Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Campak adalah organisme yang sangat menular ditularkan melalui rute udara
dari seseorang yang terinfeksi pada orang lain yang rentan (Smeltzer, 2013).
Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk
mukolo papular selama tiga hari atau lebih yang disertai panas 380c ata lebih dan
disertai salah satu gejala batuk, pilek, dan mata merah (WHO, 2009).
Campak merupakan salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi pada
anak, sangat infeksius, dapat menular sejak awal masa prodromal (4 hari sebelum
muncul ruam) sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam. Campak
timbul karena terpapar droplet yang mengandung virus campak. Sejak program
imunisasi campak dicanangkan, jumlah kasus menurun, namun akhir-akhir ini
kembali meningkat. Di Amerika Serikat, timbul KLB (Kejadian Luar Biasa)
dengan 147 kasus sejak awal Januari hingga awal Februari 2015.. Di Indonesia,
jumlah kasus penyakit ini meningkat di akhir tahun 2014. Gejala klinis terdiri dari
tiga stadium, yaitu stadium prodromal, eksantem, dan konvalesens. Diagnosis
ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan antibodi IgM
campak dalam darah. Tatalaksana bersifat suportif disertai pemberian vitamin A.
Komplikasi yang sering menyebabkan kematian pada anak adalah pneumonia.
Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian vaksin.
Campak lebih sering menimpa anak-anak berusia di bawah lima tahun. Tetapi
pada dasarnya semua orang bisa terinfeksi virus ini, terutama yang belum pernah
terkena campak atau yang belum mendapat vaksinasi campak. Maka dari itu,
memungkinkan virus campak juga menyerang orang dewasa. 2 Prof.dr.M Juffrie,
Ph.D.,Sp.A(K), dosen bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UGM,
menyebutkan bahwa vaksinasi campak merupakan cara paling efektif untuk
mencegah penularan virus measles penyebab campak. Imunisasi diberikan dengan
cara memberikan vaksin (bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan
kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau
mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme) kedalam tubuh seseorang untuk
memberikan kekebalan terhadap penyakit (Nugroho, 2009).
Penderita campak memiliki kemungkinan untuk meninggal, memiliki
kekebalan tetapi masih rentan terhadap penyakit itu kembali atau menjadi semakin
parah. Namun dengan pemberian vaksin individu yang rentan akan memperoleh
kekebalan sehingga jika nantinya terjangkit penyakit campak tidak akan sakit atau
tidak menjadi parah. Dari pernyataan tersebut, penyakit campak dapat
dikelompokkan ke dalam model SEIR (Susceptible-Exposed-Infected-Recovered)
yang merupakan model epidemik yang mengasumsikan bahwa individu yang
rentan mempunyai kekebalan terhadap penyakit yang bersangkutan dengan
pemberian vaksin.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari campak?
2. Apa penyebab dari campak?
3. Bagaimana patofisiologi dari campak?
4. Apa saja manifestasi klinik dari campak?
5. Apa saja komplikasi dari campak?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dilakukan dari penyakit campak?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis pada penyakit campak?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian dari campak
2. Untuk mengetahui penyebab dari campak
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari campak
4. Untuk mengetahui manifestasi klinik yang terjadi pada penyakit campak
5. Untuk mengetahui komplikasi dari penyakit campak
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada penyakit
campak
7. Untuk mengetahui penatalaksaan medis pada penyakit campak
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Pengertian
Campak adalah organisme yang sangat menular ditularkan melalui rute
udara dari seseorang yang terinfeksi pada orang lain yang rentan (Smeltzer,
2013). Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan
berbentuk mukolo papular selama tiga hari atau lebih yang disertai panas 380c
ata lebih dan disertai salah satu gejala batuk, pilek, dan mata merah (WHO,
2009).
Campak disebut juga rubeola, morbili, atau measles. Penyakit ini
ditularkan melalui droplet ataupun kontak dengan penderita. Penyakit ini
memiliki masa inkubasi 8-13 hari. Campak ditandai dengan gejala awal
demam, batuk, pilek, dan konjungtivitis yang kemudian diikuti dengan bercak
kemerahan pada kulit (rash). Dampak penyakit campak di kemudian hari
adalah kurang gizi sebagai akibat diare berulang dan berkepanjangan pasca
campak, sindrom radang otak pada anak diatas 10 tahun, dan tuberkulosis
paru menjadi lebih parah setelah sakit campak berat.
Campak merupakan penyakit menular yang banyak ditemukan didunia
dan dianggap sebagai persoalan kesehatan masyarakat yang harus
diselesaikan. Gejala awal campak berupa demam, konjungtivis, pilek batuk
dan bintik-bintik kecil dengan bagian tengah berwarna putih atau putih
kebiru-biruan dengan dasar kemerahan di daerah pipi. Tanda khas bercak
kemerahan dikulit timbul pada hari ketiga sampai ketujuh, dimulai di daerah
muka, kemudian meneluruh, berlangsung sekitar 4-7 hari, dan terkadang
berakhir dengan pengelupasan kulit berwarna kecoklatan (Enrisyu, 2012).

