QBL 1 Point 2
QBL 1 Point 2
Makalah disusun guna memenuhi tugas mata kuliah : Keperawatan Kesehatan Jiwa I
Disusun oleh :
2020
2.1 PROSES TERJADINYA GANGGUAN JIWA MENURUT STUART
Gangguan jiwa adalah suatu keadaan dimana terjadinya defisit pengetahuan dan
perkembangan, adanya pola perilaku yang maladaptif, serta ketidak mampuan merespon stresor
hingga terjadinya penolakan terhadap lingkungan (Stuart, 2013).
a. FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor predisposisi adalah faktor risiko yang menjadi sumber terjadinya stres yang memengaruhi
tipe dan sumber dari individu untuk menghadapi stres baik yang biologis, psikososial, dan
sosiokultural. Secara bersama-sama, faktor ini akan memengaruhi seseorang dalam memberikan
arti dan nilai terhadap stres pengalaman stres yang dialaminya. Adapun macam-macam faktor
predisposisi meliputi hal sebagai berikut.
1) Genetik Sebagian besar gangguan jiwa disebabkan karena faktor keturunan. Dimana
sifat-sifat gangguan jiwa yang akan dialami oleh individu diturunkan oleh orang tua maupun
nenek moyang mereka melalui gen dan kromosom dalam sel reproduksi.
2) Faktor personaliti Telah diketahui sejak lama bahwa kepribadian individu juga
berperan dalam menyumbang terjadinya gangguan jiwa pada seseorang. Individu yang memiliki
kepribadian yang kuat akan cenderung dapat mengatasi masalah yang dihadapi, namun individu
yang mengalami ketergantungan terhadap orang lain cenderung mudah mengalami gangguan
jiwa karena kepribadiannya rapuh.
3) Periode perkembangan kritis Keadaan ini juga dapat menyumbang sebagai faktor
penyebab seseorang mengalami gangguan jiwa. Selama individu menjalani proses ini, seseorang
akan belajar untuk mengenali dan mencari solusi terbaik dalam menghadapi setiap masalah yang
datang untuk dapat diadaptasikan sesuai dengan keadaan yang sehat. Sehingga apabila seseorang
tidak mampu mengatasi beberapa stresor yang ada pada periode perkembangan kritis ini akan
dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan jiwa.
b. FAKTOR PRESIPITASI
Faktor presipitasi adalah stimulus yang mengancam individu. Faktor presipitasi memerlukan
energi yang besar dalam menghadapi stres atau tekanan hidup. Faktor presipitasi ini dapat
bersifat biologis, psikologis, dan sosiokultural. Waktu merupakan dimensi yang juga
memengaruhi terjadinya stres, yaitu berapa lama terpapar dan berapa frekuensi terjadinya stres.
a. Kejadian yang menekan (stressful) Ada tiga cara mengategorikan kejadian yang
menekan kehidupan, yaitu aktivitas sosial, lingkungan sosial, dan keinginan sosial.
Aktivitas sosial meliputi keluarga, pekerjaan, pendidikan, sosial, kesehatan, keuangan,
aspek legal, dan krisis komunitas. Lingkungan sosial adalah kejadian yang dijelaskan
sebagai jalan masuk dan jalan keluar. Jalan masuk adalah seseorang yang baru memasuki
lingkungan sosial. Keinginan sosial adalah keinginan secara umum seperti pernikahan.
b. Ketegangan hidup Stres dapat meningkat karena kondisi kronis yang meliputi
ketegangan keluarga yang terus-menerus, ketidakpuasan kerja, dan kesendirian. Beberapa
ketegangan hidup yang umum terjadi adalah perselisihan yang dihubungkan dengan
hubungan perkawinan, perubahan orang tua yang dihubungkan dengan remaja dan anak-
anak, ketegangan yang dihubungkan dengan ekonomi keluarga, serta overload yang
dihubungkan dengan peran.
SUMBER KOPING
Mereka dapat mengandalkan pilihan koping yang tersedia, kesempatan bahwa pilihan tersebut
akan berhasil dan kemungkinan individu tersebut dapat menerapkan strategi tertentu secara
efektif.
Sumber koping adalah factor pelindung. Hal yang termasuk sumber koping adalah asset
Finansial / kemampuan ekonomi, kemampuan dan keterampilan, dukungan social, dan motivasi,
serta gabungan semua tingkat hirarki social. Hubungan antara individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat sangat penting dalam model ini. Sumber Koping lain meliputi kesehatan dan energi
dukungan spiritual. Keyakinan positif, keterampilan penyelesaian masalah dan keterampilan
sosial dan sumber materi, serta kesehatan fisik.
Keyakinan Spritual dapat berguna sebagai sumber harapan dan dapat mempertahankan upaya
koping seseorang dalam situasi yang paling tidak diharapkan.
Modal Material merujuk pada uang dan barang serta layanan yang dapat dibeli dengan uang.
Lazimnya sumber dana sangat meningkatkan kemampuan seseorang untuk memilih koping pada
hamper semua situasi yang menimbulkan stress.
Identitas ego yang kuat, komitmen pada jaringan social, stabilitas budaya, system nilai dan
keyakinan yang stabil, serta orientasi kesehatan yang bersifat preventif merupakan sumber
koping lainnya.
MEKANISME KOPING
Koping mekanisme adalah suatu usaha langsung dalam manajemen stres. Ada tiga tipe
mekanisme koping, yaitu sebagai berikut.
Mekanisme ini terdiri atas tugas dan usaha langsung untuk mengatasi ancaman diri. Contoh:
negosiasi, konfrontasi, dan mencari nasihat.
Mekanisme ini berupa seseorang dapat mengontrol masalah dan menetralisasinya. Contoh:
perbandingan positif, ketidaktahuan selektif, susbstitusi pennghargaan, dan
Pasien menyesuaikan diri terhadap distres emosional secara tidak berlebihan. Contoh:
menggunakan mekanisme pertahanan ego seperti denial, supresi, atau proyeksi.
Selain dapat dikategorikan dalam tiga tipe di atas, mekanisme koping dapat dikategorikan
sebagai task oriented reaction dan ego oriented reaction.
Ego oriented reaction : sering digunakan untuk melindungi diri. Reaksi ini sering disebut
sebagai mekanisme pertahanan. Setiap orang menggunakan mekanisme pertahanan dan
membantu seseorang mengatasi kecemasan dalam tingkat ringan sampai dengan sedang.
Ego oriented reaction dilakukan pada tingkat tidak sadar.
Menurut Nasir dkk (2011), mengatakan bahwa ada beberapa tanda dan gejala gangguan
jiwa yaitu sebagai berikut:
a. Gangguan kognitif
Kognitif adalah suatu proses mental di mana seorang individu menyadari dan mempertahankan
hubungan dengan lingkungannya, baik lingkungan dalam maupun lingkungan luar (fungsi
mengenal). Proses kognitif meliputi hal-hal seperti sensasi dan persepsi, perhatian, ingatan,
asosiasi, pertimbangan, pikiran dan kesadaran.
b. Gangguan perhatian
Perhatian adalah pemusatan dan konsentrasi energi, menilai dalam suatu proses kognitif yang
timbul dari luar akibat suatu rangsangan.
c. Gangguan ingatan
Ingatan (kenangan, memori) adalah kesanggupan untuk mencatat, menyimpan, memproduksi isi,
dan tanda-tanda kesadaran.
1. Psikofisiologi Stress
Menurut Selye (1982) stress merupakan non spesifik terhadap setiap tuntutan yang
diberikan pada suatu organisme dan digambarkan sebagai GAS. Konsep ini menunjukkan tiga
fase yaitu fase sinyal (alarm), fase perlawanan (resistance) dan fase keletihan (exhaustion).
Tahap sinyal adalah mobilisasi awal dimana badan menemui tantangan yang diberikan oleh
penyebab stress. Ketika stress, otak mengirimkan suatu pesan biokimia kepada semua sistem
tubuh yang menyebabkan pernafasan meningkat, tekanan darah naik, ketegangan otot dan
seterusnya. Tahap perlawanan memiliki tanda gejala keletihan, ketakutan dan ketegangan.
Tahap keletihan terjadi bila fungsi fisik dan psikologis seseorang melakukan perlawanan pada
penyebab stress secara terus menerus yang akhirnya menaikkan penggunaan energi pada tubuh
yang berakibat keletihan.
Menurut Fortuna (1984) seperti halnya dengan gangguan fisik, respon terhadap ancaman
juga mempunyai risiko terhadap emosi dan kognitif.
Menurut Abraham dan Shaley (1997) orang yang mengalami stress akan menunjukkan
penurunan konsentrasi, perhatian, dan kemunduran memori.
Stessor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan
dalam kehidupan seseorang sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi atau
menanggulangi stressor yang timbul.
1) Perkawinan.
Misalnya pertengkaran, perpisahan, perceraian, kematian pasangan dan ketidaksetiaan.
2) Problem Orangtua.
Yang dimaksudkan di sini adalah faktor stres yang dialami oleh anak dan remaja yang
disebabkan karena kondisi keluarga yang tidak baik (yaitu sikap orangtua), misalnya
hubungan kedua orangtua yang dingin, atau penuh ketegangan, atau acuh tak acuh.
3) Perkerjaan.
Masalah pekerjaan merupakan sumber stres kedua setelah masalah perkawinan. Banyak
orang menderita depresi karena masalah pekerjaan ini, misalnya pekerjaan terlalu banyak,
pekerjaan tidak cocok, mutasi, jabatan, kenaikan pangkat, pensiun, kehilangan pekerjaan
(PHK), dan lain sebagainya.
4) Lingkungan Hidup.
Kondisi lingkungan yang buruk besar pengaruhnya bagi kesehatan seseorang, misalnya soal
perumahan, pindah tempat tinggal, penggusuran, hidup dalam lingkungan yang rawan
(kriminalitas) dan lain sebagainya.
5) Keuangan
Masalah keuangan (kondisi sosial-ekonomi) yang tidak sehat, misalnya; pendapatan jauh
lebih rendah dari pengeluaran, terlibat hutang, kebangkrutan usaha, soal warisan, dan lain
sebagainya.
6) Hukum
Keterlibatan seseorang dalam masalah hukum dapat merupakan sumber stres pula, misalnya;
tuntutan hukum, pengadilan, penjara, dan lain sebagainya.
7) Perkembangan
Yang dimaksud disini adalah masalah perkembangan baik fisik maupun mental seseorang,
misalnya masa bayi, todler, prasekolah, remaja, menopouse, usia lanjut, dan lain sebagainya.
Kondisi setiap fase fase tersebut untuk sebagian individu dapat menyebabkan depresi dan
kecemasan terutama pada mereka yang mengalami menopouse atau usia lanjut.
BAYI
Penyebab stres pada bayi adalah ketidaknyamanan yang dirasakannya, seperti sering
diabaikan oleh lingkungannya, celana basah atau kotor, dan rasa lapar yang berkepanjangan.
Biasanya ditandai dengan tidak mau didekati atau disentuh, menunjukkan ekspresi murung dan
menangis berkepanjangan.
a. Merasa tak nyaman
Stres pada usia bayi sebenarnya lebih cenderung sebagai respons ketidaknyamanan
yang dialami secara berkepanjangan. Misalnya celana basah atau kotor karena pipis atau pup,
namun tidak lekas ditangani.
Solusi: Peka akan kebutuhan bayi dengan selalu cepat merespon apa yang menjadi
kebutuhannya.
b. Sakit
Kemungkinan juga bayi merasa tak nyaman karena mengalami sakit.
Solusi: Periksakan si kecil pada dokter. Untuk mengurangi ketidaknyaman pada tubuhnya,
sering-seringlah memeluk tubuhnya. Jangan lupa untuk memberikan ASI karena ada zat
kekebalan tubuh alami terkandung di dalamnya.
c. Merasa diabaikan
Contoh yang paling sering ditemui yakni setelah cuti melahirkan selesai, ibu harus kembali
bekerja, sehingga pengasuhan diserahkan pada sosok pengganti. Hal ini menyebabkan bayi
kehilangan sesuatu yang membuatnya aman dan nyaman.
Solusi: Persiapkan sedini mungkin sehingga bayi tidak merasa ditinggalkan begitu saja. Tentukan
siapa yang akan mengasuhnya. Pastikan ia mendapatkan pengasuhan dan perawatan yang baik
dan nyaman. Usai ibu bekerja, berikan kenyamanan dengan cara memeluk, mencium, dan
mengajaknya bermain.
d. Overstimulasi
Hal ini kerap tidak disadari orangtua karena khawatir bayinya kurang mendapat stimulasi seperti
yang dianjurkan para pakar.
Solusi: - Peka terhadap tanda-tanda kebosanan yang ditunjukkan anak. Contoh, bayi yang sudah
bosan umumnya akan rewel atau memberontak ingin bebas dari pegangan kita.
e. Ketahui tahapan perkembangan anak per usia.
Dengan begitu, kita mengetahui kemampuan apa saja yang sudah harus dikuasai anak dan
kemampuan mana yang belum saatnya diajarkan.
f. Kepanasan atau kedinginan
Perubahan cuaca yang sangat drastis atau tidak menentu bisa juga menyebabkan si kecil stres.
Suasana rumah yang terlalu ramai juga kerap kali membuat si kecil merasa tidak tenang. Solusi
Antisipasi sebelum masalah datang. ketika cuaca sedang terik, kenapakan anak baju tipis atau
nyalakan AC jika perlu. Atau jika rumah didatangi banyak orang, carikan ruangan yang kira-kira
masih memungkinkan untuk bayi beristirahat.
DEWASA
Pada dasarnya, stres pada orang dewasa disebabkan kebanyakan oleh faktor ekonomi,
pekerjaan, dan keluarga. Tetapi sumber stres yang paling menonjol adalah pekerjaan dan
ekonomi. Masalah ini tampaknya menyoroti fakta bahwa keprihatinan tentang kesejahteraan
finansial selama pensiun tetap ada, meskipun laporan bahwa ekonomi membaik. Banyak orang
dewasa yang terus berjuang dengan aspek keuangan yang semakin menurun, dan peningkatan
jumlah yang mengubah anggaran pensiun mereka untuk mengkompensasi masa ekonomi sulit.
Dalam mengatasi stres ,orang dewasa menggunakan berbagai macam strategi, seperti
termasuk latihan (48 persen), membaca (56 persen), doa (44 persen), dan menghabiskan waktu
bersama keluarga dan teman-teman (44 persen). Relaksasi juga bisa mengatasi stres pada orang
dewasa. Relaksasi dapat membuat pikiran seseorang tenang dan damai. Meditasi juga bisa
digunakan sebagai salah satu cara mengatasi stres. Meditasi juga memiliki keuntungan lain
seperti konsentrasi menjadi lebih tajam dan pikiran menjadi lebih tenang. Apabila stres itu
mempengaruhi fisik, maka bisa menggunakan obat-obatan. Namun obat sendiri juga kurang
efektif, karena bisa mengakibatkan ketergantungan ,biaya mahal, dan membuat orang kebal
terhadap obat tersebut. Tetapi, terkadang juga ada beberapa orang dewasa yang mengatasi stres
dengan hal yang negatif. Seperti minum-minuman keras, merokok, dan makan terlalu berlebihan.
LANJUT USIA
Para lansia secara alami akan mengalami perubahan struktur dan fisiologis seperti
penurunan penglihatan, penurunan sistem pernapasan, penurunan tingkat pendengaran, dan juga
penurunan pada persendian serta tulang.
Kondisi tersebut akan sangat berpengaruh pada ketahanan tubuh para lansia. Penurunan kondisi
fisiologis akan membuat mereka membutuhkan bantuan orang lain sekalipun untuk
menyelesaikan pekerjaan yang dulunya ia sanggup selesaikan sendiri.
Keadaan yang ia rasakan sebagai membebani orang lain itulah yang juga bisa menjadi sumber
stres. Lansia yang sangat rentan terkena stres ialah lansia dengan penyakit degeneratif, lansia
dengan keluhan somatik kronis, lansia dengan imobilisasi berkepanjangan serta lansia yang
mengalami isolasi sosial.
9) Faktor keluarga
Yang dimaksud disini adalah faktor stress yang dialami oleh anak dan remaja yang
disebabkan karena kondisi keluarga yang tidak baik (yaitu sikap orang tua), misalnya :
a. Hubungan kedua orangtua yang dingin, atau penuh ketegangan, atau acuh tak acuh
b. Komunikasi antar orang tua dan anak yang tidak baik
c. Kedua orangtua berpisah atau bercerai
d. Gangguan kejiwaan pada salah satu orang tua.
e. Orang tua dalam pendidikan anak kurang sabar, pemarah, keras, dan otoriter, dan lainnya.
Dalam penelitian lainnya menyebutkan bahwa kini di Amerika terdapat 6 penyebab kematian
utama yang berhubungan dengan stress dan kecemasan, yaitu:
1. Kanker
2. Paru paru
3. Jantung
4. Kecelakaan
5. Pengerasan hati
6. Bunuh diri
Holmes memberikan gambaran tentang perubahan baik yang menyenangkan atau yang
menyusahkan dalam kehidupan seseorang dengan menggunakan angka-angka yang terkenal
dengan istilah skala Holmes. Di samping itu ahli jiwa Lyle H. Miller dan Alma Dell Smith dari
Universitas Boston, telah membuat serangkaian daftar aktivitas sehari hari yang dapat dinilai
dengan angka-angka. Jumlah angka terntentu menunjukan tingkat kekebalan seseorang terhadap
stress.
2. TAHAPAN STRESS
Gangguan stress biasanya timbul secara lamban, tidak jelas kapan mulainya dan
seringkali kita tidak menyadari. Namun, meskipun demikian dari pengalaman praktik psikiatri,
para ahli mecoba membagi stress tersebut menjadi enam tahapan. Setiap tahap memperlihatkan
sejumlah gejala-gejala yang dirasakan oleh yang bersangkutan, yang mana berguna bagi
seseorang dalam rangka mengenali gejala stress sebelum memeriksakannya ke dokter.petunjuk-
petunjuk tahapan stress tersebut dikemukakan oleh Robert J. Van Amberg (Psikiater) sebagai
berikut :
1) Stress Tingkat I
Tahapan ini merupakan tingkat stress yang paing ringan, dan biasanya disertai
dengan perasaan-perasaan sebagai berikut :
a. Semangat besar
b. Penglihatan tajam tidak sebagaimana mestinya
c. Energi dan gugup berlebihan
Tahap ini biasanya menyenangkan dan orang lalu bertambah semangat, tapi tanpa
disadari bahwa sebenarnya cadangan energinya sedang menipis.
2) Stress Tingkat II
Dalam tahapan ini dampak stress yang menyenangkan mulai menghilang dan timbul
keluhan-keluhan dikarenakan cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari.
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan sebagai berikut :
a. Merasa letih sewaktu bangun pagi
b. Merasa lelah sesudah makan siang
c. Merasa lelah menjelang sore hari
d. Terkadang gangguan dalam sistem pencernaan, kadang jantung berdebar
e. Perasaan tegang pada otot-otot punggung dan tenguk
f. Perasaan tidak bisa santai
Pada tahap ini penderita sudah harus berkonsultasi pada dokter, kecuali kalau beban
stress atau tuntutan-tuntutan dikurangi, dan tubuh mendapat kesempatan untuk
beristirahat arau relaksasi, guna memulihkan suplai energi.
4) Stress Tingkat IV
Tahap ini sudah menunjukkan tahap yang lebih buruk yang ditandai dengan ciri-ciri
sebagai berikut :
e. Perasaan negativistik
f. Kemampuan konsentrasi menurun tajam
5) Stress Tingkat V
Tahap ini merupakan keadaan yang lebih mendalam dari tahapan IV diatas yaitu :
a. Keletihan yang mendalam
b. Kurang mampu melakukan pekerjaan sederhana
c. Gangguan sistem pencernaan lebih sering
d. Perasaan takut yang semakin menjadi
6) Stress Tingkat VI
Tahap ini merupakan tahapan puncak yang merupakan keadaan gawat darurat. Tidak
jarang penderita dalam tahapan ini dibawa ke ICCU. Gejela-gejala pada tahapan ini
cukup mengerikan :
a. Debar jantung terasa amat keras
b. Nafas sesak
c. Badan gemetar, tubuh dingin, keringat bercucuran
d. Pingsan atau Collaps
Sementara itu, kriteria sehat jiwa menurut Yahoda adalah sebagai berikut:
3. Integritas.
4. Otonomi.
5. Persepsi realitas.
RENTANG SEHAT-SAKIT
3. Ada tahap-tahap
Mekanisme koping adalah semua upaya yang diarahkan untuk mengelola stres yang
dapat bersifat konstruktif dan destruktif. Tiga jenis utama mekanisme koping sebagai berikut:
1. Mekanisme koping berfokus pada masalah, yang melibatkan tugas dan upaya langsung
untuk mengatasi ancaman. Contoh meliputi negosiasi, konfrontasi, dan mencari saran.
yang diinginkan.
3. Mekanisme koping berfokus pada emosi, di mana klien diorientasi untuk mengurangi distres
Mekanisme bersifat konstruktif ketika ansietas digunakan sebagai tanda peringatan dan
individu menerimanya sebagai tantangan untuk menyelesaikan masalah.
Individu menggunakan kemampuannya secara realistis untuk penjajagan situasi stres dan
kebutuhan. Kebutuhan untuk meningkatkan keyakinan diri dan kemampuan mengahadapi dan
memecahkan masalah
a. Kompromi
Cara konstruktif yang digunakan individu dengan melakukan pendekatan negosiasi atau
musyawarah (win-win solution)
b. Menarik diri
Penyelesaian masalah sementara dengan menarik diri secara fisik atau psikologis. Reaksi fisik
seperti menghindari sumber stressor, misalmnya menjauhi polusi, sumber infeksi, dan lain-lain.
Reaksi psikologis individu menunjukkan perilaku apatis, tidak berminat disertai rasa takut.
Reaksi yang ditampilkan individu dalam menghadapi masalah dengan menyerang konstruktif,
yaitu teknik assertif seperti mengatakan terus terang ketidaksukaan terhadap perilaku yang tidak
menyenangkan.
a. Represi
Menekan keinginan, pikiran, persaan yang tidak menyenangkan ke alam tidak sadar dan sengaja
dilupakan
b. Reaksi formasi
Tingkah laku yang berlawanan dengan perasaan yang mendasari tingkah laku tersebut.
c. Kompensasi
d. Rasionalisasi
Alasan/ tingkah laku yang dapat diterima sebagai hasil pemikiran yang logis, bukan kerena tidak
disadari.
e. Restitusi
f. Displacement
Memindahkan perasaan emosional pada objek pengganti.
g. Proyeksi
Memproyeksikan keinginan, perasaan diri terhadap ketidakberdayaan pada orang lain/ objek lain
untuk mengingkari.
h. Simbolisasi
Menggunakan objek untuk mewakili ide/ emosi yang menyakitkan untuk diekspresikan.
i. Regresi
j. Denial
k. Sublimasi
Memindahkan perasaan dan tingkah laku yang tidak menyenangkan pada tujuan yang dapat
diterima oleh norma
l. Konversi
m. Fantasi
n. Isolasi
Memisahkan atau mengeluarkan dari komponen perasaan tentang pikiran, kenangan atau
pengalaman tertentu.
o. Inproyeksi
Bentuk identifikasi yang lebih mendalam dimana individu mengambil atau memasukkan nilai
dari orang lain yang dicintai atau benci menjadi struktur egonya
p. Identifikasi
Suatu proses dimana seseorang berusaha seperti oarang yang dikagumi dengan meniru cara
berpikir dan perilakunya.
q. Undoing
Suatu tindakan atau komunikasi tertentu yang bertujuan menghapus atau meniadakan tingkatan
sebelumnya.
Mekanisme penyelesaian masalah (koping) menurut Bell, 1977; Rasmun,2001, ada 2 metode:
Koping keluarga dalam menghadapi masalah menurut Mc. Cubbin, 1979; Stuart and Sundeen,
2001 :
a. Mencari dukungan social seperti minta bantuan keluarga, tetangga, teman, atau keluarga
jauh
b. Reframing, yaitu mengkaji ulang kejadian masa lalu agar lebih dapat menangani dan
menerima kejadian
c. Mencari dukungan spiritual, berdoa, menemui pemuka agama, atau aktif dalam
pertemuan ibadah
d. Menggerakkan keluarga untuk mencari dan menerima bantuan
e. Penilaian secara pasif terhadap peristiwa yang dialami, seperti menonton TV, atau diam
saja
3. Seeking social support; usaha individu mencari kenyamanan dan nasehat dari orang lain
untuk mengatasi masalah melalui informasi seperti berbicara pada seseorang untuk
mengetahui lebih banyak tentang situasi.
4. Self control; usaha indidvidu untuk menabahkan hati dan tidak membiarkan perasaan
terlihat dengan usaha mengontrol perasaan dan tindakannya.
5. Distancing; usaha individu untuk melepaskan diri dengan menciptakan pandangan positif
dan enenggelamkan diri dalam kegiatan dana aktivitas.
7. Escape avoidance; individu berharap situasi akan berlalu dan bagaimanapun akan
berakhir dengan individu mennunjukkan usaha tingkah laku untuk melarikan diri dari
masalah melalui oabat2an , minuman keras, merokok, atau makan berlebihan.
8. Positive reappraisal; uasaha individu untuk menciptakan arti positif dengan
memfokuskan pada pertumbuhan pribadi dengan mengubah pemikiran diri secara positif
dan mengandung nilai religious.
DAFTAR PUSTAKA
Stuart, G. W. 2013. Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa (Terjemahan). Ahli
bahasa : Budi Anna Keliat dan Jesika Pasaribu. Singapore : Elsevier
Nasir, Abdul, Abdul Muhith.2011.Dasar-dasar Keperawatan Jiwa: Pengantar dan
Teori.Jakarta:Salemba Medika.