Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak dengan
orang lain karena komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali
salah berpikir bahwa komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya
adalah proses yang kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta
memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan
sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis yang
maknanya dipacu dan ditransmisikan. Untuk memperbaiki interpretasi pasien
terhadap pesan, perawat harus tidak terburu-buru dan mengurangi kebisingan dan
distraksi. Kalimat yang jelas dan mudah dimengerti dipakai untuk menyampaikan
pesan karena arti suatu kata sering kali telah lupa atau ada kesulitan dalam
mengorganisasi dan mengekspresikan pikiran. Instruksi yang berurutan dan sederhana
dapat dipakai untuk mengingatkan pasien dan sering sangat membantu. (Bruner &
Suddart, 2001 : 188).

Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan non
verbal dari informasi dan ide. Komunikasi mengacu tidak hanya pada isi tetapi juga
pada perasaan dan emosi dimana individu menyampaikan hubungan ( Potter-Perry,
301 ). Komunikasi pada lansia membutuhkan perhatian khusus. Perawat harus
waspada terhadap perubahan fisik, psikologi, emosi, dan sosial yang memperngaruhi
pola komunikasi. Perubahan yang berhubungan dengan umur dalam sistem auditoris
dapat mengakibatkan kerusakan pada pendengaran. Perubahan pada telinga bagian
dalam dan telinga mengalangi proses pendengaran pada lansia sehingga tidak toleran
teradap suara. Berdasarkan hal – hal tersebut kami menulis makalah ini yang berjudul
“ komunikasi terapiutik pada lansia “.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi komunikasi terapeutik ?
2. Apa manfaat komunikasi terapeutik ?
3. Apa yang dimaksud dengan lansia?
4. Bagaimana karakteristik lansia ?
5. Bagaimana cara pendekatan perawatan lansia dalam konteks komunikasi ?
6. Bagaimana teknik komunikasi pada lansia ?
7. Apa saja hambatan berkomunikasi dengan lansia ?
8. Bagaimana teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan ?
9. Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi dengan lansia ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi komunikasi terapeutik
2. Untuk mengetahui manfaat komunikasi terapeutik
3. Untuk mengetahui karakteristik lansia
4. Untuk mengetahui cara pendekatan perawatan lansia dalam konteks komunikasi
5. Untuk mengetahui teknik komunikasi pada lansia
6. Untuk mengetahui hambatan berkomunikasi dengan lansia
7. Untuk mengetahui teknik perawatan lansia pada reaksi penolakan
8. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi dengan lansia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Komunikasi Terapiutik


1. Indrawati (2003) mengemukakan bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi
yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan pasien.
2. Komunikasi terapeutik adalah hubungan kerja sama yang ditandai dengan tukar
menukar perilaku, perasaan, fikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim
terapeutik (Stuart dan Sundeen).
3. Komunikasi dengan lansia harus memperhatikan faktor fisik, psikologi,
(lingkungan dalam situasi individu harus mengaplikasikan ketrampilan komunikasi
yang tepat. disamping itu juga memerlukan pemikiran penuh serta memperhatikan
waktu yang tepat.

2. Manfaat Komunikasi Terapeutik


Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerja
sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien.
Mengidentifikasi. mengungkap perasaan dan mengkaji masalah dan evaluasi tindakan
yang dilakukan oleh perawat (Indrawati, 2003 : 50).