2.1.2 Etiologi
Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret
nasofaring dan darah selama masa prodormal sampai 24 jam setelah timbul
bercak-bercak. Virus ini berupa virus RNA yang termasuk famili
Paramiksoviridae, genus Morbilivirus. Cara penularannya adalah dengan
droplet infeksi. Virus campak termasuk golongan paramyxovirus. Virus ini
berbentuk bulat dengan tepi yang kasar dan begaris tengah 140 mm,
dibungkus oleh selubung luar yang terdiri dari lemak dan protein, didalamnya
terdapat nukleokapsid yang bulat lonjong terdiri dari bagian protein yang
mengelilingi asam nukleat (RNA), merupakan sruktur heliks nukleoprotein
yang berada dari myxovirus. Selubung luar sering menunjukkan tonjolan
pendek, sa tu protein yang berada di selubung luar muncul sebagai
hemaglutinin.
Virus Campak adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan yang
kuat, apabila berada diluar tubuh manusia virus Campak akan mati. Pada
temperatur kamar virus Campak kehilangan 60% sifat infektisitasnya selama
3 – 5 hari. Tanpa media protein virus Campak hanya dapat hidup selama 2
minggu dan hancur oleh sinar ultraviolet. Virus Campak termasuk
mikroorganisme yang bersifat ether labile karena selubungnya terdiri dari
lemak, pada suhu kamar dapat mati dalam 20% ether selama 10 menit, dan
50% aseton dalam 30 menit.

2.1.3 Patofisiologi
Penyebab campak adalah measles virus (MV), genus virus morbili,
familiparamyxoviridae. Virus ini menjadi tidak aktif bila terkena panas, sinar,
pH asam, ether, dan trypsin dan hanya bertahan kurang dari 2 jam di udara
terbuka. Virus campak ditularkan lewat droplet, menempel dan berkembang
biak pada epitel nasofaring. Virus ini masuk melalui saluran pernafasan
terutama bagian atas, juga kemungkinan melalui kelenjar air mata.
Dua sampai tiga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut
pada kelenjar limfe regional dan terjadi viremia yang pertama. Virus
menyebar pada semua sistem retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua
setelah 5-7 hari dari infeksi awal. Adanya giant cells dan proses peradangan
merupakan dasar patologik ruam dan infiltrat peribronchial paru. Juga
terdapat udema, bendungan dan perdarahan yang tersebar pada otak.
Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan batuk, pilek,
mata merah (3 C : coryza, cough and conjuctivitis) dan demam yang makin
lama makin tinggi. Gejala panas, batuk, pilek makin lama makin berat dan
pada hari ke 10 sejak awal infeksi (pada hari penderita kontak dengan sumber
infeksi) mulai timbul ruam makulopapuler warna kemerahan.
Virus dapat berkembang biak juga pada susunan saraf pusat dan
menimbulkan gejala klinik encefalitis. Setelah masa konvelesen pada turun
dan hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam menjadi makin gelap,
berubah menjadi desquamasi dan hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan
karena pada awalnya terdapat perdarahan perivaskuler dan infiltrasi limfosit

