Terhadap


Pertumbuhan Tinggi Tanaman Bibit Kakao………………….. 17
Tabel 2. Rerata Pengaruh Kompos Sabut Kelapa dengan Bakteri Terhadap
Pertumbuhan Diameter Batang Bibit Kakao…………………. 19
Tabel 3. Rerata Pengaruh Kompos Sabut Kelapa dengan Bakteri Terhadap
Pertumbuhan Jumlah Daun Bibit Kakao………………………. 20
Tabel 4. Rerata Pengaruh Kompos Sabut Kelapa dengan Bakteri Terhadap
Pertumbuhan Bobot Basah Bibit Kakao………………………. 21
Tabel 5. Rerata Pengaruh Kompos Sabut Kelapa dengan Bakteri Terhadap
Pertumbuhan Bobot Kering Bibit Kakao………………………. 22
Tabel 6. Analisis Sidik Ragam (Anova) Tinggi Tanaman (cm)……………. 32
Tabel 7. Analisis Sidik Ragam (Anova) Diameter Batang (cm)……………. 32
Tabel 8. Analisis Sidik Ragam (Anova) Jumlah Daun (Helai)……………... 33
Tabel 9. Analisis Sidik Ragam (Anova) Bobot Basah (gram)……………… 33
Tabel 10. Analisis Sidik Ragam (Anova) Bobot Kering (gram)……………. 33
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Layout Penelitian………………………………………………. 28


Lampiran 2. Diagram Alir…………………………………………………..... 29
Lampiran 3. Jadwal Penelitian Tugas Akhir………………………………..... 30
Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian …..………………………………......... 31

Lampiran 5. Analisis Data ………………………………............................... 32

Lampiran 6. Data Suhu dan Kelembaban ………………………………........ 34

Lampiran 7. Data Curah Hujan ………………………………....................... 36

Lampiran 8. Analisis Kompos……… ………………………………............. 37


UJI KOMPOS SABUT KELAPA DENGAN PENAMBAHAN BAKTERI
Pseudomonas fluorescens TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT
KAKAO (Theobroma cacao L.)

Disusun oleh :

AGUSTINA
4201423027

ABSTRAK

Penelitian kompos sabut kelapa dengan penambahan bakteri Pseudomonas

fluorescens terhadap pertumbuhan bibit kakao bertujuan untuk melihat pengaruh

kompos sabut kelapa dengan penambahan bakteri Pseudomonas fluorescens terhadap

pertumbuhan bibit kakao. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan maret sampai juni

2018. Metode yang digunakan berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan

pemberian kompos dan bakteri dengan taraf perlakuan BK0 = Tanpa kompos

(kontrol), BK1 = Kompos 25 gr per polybag + bakteri P. fluorescens 109 cfu ml-1,

BK2 = Kompos 50 gr per polybag + bakteri P. fluorescens 109 cfu ml-1, BK3 =

Kompos sabut 75 gr per polybag + bakteri P. fluorescens 109 cfu ml-1, BK4 =

Kompos sabut 100 gr per polybag + bakteri P. fluorescens 109 cfu ml-1, sebanyak 5

ulangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian kompos sabut kelapa

dengan penambahan bakteri P. fluorescens berpengaruh nyata terhadap tinggi


tanaman, jumlah daun, dan bobot basah tetapi tidak berpengaruh nyata pada diameter

batang dan bobot kering.

Kata Kunci : Kompos sabut kelapa, Bakteri Pseudomonas fluorescens, kakao.

COCONUT SHELL COMPOST TEST WITH ADDITION OF


Pseudomonas fluorescens BACTERIA TO COCOA
(Theobroma cacao L.) SEED GROWTH

Disusun oleh :

AGUSTINA
4201423027

ABSTRACT

The research coconut shell compost test with addition of Pseudomonas


fluorescens bacteria to cocoa aims to knows the effect of coconut shell compost with
addition of P. fluorescens bacteria against the growth of cocoa seeds. This research is
held from March to June 2018. The method used is based on a Completely
Randomized Design (RAL). The treatment of this research consist of coconut shell
compost and bacteria Pseudomonas fluorescens is BK0 = Without coconut shell
compost (control), BK1 = Coconut shell compost 25 gr per polybag + bacteria P.
fluorescens 109 cfu ml -1, BK2 = Coconut shell compost 50 gr per polybag + bacteria
P. fluorescens 109 cfu ml -1, BK3 = Coconut shell compost 75 gr per polybag +
bacteria P. fluorescens 109 cfu ml -1, BK4 = Coconut shell compost 100 gr per
polybag + bacteria P. fluorescens 109 cfu ml -1, 5 replication. The result of this
research indicated that the addition of Pseudomonas fluorescens on coconut shell
compost has a real impacted to the plants height, number of leaves and wet weights
but not impacted to the diameter of the stem and the dry weight.
Keywords: Coconut Shell Compost, the bacteria Pseudomonas fluorescens, cocoa.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas

perkebunan yang sesuai untuk perkebunan rakyat, karena tanaman ini dapat

berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber

pendapatan harian atau mingguan bagi pekebun. Tanaman kakao berasal dari

daerah hutan hujan tropis di Amerika Selatan. Di daerah asalnya, kakao

merupakan tanaman kecil di bagian bawah hutan hujan tropis dan tumbuh

terlindung pohon-pohon yang besar (Widya, 2008).

Produksi dan produktivitas tanaman kakao di Indonesia beberapa

tahun terakhir mengalami penurunan secara signifikan, hal ini dapat dilihat

dari data pada tahun 2016 produksi kakao hanya mencapai 18 765 ton dengan

tingkat produktivitas baru mencapai 829 kg/ha (Statistik Perkebunan

Indonesia, 2016). Sedangkan potensi hasil kakao klon unggul yang

sebenarnya dapat mencapai 4.0 ton/ha/tahun. Penurunan produktivitas ini

diduga disebabkan berbagai macam kendala yang dihadapi saat ini, antara
lain, yaitu terjadi alih fungsi lahan pertanian produktif dan degradasi lahan

(memburuknya sifat fisik, kimia dan biologi tanah) akibat pencemaran dari

bahan kimia, tingginya tingkat serangan hama penyakit serta penggunaan

pupuk dan pestisida sintetik yang berlebihan sehingga berdampak terhadap

penurunan dan atau pelandaian produktivitas lahan (Rahmi, 2014).

Salah satu usaha yang dapat dikelola untuk meningkatkan kualitas

maupun kuantitas produksi kakao adalah memperhatikan aspek dari budidaya

tanaman kakao itu sendiri. Pengelolaan tanah, pemupukan, pemangkasan,

pengendalian hama dan penyakit, serta pemberian zat pengatur tumbuh. Hal

yang juga tidak kalah pentingnya dalam budidaya tanaman kakao adalah

penyediaan bahan tanam dalam pembibitan, karena dari pembibitan inilah

akan didapatkan bahan tanam yang layak untuk ditanam di lapangan yang

nantinya akan menghasilkan bibit tanaman kakao yang mampu berproduksi

secara maksimal (Triwanto, 2000).

