Anda di halaman 1dari 34

PANCA INDERA

I. TUJUAN PERCOBAAN
1.1 Mengenal struktur anatomi organ-organ sensorik khusus.
1.2 Mengenal mekanisme fisiologi dan sifat-sifat indera.

II. PRINSIP PERCOBAAN


II.1 Berdasarkan dengan fisiologi dan anatomi panca indera

III. TEORI
Panca indera adalah organ-organ akhir yang dikhususkan untuk
menerima jenis rangsangan tertentu. Serabut saraf yang melayaninya
merupakan alat perantara yang membawa kesan rasa (sensory
imfression) dari organ indera menuju otak, tempat perasaan itu
ditafsirkan. Beberapa kesan rasa timbul dari luar, seperti sentuhan,
pengecapan, penglihatan, penciuman, dan suara. Lainnya timbul dari
dalam, antara lain lapar, haus, dan rasa sakit.
Dalam sagala hal, serabut saraf-saraf sensorik dilengkapi dengan
ujung-akhir-khusus guna mengumpulkan rangsangan perasaan yang
khas itu tempat organ berhubungan. Tampak nya, kita seolah-olah
mengecap dengan ujung saraf pada lidah, mendengar dengan saraf
dalam telinga, dan sentuhannya, tetapi sesengguhnya otaklah yang
menilai semua perasaan itu.
III.1 Mata
Mata merupakan organ indra rumit. Mata disusun dari bercak
sensitive dan cahaya primitip pada permukaan invertebrata. Dalam
selubung pelindungnya mata mempunyai lapisan reseptor, yaitu
system lensa bagi pemfokusan cahaya atas reseptor dan merupakan
suatu system syaraf untuk mengantarkan impuls serta membentuk
bayangan penglihatan yang disadari menjadi sasaran. Secara
structural bola mata bekerja seperti sebuah kamera, tetapi
mekanisme yang ada tidak dapat dibandingkan dengan apapun.
Lapisan syaraf yang melapisi separuh bagian posterior bola mata
merupakan bagian dari susunan syaraf pusat yang dihubungkan
melalui suatu berkas serat syaraf yang disebut saraf optic. Lapisan
fibrosa yang terletak diluar sesuai dengan durameter yang berwarna
putih keruh. Antara lapisan fibrisa luar dan retina terdapat suatu
lapisan faskuler yang berfungsi sebagai nutrisi. Pada iris terdapat
suatu celah bulat dibagaian tengah dengan diameter yang beragam
yang disebut pupil. Retina berlanjut kedepan tetapi sebagai lapisan
tanpa saraf permukaan dalam badan siliar, iris atau bagaian siliar
dan iridika retina.
Saraf optic tidak keluar pada kutup posterior bola mata, tempat
keluarnya sekitar tiga millimeter kesisi nasal dan satu millimeter di
bawah kupula. Mata merupakan suatu bulatan yang sedikit asimetris
dan agak gepeng dari atas ke bawah.Titik pusat lengkungan kornea
dan sclera disebut kutub anterior dan posterior.
A. Kelopak mata
Kelopak mata atau palpebra mempunyai fungsi melindungi
bola mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang
membentuk film air mata di depan komea. Palpebra merupakan
alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata
terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata. Dapat
membuka diri untuk memberi jalan masuk sinar kedalam bola
mata yang dibutuhkan untuk penglihatan. Pembasahan dan,
pelicinan seluruh permukaan bola mata terjadi karena
pemerataan air mata dan sekresi berbagai kelenjar sebagai
akibat gerakan buka tutup kelopak mata. Kedipan kelopak mata
sekaligus menyingkirkan debu yang masuk.
Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan
sedang di bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang
disebut konjungtiva tarsal. Gangguan penutupan kelopak akan
mengakibatkan keringnya permukaan mata sehingga terjadi
keratitis et lagof talmos. Pada kelopak terdapat bagian-bagian :
a) Kelenjar seperti : kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau
kelenjar keringat, kelenjar Zeis pada pangkal rambut,
dan kelenjar Meibom pada tarsus.
b) Otot seperti : M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di
dalam kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit
kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra terdapat otot
orbikularis okuli yang disebut sebagai M. Rioland. M.
orbikularis berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi N.
facial M. levator palpebra, yang berorigo pada anulus
foramen orbita dan berinsersi pada tarsus atas dengan
sebagian menembus M. orbikularis okuli menuju kulit kelopak
bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi M. levator
palpebra terlihat sebagai sulkus (lipatan) palpebra. Otot ini
dipersarafi oleh n. III, yang berfungsi untuk mengangkat
kelopak mata atau membuka mata.
c) Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan
ikat dengan kelenjar didalamnya atau kelenjar Meibom yang
bermuara pada margo palpebra Septumorbita yang
merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita
merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan.
d) Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima
orbita pada seluruh lingkaran pembukaan rongga orbita.
Tarsus (terdiri atas jaringan ikat yangmerupakan jaringan
penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom 40 bush
dikelopak atas dan 20 pada kelopak bawah).
e) Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. palpebra.
B. Sistem Lakrimal
Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah
temporal bola mata. Sistem ekskresi mulai pada pungtum
lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, duktusnasolakrimal,
dan meatus inferior. Sistem lakrimal terdiri atas 2 bagian, yaitu :
a) Sistem produksi atau glandula lakrimal. Glandula lakrimal
terletak di temporo antero superior rongga orbita.
b) Sistem ekskresi, yang terdiri atas pungtum lakrimal, kanalikuli
lakrimal, sakuslakrimal dan duktus nasolakrimal. Sakus
lakrimal terletak dibagian depan rongga orbita. Air mata dari
duktus lakrimal akan mengalir ke dalam rongga hidung
didalam meatus inferior. Film air mata sangat berguna untuk
kesehatan mata. Air mata akan masuk kedalam sakus
lakrimal melalui pungtum lakrimal. Bila pungtum lakrimal tidak
menyinggung bola mata, maka air mata akan keluar melalui
margo palpebra yang disebut epifora. Epifora juga akan
terjadi akibat pengeluaran air mata yang berlebihan dari
kelenjar lakrimal. Untuk melihat adanya sumbatan pada
duktus nasolakrimal, maka sebaiknya dilakukan penekanan
pada sakus lakrimal. Bila terdapat penyumbatan yang disertai
dakriosistitis, maka cairan berlendir kental akan keluar
melalui pungtum lakrimal.
C. Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan
kelopak bagian belakang. Bermacam-macam obat mata dapat
diserap melalui konjungtiva ini. Konjungtiva mengandung kelenjar
musin yang dihasilkan oleh sel Goblet. Musin bersifat membasahi
bola mata terutama kornea. Selaput ini mencegah benda-benda
asing di dalam mata seperti bulu mata atau lensa kontak (contact
lens), agar tidak tergelincir ke belakang mata. Bersama-sama
dengan kelenjar lacrimal yang memproduksi air mata, selaput ini
turut menjaga agar cornea tidak kering. Konjungtiva terdiri atas
tiga bagian, yaitu :
a) Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal
sukar digerakkan dari tarsus.
b) Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari
sklera di bawahnya.
c) Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang
merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan
konjungtiva bulbi.
d) Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan dengan sangat
longgar dengan jaringan di bawahnya sehingga bola mata
mudah bergerak
D. Bola Mata
Didalam bola mata terdapat dinding bola mata dan isi bola
mata. Dinding bola mata terdiri atas sklera dan kornea
sedangkan pada isi bola mata terdiri atas uvea, retina, badan
kaca, dan lensa. Bola mata berbentuk bulat dengan panjang
maksimal 24 mm. Bola mata di bagian depan (kornea)
mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat
bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda.
Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu :
a) Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan
bentuk pada mata, merupakan bagian terluar yang
melindungi bola mata. Bagian terdepan sclera disebut kornea
yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke
dalam bola mata. Kelengkungan kornea lebih besar
dibanding sklera. Sclera merupakan bagian putih bola mata
yang bersama-sama dengan kornea merupakan pembungkus
dan pelindung isi bola mata. Sklera berjalan dari papilsaraf
optik sampai kornea. Sklera sebagai dinding bola mata
merupakan jaringan yang kuat, tidak bening, tidak kenyal dan
tebalnya kira-kira 1 mm. Sklera anterior ditutupi oleh 3 lapis
jaringan ikat vaskular. Sklera mempunyai kekakuan tertentu
sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola mata.
Dibagian belakang saraf optik menembus sklera dan tempat
tersebut disebut kribosa. Bagian luar sklera berwarna putih
dan halus dilapisi oleh kapsul Tenon dan dibagian depan oleh
konjungtiva. Diantara stroma sklera dan kapsul Tenon
terdapat episklera. Bagian dalamnya berwarna coklat dan
kasar dan dihubungkan dengan koroid oleh filamen-filamen
jaringan ikat yang berpigmen, yang merupakan dinding luar
ruangan suprakoroid. Kekakuan sklera dapat meninggi pada
pasien diabetes melitus, atau merendah pada eksoftalmos
goiter, miotika, dan meminum air banyak.
b) Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan sklera
dan uvea dibatasi oleh ruang yang potensial mudah dimasuki
darah bila terjadi perdarahan pada ruda paksa yang disebut
perdarahan suprakoroid. Jaringan uvea ini terdiri atas iris,
badan siliar, dan koroid. Pada iris didapatkan pupil yang oleh
3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam
bola mata. Otot dilatator dipersarafi oleh parasimpatis,
sedang sfingter iris dan otot siliar di persarafi oleh
parasimpatis. Otot siliar yang terletak di badan siliar
mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan akomodasi. Badan
siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik
mata (akuos humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum
yang terletak pada pangkal iris di batas kornea dan sklera.
c) Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling
dalam dan mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang
merupakan lapis membran neurosensoris yang akan
merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan
diteruskan keotak. Terdapat rongga yang potensial antara
retina dan koroid sehingga retina dapat terlepas dari koroid
yang disebut ablasi retina. Badan kaca mengisi rongga di
dalam bola mata dan bersifat gelatin yang hanya menempel
pupil saraf optik, makula dan pars plans. Bila terdapat
jaringan ikat di dalam badan kaca disertai dengan tarikan
pada retina, maka akan robek dan terjadi ablasi retina. Lensa
terletak di belakang pupil yang dipegang di daerah
ekuatornya pada badan siliar melalui Zonula Zinn. Lensa
mata mempunyai peranan pada akomodasi atau melihat
dekat sehingga sinar dapat difokuskan di daerah makula
lutea. Terdapat 6 otot penggerak bola mata, dan terdapat
kelenjar lakrimal yang terletak didaerah temporal atas di
dalam rongga orbita.
E. Kornea
Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening
mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan
lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri
atas lapis :
a) Epitel
(a) Tebalnya 50 pm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak
bertanduk yang satingtumpang tindih satu lapis sel basal,
sel poligonal dan sel gepeng.
(b) Pada sel basal bering terlihat mitosis sel, dan sel muds
ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan
semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal
berikatan erat dengan sel basal di sampingya dan sel
poligonal didepannya melalui desmosom dan makula
okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit,
dan glukosa yang merupakan barrier .
(c) Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat
erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan
mengakibatkan erosi rekuren.
(d) Epitel berasal dari ektoderm permukaan.
b) Membran Bowman
(a) Terletak di bawah membran basal epitel komea yang
merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti
stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
(b) Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi
c) StromaTerdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen
yang sejajar satu dengan lainnya, pada permukaan terlihat
anyaman yang teratur sedang di bagian perifer serat kolagen
ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan
waktulama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit
merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblas
terletak di antara serat kolagen stroma
d) Membran Descement
(a) Merupakan membran aselular dan merupakan batas
belakang stroma komea dihasilkan sel endotel dan
merupakan membran basalnya
(b) Bersifat sangat elastik dan berkembang terns seumur
hidup, mempunyai tebal 40 µm.
e) Endotel
(a) Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk
heksagonal, besar 20-40 pm. Endotel melekat pada
membran descement melalui hemidesmosom dan zonula
okluden.
F. Uvea
Persarafan uvea didapatkan dari ganglion siliar yang terletak
antara bola mata dengan otot rektus lateral, 1 cm di depan
foramen optik, yang menerima 3 akar saraf di bagian posterior,
yaitu :
a) Saraf sensoris, yang berasal dari saraf nasosiliar yang
mengandung serabut sensoris untuk komea, iris, dan badan
siliar.
b) Saraf simpatis yang membuat pupil berdilatasi, yang berasal
dari saraf simpatis yang melingkari arteri karotis;
mempersarafi pembuluh darah uvea dan untuk dilatasi pupil.
c) Akar saraf motor yang akan memberikan saraf parasimpatis
untuk mengecilkan pupil.
Pada ganglion siliar hanya saraf parasimpatis yang
melakukan sinaps. Iris terdiriatas bagian pupil dan bagian tepi
siliar, dan badan siliar terletak antara iris dan koroid. Batas antara
korneo sklera dengan badan siliar belakang adalah 8 mm
temporal dan 7 mmnasal. Di dalam badan siliar terdapat 3 otot
akomodasi yaitu longitudinal, radiar, dansirkular.
Ditengah iris terdapat lubang yang dinamakan pupil, yang
mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk kedalam mata.
Iris berpangkal pada badan siliar dan memisahkan bilik mata
depan dengan bilik mata belakang. Permukaan depan iris
warnanya sangat bervariasi dan mempunyai lekukan-lekukan
kecil terutama sekitar pupil yang disebut kripti. Badan siliar