2.1.4 Manifestasi Klinik


Masa tunas/inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih dari 10-20 hari
dan kemidian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3 stadium :
1. Stadium kataral (prodormal)
Stadium prodormal berlangsung selama 4-5 hari ditandai oleh
demam ringa hingga sedang, batuk kering ringan, coryza, fotofobia
dan konjungtivitis. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam
sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang
patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak
koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi
oleh eritema.Lokalisasinya dimukosa bukalis berhadapandengan
molar dibawah, tetapi dapat menyebar tidak teratur mengenai
seluruh permukaan pipi. Meski jarang, mereka dapat pula
ditemukan pada bagian tengah bibir bawah, langit-langit dan
karankula lakrimalis. Bercak tersebut muncul dan menghilang
dengan cepat dalam waktu 12-18 jam. Kadang-kadang stadium
prodormal bersifat berat karena diiringi demam tinggi mendadak
disertai kejang-kejang dan pneumoni. Gambaran darah tepi ialah
limfositosis dan leukopenia.
2. Stadium erupsi
Coryza dan batuk-batuk bertambah. Timbul eritema / titik merah
dipalatum durum dan palatum mole. Terjadinya eritema yang
berbentuk makula papula disertai dengan menaiknya suhu tubuh.
Eritema timbul dibelakang telinga dibagian atas lateral tengkuk,
sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang
terdapat perdarahan primer pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak.
Terdapat pembesaran kelenjar getah bening disudut mandibula dan
didaerah leher belakang. Juga terdapat sedikit splenomegali, tidak
jarang disertai diare dan muntah. Variasi dari morbili yang biasa ini
adalah “Black Measles” yaitu morbili yang disertai perdarahan
pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
3. Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
(hiperpigmentasi) yang bisa hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi
pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik.
Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk
morbili. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau
eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu
menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.

2.1.5 Komplikasi
1. Otitis media akut
2. Pneumonia / bronkopneumoni
3. Encefalitis
4. Bronkiolitis
5. Laringitis obstruksi dan laringotrakkhetis

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


Pada pemeriksaan darah didapatkan jumlah leukosit normal atau
meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri. Pemeriksaan antibodi IgM
merupakan cara tercepat untuk memastikan adanya infeksi campak akut.
Karena IgM mungkin belum dapat dideteksi pada 2 hari pertama munculnya
rash, maka untuk mengambil darah pemeriksaan IgM dilakukan pada hari
ketiga untuk menghindari adanya false negative. Titer IgM mulai sulit diukur
pada 4 minggu setelah muncul rash.
Sedangkan IgG antibodi dapat dideteksi 4 hari setelah rash muncul,
terbanyak IgG dapat dideteksi 1 minggu setelah onset sampai 3 minggu
setelah onset. IgG masih dapat ditemukan sampai beberapa tahun kemudian.
Virus measles dapat diisolasi dari urine, nasofaringeal aspirat, darah yang
diberi heparin, dan swab tenggorok selama masa prodromal sampai 24 jam
setelah timbul bercak-bercak. Virus dapat tetap aktif selama sekurang-
kurangnya 34 jam dalam suhu kamar.