Kekurangan air merupakan masalah yang sering dihadapi, tanaman

akan mempunyai respon kekurangan air yang lebih besar dibanding tanaman

yang ditanam langsung di lapangan. Kakao merupakan tanaman yang rentan

terhadap kekurangan air, tanaman yang kekurangan air merupakan masalah

yang paling utama pada tanaman yang masih muda karena lebih peka

dibanding tanaman tua. Kekurangan air akan segera mengurangi kegiatan

fotosintesis sehingga mengganggu produksi karbohidrat. Bila keadaan ini

terus berlanjut akan menyebabkan tanaman mati (Mildaerizanti dan Meilin,

2006).
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi keterbatasan pupuk dan

kerusakan lingkungan adalah pemanfaatan bioteknologi tanah (jasa mikroba

tanah dan teknologi pupuk alam), salah satu alternatif media tanam yang

digunakan untuk meminimalkan penggunaan tanah adalah kompos sabut

kelapa. Kompos sabut kelapa merupakan media tanam yang bersifat organik

dan melimpah bagi negara kepulauan termasuk Indonesia. Kompos sabut

kelapa memiliki karakter fisik dan kimia yang sangat potensial untuk media

tanam. Kompos sabut kelapa merupakan natural soil conditioner, memiliki

kadar pH antara 5 sampai dengan 8 dan mudah dalam pertukaran ion (Awang,

2009). Menurut Agustin dkk, (2010) melaporkan bahwa kandungan unsur

hara yang terdapat dalam kompos sabut kelapa, yaitu: C 45.09% ppm, N

0.42% ppm, P 0.08% ppm, K 2.91% ppm, Na 0.01% ppm. Unsur-unsur hara

tersebut sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan

perkembangannya.

Bakteri Pseudomonas fluorescens yang mampu menghasilkan asam

organik yang dapat menjerap Al, Fe dan mampu melarutkan fosfat. Beberapa

asam organik yang dihasilkan oleh bakteri ini adalah asam glikolat, laktat,

sitrat, dan asam lainya (Musafa dkk, 2015). Pseudomonas fluorescens

merupakan salah satu mikroorganisme antagonis untuk pengendalian hayati

(Nasrun dkk, 2005) dan penginduksi ketahanan tanaman. P. fluorescens selain

sebagai bakteri antagonis, penginduksi ketahanan tanaman, dan meningkatkan

pertumbuhan tanaman. Hal ini dikarenakan P. fluorescens sebagai plant

growth promoting rhizobacteria (PGPR) dapat menghasilkan hormon


pertumbuhan tanaman, diantaranya indole acetic acid (IAA) (Rahni, 2012),

melarutkan fosfat dan mengikat nitrogen (Sutariati dkk, 2014).

1.2 Rumusan dan Batasan masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah masih banyaknya

limbah sabut kelapa yang belum termanfaatkan secara optimal serta belum

dilakukan penelitian tentang kompos sabut kelapa dengan penambahan bakteri

Pseudomonas fluorescens. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian kompos

sabut kelapa dengan bakteri terhadap pertumbuhan bibit kakao.

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah menggunakan varietas

kakao dari Bengkayang serta variasi dosis kompos sabut kelapa dan bakteri

Pseudomonas fluorescens.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk melihat pengaruh kompos sabut

kelapa dengan penambahan bakteri Pseudomonas fluorescens terhadap

pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L.).

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan informasi baru kepada masyarakat petani tentang

pemanfaatan kompos sabut kelapa.


2. Mengurangi biaya pupuk kimia yang mahal.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Tanaman Kakao

Menurut Listiyanto (2010), Kakao atau yang lebih dikenal dengan

sebutan cokelat merupakan tanaman yang menumbuhkan bunga dari batang

atau cabang, karena itu tanaman ini digolongkan ke dalam kelompok tanaman

caulifloris. Adapun sistematikanya menurut klasifikasi botanis sebagai berikut

: Kingdom: Plantae (Tumbuh-tumbuhan) Divisio: spermatophyta, Kelas:

Dicotyledonae, Ordo: Malvales, Famili: Sterculiceae, Genus: Theobroma,

Spesies: Theobroma cacao L.

Kakao mempunyai perakaran lengkap setelah tanaman berumur tiga

tahun tetapi hal ini tergantung pada faktor-faktor tanah dan jenis tanaman

serta pemupukannya. Pada akar kakao terdapat juga jamur mikoriza yang

berperan dalam penyerapan hara tertentu, terutama fosfor (Siregar et al.

2005). Menurut Susanto (2005), Tanaman kakao mempunyai akar tunggang,

pada tanaman dewasa dijumpai akar sekunder menyebar sekitar 15 sampai


dengan 20 cm dibawah permukaan tanah. Kakao yang diperbanyak secara

vegetatif pada awal pertumbuhan tidak menumbuhkan akar tunggang

melainkan akar-akar serabut yang banyak jumlahnya. Setelah dewasa tanaman

tersebut menumbuh dua akar yang mempunyai akar tunggang.

Menurut Pusat Penelitian Kopi Dan Kakao Indonesia (2004) Tanaman

kakao bersifat dimorfisme, artinya mempunyai dua bentuk tunas vegetatif,

tunas yang arah pertumbuhannya ke atas disebut dengan tunas ortotrop atau

tunas air (wiwilan atau chupon), sedangkan tunas yang arah pertumbuhannya

kesamping disebut cdengan plagiotrop (cabang kipas atau fan). Tanaman

kakao asal biji, setelah mencapai tinggi 0.9 sampai dengan 1.5 meter akan

berhenti tumbuh dan membentuk jorket. Jorket adalah tempat percabangan

dari pola percabangan ortotrop ke plagiotrop dan hanya pada tanaman kakao.

Tanaman kakao bersifat kauliflori artinya bunga tumbuh dan

berkembang dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang. Tempat tumbuh

bunga tersebut semakin lama semakin membesar dan menebal yang biasa

disebut bantalan bunga. Bunga kakao mempunyai rumus K5C5A5+5G(5).

Artinya, bunga disusun oleh 5 daun kelopak yang yang bebas satu sama lain,

5 daun mahkota, 10 tangkai sari yang tersusun dalam 2 lingkaran dan masing-

masing terdiri dari 5 tangkai sari tetapi hanya satu lingkaran yang fertil dan 5

daun buah yang bersatu (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004).

Menurut Karmawati dkk (2010) Warna buah kakao sangat beragam,

tetapi pada dasarnya hanya ada dua macam warna. Buah yang ketika muda

berwarna hijau atau hijau agak putih jika sudah masak akan berwarna kuning.
Sementara itu, buah yang ketika muda berwarna merah, setelah masak

berwarna jingga. Kulit buah memiliki 10 alur dalam dan dangkal yang

letaknya berselang-seling. Pada tipe criollo dan trinitario alur kelihatan jelas,

kulit buahnya tebal tetapi lunak dan permukaannya kasar. Sebaliknya, pada

tipe forastero, permukaan kulit halus; tipis, tetapi liat. Buah akan masak

setelah berumur enam bulan. Biji tersusun dalam lima baris mengelilingi

poros buah. Jumlahnya beragam, yaitu 20 sampai dengan 50 butir per buah.

Jika dipotong melintang, tampak bahwa biji disusun oleh dua kotiledon yang

saling melipat dan bagian pangkalnya menempel pada poros lembaga (embryo

axis). Warna kotiledon putih untuk tipe criollo dan ungu untuk tipe forastero.

Biji dibungkus oleh daging buah (pulpa) yang berwarna putih, rasanya asam

manis dan diduga mengandung zat penghambat perkecambahan.

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kakao

1. Curah Hujan

Distribusi curah hujan sepanjang tahun curah hujan 1 100 sampai

dengan 3 000 mm per tahun. Curah hujan yang melebihi 4 500 mm per tahun

kurang baik karena berkaitan erat dengan serangan penyakit busuk buah.

Daerah yang curah hujannya lebih rendah dari 1 200 mm per tahun masih

dapat ditanami kakao, tetapi dibutuhkan air irigasi. Hal ini disebabkan air

yang hilang karena transpirasi akan lebih besar dari pada air yang diterima

tanaman dari curah hujan (Karmawati dkk, 2010).

2. Suhu
Menurut hasil penelitian, suhu ideal bagi tanaman kakao adalah 30 ᴼC

sampai dengan 32 ᴼC (maksimum) dan 18 ºC sampai dengan 21 ºC (minimum).

Kakao juga dapat tumbuh dengan baik pada suhu minimum 15 ºC per bulan.

Suhu ideal lainnya dengan distribusi tahunan 16.6 ºC masih baik untuk

pertumbuhan kakao asalkan tidak didapati musim hujan yang panjang

(Karmawati dkk, 2010). Kakao dapat tumbuh baik pada lahan datar atau

kemiringan tanah < 15%. Suhu udara harian idealnya sekitar 28 ºC, sehingga

semakin tinggi tempat semakin rendah tingkat kesesuaiannya (Soetanto, 2001

dalam Agussimar teuku, 2016).

3. Sinar Matahari

Karmawati dkk (2010), melaporkan bahwa lingkungan hidup alami

tanaman kakao ialah hutan hujan tropis yang di dalam pertumbuhannya

membutuhkan naungan untuk mengurangi pencahayaan penuh. Cahaya

matahari yang terlalu banyak akan mengakibatkan lilit batang kecil, daun

sempit, dan batang relatif pendek. Pemanfaatan cahaya matahari semaksimal

mungkin dimaksudkan untuk mendapatkan intersepsi cahaya dan pencapaian

indeks luas daun optimum.

4. Tanah

Menurut Karmawati dkk (2010), Tanaman kakao dapat tumbuh pada

berbagai jenis tanah, asal persyaratan fisik dan kimia tanah yang berperan

terhadap pertumbuhan dan produksi kakao terpenuhi. Kemasaman tanah (pH),

kadar bahan organik, unsur hara, kapasitas adsorbsi, dan kejenuhan basa

merupakan sifat kimia yang perlu diperhatikan, sedangkan faktor fisiknya


adalah kedalaman efektif, tinggi permukaan air tanah, drainase, struktur, dan

konsistensi tanah. Selain itu kemiringan lahan juga merupakan sifat fisik yang

mempengaruhi pertumbuhan dan pertumbuhan kakao.

Kakao memerlukan pH tanah yang netral atau berkisar 5.6 sampai

dengan 6.8 agar dapat tumbuh dengan baik. Sifat ini khusus berlaku untuk

tanah atas (top soil), sedangkan tanah bawah (subsoil) keasaman tanah

sebaiknya netral, agak asam atau agak basa. Tanaman kakao membutuhkan

tanah berkadar bahan organik tinggi, yaitu diatas 3%. Kadar bahan organik

yang tinggi akan memperbaiki struktur tanah, biologi tanah, kemampuan

penyerapan (absorpsi) hara, dan daya simpan lengas tanah (Pusat Penelitian

Kopi dan Kakao Indonesia, 2004).

2.3 Kompos

Proses pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami

penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang

memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Faktor-faktor yang

mempengaruhi proses pengomposan antara lain: ukuran bahan, ratio Karbon -

Nitrogen (C/N), kelembaban dan aerasi, temperatur pengomposan, derajat

keasaman, mikroorganisme yang telibat. Aktivator/mikroorganisme

mempengaruhi proses pengomposan melalui dua cara, cara pertama yaitu

dengan menginokulasi strain mikroorganisme yang efektif dalam

menghancurkan bahan organik (pada aktivator organik), kedua yaitu

meningkatkan kadar N yang merupakan makanan tambahan bagi

mikroorganisme tersebut (Yanqoritha, 2013).


Kompos sebagai hasil dari pengomposan dan merupakan salah satu

pupuk organik yang memiliki fungsi penting terutama dalam bidang pertanian

antara lain: Pupuk organik mengandung unsur hara makro dan mikro. Pupuk

organik dapat memperbaiki struktur tanah. Meningkatkan daya serap tanah

terhadap air dan zat hara, memperbesar daya ikat tanah berpasir. Memperbaiki

drainase dan tata udara di dalam tanah. Membantu proses pelapukan dalam

tanah. Tanaman yang menggunakan pupuk organik lebih tahan terhadap

penyakit (Cahaya, 2008). Peranan kompos bagi tanaman menyediakan

hormon dan vitamin bagi tanaman, menekan pertumbuhan/serangan penyakit

tanaman, meningkatkan kesuburan tanah, meningkatkan retensi/ketersediaan

hara di dalam tanah, memperbaiki struktur dan karakteristik tanah (Hati,

2018).

2.4 Kompos Sabut Kelapa

Menurut Jafferjee, (2003) dalam Agustin dkk, (2010) kompos sabut

kelapa bersifat gembur sehingga oksigen dan sinar matahari dengan

mudahnya menjangkau sampai kedalaman. Media yang gembur membuat akar

baru tumbuh cepat dan lebat sehingga bibit tidak rentan lagi saat dipindah ke

alam terbuka. Pemakaian kompos sabut kelapa sebagai media tanam pada

bunga lili menghasilkan kualitas bunga yang lebih segar, perakaran yang lebih

kuat (Treder, 2008). Kompos sabut kelapa menghasilkan jumlah tunas

tertinggi pada guntingan pengakaran anyelir (Barathy, 2001). Sabut kompos

kelapa direkomendasikan sebagai alternatif media yang cocok untuk budidaya

krisan. Bahkan kompos sabut kelapa sedang dipertimbangkan sebagai media


hortikultura substrat untuk mengurangi pasokan gambut terbarukan (Albaho,

2009 dalam Agustin dkk, 2010).

Sabut kelapa bisa digunakan sebagai bahan untuk pembuatan pupuk

organik cair, karena didalam sabut kelapa terdapat unsur hara makro dan

mikro. Kandungan unsur hara yang terdapat dalam sabut kelapa, yaitu: air

53,83%, N 0.28% ppm, P 0.1 ppm, K 6,726 ppm, Ca 140 ppm, dan Mg 170.

Unsur-unsur hara tersebut sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk

pertumbuhan dan perkembangannya (Jamilah dkk, 2013).

2.5 Bakteri Pseudomonas fluorescens

P. fluorescens merupakan bakteri antagonis, penginduksi ketahanan

tanaman, dan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Hal ini dikarenakan

P. fluorescens sebagai plant growth promoting (PGP) dapat menghasilkan

hormon pertumbuhan tanaman, diantaranya indole acetic acid (IAA) (Rahni

2012), melarutkan fosfat dan mengikat nitrogen (Sutariati dkk. 2014).