dimulai dari basis iris kebelakang sampai koroid, yang terdiri atas
otot-otot siliar dan proses siliar. Otot-otot siliar berfungsi untuk
akomodasi. Jika otot-otot ini berkontraksi iamenarik proses siliar
dan koroid kedepan dan kedalam, mengendorkan zonula Zinn
sehingga lensa menjadi lebih cembung. Fungsi proses siliar
adalah memproduksi Humor Akuos.
Koroid adalah suatu membran yang berwarna coklat tua,
yang letaknya diantara sklera dan retina terbentang dari ora
serata sampai kepapil saraf optik. Koroid kaya pembuluh darah
dan berfungsi terutama memberi nutrisi kepada retina.
G. Pupil
Pupil merupakan lubang ditengah iris yang mengatur banyak
sedikitnya cahaya yang masuk. Pupil anak-anak berukuran kecil
akibat belum berkembangnya saraf simpatis. Orang dewasa
ukuran pupil adalah sedang, dan orang tua pupil mengecil akibat
rasa silau yang dibangkitkan oleh lensa yang sklerosis Pupil
waktu tidur kecil, hal ini dipakai sebagai ukuran tidur, simulasi,
koma dan tidur sesungguhnya. Pupil kecil waktu tidur akibat dari :
a) Berkurangnya rangsangan simpatis
b) Kurang rangsangan hambatan miosis
Bila subkorteks bekerja sempurna maka terjadi miosis. Di
waktu bangun korteks menghambat pusat subkorteks sehingga
terjadi midriasis. Waktu tidur hambatan subkorteks hilang
sehingga terjadi kerja subkorteks yang sempurna yang akan
menjadikan miosis. Fungsi mengecilnya pupil untuk mencegah
aberasi kromatis pada akomodasi dan untuk memperdalam fokus
seperti pada kamera foto yang difragmanya dikecilkan. Sudut bilik
mata depan Sudut bilik mata yang dibentuk jaringan korneo
sklera dengan pangkaliris. Pada bagian ini terjadi pengaliran
keluar cairan bilik mata. Bila terdapat hambatan pengaliran keluar
cairan mata akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam
bolamata sehinga tekanan bola mata meninggi atau glaukoma.
Berdekatan dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum,
kanal Schelmm, baji sklera, garis Schwalbe dan jonjotiris. Sudut
filtrasi berbatas dengan akar berhubungan dengan sklera kornea
dan disini ditemukan sklera spur yang membuat cincin melingkar
360 derajat dan merupakan batas belakang sudut filtrasi berta
tempat insersi otot siliar longitudinal. Anyaman trabekula mengisi
kelengkungan sudut filtrasi yang mempunyai dua komponen,
yaitu badan siliar dan uvea. Pada sudut fitrasi terdapat garis
Schwalbe yang merupakan akhir perifer endoteldan membran
descement, dan kanal Schlemm yang menampung cairan mata
keluar kesalurannya. Sudut bilik mata depan sempit terdapat
pada mata berbakat glaukoma sudut tertutup, hipermetropia,
blokade pupil, katarak intumesen, dan sinekia posterior perifer.
H. Retina
Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri
atas penyebaran dari pada serabut-serabut saraf optik. Letaknya
antara badan kaca dan koroid. Bagian anterior berakhir pada ora
serata. Dibagian retina yang letaknya sesuai dengan sumbu
penglihatan terdapat makula lutea (bintik kuning) kira-kira
berdiameter 1-2 mm yang berperan penting untuk tajam
penglihatan. Ditengah makula lutea terdapat bercak mengkilat
yang merupakan reflek fovea. Kira-kira 3 mm kearah nasal kutub
belakang bola mata terdapat daerah bulat putih kemerah-
merahan, disebut papil saraf optik, yang ditengahnya agak
melekuk dinamakan ekskavasifaali. Arteri retina sentral bersama
venanya masuk kedalam bola mata ditengah papil saraf optik.
Arteri retina merupakan pembuluh darah terminal. Retina terdiri
atas lapisan :
a) Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas
sel batang yang mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.
b) Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.
c) Lapis nukleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel
kerucut dan batang. Ketiga lapis diatas avaskular dan
mendapat metabolisme dari kapiler koroid.
d) Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aselular dan
merupakan tempat sinapsissel fotoreseptor dengan sel
bipolar dan sel horizontal
e) Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel
horizontal dan sel Muller Lapis ini mendapat metabolisme
dari arteri retina sentral
f) Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular merupakan
tempat sinaps sel bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion
g) Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada
neuron kedua.
h) Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion
menuju ke arch saraf optik. Di dalam lapisan-lapisan ini
terletak sebagian besar pembuluh darah retina
Retina Membran limitan interna, merupakan membran hialin
antara retina dan badan kaca. Lapisan luar retina atau sel kerucut
dan batang mendapat nutrisi dari koroid. Batang lebih banyak
daripada kerucut, kecuali didaerah makula, dimana kerucut lebih
banyak. Daerah papil saraf optik terutama terdiri atas serabut
saraf optik dan tidak mempunyai daya penglihatan (bintik buta).
I. Badan kaca
Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening
yang terletak antara lensa dengan retina. Badan kaca bersifat
semi cair di dalam bola mata. Mengandung air sebanyak 90%
sehingga tidak dapat lagi menyerap air. Sesungguhnya fungsi
badan kacasama dengan fungsi cairan mata, yaitu
mempertahankan bola mata agar tetap bulat. Peranannya
mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina.
Badan kaca melekat pada bagian tertentu jaringan bola mata.
Perlekatan itu terdapat pada bagian yang disebut ora serata, pars
plana, dan papil saraf optik.
Kebeningan badan kaca disebabkan tidak terdapatnya
pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya
kekeruhan badan kaca akan memudahkan melihat bagian retina
pada pemeriksa anoftalmoskopi. Struktur badan kaca merupakan
anyaman yang bening dengan diantaranya cairan bening. Badan
kaca tidak mempunyai pembuluh darah dan menerima nutrisinya
dari jaringan sekitarnya: koroid, badan siliar dan retina.
J. Lensa mata
Lensa merupakan badan yang bening, bikonveks 5 mm
tebalnya dan berdiameter 9 mm pada orang dewasa. Permukaan
lensa bagian posterior lebih melengkung daripada bagian
anterior. Kedua permukaan tersebut bertemu pada tepi lensa
yang dinamakan ekuator. Lensa mempunyai kapsul yang bening
dan pada ekuator difiksasi oleh zonula Zinn pada badan siliar.
Lensa pada orang dewasa terdiri atas bagian inti (nukleus) dan
bagian tepi (korteks).Nukleus lebih keras daripada korteks.
K. Rongga Orbita
Rongga orbita adalah rongga yang berisi bola mata dan
terdapat 7 tulang yang membentuk dinding orbita yaitu : lakrimal,
etmoid, sfenoid, frontal, dan dasar orbita yang terutama terdiri
atas tulang maksila, bersama-sama tulang palatinum dan
zigomatikus Rongga orbita yang berbentuk piramid ini terletak
pada kedua sisi rongga hidung. Dinding lateral orbita membentuk
sudut 45 derajat dengan dinding medialnya. Dinding orbita terdiri
atas tulang :
a) Superior : os.frontal
b) Lateral : os.frontal. os. zigomatik, ala magna os. Fenoid
c) Inferior : os. zigomatik, os. maksila, os. Palatina
d) Nasal : os. maksila, os. lakrimal, os. Etmoid
Foramen optik terletak pada apeks rongga orbita, dilalui oleh