2.1.7 Penatalaksanaan Medis


Terdapat indikasi pemberian obat sedatif, antipiretik untuk mengatasi
demam tinggi. Istirahat ditempat tidur dan pemasukan cairan yang adekuat.
Mungkin diperlukan humidikasi ruangan bagi penderita laringitis atau batuk
mengganggu dan lebih baik mempertahanakan suhu ruangan yang hangat.
1. Penatalaksanaan Teraupetik :
1) Pemberian vitamin A
2) Istirahat baring selama suhu meningkat, pemberian antipiretik
3) Pemberian antibiotik pada anak-anak yang beresiko tinggi
4) Pemberian obat batuk dan sedativum
2. Penatalaksanaan Keperawatan :
1) Kebutuhan Nutrisi
Campak menyebabkan anak menderita malaise dan anoreksia.
Anak sering mengeluh mulut pahit sehingga tidak mau makan
atau minum. Demam yang tinggi menyebabkan pengeluaran
cairan lebih banyak. Keadaan ini jika tidak diperhatikan agar
anak mau makan ataupun minim akan menambah kelemahan
tubuhnya dan memudahkan timbulnya komplikasi.
2) Gangguan suhu tubuh
Campak selalu didahului demam tinggi. Demam yang
disebabkan infeksi virus ini pada akhirnya akan turun dengan
sendirinya setelah campaknya keluar banyak, kecuali bila
terjadi komplikasi demam akan tetap berlangsung lebih lama.
Untuk menurunkan suhu tubuh biasanya diberikan antipiretik
dan jika tinggi sekali diberiakan sedative untuk mencegah
terjadinya kejang.
3) Gangguan rasa aman nyaman
Gangguan ini dirasakan anak karena adanya demam, tak enak
badan, pusing, mulut terasa pahit dan kadang muntah-muntah.
Biasanya anak juga tidak tahan meluhat sinar karena silau,
batuk bertambah banyak dan akan berlangsung lebih lama dari
campaknya sendiri. Anak kecil akan sangat rewel, pada waktu
malam anak sering minta digendong saja. Jika eksantem telah
keluar anak akan merasa gatal, hal ini juga menambah
gangguan aman dan kenyamanan anak. Untuk mengurangi rasa
gatal tubuh anak dibedaki dengan bedak salisil 1% atau lainnya
( atas resep dokter ). Selama masih demam tinggi jangan
dimandikan tetapi sering-sering dibedaki saja.
4) Resiko terjadinya komplikasi
Campak sering menyebabkan daya tahan tubuh sangat
menurun. Hal ini dapat dibuktikan dengan uji tuberculin yang
semula positif berubah menjadi negative. Ini menunjukkan
bahwa antigen antibody pasien sangat kurang kemampuannya
untuk bereaksi terhadap infeksi. Oleh karena itu resiko
terjadinya komplikasi lebih besar terutama jika keadaan umum
anak kurang baik, seperti pada pasien dengan malnutrisi atau
dengan penyakit kronik lainya