3. Pengertian lansia
usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) uu no. 13 tahun 1998 tentang
kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia
lebih dari 60 tahun (maryam dkk, 2008). berdasarkan defenisi secara umum,
seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. lansia bukan
suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang
ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres

3
lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. kegagalan ini
berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan
kepekaan secara individual (efendi, 2009). penetapan usia 65 tahun ke atas sebagai
awal masa lanjut usia (lansia) dimulai pada abad ke-19 di negara jerman. usia 65
tahun merupakan batas minimal untuk kategori lansia. namun, banyak lansia yang
masih menganggap dirinya berada pada masa usia pertengahan. usia kronologis
biasanya tidak memiliki banyak keterkaitan dengan kenyataan penuaan lansia. setiap
orang menua dengan cara yang berbeda-beda, berdasarkan waktu dan riwayat
hidupnya. setiap lansia adalah unik, oleh karena itu perawat harus memberikan
pendekatan yang berbeda antara satu lansia dengan lansia lainnya (potter & perry,
2009).1.2. batasan umur lanjut usia menurut pendapat berbagai ahli dalam efendi
(2009) batasan-batasan umur yang mencakup batasan umur lansia adalah sebagai
berikut:
1. menurut undang-undang nomor 13 tahun 1998 dalam bab 1 pasal 1 ayat 2 yang
berbunyi “lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke
atas”.
2. menurut world health organization (who), usia lanjut dibagi menjadi empat kriteria
berikut : usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) ialah
60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) ialah di
atas 90 tahun.
3. menurut dra. jos masdani (psikolog ui) terdapat empat fase yaitu : pertama (fase
inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-55 tahun, ketiga (fase
presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase senium) ialah 65 hingga tutup usia.
4. menurut prof. dr. koesoemato setyonegoro masa lanjut usia (geriatric age): > 65
tahun atau 70 tahun. masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri dibagi menjadi tiga
batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun), dan very old ( > 80
tahun) (efendi, 2009).

4
4. Karakteristik Lansia
Berdasarkan usianya, organisasi kesehatan dunia (WHO) mengelompokan usia lanjut
menjadi empat macam meliputi:
a) Usia pertengahan (middle age) kelompok usia 45 samapai 59 tahun
b) Usia lanjut (elderly) kelompok usia antara 60 samapai 70 tahun
c) Usia lanjut usai (old) kelompok usia antara 75 sampai 90 tahun
d) Usaia tua (veryold)kelompk usia di atas 90 tahun
Meskipun batasan usia sangat beragam untuk menggolongkan lansia namun
perubahan-perubahan akibat dari usai tersebut telah dapat di identifikasi, misalnya
perubahan pada aspek fisik berupa perubahan neurologi dan sensorik, perubahan
visual, perubahan pendengaran. Perubahan- perubahan tersebut dapat menghambat
proses penerimaan dan interprestasi terhadap maksud komunikasi. Perubahan ini juga
menyebabkan klien lansia mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Belum lagi
perubahan kognetif yang berpengaruh pada tingkat intelegensi, kemampuan belajar,
daya memori dan motivasi klien.
Perubahan emosi yang sering terlihat adalah berupa reaksi penolakan terhadap
kondisi yang terjadi. Gejala-gejala penolakan tersebut misalnya:
a) Tidak percaya terhadap diagnose, gejala, perkembangan serta keterangan yang di
berikan petugas kesehatan
b) Mengubah keterangan yang di berikan sedemikian rupa, sehinga di terima keliru
c) Menolak membicarakan perawatanya di rumah sakit
d) Menolak ikut serta dalam perawatan dirinya secara umum khususnya tindakan
yang mengikut sertakan dirinya
e) Menolak nasehat-nasehat misalnya, istirahat baring, berganti posisi tidur, terutama
bila nasehat tersebut demi kenyamanan klien.