saraf optik, arteri,vena, dan saraf simpatik yang berasal dari
pleksus karotid. Fisura orbita superior di sudut orbita atas
temporal dilalui oleh saraf lakrimal (V), saraf frontal (V), saraf
troklear (IV), saraf okulomotor (III), saraf nasosiliar (V), abdusen
(VI), dan arteri vena oftalmik. Fisura orbita inferior terletak di
dasar tengah temporal orbita dilalui oleh saraf infra-orbita dan
zigomatik dan arteri infra orbita. Fosa lakrimal terletak di sebelah
temporalatas tempat duduknya kelenjar lakrimal. Rongga orbita
tidak mengandung pembuluh atau kelenjar limfa.
L. Otot Penggerak Mata
a) Otot ini menggerakkan mata dengan fungsi ganda dan untuk
pergerakkan mata tergantung pada letak dan sumbu
penglihatan sewaktu aksi otot. Otot penggerak mata terdiri
atas 6 otot yaitu :
b) Otot Oblik Inferior Oblik inferior mempunyai origo pada foss
lakrimal tulang lakrimal, berinsersi pada sklera posterior 2
mm dari kedudukan makula, dipersarafi saraf okulomotor,
bekerja untuk menggerakkan mata keatas, abduksi dan
eksiklotorsi.
c) Otot Oblik Superior Oblik superior berorigo pada anulus Zinn
dan ala parva tulang sfenodi di atas foramen optik, berjalan
menuju troklea dan dikatrol batik dan kemudian berjalan di
atas otot rektus superior, yang kemudian berinsersi pada
sklera dibagian temporal belakang bola mata. Oblik superior
dipersarafi saraf ke IV atau saraf troklear yang keluar dari
bagian dorsal susunan saraf pusat Mempunyai aksi
pergerakan miring dari troklea pada bola mata dengan kerja
utama terjadi bila sumbu aksi dan sumbu penglihatan search
atau mata melihat ke arch nasal. Berfungsi menggerakkan
bola mata untuk depresi (primer) terutama bila mata melihat
kenasal, abduksi dan insiklotorsi. Oblik superior merupakan
otot penggerak mata yang terpanjang dan tertipis.
d) Otot Rektus Inferior Rektus inferior mempunyai origo pada
anulus Zinn, berjalan antara oblik inferior dan bola mata atau
sklera dan insersi 6 mm di belakang limbus yang pada
persilangan dengan oblik inferior diikat kuat oleh ligamen
Lockwood. Rektus inferior dipersarafi oleh n. IIIfungsi
menggerakkan mata - depresi (gerak primer) - eksoklotorsi
(gerak sekunder) - aduksi (gerak sekunder) Rektus inferior
membentuk sudut 23 derajat dengan sumbu penglihatan.
e) Otot Rektus Lateral Rektus lateral mempunyai origo pada
anulus Zinn di atas dan di bawah foramenoptik. Rektus lateral
dipersarafi oleh N. VI. Dengan pekerjaan menggerakkan
mata terutama abduksi.
f) Otot Rektus Medius Rektus medius mempunyai origo pada
anulus Zinn dan pembungkus dura saraf optik yang sering
memberikan dan rasa sakit pada pergerakkan mata bila
terdapat neuritisretrobulbar, dan berinsersi 5 mm di belakang
limbus. Rektus medius merupakan otot mata yang paling
tebal dengan tendon terpendek. Menggerakkan mata untuk
aduksi(gerak primer).
g) Otot Rektus Superior Rektus superior mempunyai origo pada
anulus Zinn dekat fisura orbita superior beserta lapis dura
saraf optik yang akan memberikan rasa sakit pada
pergerakkan bola.
III.2 Telinga
Telinga adalah indra pendengaran. Pendengaran merupakan
indra mekanoreseptor karena memberikan respon terhadap getaran
mekanik gelombang suara yang terdapat diudara. Telinga menerima
gelombang suara yang frekuensinya berbeda, kemudian
menghantarkan informasi pendengaran kesusunan saraf pusat.
Telinga dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, telinga
tengah dan telinga dalam.
A. Telinga Luar
Bagian luar merupakan bagian terluar dari telinga. Telinga
luar terdiri dari daun telinga, lubang telinga, dan saluran telinga
luar. Telinga luar meliputi daun telinga atau pinna, Liang meatus
auditorius eksternus, dan gendang telinga atau membran timpani.
Bagian daun telinga berfungsi untuk membantu mengarahkan
suara kedalam liang telinga dan akhirnya menuju gendang
telinga. Rancangan yang begitu kompleks pada telinga luar
berfungsi untuk menangkap suara dan bagian terpenting adalah
liang telinga. Saluran ini merupakan hasil susunan tulang dan
rawan yang dilapisi kulit tipis.
Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis
auditorius eksternus, dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur
seperti cakram yang dinamakan membrana timpani (gendang
telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih
setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan
tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan
bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus membantu
pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang
kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius
eksternus adalah sendi temporalman dibular. Kaput mandi bula
dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus
auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut.
Aurikula berfungsi mengumpulkan getaran udara, bentuknya
berupa lempeng tulang rawan yang elastis yang ditutupi kulit,
memiliki otot intrinsic dan ekstrinsik sertadi persarapi oleh nervus
fasialis. Seluruh permukaan diliputi kulit tipis dengan lapisan
subkutis pada permukaan anterolateral, serta di temukan rambut
kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Meatus akustikus
eksternal merupakan tabung berkelok – kelok yang terbentang
antara aurikula dan membrane tempani, berfungsi
menghantarkan gelombang suara dari aurikula ke membrane
tempani. Pada bagian luar banyak ditemukan rambut yang
berhubungan dengan kelenjar sebasea, sedangkan dalam liang
ditemukan serumen berwarna coklat yang berfungsi sebagai
pelindung. Seruman merupakan modifikasi kelenjar keringat
bergabung dengan kelenjar sebasea yang bermuara langsung ke
permukaan kulit.
B. Telinga Tengah
Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang
telinga) di sebelah lateral dan kapsul otik di sebelah medial celah
telinga tengah terletak di antara kedua Membrana timpani terletak
pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas lateral
telinga, Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya
berwarna kelabu mutiara dan translulen. Telinga tengah
merupakan rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli
(tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke
nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di
bagian mastoid tulang temporal.
Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli), yaitu
malleus, inkus stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya
oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu hantaran suara.
Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga
tengah,yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam).
Bagian dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara
dihantar telinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke
getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis,
dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau
struktur berbentuk cincin anulus jendela bulat.
Maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini
terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga
tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe. Tubaeustachii yang
