OLEH:
MAELANI
195140030
Berdasarkan data Kemenkes pada tahun 2011, masalah kesehatan yang umum terjadi pada lansia
adalah hipertensi (4,02%), Diabetes mellitus (2,1%), asam urat, dyspepsia (2,52%). Penyakit
jantung iskemik (2,84%) dan penyakit kulit (2,33%). Individu yang telah lanjut usia juga dapat
terlihat dari kulit yang mulai keriput, rambut yang mulai memutih, berkurangnya fungsi
pendengaran dan penglihatan, melambatnya proses berpikir, dan aktivitas untuk bergerak mulai
melambat, yang berarti akan membutuhkan bantuan orang lain untuk melakukan berbagai
aktivitas.
Berdasarkan hasil survei dari Susenas (2013) menyatakan bahwa lansia yang tinggal di daerah
perkotaan sebanyak 9.26% juta orang atau 7.49%.lansia yang tidak memiliki tempat tinggal
biasanya tinggal dipinggir jalan dan terlantar.berdasarkan situasi tersebut maka didaerah
perkotaan muncul suatu tempat penampungan bagi lansia yang tidak memiliki tempat tinggal
yang disebut dengan sasana werdha.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan kepada lansia yang ada di PSTW BM I Ciracas yang ada di
wisma Melati dari 36 lansia ada sebanyak 18 lansia atau 50 % yang mengalami gangguan
integritas kulit pada bagian tangan dan kaki. Dan hal ini dapat menimbulkan masalah berat yang
berujung pada masalah infeksi, gangguan tidur, kecemasan, ketidaknyamanan, dan depresi.
berdasarkan fenomena tersebut , penulis merasa penting untuk melakukan intervensi tentang
bagaimana mengatasi masalh gangguan integritas kulit pada lansia.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Melaporkan asuhan keperawatan lansia dengan dermatitis di Sasana Tresna Werdha
Ciracas Jakarta Timur.
1.3.2 Tujuan khusus
a. Mampu menjelaskan pengertian dari dermatitis, tanda gejala dan penyebab dermatiti
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan lansia dengan dermatitis
c. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan lansia dengan dermatitis
d. Mampu melakukan implementasi lansia dengan Implementasi
e. Mampu melakukan evaluasi lansia dengan Implementasi
f.
1.4 Manfaat Penulisan.
1.4.1 Bagi InstitusiPendidikan
Laporan ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk menambah wawasan yang
berkaitan dengan peningkatan mutu pelayanan dan memberikan masukan data
untuk pengembangan ilmu, khususnya keperawatan gerontik dan Medikal Bedah
tentang Arthiritis gout
1.4.2 Bagi panti werdha
Laporan ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk menambah wawasan yang
berkaitan dengan peningkatan mutu pelayanan dan memberikan masukan data
untuk pengembangan ilmu pada petugas panti werdha dalam melakukan asuhan
keperawatan pada lansia.
1.4.3 Bagi Lansia
Untuk menambah wawasan, menambah informasi dan pengetahuan lansia tentang
penyakit Arthiritis gout
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas
(Hardywinoto dan Setiabudhi,2009;8). Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 2008).
Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan
struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup
dengan episode terminal (Darmojo dan Martono, 2009;4). Penggolongan lansia menurut
Depkes dikutip dari Azis (2009) menjadi tiga kelompok yakni : Kelompok lansia dini (55
– 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia, kelompok lansia (65 tahun
ke atas), Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran
dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu.
Perubahan-perubahan yang terjadi akibat proses penuaan adalah sebagai berikut:
perubahan fisik antara lain ketidaknyamanan seperti rasa kaku dan linu yang dapat terjadi
secara tiba-tiba di sekujur tubuh, misalnya pada kepala, leher dan dada bagian atas.
Kadang-kadang rasa kaku ini dapat diikuti dengan rasa panas atau dingin, pening,
kelelahan dan berdebar-debar. Selain itu terdapat perubahan yang umum dialami lansia,
misalnya perubahan sistem imun yang cenderung menurun, perubahan sistem integumen
yang menyebabkan kulit mudah rusak, perubahan elastisitas arteri pada sistem
kardiovaskular yang dapat memperberat kerja jantung, penurunan kemampuan
metabolisme oleh hati dan ginjal serta penurunan kemampuan penglihatan dan
pendengaran.