Berbagai penelitian membuktikan bahwa P. fluorescens yang diisolasi dari

rizosfer dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman padi (Anhar dkk. 2011),

jagung (Rahni 2012.

P. fluorescens merupakan rizobakteri yang hidup di rizosfer tanaman

dan berinteraksi secara intensif dengan akar tanaman maupun tanah dan dapat

mengendalikan penyakit serta meningkatkan pertumbuhan tanaman nilam

(Khaeruni dkk, 2014). P. fluorescens yang telah berdaptasi mampu

mengolonisasi akar tanaman sehingga menginduksi tanaman untuk


meningkatkan produksi senyawa metabolit sekunder asam salisilat dan

fitoaleksin yang berperan dalam ketahanan tanaman (Soesanto dkk, 2014) dan

menghasilkan zat pengatur tumbuh, di antaranya auksin, giberelin, sitokinin,

dan IAA di dalam tanaman.

Bakteri P. fluorescens memiliki karakteristik seperti, gram negatif,

berbentuk batang (rods) atau kokus (coccus), aerob obligat, motil mempunyai

flagel polar. Bakteri ini, oksidase positif, katalase positif, nonfermenter dan

tumbuh dengan baik pada suhu 40 ºC atau dibawah 43 ºC. Pseudomonas

banyak ditemukan pada tanah, tanaman dan air (Suyono dan Salahudin,

2011).
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan kebun percobaan Politeknik Negeri

Pontianak, dimulai dari bulan Maret sampai Juni 2018.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Alat yang digunakan adalah jangka sorong, thermometer, timbangan

analitik dan oven. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bibit

kakao dari varietas bengkayang, polybag ukuran 15x20 cm, kompos sabut

kelapa didapat dari Universitas Tanjungpura Fakultas Pertanian, isolat bakteri

P. fluorescens dan tanah Podzolik Merah Kuning (PMK).

3.3 Rancangan Penelitian dan Pelaksanaan Penelitian

3.3.1 Rancangan Penelitian


Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap

(RAL) dengan mengikuti metode Andri dkk (2016) dan Musafa dkk (2015)

dengan pemberian kompos 50 gr dan 109 cfu ml-1 bakteri P. fluorescens yang

telah dimodifikasi dengan taraf perlakuan BK0 = Tanpa kompos + bakteri P.

fluorescens 109 cfu ml-1 (kontrol) , BK1 = Kompos 25 gr per polybag +

bakteri P. fluorescens 109 cfu ml-1, BK2 = Kompos 50 gr per polybag +

bakteri P. fluorescens 109 cfu ml-1, BK3 = Kompos sabut 75 gr per polybag +

bakteri P. fluorescens 109 cfu ml-1, BK4 = Kompos sabut 100 gr per polybag

+ bakteri P. fluorescens 109 cfu ml-1. Setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali

dan pada satu ulangan terdiri dari 3 unit tanaman sehingga jumlah tanaman

yang dipakai sebanyak 75 tanaman.

3.3.2 Pelaksanaan Kegiatan

1. Persiapan naungan

Naungan dipasang membentang ke arah Barat - Timur, naungan yang

digunakan berupa paranet berwarna hitam 70% dibuat dari rangka kayu bulat

dengan panjang 13 m, lebar 3 m dan tinggi 1.5 m.

2. Persiapan media tanam

Persiapan media tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah

tanah PMK, pupuk kompos sabut kelapa dan bakteri P. fluorescens

dicampurkan sesuai dengan perlakuan, kemudian dimasukkan dalam polybag

yang sudah disiapkan, setelah itu polybag tersebut disusun sesuai dengan

bagan percobaan

3. Pemilahan Benih
Benih kakao diambil pada bagian tengah dari buah kakao karena biji

yang terdapat dibagian tersebut seragam. Benih tersebut dibersihkan pulpnya

dengan pasir gosok kemudian dicuci dengan air bersih dan ditiriskan.

4. Penanaman Benih

Penanaman benih dilakukan didalam bak yang berisi pasir kemudian

benih ditanam dengan posisi tegak dimana sepertiga bagian berada diatas

permukaan media dan penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan

sore. Benih yang telah dipilah atau diseleksi antara biji yang baik dan yang

tidak baik untuk digunakan sebagai benih.

5. Pemindahan kecambah ke polybag

Pemindahan kecambah dalam polybag dilakukan setelah kecambah

berumur sampai dengan 1 bulan di persemaian atau yang telah memiliki

radikula. Sebelum dipindahkan kecambah diseleksi terlebih dahulu dan

kecambah yang digunakan adalah kecambah yang pertumbuhannya normal.

6. Pemeliharaan

Pemeliharaan terdiri dari beberapa tahap antara lain sebagai berikut:

Penyiraman dilakukan setiap hari pada saat pagi dan sore hari, tergantung

juga pada kondisi lingkungan setempat, pengendalian gulma dan

pengendalian hama dan penyakit.

3.4 Parameter Pengamatan

Adapun pengamatan yang dilakukan terhadap tanaman kakao adalah

sebagai berikut :

1. Tinggi Tanaman (cm)


Tinggi tanaman yang diamati dari pangkal batang sampai titik

tumbuh atau pucuk tanaman. Pengukuran akan dilakukan pada setiap

minggu dimulai minggu pertama setelah tanam dan minggu

selanjutnya.

2. Diameter Batang (cm)

Pengamatan atau pengukuran pangkal batang tanaman dilakukan

seminggu setelah tanam dan minggu selanjutnya dengan menggunakan

jangkar sorong, bagian yang diukur pada pangkal batang diatas

permukaan tanah.

3. Jumlah Daun (helai)

Perhitungan jumlah daun dilakukan seminggu setelah tanam dan

minggu selanjutnya daun yang dihitung adalah daun yang telah

sempurna.

4. Bobot Basah (gram)

Bobot basah, dilakukan pada akhir penelitian dengan cara

menimbang bobot basah bibit kakao menggunakan timbangan analitik.

5. Bobot kering (gram)

Bobot kering, dilakukan pada akhir penelitian dengan cara

memasukan bibit kakao kedalam oven dengan suhu 80 ᴼC selama 48

jam kemudian ditimbang menggunakan timbangan analitik.

3.5 Analisis Data

Analisis data menggunakan program Minitab versi 16 tiap perlakuan

yang telah diuji Anova berpengaruh nyata kemudian diuji BNJ (α = 5 %).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan

1.Tinggi Tanaman (cm)

Hasil analisis ragam dan uji lanjut BNJ bahwa perlakuan kompos sabut kelapa

dengan penambahan bakteri P. fluorescens berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan

tinggi tanaman kakao pada minggu ke- 4, sedangkan pada minggu ke- 8 dan minggu

ke- 12 hasilnya berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman (Tabel

1).