lebarnya sekitar 1 mm panjangnya sekitar 35 mm,
menghubungkan telinga ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii
tertutup, namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum
ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau
menelan.Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan
menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan
atmosfer.
C. Telinga Dalam
Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal.
Organ untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis
semisirkularis), begitu juga kranial VII(nervus fasialis) dan VIII
(nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan bagian dari
komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis bersama
menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior
dan lateral erletak membentuk sudut 90 derajat satu sama lain
dan mengandung organ yang berhubungan dengan
keseimbangan. Organ akhir reseptor ini distimulasi oleh
perubahan kecepatan dan arah gerakan seseorang. Koklea
berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm
dengan dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ
akhir untuk pendengaran, dinamakan organ Corti.. Di dalam
lulang labirin, namun tidak sempurna mengisinya,
Labirinmembranosa terendam dalam cairan yang dinamakan
perilimfe, yang berhubunganlangsung dengan cairan
serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus koklearis.Labirin
membranosa tersusun atas atrikulus, sakulus, dan duktus
semisirkularis, duktus koklearis.
a) Atrikulus, bentuknya seperti kantong lonjong dan agak
gempeng terpaut pada tempatnya oleh jaringan ikat. Disini
terdapat saraf (nervus akustikus) pada bagiand epan dan
sampingnya ada daerah yang lonjong yang disebut macula
akustikautrikola. Pada dinding belakang atrikus ada muara
dari duktus semisirkularis dan pada dinding depannya ada
tabung halus disebut utrikulosa sirkularis, saluran yang
menghubungkan atrikulus dengan sakulus.
b) Sakulus, bentuknya agak lonjong lebih kecil dari utrikulus,
terletak pada bagian depan dan bawah dari vestibulum dan
terpaut erat oleh jaringan ikat, tempat terdapatnya nervus
akustikus. Pada bagian depan sakulus ditemukan serabut-
serabut halus cabang nervus akustikus yang berakhir pada
macula akustika sakuli. Pada permukaan bawah sakulus ada
duktus reunien yang menghubungkan sakulus dengan duktus
koklearis, di bagian sudut sakulus ada saluran halus disebut
duktus endolimfatikus, berjalan melalui aqua duktus
vestibularis menuju permukaan bagian bawah tulang
temporalis dan berakhir sebagai kantong buntu disebut
sakusendol imfatikus yang terletak tepat di lapisan otak
duramater.
c) Duktus semisirkularis, ada tiga tabung selaput semisrkularis
yang berjalan dalamkanalis semisrkularis (superior, posterior,
dan lateralis). Penampangannya kira-kira sekitar sepertiga
penampang kanalis semisirkularis. Bagian duktus yang
melebar disebut ampula selaput. Setiap ampula mengandung
satu celah siklus, sebelah dalam ada Krista ampularis yang
terlihat menonjol kedalam yang menerima ujung-ujungsaraf.
d) Duktus koklearis merupakan saluran yang berbentuk agak
segitiga seolah-olah membuat batas pada koklea timpani.
Atap duktus koklearis terdapat membrane vestibularis pada
alasnya terdapat membran basilaris. Duktus koklearis mulai
dari kantong buntu (seikum vestibular) dan berakhir tepat di
seberang kanalis lamina spiralis pada kantong buntu (seikum
ampulare) pada membrane basilaris ditemukan organ korti
sepanjang duktus koklearis yang merupakan hearing sense
organ.
Pada pertemuan antara lamina spiralis tulang dengan
mediolus terdapat ganglion spiralis yang sebagaian besar diliputi
tulang bagian bawah dan menyatu dengan membrane basilaris
melintasi duktus koklearis dan melekat pada ligamentum
basilaris.
a) Membran basilaris : dibentuk oleh lapisan serat–serat
kolagen, permukaan bawah yang menghadap skala timpani
diliputi oleh jaringan ikat fibbrosa yang mengandung
pembuluh darah.
b) Membran vestibularis : suatu lembaran jaringan ikat tipis,
diliputi pada permukaan atas vestibular oleh pelapis rongga
perilimf yaitu jaringan epitel selapis gepeng yang terdiri atas
sel mesenkim
c) Dektus koklearis : dektus ini mengandung pigmen, bentuknya
lebih tinggi dan tidak beraturan, di bawahnya terdapat
jaringan ikat yang banyak mengandung kapiler yang disebut
stria vaskularis. Dektus koklearis merupakan tempat sekresi
endolimfe dan termasuk organ korti.
Telinga dalam terdiri dari labirin osea (labirin tulang), sebuah
rangkaian rongga pada tulang pelipis yang dilapisi periosteum
yang berisi cairan perilimfe & labirin membranasea, yang terletak
lebih dalam dan memiliki cairan endolimfe.Di labirin osea terdapat
koklea, vestibulum, kanalis semisirkularis.
a) koklea atau rumah siput. Penampang melintang koklea trdiri
aras tiga bagian yaitu skala vestibuli,skala media, dan skala
timpani. Bagian dasar dari skala vestibuli berhubungan
dengan tulang sanggurdi melalui jendela berselaput yang
disebut tingkap oval, sedangkan skala timpani berhubungan
dengan telinga tengah melalui tingkap bulat.Bagian atas
skala media dibatasi oleh membran vestibularisatau
membran Reissner dan sebelah bawah dibatasi oleh
membran basilaris.Diatas membran basilaris terdapatorgano
cortiyang berfungsi mengubah getaransuara menjadi
impuls.Organo corti terdiri dari sel rambut dan sel penyokong.
Diatas sel rambut terdapat membran tektorial yang terdiri
darigelatinyang lentur
sedangkan sel rambut akan dihubungkan dengan bagian otak
dengan saraf vestibulokoklearis.
a) Vetibulum, bagian tengah labirintus osseous pada vestibulum
ini membukafenestra ovale dan fenestra rotundum dan pada
bagian belakang atas menerima muara kanalis semisirkularis
b) Kanalis semisirkularis merupakan saluran setengah lingkaran
yang terdiri dari 3saluran. Saluran yang satu dengan yang
lainnya membentuk sudut 90%, kanalis semisrkularis
superior, kanalis semisirkularis posterior dan kanalis
semisirkularis lateralis.
Labirin membranosa memegang cairan yang dinamakan
endolimfe.Terdapat keseimbangan yang sangat tepat antara
perilimfe dan endolimfe dalam telinga dalam banyak kelainan
telinga dalam terjadi bila keseimbangan ini terganggu.
Percepatanangular menyebabkan gerakan dalam cairan telinga
dalam di dalam kanalis dan merang-sang sel-sel rambut labirin
membranosa. Akibatnya terjadi aktivitas elektris yang
berjalansepanjang cabang vesti-bular nervus kranialis VIII ke
otak.Perubahan posisi kepala dan percepatan linear merangsang
sel-sel rambut utrikulus. Ini juga mengakibatkan aktivitaselektris
yang akan dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis VIII.
Di dalam kanalisauditorius internus, nervus koklearis yang
muncul dari koklea, bergabung dengan nervusvestibularis, yang
muncul dari kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus,
menjadinervus koklearis (nervus kranialis VIII).Yang bergabung
dengan nervus ini di dalam kanalis auditorius internus adalah
nervus fasialis (nervus kranialis VII).Kanalisauditorius internus
mem-bawa nervus tersebut dan asupan darah ke batang otak.