2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
1) Anamnesa
a. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa
yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan,
asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa
medis.
b. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus campak adalah
demam, batuk, sakit kepala, dan konjungtivitis. Untuk
memperoleh pengkajian yang lengkap pada klien campak.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari
campak, yang nantinya membantu dalam membuat rencana
tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya
penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan
yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu,
dengan mengetahui mekanisme terjadinya campak bisa
diketahui penyakit kulit yang lain.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab campak
dan memberi petunjuk berapa lama penyakit campak tersebut
berlangsung.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit camapak
merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya campak,
pneumonia, batuk, demam, konjungtivitis.
f. Riwayat Psikososial,Merupakan respons emosi klien terhadap
penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan
masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan
sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
2) Pola-Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada kasus campak akan timbul demam, batuk, sakit kepala, dan
konjungtivitis. Dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan
untuk membantu penyembuhan kulitnya. Selain itu, pengkajian
juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti kontak langsung
dengan penderita yang dapat mengganggu kesehatan kulit.
b. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien campak harus mengkonsumsi nutrisi melebihi
kebutuhan sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit.
C, vit c, dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan
kulit. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu
menentukan penyebab masalah kulit
c. Pola Eliminasi
Untuk kasus campak  gangguan pada pola eliminasi, tapi
walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna
serta bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola
eliminasi uri dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan
jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak.
d. Pola Tidur dan Istirahat
Semua klien campak timbul rasa nyeri, keterbatasan sosialisasi,
sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur
klien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya
tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur.
e. Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk
kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu
banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah
bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena ada
beberapa bentuk pekerjaan beresiko
f. Pola Hubungan dan Peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam
masyarakat.
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Dampak yang timbul pada klien campak yaitu timbul pernafasan
tidak efektif, saluran cerna trganggu, konjungtivtis,  rasa cemas,
rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal,
dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body
image).
h. Pola Sensori dan Kognitif
Pada klien camapak daya rabanya meningkat terutama pada
bagian kulit yang terkena, sedang pada indera yang lain tidak
timbul gangguan. begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami
gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri akibat camapak.
i. Pola Penanggulangan Stress
Pada klien camapak timbul rasa cemas tentang keadaan
dirinya,. Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak
efektif.
j. Pola Tata Nilai dan Keyakinan
Untuk klien campak tidak dapat melaksanakan kebutuhan
beribadah dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal
ini bisa disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak klien
3) Pemeriksaan fisik :
Mata : Terdapat konjungtivitis, fotophobia
Kepala : Sakit kepala
Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza,
perdarahan hidung
Mulut dan bibir :Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut
terasa pahit.
Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam
makuler pada leher, muka, lengan dan kaki (pada stad.
Konvalensi), evitema, panas (demam).
Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi,
sputum
Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/
imunisasi.
Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare
Status Nutrisi : intake – output makanan, nafsu makanan
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia.
2) Ganguan peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi
virus.
3) Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan adanya
demam, tidak enak bedan, pusing, mulut terasa pahit, kadang-
kadang muntah dan gatal.
4) Resiko terjadi komplikasi berhubungan dengan daya tahan tubuh
yang menurun.
5) Kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakit.
2.2.3 Intervensi Keperawatan
1. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia
Kriteria hasil :
- Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan
peningkatan yang tepat.
- Menunjukkan perilaku / perubahan pola hidup untuk
meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang
tepat
Intervensi Keperawatan:
1) Berikan banyak minum (sari buah-buahan, sirup yang tidak
memakai es).
Rasional : untuk mengkompensasi adanya peningkatan suhu
tubuh dan merangsang nafsu makan
2) Berikan susu porsi sedikit tetapi sering (susu dibuat encer dan
tidak terlalu manis, dan berikan susu tersebut dalam keadaan
yang hangat ketika diminum).
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi melalui cairan
bernutrisi.
3) Berikan makanan lunak, misalnya bubur yang memakai kuah,
sup atau bubur santan memakai gula dengan porsi sedikir tetapi
dengan kuantitas yang sering.
Rasional : untuk memudahkan mencerna makanan dan
meningkatkan asupan makanan.
4) Berikan nasi TKTP, jika suhu tubuh sudah turun dan nafsu
makan mulai membaik.
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh setelah
sakit.
2. Ganguan peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi
virus.
Kriteria hasil :
- Pasien menunjukkan adanya penurunan suhu tubuh mencapai
normal
- Pasien menunjukkan tidak adanya komplikasi
Intervensi keperawatan:
1) Memberikan kompres dingin / hangat.
Rasional : untuk membantu dalam penurunan suhu tubuh pada
pasien.
2) Kolaborasi medis untuk pemberian terapi antipiretikum.
Rasional : antipiretikum bekerja untuk menurunkan adanya
kenaikan suhu tubuh.
3) Pantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan linen tempat tidur
sesuai indikasi.
Rasional : suhu ruangan / jumlah selimut harus diubah untuk
mempertahankan suhu tubuh agar tetap normal.
3. Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan adanya
demam, tidak enak bedan, pusing, mulut terasa pahit, kadang-
kadang muntah dan gatal.
Kriteria hasil :
- Pasien menunjukkan kenyamanan, tidak merasa gatal lagi.
- Badan kelihatan segar dan tidak merasa pusing.
Intervensi keperawatan:
1) Bedaki tubuh anak dengan bedak salisil 1% atau lainnya atas
resep dokter.
Rasional : bedak salisil 1% dapat mengurangi rasa gatal pada
tubuh anak.
2)  Menghindari anak tidak tidur di bawah lampu karena silau dan
membuat tidak nyaman.
Rasional : lampu yang terlalu terang membuat anak silau dan
menambah rasa tidak nyaman.
3) Selama demam masih tinggi tidak boleh dimandikan dan sering-
sering dibedaki.
Rasional : tubuh yang dibedaki akan membuat rasa nyaman pasa
pasien.
4) Jika suhu tubuh turun, untuk mengurangi gatal dapat
dimandikan dengan PK atau air hangat atau dapat juga dengan
bethadine.
Rasional : air hangat / PK dapat mengurangi gatal dan
menambah rasa nyaman.
4. Resiko terjadi komplikasi berhubungan dengan daya tahan tubuh
yang menurun.
Kriteria hasil :
- Pasien menunjukkan peningkatan kondisi tubuh.
- Daya tahan tubuh optimal tidak menunjukkan tanda-tanda
mudah terserang panyakit.
Intervensi keperawatan:
1) Mengubah sikap baring anak beberapa kali sehari dan berikan
bantal untuk meninggikan kepalanya.
Rasional : meninggikan posisi kepala dapat memberikan
sirkulasi udara dalam paru.
2) Mendudukkan anak / dipangku pada waktu minum.
Rasional : mencegah terjadinya aspirasi.
3) Menghindarkan membaringkan pasien di depan jendela atau
membawanya keluar selama masih demam.
Rasional : menghindarkan anak terkena angin dan menambah
suhu tubuh.
5. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakit.
Kriteria hasil :
- Orang tua menunjukkan mengerti tetang proses penyakit.
- Orang tua mengerti bagaimana pencegahan dan meningkatkan
gizi agar tidak mudah timbul komplikasi yang berat.
Intervensi keperawatan:
1) Memberikan penyuluhan tentang pemberian gizi yang baik bagi
anak, terutama balita agar tidak mudah mendapat infeksi.
Rasional : memberikan pengetahuan kepada orang tua.
2)  Menjelaskan pada orang tua tentang morbili tentang hubungan
pencegahan dengan vaksinasi campak dan peningkatan gizi agar
tidak mudah timbul komplikasi yang berat.
Rasional : memberikan pengetahuan kepada orang tua tentang
pencegahan penyakit anaknya.
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Melakukan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam
rencana keperawatan klien.
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Meninjau respon klien untuk menentukan keefektifan rencana
keperawatan dalam memenuhi kebutuhan klien.
BAB 3
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
Campak merupakan penyakit menular yang banyak ditemukan didunia dan
dianggap sebagai persoalan kesehatan masyarakat yang harus diselesaikan. Gejala
awal campak berupa demam, konjungtivis, pilek batuk dan bintik-bintik kecil
dengan bagian tengah berwarna putih atau putih kebiru-biruan dengan dasar
kemerahan di daerah pipi. Tanda khas bercak kemerahan dikulit timbul pada hari
ketiga sampai ketujuh, dimulai di daerah muka, kemudian meneluruh,
berlangsung sekitar 4-7 hari, dan terkadang berakhir dengan pengelupasan kulit
berwarna kecoklatan.