Penurunan fungsi fisik tersebut yang ditandai dengan ketidakmampuan lansia untuk
beraktivitas atau melakukan kegiatan yang tergolong berat. Perubahan fisik yang
cenderung mengalami penurunan tersebut akan menyebabkan berbagai gangguan secara
fisik sehingga mempengaruhi kesehatan serta akan berdampak pada kualitas hidup lansia
(Setyoadi, Noerhamdani dan Ermawati, 2011)
Perubahan mental, dalam bidang mental atau psikis pada lanjut usia, dapat berupa
sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit atau tamak jika memiliki
sesuatu. Yang perlu dimengerti adalah sikap umum yang ditemukan pada hampir setiap
lanjut usia, yaitu keinginan berumur panjang dengan sedapat mungkin tenaganya dihemat,
mengharapkan tetap diberikan peranan dalam masyarakat, ingin tetap berwibawa dengan
mempertahankan hak dan hartanya, ingin meninggal secara terhormat (Nugroho, 2008).
Perubahan psikososial yaitu nilai seseorang sering diukur melalui produktivitasnya
dan identitasnya dengan peranan dalam pekerjaan. Ketika seseorang mengalami pensiun
(purnatugas), maka yang dirasakan adalah pendapatan berkurang (kehilangan finansial);
kehilangan status (dulu mempuyai jabatan/ posisi yang cukup tinggi, lengkap dengan
semua fasilitas); kehilangan relasi; kehilangan kegiatan, akibatya timbul kesepian akibat
pengasingan dari lingkungan sosial serta perubahan cara hidup (Nugroho, 2008). Hal
tersebut sejalan dengan yang di ungkapkan oleh Netuveli, et al (2006), yaitu penghasilan
berbanding lurus dengan status kesehatan seseorang, artinya orang dengan kesejahteraan
baik mempunyai status kesehatan yang baik juga. Kesimpulannya adalah strata sosial
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kualitas hidup lansia.
Perubahan spiritual pada lansia ditandai dengan semakin matangnya lansia dalam
kehidupan keagamaan. Agama dan kepercayaan terintegrasi dalam kehidupan dan terlihat
dalam pola berfikir dan bertindak sehari-hari. Perkembangan spiritual yang matang akan
membantu lansia untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan, maupun
merumuskan arti dan tujuan keberadaannya dalam kehidupan (Setyoadi, Noerhamdani dan
Ermawati, 2011).
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berubah eflo-
resensi polimorfik (eritema, edema,papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal). (Adhi
Juanda,2005)
Dermatitis lebih dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit yang mengalami
peradangan. Dermatitis dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai
jenis, terutama kulit yang kering. Umumnya enzim dapat menyebabkan pembengkakan,
memerah, dan gatal pada kulit. Dermatitis tidak berbahaya, dalam arti
tidak membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas
menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu. Dermatitis muncul dalam
beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan gejala Dermatitis yang muncul
dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada berbeda.
a. Contact Dermatitis
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang
menempel pada kulit. (Adhi Djuanda,2005)
Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang
terdapat pada tanaman merambat atau detergen. Indikasi dan gejala antara kulit
memerah dan gatal. Jika memburuk, penderita akan mengalami bentol-bentol yang
meradang. Disebabkan kontak langsung dengan salah satu penyebab iritasi pada kulit
atau alergi. Contohnya sabun cuci/detergen, sabun mandi atau pembersih lantai.