IV. ALAT DAN BAHAN

ALAT BAHAN
Model anatomis telinga Larutan kinin sulfat 0,1
Model antomis mata Larutan kinin 0,000008 M
Pengukur pupil mata Larutan sukrosa 5 dan 0,01 M
Garpu tala Larutan asam asetat 1
Jam/stopwatch Larutan asam klorida 0,0009 M
Penutup mata Larutan natrium klorida 0,01 M

dan 10
Lampu senter Kapas
Pipet tetes Air es
Penutup hidung Beberapa makanan seperti :
kentang, tomat dan bawang
merah
Kamfer
Minyak permen
Minyak cengkeh

V. PROSEDUR PERCOBAAN

A. Penglihatan (visi)
a) Anatomi mata
Anatomi mata dipelajari dan dibuat gambar serta nama
bagian-bagian anatomi mata.
b) Fisiologi penglihatan
(a) Refleks akomodasi
Pupil mata diukur dan diamati adanya perbedaan ukuran
pupil mata di bawah sinar biasa dan sinar terang.Pupil
mata diukur pula bila mata melihat obyek pada jarak 5
meter maupun 20 cm.
(b) Titik dekat
Mata difokuskan pada obyek (missal pensil/batang
pengaduk) berjarak 1 meter. Perlahan-lahan obyek
digerakan mendekati mata sampai obyek terlihat
berganda.

(c) Bintik buta


Bintik buta adalah area pada retina dimana saraf-saraf
optis dan pembuuh darah meninggalkan retina, dengan
demikian tidak memiliki reseptor visual.Mata kiri ditutup,
mata kanan difokuskan pada (+) dengan jarak kira-kira
60 cm. Dengan mata kanan tetap terfokus pada tanda
(+), gambar ini digerakan mendekati mata. Pada jarak
tertentu bintik hitam akan hilang, tapi muncul kembali
pada jarak yang lebih dekat. Jarak ini dihitung.
B. Kecap (rasa)
a) Distribusi reseptor kecap
Dengan menggunakan satu tetes larutan dibawah ini, lokasi
reseptor ditentukan untuk empat jenis rasa pada lidah :
Larutan kinin sulfat 0,1%, Larutan sukrosa 5%, Larutan asam
asetat 1%, Larutan natrium klorida 10%. Setiap kali setelah
mengecap rasa, lalu dikumur dengan air tawar.
b) Nilai ambang rasa
Larutan – larutan dibawah ini merupakan larutan yang
memiliki rasa pada nilai ambang rasa lidah (pada rata-rata
orang) : Pahit yaitu kinin 0,000008 M, Manis yaitu sukrosa
0,01 M, Asam yaitu asam klorida 0,0009 M, Asin yaitu natrium
klorida 0,01 M. Pada saat mencicipi larutan tersebut, lidah
tidak boleh digoyangkan.
C. Pendengaran dan kesetimbangan
a) Fisiologi pendengaran
(a) Ketajaman pendengaran
Sebuah jam yang berdetak ditempatkan pada telinga
kanan salah satu anggota kelompok dengan mata
tertutup dan telinga kiri disumbat dengan kapas.
Selanjutnya jam perlahan – lahan dijauhkan lalu
ditentukan jarak detak jam yang tepat tidak terdengar
lagi. Langkah berikutnya jam tersebut dijauhkan sedikit
lagi, kemudian perlahan-lahan didekatkan kembali pada
telinga. Lalu ditentukan jarak jam yang tepat terdengar
kembali. Kemudian dilakukan hal yang sama pada telinga
kiri dalam keadaan telinga kanan tersumbat. Selanjutnya
dibandingkan ketajaman telinga kiri dan telinga kanan.
(b) Uji weber
Sebuah garpu tala dipukulkan pada lutut, kemudian
garpu tala ini digigit diantara gigi, dengan keadaan bibir
terbuka.Selanjutnya untuk mendapatkan keadaan serupa
ketulian konduksi percobaan dilakukan dengan salah
satu telinga yang disumbat oleh kapas.
(c) Uji keseimbangan
Salah satu anggota kelompok berdiri tegak, kemudian
kaki dirapatkan dan ditutup matanya.Selanjutnya dalam
keadaan demikian dicatat waktu berdiri selama 5 menit
tanpa gerak.
D. Penciuman
a) Adaptasi penciuman
Mata dari salah satu anggota kelompok ditutup, kemudian
kamfer diciumkan pada salah satu lubang
hidungnya.Selanjutnya waktu dicatat bila subyek tak dapat
lagi mendeteksi bau tersebut.Langkah berikutnya subyek
diminta untuk membedakan bau minyak permen dan minyak
cengkeh, kemudian hasil pengamatannya dicatat.
b) Transmisi impuls penciuman
Transmisi impuls penciuman manusia digambarkan secara
skematis.