5. Pendekatan Perawatan Lansia Dalam Konteks Komunikasi


1. Pendekatan fisik
Mencari informasi tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian, yang dialami,
peruban fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa di capai dan di

5
kembangkan serta penyakit yang dapat di cegah progresifitasnya. Pendekatan ini
relative lebih mudah di laksanakan dan di carikan solusinya karena riil dan mudah di
observasi.
2.Pendekatan psikologis
Karena pendekatan ini sifatnya absrak dan mengarah pada perubahan prilaku, maka
umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk melaksanakan pendekatan ini
perawat berperan sebagai konselor, advokat, supporter, interpreter terhadap sesuatu
yang asing atau sebagai penampung masalah-masalah yang pribadi dan sebagai
sahabat yang akrab bagi klien.
3.Pendekatan social
Pendekatan ini di lakukan untuk meningkatkan keterampilan berinteraksi dalam
lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran, bercerita, bermain, atau mengadakan
kegiatan-kegiatan kelompok merupakan implementasi dari pendekatan ini agar klien
dapat berinteraksi dengan sesama klien maupun dengan petugas kesehatan.
4.Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa membeikan kepuasan batin dalam hubunganya dengan Tuhan atau
agama yang dianutnya terutama ketika klien dalam keadaan sakit.

6.Teknik Komunikasi Pada Lansia


Untuk dapat melaksanakan komunikasi yang efektif kepada lansia, selain pemahaman
yang memadai tentang karakteristik lansia, petugas kesehatan atau perawat juga harus
mempunyai teknik-teknik khusus agar komunikasi yang di lakukan dapat berlangsung
secara lancar dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Beberapa teknik komunikasi yang dapat di terapkan antara lain:
1. Teknik asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara dengan
menunjukan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan ketika
pasangan bicara agar maksud komunikasi atau pembicaraan dapat di mengerti. Asertif
merupakan pelaksanaan dan etika berkomunikasi. Sikap ini akan sangat membantu
petugas kesehatan untuk menjaga hubungan yang terapeutik dengan klien lansia.

6
2. Responsif
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien merupakana
bentuk perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat mengetahui adanya perubahan
sikap atau kebiasaan klien sekecil apapun hendaknya menanyakan atau klarifikasi
tentang perubahan tersebut misalnya dengan mengajukan pertanyaan ‘apa yang
sedang bapak/ibu fikirkan saat ini, ‘apa yang bisa bantu…? berespon berarti bersikap
aktif tidak menunggu permintaan bantuan dari klien. Sikap aktif dari petugas
kesehatan ini akan menciptakan perasaan tenang bagi klien

3. Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi
komunikasi yang di inginkan. Ketika klien mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan di
luar materi yang di inginkan, maka perawat hendaknya mengarahkan maksud
pembicaraan. Upaya ini perlu di perhatikan karena umumnya klien lansia senang
menceritakan hal-hal yang mungkin tidak relevan untuk kepentingan petugas
kesehatan.

4. Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun psikis secara
bertahap menyebabkan emosi klien relative menjadi labil perubahan ini perlu di
sikapi dengan menjaga kesetabilan emosi klien lansia, mesalnya dengan mengiyakan ,
senyum dan mengagukan kepala ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai
sikap hormat menghargai selama lansia berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan
kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia tidak menjadi beban bagi keluarganya.
Dengan demikaian di harapkan klien termotivasi untuk menjadi dan berkarya sesuai
dengan kemampuannya. Selama memberi dukungan baik secara materiil maupun
moril, petugas kesehatan jangan terkesan menggurui atau mangajari klien karena ini
dapat merendahan kepercayaan klien kepada perawat atau petugas kesehatan lainnya.
Ungkapan-ungkapan yang bisa memberi motivasi, meningkatkan kepercayaan diri
klien tanpa terkesan menggurui atau mengajari misalnya: ‘saya yakin bapak/ibu lebih
berpengalaman dari saya, untuk itu bapak/ibu dapat melaksanakanya……. dan bila

7
diperlukan kami dapat membantu’.
5. Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses komunikasi tidak
berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan ulang
dan memberi penjelasan lebih dari satu kali perlu di lakukan oleh perawat agar
maksud pembicaraan kita dapat di terima dan di persepsikan sama oleh klien
‘bapak/ibu bisa menerima apa yang saya sampaikan tadi..? bisa minta tolong
bapak/ibu untuk menjelaskan kembali apa yang saya sampaikan tadi…?.
6. Sabar dan Ikhlas
Seperti diketahui sebelumnya klien lansia umumnya mengalami perubahan-
perubahan yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan perubahan ini bila tidak
di sikapai dengan sabar dan ikhlas dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat
sehingga komunikasi yang di lakukan tidak terapeutik, namun dapat berakibat
komunikasi berlangsung emosional dan menimbulkan kerusakan hubungan antara
klien dengan petugas kesehatan.