Tabel 1. Rerata Pengaruh Kompos Sabut Kelapa dengan Bakteri Terhadap


Pertumbuhan Tinggi Tanaman Bibit Kakao.
MST
Perlakuan Minggu ke - 4 Minggu ke - 8 Minggu ke - 12
BK0 ( Kontrol ) 14.56 ab 15.71 a 16.08 a
BK1 (25 gr + 109 cfu ml-1) 15.13 a 16.22 a 16.95 a
BK2 (50 gr + 109 cfu ml-1) 14.06 ab 15.52 a 16.26 a
BK3 (75 gr + 109 cfu ml-1) 14.24 ab 15.93 a 17.21 a
9 1
BK4 (100 gr + 10 cfu ml ) 12.33 b 13.94 a 15.94 a
Ket : Angka – angka yang diikuti oleh huruf kecil pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata menurut uji uji BNJ (α = 5%).
Perlakuan menunjukkan tinggi tanaman pada minggu ke- 12 perlakuan (BK3)

menghasilkan bibit tanaman tertinggi dan berbeda dengan perlakuan (BK4). Pada

minggu ke- 4 pemberian kompos sabut kelapa dengan penambahan bakteri P.

fluorescens memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman. Hal ini

disebabkan karena bakteri P. fluorescens masih berperan aktif dalam proses

penyerapan dan penguraian unsur hara yang tersedia pada kompos serta pemberian

dosis yang seimbang dapat memperbaiki sifat kimia sehingga meningkatkan

ketersediaan hara makro dan mikro. Seperti yang dikemukakan Nainggolan (2011),

pertumbuhan tanaman yang normal diperoleh bila ketersediaan hara yang cukup dan

seimbang. Bakteri P. fluorescens merupakan bakteri gram negatif (-) dan mampu

menginduksi ketahanan tanaman serta dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan

juga sebagai plant growth promoting Rhizobacteria (PGPR) yang dapat

menghasilkan hormon pertumbuhan tanaman, diantaranya indole acetic acid (IAA)

(Rahni 2012), melarutkan fosfat dan mengikat nitrogen (Sutariati dkk. 2014).

Sedangkan pada minggu ke- 8 dan minggu ke- 12 perlakuan kompos sabut kelapa

dengan penambahan bakteri P. fluorescens memberikan pengaruh tidak nyata

terhadap pertumbuhan tinggi tanaman. Hal ini dikarenakan faktor lingkungan yang

mempengaruhi pertumbuhan yaitu suhu lingkungan yang tidak sesuai dengan syarat

tumbuh bakteri P. fluorescens yaitu 37 ºC sampai dengan 40 ᴼC untuk suhu optimal


(Suriani, dkk. 2013). Sedangkan suhu dilapangan yaitu 25 ᴼC sampai dengan 32 ᴼC

sehingga suhu sangat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan mikrobia, kecepatan

sintesis enzim dan kecepatan inaktivasi enzim (Knob dan Carmona, 2008).

2. Diameter Batang (cm)

Hasil analisis ragam dan uji lanjut BNJ bahwa perlakuan kompos sabut kelapa

dengan penambahan bakteri P. fluorescens tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan

diameter batang bibit kakao pada minggu ke- 4, minggu ke- 8 dan minggu ke- 12

(Tabel 2).

Tabel 2. Rerata Pengaruh Kompos Sabut Kelapa dengan Bakteri Terhadap


Diameter Batang Tanaman Bibit Kakao.
MST
Perlakuan Minggu ke - 4 Minggu ke - 8 Minggu ke – 12
BK0 ( Kontrol) 0.24 a 0.30 a 0.40 a
9 -1
BK1 (25 gr + 10 cfu ml ) 0.26 a 0.30 a 0.39 a
9 -1
BK2 (50 gr + 10 cfu ml ) 0.28 a 0.32 a 0.41 a
9 -1
BK3 (75 gr + 10 cfu ml ) 0.28 a 0.33 a 0.43 a
9 -1
BK4 (100 gr + 10 cfu ml ) 0.26 a 0.30 a 0.36 a
Ket : Angka – angka yang diikuti oleh huruf kecil pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata menurut uji BNJ (α = 5%).
Perlakuan menunjukkan diameter batang minggu ke- 4, minggu ke- 8 dan

minggu ke- 12 pada perlakuan (BK3) menghasilkan diameter batang tertinggi dan

berbeda dengan perlakuan (BK4). Pada minggu ke- 4, minggu ke- 8 dan minggu ke-

12 perlakuan kompos sabut kelapa dengan penambahan bakteri P. fluorescens tidak

berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter batang bibit kakao. Hal ini

disebabkan proses pendekomposisian bahan organik sabut kelapa dalam proses


pengomposan menggunakan mikroorganisme sebagai dekomposer berlangsung cepat

sehingga unsur hara dari kompos yang diberikan sudah tersedia saat dibutuhkan

tanaman untuk meningkatkan pertumbuhan. Menurut Higa (1996) dalam Amin dkk

(2015) menyatakan bahwa proses dekomposisi bahan organik dengan inokulasi

mikroorganisme menghasilkan unsur hara organik yang dapat diserap oleh akar

tanaman secara fermentasi dapat berlangsung dalam jangka waktu yang singkat yaitu

4 sampai 5 hari. Pada penelitian ini pemberian pupuk kompos hanya dilakukan sekali

sebelum tanam sehingga ketersediaan unsur hara yang sesuai untuk pertumbuhan

bibit kakao hanya pada awal tanam dan pada minggu selanjutnya ketersediaan unsur

haranya sudah tidak sesuai untuk kebutuhan tanaman.

3. Jumlah Daun (Helai)

Hasil analisis ragam dan uji lanjut BNJ bahwa perlakuan kompos sabut kelapa

dengan penambahan bakteri P. fluorescens tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan

jumlah daun bibit kakao pada minggu ke- 4. Sedangkan pada minggu ke- 8 dan

minggu ke- 12 memberikan pengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan jumlah

daun (Tabel 3).

Tabel 3. Rerata Pengaruh Kompos Sabut Kelapa dengan Bakteri Terhadap


Jumlah Daun Tanaman Bibit Kakao.
MST
Perlakuan Minggu ke - 4 Minggu ke - 8 Minggu ke - 12
BK0 ( Kontrol ) 2.00 a 2.00 b 2.26 c
BK1 (25 gr + 109 cfu ml-1) 2.26 a 3.53 a 4.86 b
BK2 (50 gr + 109 cfu ml-1) 1.80 a 3.73 a 5.13 ab
BK3 (75 gr + 109 cfu ml-1) 2.26 a 4.40 a 6.40 ab
BK4 (100 gr + 109 cfu ml-1) 1.40 a 3.80 a 6.53 a
Ket : Angka – angka yang diikuti oleh huruf kecil pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata menurut uji uji BNJ (α = 5%).
Perlakuan menunjukkan bahwa minggu ke- 12 pada perlakuan (BK4) dan

(BK3) memberikan hasil jumlah daun terbaik dan berbeda dengan (BK0) yang

memiliki jumlah daun sedikit. Pada minggu ke- 4 perlakuan kompos sabut kelapa

dengan penambahan bakteri P. fluorescens tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan

jumlah daun. Hal ini disebabkan pupuk belum terurai sehingga unsur hara yang

berperan dalam pembentukan helai daun belum berpengaruh terhadap

pertumbuhannya. Sedangkan pada minggu ke- 8 dan minggu ke- 12 berpengaruh

sangat nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun. Hal ini dikarenakan bakteri P.

fluorescens masih berperan aktif dalam proses mengikat nitrogen bebas diudara

(Sutariati dkk. 2014). Sehingga mampu mencukupi ketersediaan unsur hara bagi

tanaman terutama unsur hara Nitrogen yang berperan dalam pembentukan daun.

Seperti yang dikemukakan Lakitan (1996) dalam Marajahan, dkk (2012) unsur hara

yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan daun adalah

unsur hara Nitrogen. Kandungan Nitrogen yang terdapat dalam tanah akan

dimanfaatkan oleh tanaman kakao dalam pembelahan sel. Pembelahan sel tiga lapis

sel terluar pada permukaan ujung batang. Pembelahan oleh pembesar sel-sel yang

muda akan membentuk primodia daun.

4. Bobot Basah (gram)

Hasil analisis ragam dan uji lanjut BNJ bahwa perlakuan kompos sabut kelapa

dengan bakteri P. fluorescens berpengaruh terhadap bobot basah tanaman bibit kakao

(Tabel 4).
Tabel 4. Rerata Pengaruh Kompos Sabut Kelapa dengan Bakteri Terhadap
Bobot Basah Tanaman Bibit Kakao.
Perlakuan Rerata
BK0 ( Kontrol ) 3.41 b
BK1 (25 gr + 109 cfu ml-1) 3.74 ab
BK2 (50 gr + 109 cfu ml-1) 3.97 ab
BK3 (75 gr + 109 cfu ml-1) 4.64 a
BK4 (100 gr + 109 cfu ml-1) 4.45 ab

Ket : Angka – angka yang diikuti oleh huruf kecil pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata menurut uji uji BNJ (α = 5%).
Perlakuan menunjukkan bahwa perlakuan BK3 menghasilkan berat basah

tertinggi dengan hasil (4,64 cm) dan berbeda dengan BK0 yang memiliki berat basah

terendah dengan hasil (3,41 cm). Bobot basah tanaman bibit kakao berpengaruh

nyata pada pemberian kompos sabut kelapa dengan bakteri P. fluorescens. Hal ini

diduga karena kebutuhan cahaya matahari dan air tercukupi. Hal ini dikemukakan

Ratnasari, dkk (2015) tanaman yang mengalami kekurangan air umumnya memiliki

berat basah yang kecil akibat respon tanaman dalam mempertahankan air didalam

tubuhnya dengan mengurangi transpirasi yang terjadi.

4.5 Bobot Kering (gram)

Hasil analisis ragam dan uji lanjut BNJ bahwa perlakuan kompos sabut kelapa

dengan bakteri P. fluorescens tidak berpengaruh terhadap bobot kering tanaman bibit

kakao (Tabel 4.5).

Tabel 4.5 Rerata Pengaruh Kompos Sabut Kelapa dengan Bakteri Terhadap
Bobot Kering Tanaman Bibit Kakao.

Perlakuan Rerata
BK0 ( Kontrol) 1.49 a
BK1 (25 gr + 109 cfu ml-1) 1.66 a
9 -1
BK2 (50 gr + 10 cfu ml ) 1.44 a
9 -1
BK3 (75 gr + 10 cfu ml ) 1.59 a
9 -1
BK4 (100 gr + 10 cfu ml ) 1.68 a
Ket : Angka – angka yang diikuti oleh huruf kecil pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata menurut uji uji BNJ (α = 5%).
Perlakuan menunjukkan bahwa perlakuan BK4 menghasilkan berat kering

tertinggi dengan hasil (1, 68 cm) dan berbeda dengan BK2 yang memiliki berat

kering terendah dengan hasil (1, 44 cm). Berat kering tidak berpengaruh nyata pada

setiap perlakuan dikarenakan pada kondisi yang tidak normal seperti kurangnya

cahaya yang diterima oleh tanaman akibat naungan akan menyebabkan laju

fotosintesis menurun, salah satunya disebabkan menutupnya stomata sehingga

penetrasi CO2 ke dalam jaringan daun melalui stomata terhambat sehingga

fotosintesis yang dihasilkan juga berkurang. Seperti yang dikemukakan Gardner, dkk

(1991) dalam Masluki (2015), laju tumbuh relatif menunjukkan peningkatan berat

kering dalam suatu interval waktu yang berhubungan dengan berat awal. Peningkatan

berat kering sangat dipengaruhi oleh laju fotosintesis, dimana laju fotosintesis dapat

berjalan jika tanaman dapat menerima dan menggunakan cahaya mata (Masluki,

2015).
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Perlakuan kompos sabut kelapa dengan penambahan bakteri P. fluorescens

hanya berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, dan bobot

basah tanaman yang ditunjukkan oleh perlakuan BK3 (75 gr + 109 cfu ml-1) dan BK4

(100 gr + 109 cfu ml-1) Namun, perlakuan tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap

diameter batang dan bobot kering.

5.2 Saran
Pengujian lanjutan terkait uji pengulangan waktu pemberian pupuk kompos

sabut kelapa dengan penambahan bakteri P. fluorescens. Penelitian lanjutan bakteri

P. fluorescens skala laboratorium dengan memperhatikan kondisi lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, F. Adiwirman. Yoseva S. (2015). Studi Waktu Aplikasi Pupuk Kompos


Leguminosa Dengan Bioaktivator Trichoderma Sp. Terhadap Pertumbuhan
Dan Produksi Tanaman Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Departement of
Agrotechnology, Faculty of Agriculture, University of Riau.

Agustin, F. Free, L. Soetanto, A. Cahyoadi, B. (2010). Pemanfaatan Kompos Sabut


Kelapa dan Zeolit sebagai Campuran Tanah untuk Media Pertumbuhan Bibit
Kakao pada Beberapa Tingkat Ketersediaan Air. Pelita Perkebunan 2010,
26(1), 12-24.

Agussimar, T. 2016. Pengaruh Konsentrasi Dan Interval Waktu Pemberian Pupuk


Organik Cair (Poc) Nasaterhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma
cacao L.). (Skripsi). Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar Meulaboh,
Aceh Barat.
Anhar, A. Doni, F. Advinda, L. 2011. Respon pertumbuhan tanaman padi (Oryza
sativa L) terhadap introduksi Pseudomonas fluorescens. J Ekakta. 12(1):1-8.

Andri, S. Nelvia dan Sukemi, IS. 2016. Pemberian Kompos Tkks Dan Cocopeat Pada
Tanah Subsoil Ultisol Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di Pre Nurser. Department of Agrotechnology, Faculty of
Agriculture, University of Riau. Jurnal Agroteknologi, Vol. 7 No. 1, 1-6.

Awang, Y. (2009). Chemical and physical characteristics of cocopeat-based media


mixtures and their effects on the growth and development of Celosia cristata.
American Journal of Agricultural and Biological Sciences, 4, 63-71.

Bharathy (2001). Efek Media Tanam Yang Berbeda Pada Rooting Stek Di Anyelir
(Dianthus caryophyllus L.). Journal of Maharashtra Pertanian Universitas,
Perguruan Tinggi Pertanian, India.

Cahaya, A. Nugroho, AD. 2008. Pembuatan Kompos dengan Menggunakan Limbah


Padat Organik (Sampah Sayuran dan Ampas Tebu). Jurusan Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jln. Prof. Sudharto, Tembalang,
Semarang.

Hati, S. 2018. Pembuatan Pupuk Kompos Cair dari Limbah Rumah Tangga Sebagai
Penunjang Mata Kuliah Ekologi dan Masalah Lingkungan. Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh.
Listiyanto. 2010. Budidaya tanaman kakao (Theobroma cacao L.). Seri Perkebunan.
13 hal.
Khaeruni, A. Asniah. Taufik, M. Sutariati, GAK. 2014. Aplikasi formula campuran
rizobakteri untuk pengendalian penyakit busuk akar Rhzoctonia dan
peningkatan hasil kedelai di tanah ultisol. J Fitopatol Indones. 10(2):37–44.
DOI: http://dx.doi. org/10.14692/jfi.10.2.37.

Karmawati, E. Mahmud, Z. Syakir, M. Munarso, J. Ardana, K. Rubiyo. 2010.


Budidaya dan Pasca Panen Kakao. Kepala Puslitbang Perkebunan. Bogor.

Masluki. 2015. Respon Berbagai Dosis Pupuk Nitrogen Terhadap Pertumbuhan Bibit
Tanaman Kakao. Universitas Cokroaminoto Palopo.

Mildaerizanti dan Meilin, A. 2006. Penggunaan Mulsa Organik Pada Pembibitan


Kakao Dalam Polybag, Balai Pengkajian teknologi Pertanian Jambi (BPTP)
Jambi,Jambi.http://katalog.pustakadeptan.go.id/jambi/getfile2.php?src=2018/.
pdf&format=application/pdf..

Musafa, MK. Aini, LQ Dan Prasetya. 2015. Peran Mikoriza Arbuskula dan Bakteri
Pseudomonas fluorescens dalam Meningkatkan Serapan P dan Pertumbuhan
Tanaman Jagung pada Andisol. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Brawijaya. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 2 No 2 :
191-197.

Nasrun. Christanti. Arwiyanto, T. Mariska I. 2005. Pengendalian penyakit layu


bakteri nilam menggunakan Pseudomonas fluorescens. J Littri11(1):19–24.

Nainggolan, D. 2011. Pengaruh penyemprotan Zn, Fe, dan B pada daun tanaman
jagung (Zea mays L) yang ditanam diareal pengendapan tailing. Skripsi
sarjana pertanian fapertek unipa (tidak dipublikasikan).

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004. Panduan Lengkap Budidaya
Kakao. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Rahni, NM. 2012. Efek Fitohormon PGPR terhadap pertumbuhan tanaman jagung
(Zea mays). J Agribisnis Pengembangan Wilayah. 3 (2):27-35.

Rahmi. 2014. Kajian Efektifitas Mikroba Azotobacter Sp. Sebagai Pemacu


Pertumbuhan Tanaman Kakao (Theobroma Cacao L.). Jurnal Galung Tropik,
hlmn 44-53.

Ratnasari, Y. Sulistyaningsih, N. dan Sholikah, U. 2015. Respon Pertumbuhan Bibit


Kakao (Theobroma Cacao L.) Terhadap Aplikasi Berbagai Dosis Pupuk
Kascing Dengan Pemberian Air Yang Berbeda, Fakultas Pertanian Universitas
Jember, Jember.
Siregar. Slamet, R. dan Laeli, N. 2007. Pembudidyaan, Pengolahan dan Pemasaran
Cokelat. –Cet 20.- Jakarta: Penebar Swadaya.
Sidabutar, VS. Siagian, B. Meiriani. 2013. Respons Pertumbuhan Bibit Kakao
(Theobroma Cacao L.) Terhadap Pemberian Abu Janjang Kelapa Sawit
dan Pupuk Urea pada Media Pembibitan. Fakultas Peranian USU, Medan.
Statistik Perkebunan Indonesia. 2016. Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas
Kakao.
Susanto, F. X. 2005. Tanaman kakao. Kanisius, Yogyakarta. 183 hlm.
Soesanto, L. Mugiastuti, E. Rahayuniati, RF. 2014. Aplikasi formula cair
Pseudomonas fluorescens P60 untuk menekan penyakit virus cabai merah. J
Fitopatol Indones. 9(6): 179–185. DOI: http://dx.doi.
org/10.14692/jfi.9.6.179.

Sutariati, GAK. Rahian, TC. Sopacua, AN. Hag, LM. 2014. Kajian potensi
rhizobakteri pemacu pertumbuhan tanaman yang diisolasi dari rhizosfer padi
sehat. J Agroteknos. 2:71–77.
Suyono, Y dan Salahudin F. 2011. Identifikasi Dan Karakterisasi Bakteri
Pseudomonas Pada Tanah Yang Terindikasi Terkontaminasi Logam. Jurnal
Biopropal Industri. Vol : 02, No. 01, Juni 2018.
Triwanto, J. 2000. Pengaruh Konsentrasi Larutan Zat Pengatur Tumbuh Plant
Stimuland Dan Interval Pemberian Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao
(Theobrema cacao L.). http://diglib.sith.itb.ac.id/go.php?id=ji ptumm-gdl-res-
2017-joko-forestry.
Treder, J. (2008). Efek Kompos Sabut Kelapa Dan Pemupukan Pada Pertumbuhan
Bunga Oriental Lily 'Bintang Gezer', jurnal buah dan penelitian tanaman hias,
16, 361-370.
Widya, Y. 2008. Budidaya bertanam Cokelat, Tim Bina karya Tani, Bandung.
Yanqoritha, N. 2013. Optimasi Aktivator Dalam Pembuatan Kompos Organik Dari
Limbah Kakao. Fakultas Teknik Industri Institut Teknologi Medan, Sumatera
Utara.

Yuliarti, N. dan Redaksi Agromedia. 2007. Media Tanam dan Pupuk untuk
Athurium Daun. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Lampiran 1. Layout Penelitian

BK1U1 BK0U1 BK1U2 BK4U4 BK2U5

BK1U5 BK2U3 BK2U2 BK0U4 BK4U1


BK0U2 BK1U3 BK0U3 BK4U2 BK3U2

BK3U4 BK0U5 BK3U5 BK2U4 BK4U5

BK2U1 BK4U3 BK1U4 BK3U1 BK3U3

5 Perlakuan dengan diulang sebanyak 5 kali dan pada satu ulangan terdiri dari 3 unit tanaman.

Lampiran 2. Diagram Alir

Langkah - langkah yang sistematis dalam penelitian harus diperhatikan. Hal

tersebut berguna untuk memberikan arahan untuk mempermudah pemahaman

tujuan yang ingin dicapai dalam proses penelitian. Langkah - langkah penelitian

tersebut diperlihatkan pada gambar bagan alir penelitian sebagai berikut :

Persiapan
Penyemaian benih

Kompos sabut kelapa Bakteri P. fluorescens

Media tanam

Pemeliharaan

Parameter tanaman

Analisis data

Lampiran 3. Jadwal Penelitian Tugas Akhir

BULAN

NO KEGIATAN APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS

1. Persiapan Alat dan Bahan

2. Pesiapan Media Tanam

3. Penyemaian Benih Kakao


Pemindahan Semai
4. Kedalam Polybag

5. Pemeliharaan Bibit

6. Pengamatan

7. Pengolahan Data

8. Penulisan TA

9. Seminar Hasil
Revisi dan Pengumpulan
10. TA

Lampiran. 4 Dokumentasi Penelitian


Lampiran. 5 Analisis Data

Tabel 4.6 Analisis Sidik Ragam (Anova) Tinggi Tanaman (cm)


SK DB SS MS F P
Minggu ke 4
PERLAKUAN 4 22,12 5,53 3,45 0,027
Galat 20 32,05 1,60
Total 24 54,17
Minggu ke 8
PERLAKUAN 4 15, 95 3, 99 2, 18 0, 108
Galat 20 36, 59 1, 83
Total 24 52, 55
Minggu ke 12
PERLAKUAN 4 6, 23 1, 56 0, 60 0, 665
Galat 20 51, 69 2, 58
Total 24 57, 91

Tabel 4.7 Analisis Sidik Ragam (Anova) Diameter Batang (cm)


SK DB SS MS F P
Minggu ke 4
PERLAKUAN 4 0, 00533 0, 00133 0, 95 0, 455
Galat 20 0, 02800 0, 00140
Total 24 0, 03333
Minggu ke 8
PERLAKUAN 4 0,003556 0,000889 1, 25 0, 322
Galat 20 0,014222 0,000711
Total 24 0,017778
Minggu ke 12
PERLAKUAN 4 0, 01484 0, 00371 2, 11 0,117
Galat 20 0, 03511 0, 00176
Total 24 0, 04996

Tabel 4.8 Analisis Sidik Ragam (Anova) Jumlah Daun (Helai)


SK DB SS MS F P
Minggu ke 4
PERLAKUAN 4 2, 640 0, 660 2, 50 0, 076
Galat 20 5, 289 0, 264
Total 24 7, 929
Minggu ke 8
PERLAKUAN 4 16, 027 4, 007 10, 30 0, 000
Galat 20 7, 778 0, 389
Total 24 23, 804
Minggu ke 12
PERLAKUAN 4 59, 049 14, 762 20, 89 0, 000
Galat 20 14, 133 0, 707
Total 24 73, 182

Tabel 4.9 Analisis Sidik Ragam (Anova) Bobot Basah (gram)


SK DB SS MS F P
PERLAKUAN 4 5, 101 1, 275 3, 35 0, 030
Galat 20 7, 620 0, 381
Total 24 12, 721

Tabel 4.10 Analisis Sidik Ragam (Anova) Bobot Kering (gram)


SK DB SS MS F P
PERLAKUAN 4 0, 2195 0, 0549 0, 59 0, 673
Galat 20 1, 8544 0, 0927
Total 24 2, 0739

Lampiran 6. Data Suhu Dan Kelembaban

Suhu (OC) Kelembaban (%)


Tanggal Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore
16-Apr-2018 25 36 27 75 42 80
17-Apr-2018 25 35 28 75 40 70
18-Apr-2018 25 30 29 75 50 70
19-Apr-2018 29 25 29 63 75 70
20-Apr-2018 30 35 29 60 30 63
21-Apr-2018 25 35 29 70 31 70
22-Apr-2018 29 35 28 60 40 75
23-Apr-2018 29 35 28 70 38 68
24-Apr-2018 28 30 29 63 40 62
25-Apr-2018 25 35 28 72 38 70
26-Apr-2018 24 30 29 72 50 58
27-Apr-2018 27 35 27 72 40 80
28-Apr-2018 28 30 29 72 60 62
29-Apr-2018 25 35 28 75 40 70
30-Apr-2018 26 35 29 71 38 63
01-Mei-2018 26 36 25 71 42 80
02-Mei-2018 30 35 29 60 38 75
03-Mei-2018 25 40 29 75 30 65
04-Mei-2018 26 35 28 72 60 68
05-Mei-2018 25 30 29 72 40 65
06-Mei-2018 28 40 27 70 35 75
07-Mei-2018 26 30 28 75 38 68
08-Mei-2018 25 32 30 72 64 62
09-Mei-2018 25 30 24 72 60 76
10-Mei-2018 26 35 26 71 40 75
11-Mei-2018 26 30 25 70 62 71
12-Mei-2018 25 29 25 70 65 74
13-Mei-2018 25 30 26 72 62 68
14-Mei-2018 25 32 27 70 62 66
15-Mei-2018 25 32 26 65 58 80
16-Mei-2018 26 30 25 75 62 74
17-Mei-2018 25 35 27 70 40 80
18-Mei-2018 25 35 30 72 38 64
19-Mei-2018 25 30 25 72 50 80
20-Mei-2018 25 32 26 71 64 81
21-Mei-2018 25 36 28 70 24 72
22-Mei-2018 26 36 25 71 32 74
23-Mei-2018 25 35 25 71 38 72
24-Mei-2018 25 30 25 72 35 70
25-Mei-2018 27 32 26 70 57 71
26-Mei-2018 27 35 26 72 36 71
27-Mei-2018 27 30 29 72 57 68
28-Mei-2018 29 35 25 75 40 70
29-Mei-2018 28 40 29 60 62 67
30-Mei-2018 30 38 28 60 70 60
31-Mei-2018 28 32 29 64 57 67
01-Juni-2018 28 35 26 70 34 72
02-Juni-2018 27 30 26 72 38 68
03-Juni-2018 25 30 26 78 38 68
04-Juni-2018 27 35 24 72 60 75
05-Juni-2018 25 32 26 68 38 70
06-Juni-2018 26 32 25 64 38 71
07-Juni-2018 27 30 26 70 38 72
08-Juni-2018 25 30 25 70 34 70
09-Juni-2018 25 35 25 70 38 70
10-Juni-2018 25 35 26 72 36 72
11-Juni-2018 26 30 27 70 34 64
12-Juni-2018 25 32 26 70 57 68
13-Juni-2018 25 30 25 72 38 68
14-Juni-2018 26 32 25 68 38 70
15-Juni-2018 27 35 28 72 42 68
16-Juni-2018 24 30 25 70 68 72
17-Juni-2018 23 30 25 70 57 68
18-Juni-2018 28 30 26 70 60 68
19-Juni-2018 26 32 26 68 40 70
20-Juni-2018 27 30 26 70 66 68
21-Juni-2018 25 30 27 70 60 67
22-Juni-2018 26 35 28 70 40 67
23-Juni-2018 28 30 25 70 62 68
24-Juni-2018 25 32 27 71 57 72
25-Juni-2018 30 38 28 60 70 64
26-Juni-2018 26 35 27 70 40 64
27-Juni-2018 26 32 25 72 57 70

Lampiran 7. Data Curah Hujan


Tanggal Curah Hujan
01-Mei-2018 300 ml
07-Mei-2018 1 260 ml
09-Mei-2018 994 ml
11-Mei-2018 22 ml
14-Mei-2018 838 ml
15-Mei-2018 1 389 ml
16-Mei-2018 1 273 ml
21-Mei-2018 895 ml
23-Mei-2018 900 ml
24-Mei-2018 20 ml
26-Mei-2018 253 ml
27-Mei-2018 259 ml
02-Juni-2018 105 ml
12-Juni-2018 1000 ml
21-Juni-2018 160 ml
22-Juni-2018 1 110 ml
29-Juni-2018 1 015 ml

Lampiran 8. Analisis Kompos Sabut Kelapa

Anda mungkin juga menyukai