c) Interaksi rasa dengan penciuman


Kedua lubang hidung dan mata subyek ditutup. Selanjutnya
pada lidah yang terjulur potongan – potongan makanan
dengan jenis yang berbeda ditempatkan secara bergantian ,
kemudian percobaan diulangi dengan lubang hidung terbuka.

VI. DATA PENGAMATAN

No Panca Pengujian Hasil


Indera
1 Mata a. Akomodasi Sebelum disenter, ukuran pupil mata 0,4 cm

Setelah disenter, ukuran pupil mata 0,2


b. Obyek Jarak jauh menebal

Jarak dekat menipis


c. Titik dekat Jarak 7 cm objek terlihat ganda

Jarak 16,5 cm objek terlihat tunggal


d. Bintik buta Jarak 9,5 cm
2 Lidah Rasa Isnan Ira Anisa Lina Wiwin Yulia
Pahit - + + + - +
Asam - - - - - -
Manis - - - - - -
Asin + + + + + +
3 Telinga a. Ketajaman Menjauh = 17 cm
Mendekat = 12 cm
Ketajamaan = 5 cm
b. Uji Weber Suara terdengar lebih jelas pada telinga
kanan
c. Keseimbangan 1 menit 3 detik
4 Hidung a. Adaptasi Kamfer tercium jelas selama 5 menit
dengan mata tertutup. Saat diganti dengan
minyak cengkeh dan minyak permen, aroma
tercium jelas dan berbeda. Saat diuji
dengan kamfer kembali, aroma kamfer
menghilang dalam 20 detik
b. Interaksi Dengan hidung terbuka dan mata tertutup
dapat merasakan dengan tepat rasa
kentang, tomat, dan bawang. Dan saat mata
tertutup dan hidung tertutup, subjek tidak
merasakan tomat dengan tepat, tetapi
kentang dan bawang dapat dirasakan
dengan tepat

Keterangan : Tanda (+) pada pengujian lidah berarti subjek dapat


merasakan rasa larutan yang diujikan.
VII. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, telah dilakukan percobaan panca indera.


Dilakukan percobaan penglihatan (mata), pengecap (lidah), penciuman
(hidung), pendengaran (telinga) dan kesetimbangan.

Pada percobaan penglihatan, yaitu refleks akomodasi dalam fisiologi


penglihatan, hasil yang didapat adalah diameter pupil mata yang disinari
cahaya terang (senter) secara tiba-tiba mengecil dibandingkan saat pupil
mata tidak disinari, yaitu dari diameter 0,4 cm menjadi 0,2 cm. Reaksi ini
disebut refleks cahaya pupil. Fungsi refleks cahaya adalah membantu mata
untuk beradaptasi secara sangat cepat terhadap perubahan cahaya.
Pada saat mata melihat objek berjarak 5 meter, diameter pupil lebih
lebar, yaitu 0.5 cm, dibandingkan saat melihat objek berjarak 20 cm, yaitu 0.3
cm. Saat pupil mengecil, mata memiliki kedalaman fokus yang lebih besar
karena hampir seluruh berkas cahaya akan melalui bagian tengah lensa,
sehingga terfokus dengan baik.

Pada percobaan titik dekat mata, setelah perlahan didekatkan dari


jarak 1 meter, objek terlihat berganda pada jarak 7 cm, dan kembali terlihat
tunggal setelah objek dijauhkan menjadi 16,5 cm. Jika sangat dekat dengan
objek maka cahaya yang masuk ke mata tampak seperti kerucut, sedangkan
jika sangat jauh dari objek, maka sudut kerucut cahaya yang masuk sangat
kecil sehingga sinar tampak paralel. Baik sinar dari objek yang jauh maupun
yang dekat harus direfraksikan (dibiaskan) untuk menghasilkan titik yang
tajam pada retina agar objek terlihat jelas.

Pada data pengamatan bintik buta didapat hasil pada jarak 9,5cm. Hal
ini terjadi disebabkan bayangan suatu benda tidak nampak pada jarak
tertentu, karena pembiasan cahaya dari suatu benda tersebut jatuh di bagian
bintik buta pada retina. Bayangan akan tampak jika pembiasan cahaya dari
suatu benda tersebut jatuh di bagian bintik kuning pada retina.

Selanjutnya, setelah dilakukan percobaan penglihatan, dilakukan


percobaan pengecapan (rasa). Pertama dilakukan percobaan distribusi
reseptor kecap pada 6 orang anggota kelompok. Saat larutan Kinin Sulfat 0,1
% dan 0,000008 M diteteskan sebanyak satu tetes pada lidah setiap orang
anggota, hanya 4 orang yang dapat merasakan pahitnya Kinin Sulfat. Saat
larutan sukrosa 5% dan 0,01 M diteteskan, tidak seorang pun merasakan
manisnya Sukrosa, begitu juga dengan Larutan Asam Asetat 1% dan Asam
Klorida 0,0009 M, tidak seorang pun merasakan rasa asam, sedangkan saat
larutan Natrium Klorida 10% dan 0,01 M diteteskan, semua anggota dapat
merasakan asin. Hal ini disebabkan kepekaan ambang rasa indera pengecap
(lidah) setiap orang tidak sama, konsentrasi larutan yang kurang pekat, dan
tidak tepatnya penempatan larutan yang diteteskan dengan area pengecapan
pada lidah.

Pada saat menguji ketajaman pendengaran, stopwatch didekatkan


pada telinga kanan kemudian dijauhkan hingga tak terdengar detaknya pada
jarak 17 cm, detak stopwatch baru kembali terdengar setelah didekatkan
hingga jarak 12 cm. Dari percobaan ini, didapat ketajaman pendengaran
subjek adalah 5 cm.
Pada uji weber, garpu tala yang telah dipukulkan pada lutut subjek
hingga bergetar, digigit dengan bibir terbuka. Suara yang dihasilkan dari
garpu tala terdengar lebih jelas pada telinga kanan. Dengan demikian
pendengaran subjek tidak normal (tuli konduktif). Hal ini dapat disebabkan
kelainan di telinga bagian luar dan/atau telinga bagian tengah, sedangkan
saraf pendengarannya masih baik, dapat terjadi pada orang dengan infeksi
telinga tengah, infeksi telinga luar atau adanya serumen di liang telinga.

Pada saat uji keseimbangan, subjek yang berdiri tegak dengan mata
tertutup hanya mampu bertahan diam selama waktu 1 menit 3 detik. Dengan
demikian, keseimbangan subjek dalam keadaan tidak baik. Hal ini dapat
disebabkan karena kurangnya konsentrasi.

Pada saat melakukan percobaan penciuman, pada adaptasi


penciuman bahan yang digunakan kamper, minyak permen, dan minyak
cengkeh pada adaptasi ini waktu penciuman aroma kamfer,minyak permen
dan minyak cengkeh masing – masing selama 5 menit. Pada saat kamper di
dekatkan ke hidung kamper langsung tercium dengan jelas selama 5 menit
dengan mata tertutup. Dan pada saat pergantian aroma dengan minyak
permen aroma kamfer masih melekat dalam hidung selama 20 detik dan
setelah itu menghilang aroman kamfernya. Pada saat menggunkan minyak
permen aroma minyak permen langsung tercium dan pada saat pergantian
ke minyak cengkeh dan aroma minyak cengkeh langsung tercium. Ini berarti
penciuman salah satu anggota kelompok yang mempraktikan masih
berfungsi dengan baik, karena pada saat mencium aroma kamfer waktu
adaptasi bagus, dan pada saat pergantian aroma menjadi minyak permen
aromanya langsung tercium berarti adaptasi jelek tapi indra penciumannya
bagus, sehingga dapat dengan mudah mengenali bau-bau minyak yang di
ujikan.

Pada saat melakukan percobaan penciuman pada interaksi rasa dan


penciuman menggunakan 2 cara dalam keadaan hidung tertutup dan mata
tertutup kemudian dengan cara keadaan hidung terbuka mata tertutup.
Dalam keadaan hidung tertutup mata tertutup makanan hanya dapat
diidentifikasi hanya 2 macam makanan yaitu tomat dan bawang, pada saat
keadaan hidung terbuka mata tertutup makanan dapat dicium dengan baik.
KESIMPULAN

Berdasarkan data pengamatan dapat disimpulkan, yaitu :

1. Mata
a. Pada pengujian akomodasi jarak selisihnya adalah 0,2 mm.
b. Pada pengujian objek memfokuskan benda (pulpen) pada jarak
jauh pupil mata membesar, dan pada jarak dekat pupil mata
mengecil.
c. Pada pengujian titik dekat objek benda menjadi ganda pada
jarak 7 cm dan menjadi tunggal kembali pada jarak 16,5 cm
disebut titik dekat akomodasi.
d. Pada pengujian bintik buta mata kiri di tutup dan mata kanan
tetap fokus yang berjarak 60 cm dengan melihat tanda (+)
maka jarak selisihnya 9,5 cm

2. Lidah

a. Pada pengujian pengecapan (rasa), distribusi reseptor kecap adalah


rasa kinin sulfat (pahit), sukrosa (manis), asam klorida (asem), dan
natrium klorida (asin).
b. Nilai ambang rasa adalah setiap anggota kelompok berbeda.

3. Telinga

a. Pada pengujian pendengaran, pada fisiologi pendengaran ketajaman


pendengaran adalah telinga kanan lebih peka daripada telinga kiri.
b. Pada pengujian pendengaran pada uji weber adalah pendengaran
lebih jelas dikanan ( tuli konduktif).
c. uji keseimbangan adalah tidak seimbang karena hanya bertahan
selama 1 menit 3 detik.

4. Hidung
Pada pengujian penciuman adaptasi penciuman praktikan kurang bagus
karena aroma kamfer masih tercium saat diberikan minyak cengkeh dan
minyak permen, tetapi indra penciumannya baik.
LAMPIRAN

Pertanyaan – pertanyaan

1. Apa yang dimaksudkan dengan akomodasi ?

2. Otot mana yang terlibat dalam akomodasi ini dan bagaimana kerjanya?

3. Bagaimana terjadinya bentuk dan posisi iris pada akomodasi untuk


melihat?

4. Jelaskan perubahan-perubahan kimia apa yang terjadi dalam menerima


sensasi cahaya dan warna !

5. Apa yang sesungguhnya terjadi pada keadaan buta warna?

6. Organ apa dari mata yang mengalami kelainan pada keadaan buta warna?

Jawab :

1. Akomondasi adalah kemampuan mata untuk merubah bentuk lensa untuk


memfokuskan penglihatan

2. diatur oleh otot-otot lensa yang melingkar(otot silindris),otot sirkulasi.

3. Dari dalam iris terdapat otot dilatator pupil dan otot sfinken pupil yang
berfungsi memperlebar/memperkecil diameter pupil iris dapat mengatur
jumlah cahaya yang masuk kedalam bola mata melalui lubang pupil

4. ketika suatu berkas sinar/cahaya samapai diretina,akan terjadi stimulasi


reaksi kimia pada sel batang dan sel kerucut yaitu pada sel batang,zat kimia
rodospin akan diperoleh menjadi skotopsin dan retinal

5. buta warna merupakan gangguan genetika dimana fungsi salah satu dari 3
macam sel kerucut berkurang atau tidak berfungsi sama sekali, buta warna
merupakan sifat terkait seks , gen penglihatan warna normal pada kromosom
x nya yang lain tidak akan menderita buta warna, tidak menurunkan gen buta
warna pada anaknya

6. organ yang mengalami ganguan jika mengalamai buta warna yaitu 3


macam sel kerucut pada mata sel kerucut pada mata terdiri dari 3 macam
yaitu sel kerucut pengabsorsi sinar merah, sel kerucut pengabsorsi sinar
hijau, sel kerucut pengabrosi sinar biru.
DAFTAR PUSTAKA

Guyton dan Hall, 2007. “Ajar Fisiologi Kedokteran”. Jakarta : ECG.

Anda mungkin juga menyukai