7.Hambatan Berkomunikasi Dengan Lansia


Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia akan terganggu
apabila ada sikap agresif dan sikan nonasertif.
1. Agresif
Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya di tandai dengan prilaku-prilaku di
bawah ini:
a) Berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawan bicara)
b) Meremehkan orang lain
c) Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
d) Menonjolkan diri sendiri
e) Pempermalukan orang lain di depan umum, baik dalam perkataan maupun
tindakan.

8
2. Non asertif
Tanda tanda dari non asertif ini antara lain :
a) Menarik diri bila di ajak berbicara
b) Merasa tidak sebaik orang lain (rendah diri)
c) Merasa tidak berdaya
d) Tidak berani mengungkap keyakinaan
e) Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya
f) Tampil diam (pasif)
g) Mengikuti kehendak orang lain
h) Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik dengan orang
lain.

Adanya hambatan komunikasi kepada lansia merupkan hal yang wajar seiring dengan
menurunya fisik dan pskis klien namun sebagai tenaga kesehatan yang professional
perawat di tuntut mampu mengatasi hambatan tersebut untuk itu perlu adanya teknik
atau tips-tips tertentu yang perlu di perhatikan agar komunikasi berjalan gengan
efektif antara lain
a) Selalu mulai komunikasi dengan mengecek pendengaran klien
b) Keraskan suara anda jika perlu
c) Dapatkan perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah dia agar dia dapat melihat
mulut anda.
d) Atur lingkungan sehinggga menjadi kondusif untuk komunikasi yang baik.
Kurangi gangguan visual dan auditory. Pastikan adanya pencahayaan yang cukup.
e) Ketika merawat orang tua dengan gangguan komunikasi, ingat kelemahannya.
Jangan menganggap kemacetan komunikasi merupakan hasil bahwa klien tidak
kooperatif.
f) Jangan berharap untuk berkomunikasi dengan cara yang sama dengan orang yang
tidak mengalami gangguan. Sebaliknya bertindaklah sebagai partner yang tugasnya
memfasilitasi klien untuk mengungkapkan perasaan dan pemahamannya.
g) Berbicara dengan pelan dan jelas saat menatap matanya gunakan kalimat pendek

9
dengan bahasa yang sederhana.
h) Bantulah kata-kata anda dengan isyarat visual.
i) Serasikan bahasa tubuh anda denagn pembicaraan anda, misalnya ketika
melaporkan hasil tes yang di inginkan, pesan yang menyatakan bahwa berita tersebut
adalah bagus seharusnya di buktikan dengan ekspresi, postur dan nada suara anda
yang menggembirakan (misalnya denagn senyum, ceria atau tertawa secukupnya).
j) Ringkaslah hal-hal yang paling penting dari pembicaraan tersebut.
k) Berilah klien waktu yang banyak untuk bertanya dan menjawab pertanyaan anda.
l) Biarkan ia membuat kesalahan jangan menegurnya secara langsung, tahan
keinginan anda menyelesaikan kalimat.
m) Jadilah pendengar yang baik walaupun keinginan sulit mendengarkanya.
n) Arahkan ke suatu topic pada suatu saat.
o) Jika mungkin ikutkan keluarga atau yang merawat ruangan bersama anda. Orang
ini biasanya paling akrab dengan pola komunikasi klien dan dapat membantu proses
komunikasi

8. Teknik Perawatan Lansia Pada Reaksi Penolakan


Penolakan adalah ungkapan ketidakmampuan seseorang untuk mengakui secara sadar
terhadap pikiran, keinginan, perasaan atau kebutuhan pada kejadiaan-kejadian nyata
atau sesuatu yang merupakan ancaman. Penolakan merupakan reaksi ketidaksiapan
lansia menerima perubahan yang terjadi pada dirinya. Perawat dalam menjamin
komunikasi perlu memahami kondisi ini sehingga dapat menjalin komunikasi yang
efektif, tidak menyinggung perasaan lansia yang relatif sensitif.
Ada beberapa langkah yang bisa di laksanakan untuk menghadapi klien lansia dengan
reaksi penolakan, antara lain :
1) Kenali segera reaksi penolakan klien
Membiarkan klien lansia bertingkah laku dalam tenggang waktu tertentu. Hal ini
merupakan mekanisme penyesuaian diri sejauh tidak membahayakan klien, orang lain
serta lingkunganya.

10
2) Orientasikan klien lansia pada pelaksanan perawatan diri sendiri
Langkah tersebut bertujuan untuk mempermudah proses penerimaan klien terhadap
perawatan yang akan di lakukan serta upaya untuk memandirikan klien.
3) Libatkan keluarga atau pihak keluarga terdekat dengan tepat
Langkah ini bertujuan untuk membantu perawat atau petugas kesehatan memperoleh
sumber informasi atau data klien dan mengefektifkan rencana / tindakan dapat
terealisasi dengan baik dan tepat

9.Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi pada lansia


1. Menunjukkan rasa hormat, seperti “bapak”, “ibu”, kecuali apabila sebelumnya
pasien telah meminta anda untuk memanggil panggilan kesukaannya.
2. Hindari menggunakan istilah yang merendahkan pasien
3. Pertahankan kontak mata dengan pasien
4. Pertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa dan mendengarkan adalah kunci
komunikasi efektif
5. Beri kesempatan pasien untuk menyampaikan perasaannya
6. Berbicara dengan pelan, jelas, tidak harus berteriak, menggunakan bahasa dan
kalimat yang sederhana.
7. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien
8. Hindari kata-kata medis yang tidak dimengerti pasien
9. Menyederhanakan atau menuliskan instruksi
10. Mengenal dahulu kultur dan latar belakang budaya pasien
11. Mengurangi kebisingan saat berinteraksi, beri kenyamanan, dan beri penerangan
yang cukup saat berinteraksi.
12. Gunakan sentuhan lembut dengan sentuhan ringan di tangan. Lengan, atau bahu.
13. Jangan mengabaikan pasien saat berinteraksi.

11
DRAMA

1. Fase Pra Interaksi

Dua orang perawat akan melakukan pemeriksaan dan melihat perkembangan kondisi
pada pasien lansia yang bernama Ny. Ratih. Ny. Ratih menderita penyakit hipertensi
yang dirawat di ruang melati Rumah Sakit dr. M. Yunus Bengkulu.

2. Fase Orientasi

Perawat 1 dan Perawat 2 mendatangi pasien Ny. Ratih di ruang perawatan.

P1 dan P2 : Assalamu’alaikum.

Keluarga : Wa’alaikum salam.

P1 dan P2 : Selamat pagi bapak, ibu (sambil tersenyum)

Keluarga : Pagi juga pak….!!

Nenek sedikit kebingungan melihat kedatangan perawat.

P1 dan P2 : Pagi nek…!! Gimana kabar nek hari ini,, sehat ??

Ny. Ratih : Pagi…!! Alhamdulillah sudah agak lumayan.

Ini siapa ya…??

Nenek masih tampak kebingungan dan tampak berfikir..

P1 : Nenek… perkenalkan saya perawat Yayan dan ini perawat Dadang

12
Perawat 1 dan perawat 2 mencoba melakukan pendekatan kepada nenek dan juga
juga keluarganya.

P2 : Kami berdua yang bertugas untuk merawat nenek pada hari ini.

nenek sudah makan belum pagi ini….??

Ny. Ratih : Sudah…!!

P2 : Makan nya banyak atau sedikit nek…??

Ny. Ratih : Cuma sedikit karena saya kurang selera makan pak.

Saya masih merasa agak mual…!!

P1 : Pagi ini obat nya sudah diminum nek…??

Ny. Ratih : Iya sudah…!!

Ibu : Iya pak obat nya tadi sudah diminum semua…

Setelah bertanya kepadaa nenek, perawat mencoba menjelaskan asuhan keperawatan


yang akan diberikan kepada nenek dan juga keluarganya.

P1 : Baiklah nek, bapak dan ibu..!! Kami disini akan melakukan

pemeriksaan kepada nenek.

Apakah bapak, ibu bersedia…??

bapak : iya baiklah kalau begitu kami mohon lakukan yang terbaik buat orang
tua kami..!!

13
P2 : iya pak terimakasih, kami akan mencoba melakukan yang terbaik buat
orang tua bapak dan ibu. Kami juga mohon kerja samanya nanti dalam pemeriksaan.

P1 : kalau begitu kami mau permisi sebentar untuk mempersiapkan alatnya,


kurang lebih 5 menit kami akan kembali lagi.

Ibu : iya pak silahkan..!!

P1 dan P2 : Mari pak, buk… (sambil berjalan pergi untuk mengambil alat).

Setelah itu perawat meninggalkan kamar pasien untuk menyiapkan alat yang akan
digunakan dalam tindakan yang akan diberikan.

3. Fase Kerja

(Lima menit kemudian, perawat kembali ke kamar pasien)

P1 dan P2 : Assalmu’alaikum…

Semua : Wa’alaikum salam…

Perawat masuk dan langsung mendekati pasien untuk melakukan tindakan.

P1 : Permisi nek..!! maaf ya nek.. nenek tiduran saja ya…

biar nenek lebih santai..

Ny. Ratih : (langsung tiduran)

Setelah itu perawat langsung memberikan tindakan kepada nenek.

14
P1 : nek.. tolong tangan kirinya sedikit diangkat ya nek…!!

(perawat 1 memasang manset tensi, kemudian mengukur tekanan

darah).

P1 : cucu nenek sudah berapa kini? (perawat mencoba mengajak


komunikasi pada nenek)

Ny. Ratih : eeehm,, sudah 3 pak, sudah besar-besar semua.

P1 : ooh sudah berkeluarga semua??

Ny. Ratih : yang 1 orang sudah, terus yang duanya lagi masih kuliah dan
masih kuliah. Mereka cantik dan ganteng-ganteng pak.

P1 : ya iya dong. Kayak neneknya.. (perawat dan nenek ketawa)

sambil menunggu perawat 1 mengukur tekanan darah, perawat 2 menyiapkan


termometer untuk mengukur suhu nenek.

P2 : Nek… maaf ya… tolong nenek angkat sedikit tangan


kanannya…!!

Ny. Ratih : (mengangkat sedikit tangan kanan nya)

P2 : (setelah nenek mengangkat tangannya, perawat langsung


memasang

termometer).

P2 : Nek… Langsung dijepit tangannya ya nek… dan jangan dulu


dilepas

15
sebelum saya suruh ..

Ny. Ratih : (hanya mengangguk)

Setelah beberapa menit kemudian tekanan darah dan suhu sudah selesai diukur,
kemudian peralatan dilepas kembali, dan setelah itu perawat 1 dan perawat 2
melanjutkan untuk memeriksa nadi dan pernapasannya.

4. Fase terminasi

setelah semua pemeriksaan sudah dilakukan, hasil pemeriksaan dicatat oleh perawat
dan semua peralatan dirapikan

Bapak : Bagaimana pak…??

P1 : keadaannya sudah membaik dari kemaren, tapi orang tua bapak


harus banyak minum air putih dan juga makan sayur-sayuran.

Orang tua bapak dan ibu harus banyak istirahat dan juga jangan dulu banyak pikiran,
biar nenek cepat sembuh..!!

(dokter datang ke ruangan kamar pasien untuk melihat keadaan pasien)

Dokter : Assalamu’alaikum…

Semua : wa’alaikum salam…

Dokter : bagaimana keadaannya pak? (dokter bertanya kepada perawat)

16
P2 : alhamdulillah sudah ada perkembangan dok..

Dokter : oh,, baik kalau begitu nanti cacatan pemeriksaannya tolong


diantarkan ke meja saya ya…

P2 : iya dok…

Dokter : (melihat pasien dan mencoba memeriksa pasien)

Gimana nek kabarnya??

Ny. Ratih : udah agak mendingan dok..

Dokter : alhamdulillah kalau begitu, nenek harus banyak istirahat ya biar


cepet sembuh.

Bapak : gimana dok keadaan orang tua kami?

Dokter : (berbicara pada keluarga pasien)

Alhamdulillah udah melihatkan banyak perkembangan. orang tua bapak dan ibu harus
banyak beristirahat agar cepet sembuh, yang sabar ya dan jangan lupa berdoa..

Kalau begitu saya permisi dulu ya,, (sambil meninggalkan ruangan)

Semua : iya dok,,!!

P2 : Kalau begitu kami juga permisi dulu ya pak buk…!!

Nenek kami permisi dulu ya nek…

Nenek cepat sembuh ya nek…

Nanti kalau ada perlu bantuan panggil kami di ruang perawat…!!

17
Ibu : Ya pak.. terima kasih…!!

P2 : mari pak, buk…!!

mari nek….!!

Ibu : Ya pak…!!

Akhirnya setelah perawat berpamitan, perawat langsung pergi meninggalkan ruangan


kamar Ny.N.

18
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Teknik komunikasi yang baik akan memperbaiki outcome pasien lanjut usia dan
caregiver-nya. Bukti mengindikasikan bahwa outcome perawatan kesehatan untuk
orang tuatidak hanya tergantung pada perawatan kebutuhan biomedis tetapi juga
tergantung pada hubungan perawatan yang diciptakan melalui komunikasi yang
efektif. Dengan komunikasi yang efektif antara dokter – pasien lanjut usia :

– Pasien dan keluarganya dapat menceritakan gejala dan masalahnya, yang akan
memungkinkan dokter untuk membuat diagnosis yang lebih akurat.

– Instruksi dan saran dokter akan lebih mungkin untuk ditaati.

– Kemungkinkan untuk melewatkan dosis atau menghentikan obat karena efek


samping, merasakan non efikasi, atau biaya obat dapat diminimalisir.

– Lebih memungkinkan untuk edukasi dalam memanajemen diri sendiri seperti pada
pasien diabetes dengan diet, olah raga, monitoring gula darah, dan perawatan kaki.

– Penurunan biaya tes diagnostik juga dihubungkan dengan komunikasi yang lebih
baik antara dokter dan pasien lanjut usia.

B.SARAN

Bagi perawat harus memahami tentang aplikasi terapeutik pada lansia agar
pemeriksaan pasien lansia di rumah sakit berjalan dengan lancar dan Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini sangat banyak sekali kesahalan.
besar harapan kami kepada para pembaca untuk bisa memberikan kritik dan saran
yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi lebih sempurna.

19
DAFTAR PUSTAKA

https://asuhankeperawatankesehatan.blogspot.com/2014/03/komunikasilansia.hm

https://nurulislamiblog.wordpress.com/2016/10/31/komunikasi-terapeutik-pada-
lansia/l

https://annisacicyblog.wordpress.com/2016/11/19/makalah-komunikasi-
terapeutik-pada-lansia/

20

Anda mungkin juga menyukai