Alergennya bisa berupa karet, logam, perhiasan, parfum, kosmetik atau rumput.
b. Neurodermatitis
Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit
tampak lebih menonjol(likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan
atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai ransangan pruritogenik. (Adhi
Djuanda,2005)
Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud kecil, datar dan
dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini muncul saat sejumlah
pakaian ketat yang kita kenakan menggores kulit sehingga iritasi. Iritasi ini memicu
kita untuk menggaruk bagian yang terasa gatal. Biasanya muncul pada pergelangan
kaki, pergelangan tangan, lengan dan bagian belakang dari leher.
c. Seborrheic Dermatitis
Kulit terasa berminyak dan licin; melepuhnya sisi-sisi dari hidung, antara kedua alis,
belakang telinga serta dada bagian atas. Dermatitis ini seringkali diakibatkan faktor
keturunan, muncul saat kondisi mental dalam keadaan stres atau orang yang
menderita penyakit saraf seperti Parkinson.
d. Stasis Dermatitis
Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena(atau hipertensi
vena) tungkai bawah. (Adhi Djuanda,2005)
Yang muncul dengan adanya varises, menyebabkan pergelangan kaki dan tulang
kering berubah warna menjadi memerah atau coklat, menebal dan gatal. Dermatitis
muncul ketika adanya akumulasi cairan di bawah jaringan kulit. Varises dan kondisi
kronis lain pada kaki juga menjadi penyebab.
e. AtopicDermatitis
Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif, disertai gatal yang
umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anaka, sering berhubungan
dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau
penderita(D.A, rinitis alergik, atau asma bronkial).kelainan kulit berupa papul gatal
yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya
dilipatan(fleksural). (Adhi Djuanda,2005)
Dengan indikasi dan gejala antara lain gatal-gatal, kulit menebal, dan pecah-
pecah. Seringkali muncul di lipatan siku atau belakang lutut. Dermatitis biasanya
muncul saat alergi dan seringkali muncul pada keluarga, yang salah satu anggota
keluarga memiliki asma. Biasanya dimulai sejak bayi dan mungkin bisa bertambah
atau berkurang tingkat keparahannya selama masa kecil dan dewasa.
2.2 ETIOLOGI
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar(eksogen), misalnya bahan kimia (contoh :
detergen,asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme (contohnya :
bakteri, jamur) dapat pula dari dalam(endogen), misalnya dermatitis atopik.(Adhi
Djuanda,2005)
Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi dapat
menjadi penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya memiliki penyebab
berbeda pula. Seringkali, kulit yang pecah-pecah dan meradang yang disebabkan eksim
menjadi infeksi. Jika kulit tangan ada strip merah seperti goresan, kita mungkin
mengalami selulit infeksi bakteri yang terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul
karena peradangan pada kulit yang terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan
terasa panas saat disentuh dan .Selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan
tubuhnya tidak bagus. Segera periksa ke dokter jika kita mengalami selulit dan eksim.
2.4 PATOFISIOLOGI
1. Dermatitis Kontak
Terdapat 2 tipe dermatitis kontak yang disebabkan oleh zat yang berkontak dengan
kulit yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik.Dermaitis Kontak
Iritan :
Kulit berkontak dengan zat iritan dalam waktu dan konsentrasi cukup, umumnya
berbatas relatif tegas. Paparan ulang akan menyebabkan proses menjadi kronik dan
kulit menebal disebut skin hardering.Dermatitis Kontak Alergik :
Batas tak tegas. Proses yang mendasarinya ialah reaksi hipersensitivitas. Lokalisasi
daerah terpapar, tapi tidak tertutup kemungkinan di daerah lain.
2. Dermatitis Atopik
Bersifat kronis dengan eksaserbasi akut, dapat terjadi infeksi sekunder. Riwayat
stigmata atopik pada penderita atau keluarganya.
3. Dermatitis Numularis
Kelainan terdiri dari eritema, edema, papel, vesikel, bentuk numuler, dengan diameter
bervariasi 5 – 40 mm. Bersifat membasah (oozing), batas relatif jelas, bila kering
membentuk krusta. bagian tubuh
4. Dermatitis Statis
Akibat bendungan, tekanan vena makin meningkat sehingga memanjang dan melebar.
Terlihat berkelok-kelok seperti cacing (varises). Cairan intravaskuler masuk ke
jaringan dan terjadilah edema. Timbul keluhan rasa berat bila lama berdiri dan rasa
kesemutan atau seperti ditusuk-tusuk. Terjadi ekstravasasi eritrosit dan timbul
purpura. Bercak-bercak semula tampak merah berubah menjadi hemosiderin. Akibat
garukan menimbulkan erosi, skuama. Bila berlangsung lama, edema diganti jaringan
ikat sehingga kulit teraba kaku, warna kulit lebih hitam
5. Dermatitis Seiboroika
Merupakan penyakit kronik, residif, dan gatal. Kelainan berupa skuama kering, basah
atau kasar; krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi.Tempat kulit
kepala, alis, daerah nasolabial belakang telinga, lipatan mammae, presternal, ketiak,
umbilikus, lipat bokong, lipat paha dan skrotum.Pada kulit kepala terdapat skuama
kering dikenal sebagai dandruff dan bila basah disebutpytiriasis steatoides ; disertai
kerontokan rambut. Lesi dapat menjalar ke dahi, belakang telinga, tengkuk, serta
oozing (membasah), da menjadi nkeadaan eksfoliatif generalisata. Pada bayi dapat
terjadi eritroderma deskuamativa atau disebut penyakit Leiner.
2.5 KOMPLIKASI
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Infeksi sekunder
1. Laboratorium
1) Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin,
globulin
2) Urin : pemerikasaan histopatologi
2. Penunjang : pemeriksaan histopatologi
2.7 PENATALAKSANAAN
1. Umum
1) Mengatasi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
2) Mengatasi hipotermia
3) Perbaikan kesadaran umum
4) Emolient untuk mengurangi kulit yang kaku
2. Khusus pengobatan spesifik tergantung kausa. Umumnya dengan kortikosteroid
dengan dosis awal 40-60 mg prednison/hari. Antibiotika diberikan terutama untuk
kasus-kasus yang eksofoliasinya dalam keadaan lembab untuk menghindari infeksi.
3. Perawatan inap di isolasi
4. Konsultasi : Penyakit dalam, mata.
BAB III
Hari / Diagnosa
No Implementasi Evaluasi Tindakan Evaluasi Akhir Paraf
tanggal Keperawatan
1. Jumat, Gangguan - mengidentifikasi - Nenek “E” mengatakan S : Nenek “E” mengatakan
08 Nov integritas kulit penyebab gangguan tidak tau apa penyebab mandi sendiri 2x sehari pagi
2019 (D.0129) itegritas kulit. gatalnya. dan sore, menggunakan
Jam - Menganjurkan mandi dan - Nenek “E” mandi 2x sabun yang ada di panti.
12.30 menggunakan sabun sehari, pagi dan sore dan O : Nenek “E” tampak bersih,
secukupnya menggunakan sabun dan bisa mencuci bajunya
- Mengidentifikasi yang disediakan di panti sendiri. Tampak sering
pengetahuan tentang - Nenek “E” mengatakan menggaruk-garuk badanya
perawatan diri rutin mandi setiap hari. karna gatal. Kulitnya tampak
- mengajarkan perawatan - Nenek “E” mengatakan banyak bintik-bintik merah.
diri, praktek perawatan biasanya mandi sendiri. A : Masalah belom teratasi
diri - Nenek “E” mengerti lanjutkan intervensi 1,2,4,5
- menjelaskan masalah yang tentang masalah apa
dapat timbul akibat tidak yang akan timbul bila
menjaga kebersihan diri tidak mandi.
2. Jumat, Gangguan rasa - mengkaji tingkat - Nenek “E” merasa tidak S : Nenek “E” mengatakan tidak
08 April nyaman kenyamanan klien nyaman dengan rasa nyaman karena gatal-gatal di
2019 (D.0074) terhadap gatal gatalnya dan jadi sulit badan jadi sulit untuk tidur
Jam - Pantau TTV untuk tidur. kadang tidak bisa tidur.
13.00 - Mempertahankan - Td. 120/80 Nd. 89 sh, O : TD: 120/80 mmHg, N:
lingkungan yang nyaman 36,7 rr. 20 80x/m, RR: 20x/m, S: 36,7°C
bagi klien - Nenek “E” mengatakan Nenek “E” tampak sering
- Menganjurkan klien agar mampu merapikan menggaruk badanya ketika
kuku tetappendek dan tempat tidurnya sedang bicara.
bersih - Kuku nenek “E” tampak A : masalahbelumteratasi
- Menganjurkan klien agar pendek P : lanjutkanintervensi 2,5,6,7
tidak menggaruk dengan - Nenek “E” tidak bisa
kuku bila gatal menahan rasa gatal dan
- Menganjurkan klien agar menggarukknya.
tetap menjaga kebersihan - Nenek “E” tampak
kulit, pakaian, dan tempat bersih
tidur
3. Jumat, Gangguan pola - Mengidentifikasi pola - Nenek “E” sering tidur S : Nenek “E” mengatakan
08 Nov tidur (D.0055) aktivitas tidur siang sering terbangun di malam
2019 - Mengidentifikasi faktor - Nenek “E” tidak bisa hari karna gatal
Jam pengganggu tidur tidur karena gatal-gatal O : Nenek “E” sering tidur siang
14.30 - Memodifikasi lingkungan pada badannya. hari, tampak mengaruk-garuk
- Tempat tidur nenek “E” badannya karna gatal.
(tempat tidur)
- Menetapkan jadwal tidur sudah tampak rapi A : Masalah belum teratasi
- Melakukan prosedur - Nenek “E” mengatakan P : Intervensi 2,3,4, dan 6
untuk meningkatkan tidur malam mulai pukul dilanjuntkan
untuk meningkatkan bedak salicil talk dulu beraktifitas di siang hari dan
sebelum tidur mengurangi tidur siang.
kenyamanan
- Nenek “E” mengurangi A : Masalah teratasi sebagian
- Mengajarkan relaksasi
tidur pada diang hari, P : Intervensi 2dan 3 dilanjutkan
dam mualai tidur malam
pada pukul 20.00
- Mengatur posisi tidur
nenek senyaman
mungkin.
1. Senin, 11 Gangguan - Mengajarkan mandi dan - Nenek “E” merasa S : Nenek “E” mengatakan
Nov integritas kulit menggunakan sabun senang kalau mandi . sudah mengerti dengan
2019 (D.0129) secukupnya (memandikan - Nenek “E” diajarkan menjaga kebersihan dapat
Jam nenek “E”) menganti baju 2x sehari, menjaga kebersihan.
15.00 - Mengajarkan perawatan serta seprai tempat O : Nenek “E” tampak bersih,
diri, praktek perawatan tidurnya. dan Tampak berkurang
diri. menggaruk-garuk badannya
A : Masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
2. Senin, 11 Gangguan rasa - Menganjurkan klien agar - Nenek “E” tampak S : Nenek “S” mengatakan rasa
Novl nyaman tetap menjaga kebersihan bersih, kasurnya juga gatalnya sudah berkurang.
2019 (D.0074) kulit, pakaian, dan tempat nampak bersih O : nenek “S” tampak sudah
Jam tidur - Nenek “E” mampu jarang menggaruk badannya
15.30 - Memberikan bedak memberikan salicil talk A : masalahteratasi
salicilk talk sendiri ke badannya P : Intervensi dihentikan
3. Senin, 11 Gangguan pola - Menetapkan jadwal tidur - Nenek “E” mulai tidur S : Nenek “E” mengatakan
Nov tidur (D.0055) - Melakukan prosedur malam jam 20.00 dan sekarang tidurnya sudah
2019 untuk meningkatkan sebelum tidur mualai enakan.
Jam kenyamanan memberikan bedak O : Nenek “E” tampak sering
16.30 salicil talk. beraktifitas di siang hari, agar
- Mengatur posisi tidur malamnya bisa tidur nyeyak.
nenek senyaman A : Masalah teratasi
mungkin. P : Intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA
Maria Sumaryati (2014) tingkatpengetahuan dan sikap lansia tentang penyakit dermatitis di
wilayah kerja puskesmas batua Kota makassar
kharimah(2016) tingkat kemandirian lansia dalam activities daily livingdi panti sosial tresna
werdha senja rawi
Tim pokja SDKI DP PPNI . 2017 standar diagnose keperawatan Indonesia edisi 1
Tim pokja SIKI DP PPNI . 2018 standar intervensi keperawatan Indonesia edisi 1