Anda di halaman 1dari 12

9

Muhammadiyah Journal of Nursing

Adi Sucipto1, Elsye Maria Rosa2 Efektivitas Konseling DM


1) Universitas Respati Yogyakarta
2) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dalam Meningkatkan Kepatuhan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dan Pengendalian Gula Darah
Jl. Lingkar Selatan, Kasihan, Bantul, Yogyakarta
Email: adisuc2410@gmail.com pada Diabetes Melitus Tipe 2

ABSTRACT A. PENDAHULUAN
Background. Diabetes mellitus (DM) is a Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit
chronic metabolic disease characterized by
elevated levels of glucose in the blood. Poor degeneratif yang banyak diderita penduduk dunia.
adherence to treatment of patients with type 2 Angka insiden dan prevalensi diabetes melitus
diabetes causes uncontrolled blood glucose so
increasing the risk of various complications. One (DM), diseluruh penjuru dunia dari berbagai penelitian
major factor is the failure of a treatment non- epidemiologi cenderung menunjukkan adanya
compliance to therapy is planned. Counseling 1
is one way to improve the knowledge , attitudes peningkatan dari tahun ketahun .
and patient compliance. Tanpa upaya pencegahan dan program
Objective. This study aimed to evaluate the
effectiveness of counseling in improving pengendalian yang efektif prevalensi tersebut akan terus
compliance and diabetes control blood sugar
in patients with type 2 diabetes. meningkat 2. Suatu jumlah yang sangat besar mengingat
Research Design. This study is an experimental bahwa DM akan memberikan dampak terhadap
study with a quasi experiment design with pre kualitas sumber daya manusia, sosial dan tingginya
and post test control group design prospectively
performed in Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten biaya kesehatan.
from March to December 2014. The Pasien diabetes perlu diberikan beberapa
sample consisted of 44 respondents, with
22 intervention and 22 control group. The perawatan agar tidak semakin parah dan tidak mengalami
measurement results were analyzed using komplikasi yang dapat menimbulkan masalah kesehatan
the paired t test to test blood sugar levels 2
hours post- prandial ( GDPP ) and Mac Nemar baik makroangiopati maupun mikroangiopati. Jika kadar
test for levels of patient compliance. gula darah dapat selalu dikendalikan dengan baik,
Results. The analysis showed there are significant
difference before and after adherence diharapkan semua penyulit menahun tersebut dapat
counseling in the intervention group (p diet = dicegah sehingga pasien dapat menjalani kehidupannya
0.001; p control = 0.002; p = 0.000 pill count
; GDPP p = 0.000 ) and have not significant secara normal 3.
difference in the exercise group (p value = Salah satu faktor utama kegagalan sebuah terapi
0.549)
Conclusions. This study indicates that adalah ketidakpatuhan terhadap terapi yang telah
counseling is very effective in improving direncanakan, maka salah satu upaya penting untuk
diabetes diet compliance, control and pill count
and post prandial blood sugar compliance meningkatkan kepatuhan pasien terhadap terapi adalah
(GDPP) and are not effective in improving dengan edukasi atau pemberian konseling yang lengkap,
exercise compliance of patients .
akurat serta secara terstruktur tentang terapi tersebut 4.
Keywords: counseling, compliance, diabetes Adanya pemberian edukasi dan konseling ini
mellitus
sangat penting karena penyakit diabetes merupakan
penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup pasien.
Dengan pemberian edukasi dan konseling inilah pasien
10
Muhammadiyah Journal of Nursing

diharapkan memiliki pengetahuan yang cukup ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas
tentang diabetes, yang selanjutnya dapat merubah konseling DM dalam meningkatkan kepatuhan
sikap dan perilakunya sehingga diharapkan dan pengendalian gula darah pada diabetes
dapat mengendalikan kondisi penyakit dan kadar melitus tipe 2. Populasi dalam penelitian ini
gula darahnya dan dapat meningkatkan kualitas adalah pasien diabetes mellitus tipe 2 yang
hidupnya. menjalani rawat jalan di Rumah Sakit Dr Soeradji
Tirtonegoro Klaten yang memenuhi kriteria
B. METODE inklusi dan eklusi dengan jumlah sampel
Penelitian ini merupakan metode penelitian sebanyak 44 responden, yang terdiri dari 22
eksperimental, dengan menggunakan Quasi responden kelompok intervensi dan 22 responden
experiment, dengan rancangan yang digunakan kelompok kontrol.
adalah pre dan post control group design. Penelitian

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Karakteristik Responden

Tabel 1. Perbedaan Karakteristik Proporsi Kelompok Intervensi dan Kontrol Penelitian

Kelompok Penelitian
Kontrol Intervensi
Variabel
f (%) f (%) Total (%)
Jenis Kelamin
Perempuan 12 27,3 14 31,8 26 59,1
Laki-laki 10 22,7 8 18,2 18 40,9
Total 22 50 22 50 44 100
Kategori Usia
Dewasa Akhir (36-45 thn) 1 2,3 3 6,8 4 9,1
Lansia Awal (46-55 thn) 10 22,7 12 27,3 22 50
lansia Akhir (56-65 thn) 11 25 7 15,9 18 40,9
Total 22 50 22 50 44 100
Tingkat Pendidikan
Tidak Sekolah 1 2,3 1 2,3 2 4,5
SD 6 13,6 5 11,4 11 25
SMP/ SLTP 8 18,2 4 9,1 12 27,3
SMA/ SMU 6 13,6 10 22,7 16 36,4
Perguruan Tinggi (PT) 1 2,3 2 4,5 3 6,8
Total 22 50 22 50 44 100
Pekerjaan Responden
Pensiun/ tidak bekerja 7 15,9 3 6,8 10 22,7
PNS/ TNI/ POLRI 3 6,8 3 6,8 6 13,6
Wiraswasta 3 6,8 4 9,1 7 15,9
Pegawai Swasta 1 2,3 3 6,8 4 9,1
IRT 8 18,2 9 20,5 17 38,6
Total 22 50 22 50 100
11
Muhammadiyah Journal of Nursing

Kelompok Penelitian
Kontrol Intervensi
Variabel
f (%) f (%) Total (%)
Lama Menderita DM
E 1 tahun 1 2,3 2 4,5 3 6,8
2 - 5 tahun 11 25 10 22,7 21 47,7
6 - 9 tahun 6 13,6 7 15,9 13 29,5
10 - 14 tahun 3 6,8 2 4,5 5 11,4
F 15 tahun 1 2,3 1 2,3 2 4,5
Total 22 50 22 50 44 100

Karakteristik sosio-demografi res-ponden Menurut Perkeni (2006) resiko berkembang


berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa penyakit DM tipe 2 meningkat seiring dengan
sebagian besar responden, yaitu 26 responden bertambahnya usia 9. Selain itu juga, sejumlah
(59,1%) berjenis kelamin wanita dibandingkan perubahan akan terjadi dengan bertambahnya
dengan jumlah laki-laki sebanyak 18 responden usia, termasuk anatomi, fisiologi, psikologi dan
(40,9%). Belum ditemukan literatur yang sosiologi 10. Califano mengemukakan bahwa
menyatakan bahwa jenis kelamin merupakan umur merupakan salah satu faktor resiko
faktor resiko terhadap penyakit diabetes melitus terjadinya masalah kesehatan seperti penyakit
tipe 2. Hasil penelitian ini hampir sama dengan DM. Insiden penyakit DM meningkat seiring
hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh RSUD dengan pertambahan umur 3. Rochmah, (2006)
Koja yang menyatakan bahwa prevalensi diabetes menjelaskan bahwa prevalensi penyakit DM lebih
melitus tipe 2 yang terjadi pada wanita banyak didapatkan pada usia dewasa, dimana
sebesar 62%, lebih besar dibandingkan dengan pada usia dewasa (30 tahun) kadar glukosa darah
prevalensi pada laki-laki 5. Menurut Joshlin mengalami kenaikan 1 – 2 mg/ tahun pada saat
(1985) bahwa wanita lebih rentan mengidap DM puasa dan akan naik sekitar 5,6 – 13 mg pada
tipe2 dengan ratio perempuan dan laki-laki 1,8 : 2 jam setelah makan. Pasien DM di Indonesia
1. Hal ini sejalan juga dengan penelitian yang kebanyakan berumur antara 45 sampai 64 tahun
disampaikan oleh Azrul Azwar yang menyatakan 11.
bahwa terdapat variasi prevalensi penyakit DM Tingkat pendidikan responden pada
tipe 2 antara laki-laki dan perempuan di sejumlah penelitian ini bervariasi dari rendah hingga tinggi.
daerah 6. Tingkat pendidikan responden terbanyak pada
Pasien DM mengalami peningkatan jumlah tingkat pendidikan menengah atas (SMA/ SMU)
kasusnya paling banyak terjadi pada rentang sebanyak 16 reponden (36,4%). Tidak ditemukan
usia lansia awal menurut penggolongan literatur yang mengatakan adanya hubungan
usia berdasarkan Depkes RI (2009) yang berkisar antara tingkat pendidikan sebagai salah satu
antara 46 tahun sampai dengan 55 tahun resiko terhadap penyakit diabetes mellitus tipe
sebanyak 22 orang reponden (50%) 7. Data ini 2. Tingginya jumlah responden pada tingkat
sesuai dengan pernyataan dari American Diabetes pendidikan ini hanya menunjukkan bahwa kondisi
Association (ADA), bahwa usia diatas 45 tahun pendidikan di Indonesia sudah jauh lebih baik.
merupakan salah satu faktor resiko terjadinya Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang,
DM tipe 2 8. semakin tinggi kesadarannya terhadap upaya
menjaga kesehatan dirinya. Hal ini juga mungkin
12
Muhammadiyah Journal of Nursing

menjadi penyebab jumlah responden terbanyak Gambaran sosio-demografi respon-den yang


ada pada tingkat pendidikan ini. Hal ini ditemui lain berdasarkan status pekerjaan menyatakan
pada Mrcos, G dkk bahwa DM tipe2 dapat saja bahwa sebanyak 27 responden (61,3%) tidak
diderita pada semua lapisan pendidikan, namun bekerja. Hal ini dikarenakan sebagian besar
kepatuhan berobat ternyata lebih berhasil pada responden adalah wanita yang merupakan
penyandang dengan pendidikan yang cukup ibu rumah tangga dan sebagian lainnya adalah
tinggi dari pada mereka yang berpendidikan pensiunan/ tidak bekerja.
rendah 12.

2. Kepatuhan Diit, Olahraga, Kontrol dan pill count sebelum dan setelah dilakukan konseling

a. Kepatuhan Diit

Tabel 2. Efektivitas konseling terhadap kepatuhan diit pada kelompok kontrol dan intervensi

Variabel p value
Diet Sebelum dan Setelah Konseling pada Kelompok Kontrol 1,000
Diet Sebelum dan Setelah Konseling pada Kelompok Intervensi 0,001

Diet antara Kelompok Kontrol dan Intervensi sebelum Konseling 1,000


Diet antara Kelompok Kontrol dan Intervensi setelah Konseling 0,000
13
Muhammadiyah Journal of Nursing

Prinsip pengaturan diit pada pasien kepatuhan pasien DM tipe 2 15. Pada penelitian
diabetes hampir sama dengan anjuran makan ini edukasi diberikan dengan cara konseling
untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang tentang 4 pilar penatalaksanaan DM yang
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori meliputi edukasi penyakit, diit, olahraga dan
dan zat gizi masing-masing individu. Kebutuhan farmakologi. Umumnya pemberian edukasi yang
kalori dihitung berdasarkan berat badan, jenis dilakukan di pelayanan kesehatan dasar di
kelamin, umur, dan aktivitas fisik pasien DM luar negeri dilakukan langsung oleh perawat
yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dengan memberikan edukasi langsung baik
atau mempertahankan berat badan ideal. Jika secara individual, kelompok, melalui telepon
modifikasi diet diaplikasikan secara benar, atau datang ke rumah pasien.
dapat mengontrol glukosa darah pada Penggunaan edukasi dengan konseling
9
penderita DM tipe 2 . di sarana pelayanan kesehatan di luar negeri
Edukasi pasien merupakan salah umumnya dapat membantu atau mempermudah
satu pilar penting dalam pengelolaan DM pasien dalam menerima suatu informasi karena
untuk mengoptimalkan terapi pengobatan. Jika menurut penelitian yang dilakukan oleh Sperl-
edukasi dapat dijalankan secara efektif, dapat Hillen melaporkan bahwa pemberian edukasi
meningkatkan kepatuhan dan pengelolaan secara individu lebih baik dalam meningkatkan
diri sendiri oleh pasien terhadap penyakitnya kontrol glukosa darah pada pasien DM tipe 2
13. WHO pada tahun 2006 menyatakan bahwa dibandingkan dengan edukasi secara kelompok
perawat memegang peranan yang cukup penting dan perawatan standar biasa (12,8%) 16.
untuk membantu mengatasi masalah kepatuhan Berbeda dengan hasil penelitian yang
yang rendah terhadap diit jangka panjang dilakukan oleh Kravitz yang menyatakan bahwa
pada penyakit kronik, seperti DM. Perawat tingkat ketidakpatuhan pasien DM terhadap
adalah posisi yang tepat untuk memberikan program modifikasi diet ternyata masih tinggi.
edukasi kepada pasien tentang diit yang benar, Hasil penelitian ini menyatakan bahwa tingkat
menjelaskan pentingnya pengontrolan gula kepatuhan pasien DM tipe 2 terhadap modifikasi
darah untuk untuk meningkatkan kepatuhan diet berkisar antara 30- 87%. Begitu pula dengan
dan meminimalisir timbulnya komplikasi hasil penelitian yang dilakukan oleh Hernández-
jangka panjang karena perawat yang senantiasa Ronquillo juga dilaporkan hanya sebesar 38%
berhubungan dengan pasien selama 24 jam dan responden yang patuh mengikuti program
lebih memahami kondisi pasien 13,14. modifikasi diet 17.
Berbagai penelitian mengenai intervensi Penelitian yang dilakukan di India dan
dengan konseling oleh perawat telah terbukti Amerika juga menunjukkan sebesar 37 dan 52%
dapat meningkatkan kontrol dan kepatuhan penderita DM tipe 2 yang melaksanakan program
pasien dengan DM tipe 2. Penelitian yang pengaturan pola makan 18. Alasan paling umum
dilakukan oleh Lindenmeyer menyatakan yang berkaitan dengan ketidakpatuhan pasien
bahwa ada manfaat potensial dari intervensi DM tipe 2 terhadap diet atau pengaturan pola
yang diberikan perawat untuk meningkatkan makan adalah faktor situasi jika pasien makan di
efektivitas kepatuhan diit, terutama luar rumah, seperti makan di restoran atau saat
intervensi edukasi dengan konseling menghadiri acara undangan tertentu 19.
kepada pasien 13. Intervensi edukasi dengan
konseling yang diberikan oleh perawat juga
dapat meningkatkan kontrol glukosa darah dan
14
Muhammadiyah Journal of Nursing

3. Kepatuhan Olahraga berdasarkan hasil penelitian survei secara random


juga dinyatakan bahwa kepatuhan terhadap diet
Tabel 3. Efektivitas konseling terhadap dan olahraga pada pasien DM tipe 2 umumnya
kepatuhan olahraga pada kelompok kontrol suboptimal13. Umumnya responden pada
dan intervensi penelitian ini tidak melakukan olahraga karena
alasan malas atau tidak terbiasa dengan kebiasaan
Variabel p value
untuk berolahraga. Alasan ini serupa dengan hasil
Olahraga Sebelum dan Setelah Konseling 0,375
survey yang dilakukan oleh Kamiya terhadap
pada Kelp. Kontrol
Olahraga Sebelum dan Setelah Konseling 0,549 570 pasien diabetes yang menyatakan bahwa
pada Kelp. Intervensi alasan utama pasien tidak melakukan olahraga
adalah pasien tidak punya waktu untuk olahraga,
Olahraga antara Kelp. Kontrol dan 0,731
pasien tidak memiliki kebiasaan berolah raga,
Intervensi Sebelum Konseling
Olahraga antara Kelp. Kontrol dan dan pasien tidak memiliki keinginan untuk
Intervensi Setelah Konseling 0,001 berolahraga 17. Secara umum, berdasarkan hasil
penelitian survei secara random juga dinyatakan
Pada penelitian ini responden yang bahwa kepatuhan terhadap diet dan olahraga
melaksanakan olahraga sesuai dengan anjuran pada pasien DM tipe 2 umumnya suboptimal 13,
Perkeni, yang meliputi jenis dan durasi/ takaran 17.
waktu yang dianjurkan yakni paling sedikit Kocurek juga menyatakan bahwa
2-3 kali seminggu dengan durasi 20-30 menit ketidakpatuhan dalam melakukan olahraga
2. Pelaksanaan olahraga diharapkan dapat dapat terjadi pada setiap orang. Suatu penelitian
menurunkan atau mempertahankan berat telah menunjukkan bahwa ketidakpatuhan dapat
badan yang ideal. Penurunan berat badan telah terjadi pada laki-laki atau wanita di semua umur,
dibuktikan dapat mengurangi resistensi insulin di semua tingkat pendidikan, dan di semua
dan memperbaiki respon sel-sel J terhadap lapisan ekonomi 21. Selain itu, faktor lain
stimulus glukosa. Salah satu penelitian yang ikut berpengaruh pada penelitian ini
dilaporkan bahwa penurunan 5% berat badan berdasarkan karakteristik usia responden dimana
dapat mengurangi kadar HbA1C sebanyak 0,6% usia responden paling banyak ditemukan pada
dan setiap kilogram penurunan berat badan kategori usia lansia awal (46 – 55 tahun)
dihubungkan dengan 3-4 bulan tambahan waktu sebanyak 22 responden (50%) dan lansia akhir
harapan hidup 20. Manfaat potensial lain dari (56 – 65 tahun) sebanyak 20 responden (40,9%)
olahraga pada pasien DM tipe 2 telah dilaporkan sedangkan lainnya ditemukan pada dewasa akhir
dapat meningkatkan kontrol glukosa dan fungsi (36 – 45 tahun) sebanyak 4 responden (9,1%).
kardiovaskuler, menurunkan berat badan, Pada kategori usia lansia awal maupun akhir ini
memberikan efek psikologis yang positif, dan fungsi dan integrasi mulai mengalami penurunan,
mencegah timbulnya penyakit lain 17. kemampuan untuk mobilisasi dan aktivitas sudah
Penelitian yang dilakukan oleh Kravitz juga mulai berkurang, dan muncul beberapa penyakit
melaporkan bahwa tingkat kepatuhan pasien yang menyebabkan status kesehatan menurun
DM terhadap pelaksanaan olahraga, yaitu 22. Kondisi ini mengakibatkan penurunan
sebesar 19%. Sama halnya dengan hasil penelitian motivasi dalam melakukan kegiatan olahraga.
Hernández-Ronquillo yang menyatakan bahwa Rendahnya status kesehatan merupakan salah
tingkat ketidakpatuhan pasien DM tipe 2 terhadap satu faktor yang mempengaruhi penuranan
olahraga adalah sebesar 85% 17. Secara umum, aktivitas usia lanjut 23. Hal ini di dukung oleh
15
Muhammadiyah Journal of Nursing

hasil penelitian Brawley, Rajeski, dan King (2003), dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang
mengemukakan faktor yang mempengaruhi lain.
penurunan aktivitas pada orang usia lanjut adalah Beberapa penelitian lain menyatakan
kehadiran penyakit kronis, keterbatasan gerak, bahwa pasien dengan umur yang lebih tua lebih
dan kekuatiran terhadap munculnya nyeri 22, 23 patuh terhadap kontrol berobat dibandingkan
pasien muda. Penelitian lain juga menyatakan
4. Kepatuhan Kontrol bahwa pasien geriatri lebih beresiko tidak patuh
kontrol karena mereka tidak mengerti regimen
Tabel 4. Efektivitas konseling terhadap obat dan sering kali lupa serta memiliki masalah
kepatuhan kontrol pada kelompok kontrol penglihatan, pendengaran, dan kognitif dengan
dan intervensi prevalensi yang lebih besar dibandingkan
Variabel p value pasien dengan umur yang lebih muda 25.
Kontrol Sebelum dan Setelah Konseling 0,453 Faktor lain yang berperan dalam kepatuhan
pada Kelp. Kontrol kontrol adalah durasi menderita DM. Penderita
Kontrol Sebelum dan Setelah Konseling 0,002
DM yang mengalami sakit lama mengalami
pada Kelp. Intervensi
kejenuhan dan beresiko terjadinya komplikasi.
Kontrol antara Kelp. Kontrol dan 0,536 Diabetes Melitus (DM) selain dikenal sebagai
Intervensi Sebelum Konseling penyakit, juga dikenal sebagai faktor resiko.
Kontrol antara Kelp. Kontrol dan 0,000
Penderita dengan durasi menderita penyakit DM
Intervensi Setelah Konseling
lebih dari 6 bulan mengalami kecenderungan
komplikasi baik akut yaitu hipoglikemi dan
Hasil penelitian ini sama dengan hasil
kronis yaitu penyakit jantung, pembuluh darah,
penelitian yang dilakukan oleh Farsaei, 2011 yang
gagal ginjal gangguan penglihatan, impotensi,
menyatakan bahwa konseling DM sangat efektif
ulkus pada kaki, dan gangren 7.
dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap
Hasil penelitian ini sejalan dengan peneliti
yang akan membentuk perilaku seseorang dalam
sebelumnya yang menyatakan bahwa rata-rata
meningkatkan kepatuhan. Kepatuhan kontrol
responden menderita penyakit lebih dari 6 bulan,
pada pasien DM terlihat dari responden yang
artinya sebagian besar responden mengalami
datang berobat sesuai dengan jadwal maupun
masalah kesehatan kronis. Horner, (1997)
anjuran tenaga kesehatan 13.
mengemukakan bahwa keberadaan penyakit
Hasil penelitian Adisa (2009) yang
kronis pada keluarga merupakan sumber stressor
menyatakan bahwa laki-laki cenderung lupa
keluarga, sehingga keluarga ikut berperan dalam
untuk kontrol dan meminum obat dan pasien
mengatasi hal tersebut. Keluarga menjadi sangat
yang bekerja dengan tingkat pendidikan yang
penting terutama memberikan dukungan bila
tinggi memiliki kecenderungan untuk lebih ingat
salah satu anggota mengalami penyakit kronis.
untuk kontrol dan meminum obat dibandingkan
Model perawatan penyakit kronik pada keluarga
dengan pasien tanpa pekerjaan 13, 24. Hal
memandang bahwa kondisi kronik merupakan
ini sesuai dengan karakteristik responden
suatu kondisi yang membutuhkan dukungan
dalam penelitian ini dimana jumlah reponden
untuk mencapai manajemen diri penderita
perempuan lebih banyak 59,1% jika dibandingkan
dengan baik 26.
dengan responden laki-laki yang berjumlah 18
responden (40,9%). Selain itu juga ditemukan
tingkat pendidikan responden terbanyak
adalah menengah keatas sebanyak 36,4% jika
16
Muhammadiyah Journal of Nursing

5. Kepatuhan pill count tidak mengubah jenis obat dari yang biasanya
dikonsumsi oleh pasien apabila tidak dibutuhkan.
Tabel 5. Efektivitas konseling terhadap Selain itu juga bisa dengan memberikan alat
kepatuhan pill count pada kelompok bantu seperti kartu pengingat obat yang bisa
kontrol dan intervensi ditandai apabila pasien sudah minum obat,
Variabel p value memberikan dukungan kepada anggota keluarga
Pill Count Sebelum dan Setelah 1,00 untuk mengingatkan pasien minum obat, dan
Konseling pada Kelp. Kontrol lain sebagainya 27.
Pill Count Sebelum dan Setelah 0,00 Hasil penelitian ini sama dengan hasil
Konseling pada Kelp. Intervensi
penelitian yang dilakukan oleh Linda yang
Pill Count antara Kelp. Kontrol dan 0,032 menyatakan bahwa faktor sosio-demografi, seperti
Intervensi Sebelum Konseling umur dan jenis kelamin berpengaruh terhadap
Pill Count antara Kelp. Kontrol dan 0,009 kepatuhan pasien terhadap pengobatannya.
Intervensi Setelah Konseling
Penelitian yang dilakukan oleh Adisa juga
melaporkan bahwa jenis kelamin dan pekerjaan
Pada penelitian ini tingkat kepatuhan yang
berpengaruh terhadap kepatuhan pasien. Hasil
kurang sebelum dilakukan konseling adalah
penelitian Adisa menyatakan bahwa laki-laki
dalam pemakaian obat yang kuensinya banyak
cenderung lupa untuk meminum obat dan
(3 x sehari) seperti Metformin. Alasan pasien ini
pasien yang bekerja dengan tingkat pendidikan
bermacam-macam tidak meminum obat sesuai
yang tinggi memiliki kecenderungan untuk lebih
anjuran dokter, ada yang karena tidak sempat
ingat meminum obat dibandingkan dengan pasien
minum obat dengan alasan sibuk bekerja pada
tanpa pekerjaan 13, 24. Hal ini sesuai dengan
siang hari dan obat ditinggal di rumah, ada
karakteristik responden dalam penelitian ini
yang karena alasan efek samping obat dimana
dimana jumlah reponden perempuan lebih banyak
pasien merasa mual atau mengalami gangguan
59,1% jika dibandingkan dengan responden laki-
pencernaan setelah minum obat tersebut, dan juga
laki yang berjumlah 18 responden (40,9%). Selain
ada pasien beranggapan bahwa obat itu racun (zat
itu, rata-rata tingkat pendidikan responden
kimia), jadi tidak baik diminum seringkali. Jadi
paling banyak adalah menengah atas sebanyak
pada umumnya pasien lebih menyukai minum
16 responden (36,4%)
obat yang frekuensi minumnya 1 kali dalam
Responden pada penelitian ini
sehari. Untuk Glucobay, ada pasien yang
menunjukkan bahwa mereka yang memiliki
tidak meminumnya karena alasan efek samping
tingkat pendidikan yang tinggi, memahami
obat yang menyebabkan pasien sering buang
kondisi penyakitnya atau percaya akan pentingnya
angin, sehingga kadangkala mengganggu dalam
manfaat pengobatan terhadap penyakitnya
aktivitasnya sehari-hari. Begitu juga dengan
sehingga menyebabkan pasien patuh. Dengan
Glibenklamid, dimana ada pasien yang langsung
demikian, pada penelitian ini tingkat pendidikan
merasa lemas, pusing dan berkeringat dingin
berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan
setelah meminumnya (gejala hipoglikemi).
terhadap pengobatan. Beberapa penelitian juga
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk
melaporkan hasil yang sama bahwa ditemukan
dapat meningkatkan kepatuhan pasien seperti
korelasi antara tingkat pendidikan dengan
memberikan obat dengan jadwal minum
tingkat kepatuhan25.
obat satu kali sehari, memberikan obat sesuai
dengan kemampuan pasien untuk membelinya,
17
Muhammadiyah Journal of Nursing

6. Keterkendalian gula darah Hasil ini sesuai dengan penelitian yang


dilakukan oleh Malathy R, dkk yang meneliti
Tabel 6. Perbedaan Tingkat Kadar Gula Darah tentang efektivitas konseling DM terhadap
Sebelum dan Setelah Dilakukan Konseling pengetahuan dan sikap pasien diabetes di Erode
Kabupaten India Selatan. Penelitian tersebut
Variabel Mean SD Min - Mak 95% CI
Gula Darah 279,73 55,09 172 - 413 262,98 - 296,48
memperoleh hasil yang signifikan yaitu bahwa
PP Sebelum pasien yang mendapat konseling tentang DM
Konseling
dapat mengurangi komplikasi dan mengontrol
Gula Darah 252,95 63,63 126 - 372 233,61 - 272,30
PP Setelah
kadar gula darahnya. Skor dari kelompok uji
Konseling pasien meningkat secara signifikan (P <0,0001),
sedangkan tidak ada perubahan signifikan yang
Tabel 7. Efektivitas konseling terhadap diamati pada pasien kelompok kontrol. Glucosa
keterkendalian gula darah 2 jam post prandial Postprandial tingkat darah menurun secara
pada kelompok kontrol dan intervensi signifikan pada kelompok uji, begitu juga
kolesterol total, trigliserida (TGL), dan tingkat
Variabel p value
low density lipoprotein (LDL) juga menunjukkan
GDPP antara Kelompok Kontrol dan 0,094
penurunan pada kelompok uji. Dengan demikian,
Intervensi Sebelum Konseling
GDPP antara Kelompok Kontrol dan 0,045 Penelitian mengungkapkan bahwa konseling
Intervensi Setelah Konseling yang dilakukan oleh perawat mungkin menjadi
elemen penting dalam program manajemen
diabetes 28.
GDPP Sebelum dan Setelah Konseling 0,012
pada Kelp. Kontrol
GDPP Sebelum dan Setelah Konseling 0,000 Pemberian edukasi dengan konseling
pada Kelp. Intervensi merupakan bagian integral dan penting dalam
pemberian asuhan perawatan pada pasien
Hasil penelitian ini sesuai dengan literatur diabetes. Konseling diabetes adalah pemberian
yang menyatakan bahwa konseling oleh tenaga pendidikan, pemahaman dan latihan mengenai
kesehatan seperti perawat merupakan salah satu pengetahuan dan ketrampilan dalam
upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengelolaan diabetes yang diberikan kepada
kepatuhan pasien dan mengontrol kadar gula setiap pasien diabetes untuk mengatasi setiap
darah pasien DM. Dari rerata kadar glukosa masalahnya. Edukasi dan konseling kesehatan
darah post prandial pasien sebelum dan setelah pada pasien DM merupakan suatu hal yang
konseling terdapat perbedaan yang bermakna, sangat penting dalam pengontrolan kadar gula
berdasarkan hasil pengujian statistik dengan darah pasien. Selain itu, edukasi dan konseling
menggunakan uji t berpasangan dengan tingkat pada penderita DM juga diharapkan dapat
signifikansinya 0,000 (p< 0,05). mencegah atau setidaknya menghambat
Penurunan kadar glukosa darah 2 jam munculnya penyulit kronik ataupun penyulit
setelah makan (post prandial) setelah konseling akut yang ditakuti oleh penderita DM. Dalam
menunjukkan bahwa konseling yang diberikan melakukan edukasi dan konseling kepada
berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap pasien, seorang konselor mempunyai tujuan
pasien sehingga akan menimbulkan tindakan untuk mengubah pengetahuan (knowledge), sikap
untuk patuh terhadap penatalaksanaan DM yang (attitude), dan perilaku (behaviour).
meliputi diit, olahraga dan pengobatan. Perubahan perilaku inilah yang paling
sukar dilaksanakan. Adanya pemberian edukasi
18
Muhammadiyah Journal of Nursing

dan konseling ini sangat penting karena penyakit 5. Ada perbedaan yang signifikan pada
diabetes merupakan penyakit yang berhubungan diit, olahraga, kontrol, pill count, dan
dengan gaya hidup pasien. Oleh karenanya keterkendalian GDPP antara kelompok
untuk mencapai keberhasilan terapi diabetes kontrol dengan intervensi setelah dilakukan
perlu adanya kerjasama antara pasien, keluarga konseling.
dan petugas kesehatan dalam hal ini perawat
yang memberikan edukasi dan konseling kepada E. SARAN
pasien. Dengan pemberian edukasi dan Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
konseling inilah pasien diharapkan memiliki dengan menggunakan HbA1c sebagai salah satu
pengetahuan yang cukup tentang diabetes, yang indikator kepatuhan pasien dalam pengontrolan
selanjutnya dapat merubah sikap dan perilakunya kadar gula darah secara tepat dan juga perlu
sehingga diharapkan dapat mengendalikan dilakukan edukasi pada setiap pasien DM dengan
kondisi penyakit dan kadar gula darahnya dan menggunakan pendekatan konseling dalam
dapat meningkatkan kualitas hidupnya. penyelesaian masalah pasien DM baik diruang
rawat inap maupun rawat jalan sehingga dapat
D. SIMPULAN membantu meningkatkan pengetahuan, sikap
1. Responden pada penelitian ini terdiri dari dan perilaku kepatuhan pasien DM tipe 2 dalam
59,1% berjenis kelamin perempuan, 50% mengontrol kadar gula darah pasien.
berusia diantara 46-55 tahun (lansia awal),
36,4% berpendidikan menengah atas, 38,6% % DAFTAR PUSTAKA
sebagai IRT, 47,7% telah menderita DM tipe 2 1. Wild, S., dkk (2004). Global Prevalence of
selama 2-5 tahun Diabetes: Estimates for the year 2000 and
2. Ada perbedaan yang signifikan kepatuhan Projections for Care: Epidemiology/Health
diit, kontrol dan pill count sebelum dan Services/Psychosocial Research.
setelah dilakukan konseling pada kelompok 2. Perkeni (Perkumpulan Endokrinologi
intervensi dan tidak ada perbedaan yang Indonesia). (2011). Konsensus Pengelolaan
signifikan kepatuhan diit, kontrol dan dan Pencegahan Prediabetes. PB Perkeni, Jakarta.
pill count sebelum dan setelah dilakukan 3. Suyono, dkk. (2011). Kecendrungan
konseling pada kelompok kontrol Peningkatan Jumlah Penyandang Diabetes.
3. Tidak ada perbedaan yang signifikan Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
kepatuhan olahraga sebelum dan setelah 4. Vatankhah, N., dkk (2009). The Effectiveness
dilakukan konseling pada kelompok Of Foot Care Education On People With
intervensi, dan tidak ada perbedaan yang Type 2 Diabetes In Tehran, Iran. Primary
signifikan kepatuhan olahraga sebelum dan Care Diabetes 3 (2009) 73–77. Diakses tanggal
setelah dilakukan konseling pada kelompok 5 Agustus 2012 dari: http://hinari-gw.who.int
kontrol. 5. Santoso M, Lian S, Yudy. . Gambaran Pola
4. Ada perbedaan yang signifikan Penyakit Diabetes Melitus di Bagian Rawat Inap
keterkendalian gula darah post prandial RSUD Koja 2000-2004. Jakarta ; 2004
(GDPP) sebelum dan setelah dilakukan 6. Azwar, A. (1985) Epidemiologi Hipertensi,
konseling pada kelompok intervensi, dan ada Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas
perbedaan yang signifikan kepatuhan GDPP Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
sebelum dan setelah dilakukan konseling 7. Departemen Kesehatan Republik Indonesia
pada kelompok kontrol (Depkes RI). (2008). Pedoman Pengendalian
19
Muhammadiyah Journal of Nursing

Diabetes Mellitus dan Penyakit Metabolik. Jakarta 18. WHO. (2003). Adherence to long-term therapies.
8. ADA (American Diabetes Association). (2008). Geneva: WHO
Nutrition Recommendations and Inervention 19. Ary, D.V., dkk. (1986). Patient perspective
for Diabete. Diabetes Care, 31 (Suppl. 1): 61-78. on factors contributing to nonadherence to
Diakses pada 5 Januari 2012 dari http://www. diabetes regimen. Diabetes Care Journal; 9:168-
care.diabetesjournals.org 72.
9. Perkeni (Perkumpulan Endokrinologi 20. Depkes RI. (2005). Pharmaceutical Care Untuk
Indonesia) (2006). Konsensus Pengelolaan dan Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. 21. Kocurek, Barbara. (2009) . Promoting
Jakarta : PB Perkeni medication adherence in older adults and the
10. Aslam, M. (2003). Farmasi Klinis, Menuju rest of us. Diabetes Spectrum Journal; 22(2), 80-
Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan 84
Pasien. PT. Elex Media Computindo. Jakarta 22. Brekke, Hilde K dkk. (2008). Lifestyle
11. Rochmah W. (2006). Diabetes Melitus changes can be achieved through counseling
Pada Usia Lanjut. Jakarta: Depertemen and follow-up in first-degree relatives of
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran patients with type 2 diabete. Diakses tanggal
Universitas Indonesia 20 Juli 2013 dari: http://proquest.com
12. Mrcos, G dkk. (2005). Efektivitas pendidikan 23. Rhodes, K dkk. (1996). Intensive nutrition
terstruktur pada penderita DM tipe 2. Santa counseling enhances outcomes of National
Coloma. Catalan Institute of Health. Santa Cholesterol Education Program dietary
Coloma Farners. Girona. Spanyol. therapy. American Dietetic Association. Journal
13. Farsaei, S., dkk (2011). Effect of pharmacist- of the American Dietetic Association; Oct 1996;
led patient education on glycemic control 96, 10; ProQuest Agriculture Journals pg.
of type 2 diabetics: a randomized controlled 1003. Diakses tanggal 1 April 2013 dari: http://
trial. JRMS;16(1), 43-49 proquest.com
14. O Donovan, D.O., Byrne, S., & Sahm, L. 24. Adisa, R., Fakeye, T.O., & Fasanmade,
(2011). Review article: The role of pharmacists A. (2011). Medication adherence among
in control and management of type 2 diabetes ambulatory patients with type 2 diabetes in
mellitus; a review of the literature. Journal of a tertiary healthcare setting in Southwestern
Diabetology;1(5) Nigeria. Pharmacy Practise;9(2), 72-81
15. Jennings, D.L., dkk. (2007). Impact of clinical 25. Jin, J., Sklar, G.E., Sen Oh, V.M., & Li, S.C.
pharmacist intervention on diabetes related (2008). Factors affecting therapeutic compliance:
quality-of-life in an ambulatory care clinic. A review from the patient’s perspective. Ther Clin
Pharmacy Practice;5(4):169-173 Risk Manag; 4(1): 269–286
16. Pullen, L,C., & Vega, C.P. (2011). Behavioral 26. Khan, D. A., dkk. (2009). Is glycemic control
and Educational Interventions Improve Diabetes. in patient with type-2 diabetes in Rawalpindi
11 Januari 2012. http://www.medscape.org/ improving? J Ayub Med Coll Abbottabad:21(1),
viewarticle/751475 62-65
17. Hernández-Ronquillo, L., dkk. (2003). Factor 27. Rantucci, M.J. (2007). Komunikasi Apoteker-
associated with therapy noncompliance in type Pasien : Panduan Konseling Pasien (Edisi 2).
2 diabetec patients. Salud Publica Mex;45, 191- Penerjemah : A.N. Sani. Jakarta : Penerbit
197 Buku Kedokteran EGC
20
Muhammadiyah Journal of Nursing

28. Malathy R, dkk (2011). Effect of a Diabetes


Counseling Programme on Knowledge,
Attitude and Practice among Diabetic Patients
in Erode District of South India. Journal
of Young Pharmacists Vol 3 / No 1. Diakses
tanggal 16 Juli 2013 dari: http://proquest.com

Anda mungkin juga menyukai