3. 2 Saran
Kita harus menerapkan pola hidup sehat, utamanya untuk anak dan balita
perlu mendapatkan asupan gizi yang cukup sehingga status gizi anak pun menjadi
lebih baik. Selalu menjaga kebersihan dengan selalu mencuci tangan anak
sebelum makan. Jika anak belum waktunya menerima imunisasi campak, atau
karena hal tertentu dokter menunda pemberian imunisasi campak (MMR),
sebaiknya anak tidak berdekatan dengan anak lain atau orang lain yang sedang
demam dan jika sudah terkena penyakit ini sebaiknya secepatnya berobat dan jika
dalam kondisi yang lebih akut sebaiknya perlu dirujuk ke rumah sakit.
Untuk para orangtua jangan mengabaikan vaksinasi untuk anak  karena anak
atau balita yang tidak mendapat imunisasi campak memiliki resiko 5 kali lebih
besar untuk terkena penyakit campak dibanding dengan anak atau balita yang
mendapat imunisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Giarsawan N, I Wayan S A, Anysiah EY, 2012. Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Kejadian Campak Di Wilayah Puskesmas Tejakula I

Kecamatan Tejakula Kecamatan Buleleng. Jurnal Kesehatan Lingkungan 4

(2): 140-145

Nugroho, susilo. 2009. Skripsi : Pengaruh Vaksinasi Terhadap Penyebaran

Penyakit Dengan Model Endemi SIR. Universitas Sebelas Maret: Surabaya

Smeltzer, S. C. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth. Edisi

12. Jakarta: Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai