Disusun Oleh :
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah memberikan
karunia dan rahmat-Nya, Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi
Muhamad SAW, yang telah menuntun manusia menuju jalan kebahagiaan di dunia
dan akhirat. sehingga penulis mampu menyelesaikan Makalah yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.A DENGAN GANGGUAN FUNGSI
JANTUNG CHF (Congestive Heart Failure)” makalah ini membahas tentang konsep
dasar dan asuhan keperawatan terhadap pasien CHF (Congestive Heart Failure)
1. Bapak Dudi Hartono S.Kp, M.Kep sebagai Dosen Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada kami dalam pembuatan
Makalah ini.
2. Para sahabat yang sama-sama mengerjakan makalah ini.
3. Semua pihak yang telah ikut berjasa dalam menyusun Makalah ini.
Makalah ini sudah kami buat semaksimal mungkin, namun apabila ada kesalahan dalam
penyusunannya dan tutur katanya penulis mohon maaf.
Akhirnya, penulis berharap semoga Makalah ini bermanfaat bagi penulis sendiri, juga siapa
pun yang berkesempatan membaca makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................................................1
BAB II................................................................................................................................................3
LANDASAN TEORI.............................................................................................................................3
A. Konsep Dasar Penyakit.............................................................................................................3
1. Definisi...................................................................................................................................3
2. Epidemiologi..........................................................................................................................3
3. Etiologi...................................................................................................................................3
4. Patofisiologi...........................................................................................................................3
5. Manifestasi Klinis..................................................................................................................5
6. Penatalaksanaan Medis........................................................................................................5
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.........................................................................................7
1. Pengkajian Keperawatan......................................................................................................7
2. Diagnosa Keperawatan.........................................................................................................9
3. Intervensi............................................................................................................................10
4. Implementasi......................................................................................................................20
5. Evaluasi................................................................................................................................21
BAB III.............................................................................................................................................23
PEMBAHASAN................................................................................................................................23
I. PENGUMPULAN DATA.............................................................................................................23
II. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS :....................................42
III. RENCANA KEPERAWATAN, IMPLEMENTASI DAN EVALUASI..........................................45
BAB IV............................................................................................................................................58
PENUTUPAN...................................................................................................................................58
A. Kesimpulan..............................................................................................................................58
B. Saran.......................................................................................................................................58
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................59
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Congestive Heart Failure (CHF) adalah syndrome klinis (sekumpulan tanda dan
gejala), ditandai oleh sesak napas dan fatik ( saat istirahat atau saat aktivitas) yang
disebabkan oleh kelainan struktur dan fungsi jantung. CHF dapat disebabkan oleh
gangguan yang mengakibatkan terjadinya pengurangan pengisian ventrikel (disfungsi
distolik) dan atau kontraktilitas miokardial (disfungsi sistolik) (Sudoyo dkk. 2015)
Congestive Heart Failure masih menduduki peringkat yang tinggi, menurut data
Whorld Health Organization (WHO) pada tahun 2007 dilaporkan CHF mempengaruhi
lebih dari 20 juta pasien di dunia dan meningkat seiring pertambahan usia dan pada
umumnya mengenai pasien dengan usia sekitar lebih dari 65 tahun dengan presentase
sekitar 6-10% lebih banyak mengenai laki-laki dari pada wanita. Pada tahun 2030
WHO memprediksi bahwa peningkatan penderita CHF mencapai ±23 juta jiwa di
dunia.
Adapun tanda dan gejala yang muncul pada pasien CHF antara lain dyspnea, fatigue dan
gelisah. Congestive Heart Failure merupakan salah satu masalah khas utama pada beberapa
negara industri maju dan negara berkembang seperti Indonesia (Austaryani, 2012 dalam
Didik Aji Asmoro, 2017).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakan di atas dan untuk menentukan fokus pembahasan maka
penulis menentukan rumusan masalah sebagai berikut :
1
2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien CHF
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan Tn. E dengan penyakit CHF
2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
CHF adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami kegagalan dalam
memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrient dan oksigen
secara adekuat. CHF merupakan suatu keadaan dimana patologisnya yaitu kelainan
fungsi jantung yang menyebabkan kegagalan jantung untuk memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan darah yang pada umumnya untuk metabolisme jaringan.
Gangguan fungsi jantung dan metode-metode bantuan sirkulasi ditinjau dari efek-
efeknya terhadap 3 perubahan penentu utama dari fungsi miokardium yaitu Preload,
Afterload dan kontraktilitas miokardium
2. Epidemiologi
Angka kejadian gagal jantung di Amerika Serikat mempunyai insidensi yang
besar tetapi tetap stabil selama beberapa dekade terakhir yaitu >650.000 pada kasus
baru setiap tahunnya. Meskipun angka bertahan hidup telah mengalami peningkatan,
sekitar 50% pasien gagal jantung dalam waktu 5 tahun memiliki angka kematian yang
mutlak
3. Etiologi
Mekanisme fisiologis yang menjadi penyebab gagal jantung dapat berupa :
a. Meningkatnya beban awal karena regurgitasi aorta dan adanya cacat septum
ventrikel.
b. Meningkatnya beban akhir karena stenosis aorta serta hipertensi sistemik.
c. Penurunan kontraktibilitas miokardium karena infark miokard, ataupun
kardiomiopati.
Gagal jantung dan adanya faktor eksaserbasi ataupun beberapa penyakit lainnya,
mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam penanganannya dan seharusnya
dilakukan dengan
penuh pertimbangan.
4. Patofisiologi
Patofisiologi dari gagal jantung dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :
3
a. Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan (failure)
1) Gagal jantung kiri (Left-Sided Heart Failure)
Bagian ventrikel kiri jantung kiri tidak dapat memompa dengan baik sehingga
keadaan tersebut dapat menurunkan aliran dari jantung sebelah kiri keseluruh
tubuh. Akibatnya, darah akan mengalir balik ke dalam vaskulator pulmonal
(Berkowitz, 2013). Pada saat terjadinya aliran balik darah kembali menuju
ventrikular pulmonaris, tekanan kapiler paru akan meningkat (>10 mmHg)
melebihi tekanan kapiler osmotik (>25 mmHg). Keadaan ini akan
menyebabkan perpindahan cairan intravaskular ke dalam interstitium paru dan
menginisiasi edema
2) Gagal jantung kanan (Right-Sided Heart Failure)
Disfungsi ventrikel kanan dapat dikatakan saling berkaitan dengan disfungsi
ventrikel kiri pada gagal jantung apabila dilihat dari kerusakan yang diderita
oleh kedua sisi jantung, misalnya setelah terjadinya infark miokard atau
tertundanya komplikasi yang ditimbulkan akibat adanya progresifitas pada
bagian jantung sebelah kiri. Pada gagal antung kanan dapat terjadi
penumpukan cairan di hati dan seluruh tubuh terutama di ekstermitas bawah
b. Mekanisme Neurohormonal
Istilah neurohormon memiliki arti yang sangat luas, dimana neurohormon pada
gagal jantung diproduksi dari banyak molekul yang diuraikan oleh neuroendokrin.
Renin merupakan salah satu neurohormonal yang diproduksi atau dihasilkan
sebagai respon dari penurunan curah jantung dan peningkatan aktivasi sistem
syaraf simpatik
c. Aktivasi sistem Renin Angiotensin Aldosteron (RAAS)
Pelepasan renin sebagai neurohormonal oleh ginjal akan mengaktivasi RAAS.
Angiotensinogen yang diproduksi oleh hati dirubah menjadi angiotensin I dan
angiotensinogen II.Angiotensin II berikatan dengan dinding pembuluh darah
ventrikel dan menstimulasi pelepasan endotelin sebagai agen vasokontriktor.
Selain itu, angiotensin II juga dapat menstimulasi kelenjar adrenal untuk
mensekresi hormon aldosteron. Hormon inilah yang dapat meningkatkan retensi
garam dan air di ginjal, akibatnya cairan didalam tubuh ikut meningkat. Hal inilah
yang mendasari timbulnya edema cairan pada gagal jantung kongestif
d. Cardiac remodeling
4
Cardiac remodeling merupakan suatu perubahan yang nyata secara klinis sebagai
perubahan pada ukuran, bentuk dan fungsi jantung setelah adanya stimulasi stress
ataupun cedera yang melibatkan molekuler, seluler serta interstitial
5. Manifestasi Klinis
1) Kriteria major
a. Proksimal nocturnal dyspnea
b. Distensia vena leher
c. Ronki paru
d. Kardiomegali
e. Edema paru akut
f. Gallop S3
g. Peninggian vena jugularis
h. Refluks hepatojugular
2) Kriteria minor
a. Edema ekstermitas
b. Batuk malam hari
c. Dipnea d’effort
d. Hepatomegali
e. Efusi pleura
f. Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal
g. Takikardia (>120/menit)
6. Penatalaksanaan Medis
1) Terapi Oksigen
Pemberian oksigen ditujukkan pada klien gagal jantung disertai dengan edema
paru. Pemenuhan oksigen akan mengurangi kebutuhan miokardium dan
membantu memenuhi kebutuhan oksigen.
2) Terapi nitrat dan vasodilator
Pengunaan nitrat, baik secara akut maupun kronis, sangat dianjurkan dalam
penatalaksanaan gagal jantung. Jantung mengalami unloaded (penurunan
afterload-beban akhir), dengan adanya vasodilatasi perifer. Peningkatan curah
jantung lanjut akan menurunkan pengukuran yang menunjukkan derajat kongesti
vaskular pulmonal dan beratnya vertikel kiri dan penurunan pada konsumsi
5
oksigen miokardium.
3) Terapi Diuretik
Selain tirah baring, klien dengan gagal jantung perlu pembatasan garam dan air
serta diuretik baik oral atau parenteral. Tujuannya agar menurunkan preload
(beban awal) dan kerja jantung. Diuretik memiliki efek antihipertensi dengan
meningkatkan pelepasan air dan garam natrium. Hal ini menyebabkan penurunan
volume cairan dan merendahkan tekanan darah. Jika garam natrium ditahan, air
juga akan tertahan dan tekanan darah akan meningkat. Banyak jenis diuretik yang
menyebabkan pelepasan elektrolit-elektrolit lainnya, termasuk kalium,
magnesium,klorida dan bikarbonat. Diuretik yang meningkatkan ekresi kalium
digolongkan sebagai diuretik yang tidak menahan kalium, dan diuretik yang
menahan kalium disebut diuretik hemat kalium.
4) Digitalis
Digitalis adalah obat utama untuk meningkatkan kontraktilitas. Digitalis diberikan
dalam dosis yang sangat besar dan dengan cepat diulang. Klien dengan gagal
jantung lebih berat mungkin mendapat keuntugan dengan terapi digitalis jangka
panjang. Mempertahankan kadar obat serum 1,54 sampai 2,56 nmol/liter.
5) Inotropik positif
Dopamin bisa juga digunakan untuk meningkatkan denyut jantung pada keadaan
bradikardi di saat tropin tidak menghasilkan kerja yang efektif pada dosis 5-20
mg/kg/menit. Dopamin sering kali diberikan dalam bentuk campuran dengan
konsentrasi 400-800 mg dalam 250 mi dekstrosa 5% dalam air dan diberikan
secara IV melalui pompa infus volumetrik untuk mendapatkan dosis yang akurat.
Dobutamin (dobutrex) adalah suatu obat simpatomimetik dengan kerja beta 1
adrenergik. Dobutamin yang sering digunakan adalah 1000 mg dicampur dalam
250 mi dekstrosa 5% dalam air atau normalsalin.
6) Terapi Sedatif
Pada keadaan gagal jantung berat, pemberian sedative untuk mengurangi
kegelisahan dapat diberikan. Dosis phenobarbital 15-30 mg empat kali sehari
dengan tujuan mengistirahatkan klien dan memberi relaksasi pada klien.
7) Diet
Rasional dukungan diet adalah mengatur diet sehingga kerja dan ketegangan otot
jantung minimal, dan status nutrisi terpelihara sesuai dengan selera dan pola
makan klien dan pembatasan natrium.
6
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Disini semua data
dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan pasien saat ini.
Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis,
psikologis, social, maupun spiritual pasien (Asmadi, 2008).
Menurut Ruhyanudin (2007), pengkajian asuhan keperawatan pada pasien gagal
jantung kongestif dengan masalah keperawatan intoleransi aktivitas :
a. Identitas pasien
Pengkajian identitas pasien meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat,
suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah
sakit, nomor register, dan diagnosa medis.
b. Keluhan utama
Keluhan klien dengan CHF adalah kelemahan saat beraktivitas dan sesak napas.
c. Riwayat Penyakit saat ini
Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan mengajukan
serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan fisik klien secara PQRST, yaitu:
a) Provoking Incident : kelemahan fisik terjadi setelah melakukan aktivitas
ringan sampai berat, sesuai derajat gangguan pada jantung
b) Quality of pain : seperti apa keluhan kelemahan dalam melakukan
aktivitas yang dirasakan atau digambarkan klien. Biasanya setiap
beraktivitas klien merasakan sesak napas (dengan menggunakan alat
atau otot bantu pernapasan)
c) Region radiation, relief
d) Severity (scale) of pain: kaji rentang kemampuan klien dalam
melakukan aktivitas sehari-hari.Biasanya kemampuan klien dalam
beraktivitas menurun sesuai derajat gangguan perfusi yang dialami
organ.
e) Time: sifat mula timbulnya (onset), keluhan kelemahan beraktivitas
biasanya timbul perlahan. Lama timbulnya (durasi) kelemahan saat
beraktivitas biasanya setiap saat, baik saat istiahat maupun saat
beraktivitas.
7
d. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian RPD yang mendukung dengan mengkaji apakah sebelumnya
klien pernah menderita nyeri dada, hipertensi, iskemia miokardium, diabetes
mellitus, dan hiperpidemia. Tanyakan mengenai obat-obatan yang biasa
diminum oleh klien pada masa lalu dan masih relevan dengan kondisi saat
ini. Obat-obat ini meliputi diuretik, nitrat, penghambat beta, dan
antihipertensi. Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu, alergi
obat, dan tanyakan reaksi alergi apa yang timbul. Sering kali klien
menafsirkan suatu alergi dengan efek samping obat.
e. Riwayat keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga,
anggota keluarga yang meninggal terutama pada usia produktif, dan penyebab
kematiannya. Penyakit jantung iskemik pada orang tua yang timbulnya pada usia
muda merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung iskemik pada
keturunannya.
f. Riwayat pekerjaan dan kebiasaan
Perawat menanyakan situasi klien bekerja dan lingkungannya. Menanyakan
kebiasaan dan pola hidup misalnya minum alkohol atau obat tertentu. Kebiasaan
merokok dengan menanyakan tentang kebiasaan merokok, sudah berapa lama,
berapa batang perhari, dan jenis rokok.
g. Pengkajian Psikososial
Perubahan integritas ego didapatkan klien menyangkal, takut mati, perasaan ajal
sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan yang tak perlu, khawatir dengan
keluarga, pekerjaan dan keuangan. Kondisi ini ditandai dengan sikap menolak,
menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku menyerang,
fokus pada diri sendiri.
Interaksi sosial dikaji terhadap adanya stres karena keluarga, pekerjaan, kesulitan
biaya ekonomi, kesulitan koping dengan stressor yang ada. Kegelisahan dan
kecemasan terjadi akibat gangguan oksigenasi
jaringan, stress akibat kesakitan bernapas dan pengetahuan bahwa jantung tidak
berfungsi dengan baik. Penurunan lebih lanjut dari curah jantung dapat ditandai
dengan insomnia atau tampak kebinggungan.
h. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien gagal jantung biasanya baik
8
atau compos mentis dan akan berubah sesuai tingkat gangguan perfusi system
saraf pusat.
1. Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum klien gagal jantung biasanya didapatkan
kesadaran yang baik atau compos metis dan akan berubah sesuai tingkat
gangguan yang melibatkan perfusi system saraf pusat.
B1 (Breathing)
1) Kongesti Vaskular Pulmonal
2) Dispnea
3) Ortopnea
4) Batuk
5) Edema pulmonal
B2 (Blood)
1) Inspeksi
2) Palpasi
3) Auskultasi
4) Perkusi
5) Penurunan Curah Jantung
6) Bunyi Jantung dan Crackles
7) Disritmia
8) Distensi Vena Jugularis
9) Kulit dingin
10) Perubahan nadi.
B3 (Brain)
B4 (Bladder)
B5 (Bowel)
1) Hepatomegali
B6 (Bone)
1) Edema
2) Mudah lelah
2. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung b.d penurunan kontraktilitas
ventrikel kiri, perubahan frekuensi, irama, konduki ektrikal.
9
2. Nyeri dada b.d kurangnya suplai darah ke miokardium, perubahan
metabolisme, peningkatan produksi asam laktat
3. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan
perembesan cairan, kongesti paru akibat sekunder dari perubahan membran
kapiler alveoli dan retensi cairan intertestial
4. Resiko tinggi ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan
pengembangan paru tidak optimal, kelebihan cairan di paru
5. Resiko tinggi gangguan perfusi perifer b.d menurunnya curah jantung
10
perubahan gambaran pola EKG, perubahan tekanan darah (hipotensi/hipertensi),
bunyi jantung ekstra (S3,S4) tidak terdengar, penurunan output urine, nadi perifer
tidak teraba, kulit dingin (kusam), diaphoresis, otopnea, krakles, distensi vena
jugularis, pembesaran hepar, edema ekstermitas, dan nyeri dada.
Tujuan: Dalam waktu 3x24 Jam, penurunan curah jantung dapat teratasi dan tanda
vital dalam batas yang diterima (disritmia terkontrol atau hilang), dan bebas gejala
gagal jantung (parameter hemodinamika dalam batas normal), output urine
adekuat.
a. Kriteria evaluasi
Klien akan melaporkan penurunan episode dispneu, berperan dalam aktivitas
yang dapat mengurangi beban kerja jantung, tekanan darah dalam batas
normal (120/80 mmHg,nadi 80x/menit), tidak terjadi aritmia, denyut jantung
dan irama jantung teratur, CRT kurang dari 3 detik, produksi urine > 30
mi/jam
b. Intervensi
1) Kaji dan lapor tanda penurunan curah jantung
Rasional : kejadian mortalitas dan morbiditas sehubungan dengan MI yang
lebih dari 24 jam pertama.
2) Periksa keadaan klien dengan mengaukultasi nadi apical,kaji
frekuensi, irama jantung (dokumentasi disritmia, bila tersedia
telemetri)
Rasional : biasanya terjadi takikardi meskipun pada saat istirahat
untuk mengompensasi penurunan kontraktilitas ventrikel,
KAP,PAT,MAT,PVC, dan AF disritmia umum berkenan dengan
GJK meskipun lainnya juga terjadi.
3) Catat bunyi jantung
Rasional: S1 dan S2 mungkin lemah kaena menurunnya kerja pompa,
irama gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah yang
mengalir ke dalam serambi yang mengalami distensi, mumur dapat
menunjukkan inkompetensi/stenosis mitral
4) Palpasi nadi perifer
Rasional : penurunan curah jantung dapat ditunjukkan dengan menurunnya
nadi radial, popliteal, dorsalis pedis, dan post tibial, nadi mungkin cepat
hilang atau tidak teratur saat dipalpasi dan gangguan pulpasi (denyut kuat
11
disertai dengan denyut lemah) mungkin ada.
5) Pantau adanya output urine, catat jumlah dan kepekatan/konsentrasi
urine.
Rasional : ginjal berespon terhadap penurunan curah jantung dengan
mereabsorbsi natrium dan cairan, output urine biasanya menurun
selama tiga hari karena perpindahan cairan ke jaringan tetapi dapat
meningkat pada malam hari sehingga cairan berpindah kembali ke
sirkulasi bila klien tidur.
6) Istirahatkan klien dengan tirah baring optimal
Rasional : karena jantung tidak dapat diharapkan untuk benar-benar
istirahat saat proses pemulihan seperti luka pada patah tulang, maka hal
terbaik yang dilakukan adalah dengan mengistirahat kan klien, sehingga
melalui in aktivitas, kebutuhan pemompaan jantung diturunkan. Tirah
baring merupakan bagian yang penting dari pengobatan gagal jantung
kongestif , khususnya pada tahan akut dan sulit disembuhkan. Selain itu
untuk menurunkan seluruh kebutuhan kerja pada jantung , tirah baring
membantu dalam menurunkan beban kerja dengan menurunkan volume
intravascular induksi diuresis berbaring,meningkatkan tenaga cadangan
jantung, dan menurunkan TD.
7) Atur posisi tirah baring yang ideal. Kepala tempat tidur harus
dinaikkan 20 sampai 30 cm (8-0 inci) atau klien didudukkan di kursi.
Rasional : untuk mengurangi kesulitan bernafas dan dan
mengurangi jumlah darah yang kembali ke jantung yang dapat
mengurangi kongesti paru.
8) Kaji perubahan pada sensorik,contoh letargi, cemas, depresi.
Rasional : dapat menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebral akibat
sekunder dan penurunan curah jantung.
12
miokrdium melawan efek hipoksia/iskemia.
11) Hindari manuver dinamik seperti berjongkok sewaktu melakukan
BAB dan mengepal-ngepalkan tangan.
Rasional : berjongkok meningkatkan aliran balik vena dan resistensi
arteri sistemis secara stimulan menyebabkan kenaikan volume
sekuncup (stroke volume) dan tekanan atrial. Peregangan ventrikel
kiri bertambah akan meningkatkan beban kerja jantung secara
timulan.Latihan isometrik/ mengepal-ngepalkan tangan secara terus-
menerus 20-30 detik meningkatkan retensi aterial sistemis, TD, dan
ukuran jantung dan akan meningkatkan beban kerja jantung.
12) Kolaborasi untuk pemberian diet jantung
Rasional : mengatur diet sehingga kerja dan ketegangan otot jantung
minimal, dan status nutrisi terpelihara, sesuai dengan selera dan pola
makan klien.
13
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam tidak ada keluhan sesak atau terdapat
penurunan respon sesak napas
a. Kriteria evaluasi
Secara subjektif klien menyatakan penurunan sesak napas, secara
objektif didapatkan tanda vital dalam batas normal (RR 16-20 x/menit),
tidak ada penggunaan otot bantu nafas, analisa gas darah dalam batas
normal.
b. Intervensi
1) Berikan tambahan oksigen 6 liter/menit.
Rasional : untuk meningkatkan konsentrasi oksigen dalam pertukaran gas.
2) Pantau saturasi (oksimetri), Ph, Be, HCO3 dengan analisa gas darah.
Rasional : untuk mengetahui tingkat oksigenisasi pada jaringan sebagai
dampak adekuat tidaknya proses pertukaran oksigen.
3) Koreksi keseimbangan asam basah
Rasional : mencegah asidosis yang dapat memperberat fungsi
pernapasan.
4) Cegah atelectasis dengan melatih batuk efektif dan napas dalam
Rasional : kongesti yang berat kan memperburuk proses
penukaran gas sehingga berdampak pada timbulnya hipoksia.
5) Kolaborasi :
a)RL 500 cc/ 24c jam
b)Digoxin 1-0-0
c)Furosemide
3. Resiko tinggi kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan kelebihan
cairan sistemis akibat sekunder dari penurunan curah jantung, gagal jantung
kanan.
Tujuan: Dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi kelebihan volume
cairan sistemis.
a. Kriteria evaluasi
Klien tidak sesak napas, edema ekstermitas berkurang, pitting edema
(-), produksi urine > 600 mi/hr.
b. Intervensi
1) Kaji adanya edema ekstermitas
Rasional : dugaan adanya gagal jantung kongestif/kelebihan volume
14
cairan.
2) Kaji tekanan darah
Rasional : sebagai salah satu cara untuk mengetahui peningkatan jumlah
cairan yang dapat peningkatkan jumlah cairan yang dapat
meningkatkanbeban kerja jantung dan dapat diketahui
dari meningkatnya tekanan darah.
3) Kaji distensi vena jugularis
Rasional : peningkatan cairan dapat membebani fungsi ventrikel kanan
yang dapat dipantau melalui pemeriksaan vena jugularis
4) Ukur intake dan output
Rasional : penurunan curah jantung, mengakibatkan gangguan perfusi
ginjal, retensi natrium/ air, dan penurunan output urine.
5) Timbang berat badan
Rasional : perubahan berat badan yang tiba-tiba menunjukkan gangguan
keseimbangan cairan.
6) Beri posisi yang membantu drainase ekstermitas, lakukan latihan
gerak pasif.
Rasional : meningkatkan aliran balik vena dan
mendorong berkurangnya edema perifer.
7) Kolaborasi
a)Berikan diet tanpa garam
Rasional : natrium meningkatkan retensi cairan dan meningkatkan
volume plasma yang berdampak terhadap peningkatan beban kerja
jantung dan akan meningkatkan kebutuhan miokardium.
b)Berikakan diuretik contoh : furosemide, sprinolakton,
hipdronolakton.
Rasional : diuretik bertujuan untuk menurunkan volume plasma
dan menurunkan retensi cairan di jaringan sehingga menurunkan
resiko terjadinya edema paru.
c)Pantau data laboratorium elektrolit kalium.
d)Rasional : hipokalemia dapat membatasi efektifitas terapi
4. Resiko tinggi gangguan perfusi perifer b.d menurunnya curah jantung
Tujuan: Dalam waktu 2x24 jam, perfusi perifer meningkat.
a. Kriteria evaluasi :
15
Klien tidak mengeluh pusing, tanda vital dalam batas normal, CRT <3 detik,
urine > 600 ml/hari.
b. Intervensi
1) Auskultasi TD. Bandingkan kedua lengan, ukur dalam keadaan
berbaring, duduk, atau berdiri bila memungkinkan
Rasional : hipotensi dapat terjadi sehubungan dengan disfungsi
vertikel, hipertensi juga merupakan fenomena umum berhubungan
dengan nyeri, cemas,pengeluaran katekolamin.
2) Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer,dan diaphoresis secara
teratur.
Rasional : mengetahui derajat hipoksemia dan peningkatan tahanan
perifer.
3) Kaji kualitas peristaltik, jika perlu pasang selang nasogastric.
Rasional : mengetahui pengaruh hipoksia terhadap fungsi saluran
pencernaan serta dampak penurunan elektrolit.
4) Kaji adanya kongesti hepar pada abdomen kanan atas.
Rasional : sebagai dampak gagal jantung kanan berat akan ditemukan
adanya tanda kongesti pada hepar.
5) Pantau output urine
Rasional : penurunan curah jantung mengakibatkan menurunnya produksi
urine, pemantauan yang ketat pada produki urine <600 mI/hari merupakan
tanda-tanda terjadinya syok kardigenik.
6) Catat mumur
Rasional : menunjukkan gangguan aliran darah dalam jantung (kelainan
katup, kerusakan septum, atau vibrasi otot papilaris).
7) Perlu frekuensi jantung dan irama
Rasional : perubahan frekuensi dan irama jantung menunjukkan
komplikasi disritmia.
8) Beri makanan kecil dan mudah dikunyah, batasi intake kafein
Rasional : makanan besar dapat meningkatkan kerja jatung.
Kafein dapat merangsang langsung ke jantung sehingga
meningkatkan frekuensi jntung.
9) Kolaborasi : pertahankan jalur masuk pemberian heparin (IV)
16
sesuai indikasi
Rasional : jalur yang paten penting untuk pemberian obat darurat.
a. Kriteria evaluasi
17
status kesehatan, situasi krisis, ancaman, atau perubahan kesehatan
Tujuan: Setelah 2x24 Jam di rawat, kecemasan berkurang
a. Kriteria evaluasi
Tidur 6-8 jam/hari, gelisah hilang, klien kooperatif, mengungkapkan
perasaannya pada perawat tentang tindakan yang diprogramkan, klien dapat
mengindentifikasikan penyebab atau faktor yang mempengaruhinya,
menyatakan ansietas berkurang/hilang.
b. Intervensi
1) Kaji tanda-tanda dan ekspresi verbal dari kecemasan.
Rasional : tingkat kecemasan dapat berkembang ke panik yang dapat
merangsang respon simpatik dengan melepas katekolamin. Ini
mengakibatkan peningkatan kebutuhan jantung akan oksigen.
2) Temanin klien selama periode kecemasan tinggi, beri kekuatan,
gunakan suara tenang.
Rasional : pengertian yang empati merupakan pengobatan dan
mungkin meningkatkan kemampuan koping klien.
3) Orientasikan klien terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang
diharapkan
Rasional : orientasi dapat menurunkan kecemasan
4) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan ansietasnya
Rasional : dapat menghilangkan ketegangan terhadap
kekhawatiran yang tidak diekspresikan
5) Beri kesempatan pada orang terdekat untuk mendampigi klien
Rasional : respon terbaik adalah klien mengungkapkan perasaan
yang dihadapinya. Keluarga dapat membantu klien untuk
mengungkapkan perasaan kecemasan
6) Berikan penjelasan tentang penyakit, penyebab serta penanganan
yang akan dilakukan
Rasional : untuk memberikan jaminan kepastian tentang langkah-
langkah tindakan yang akan diberikan sehingga klien dan keluarga
mendapatkan informasi yang lebih jelas.
7) Kolaborasi: berikan anticemas/hipnotik sesuai indikasi contohnya
diazepam
Rasional : meningkatkan relaksasi dan menunjukan kecemasan.
18
7. Resiko ketidakpatuhan terhadap aturan terapeutik yang berhubungan tidak
mau menerima perubahan pola hidup yang sesuai.
19
Rasional : minum obat nitrogliserin (vasodilatasi perifer dan koroner) 0,4-
0,6 mg tablet secara sublingual 3-5 menit sebelum melakukan aktivitas
dengan tujuan untuk mengantisipasi serangan angina. Klien dianjurkan
untuk selalu membawa obat tersebut setiap berada diluar rumah walaupun
klien tidak merasakan gejala dari angina.
8) Hindari merokok
Rasional : merokok akan meningkatkan adhesi trombosit dan merangsang
pembentukan trombus pada arteri coroner. Hb lebih mudah berikatan
dengan monoksida dibandingkan dengan oksigen sehingga akan
menurunkan suplai oksigen secara umum, nikotin dan tar mempunyai
respon terhadap sekresi hormon vasokonstriktor sehingga akan
meningkatkan beban kerja jantung.
9) Pendidikan kesehatan diet
Rasional : merupakan faktor prespitasi serangan sesak nafas dan edema
ekstermitas.
10) Manuver dinamik
Rasional : klien menghindari seperti berjongkok, mengejan, dan terlalu
menahan nafas, serta klien dianjurkan untuk menggunakan laktstif saat
defekasi agar terhindar dari angina.
11) Pendidikan kesehatan seks
Rasional : jika hubungan seks merupakan prepistasi angina maka klien
sebelum melakukan aktivitas seksual dianjurkan untuk meminum obat
nitrogliserin atau sedative atau keduanya.
12) Stres emosional
Rasional : serangan sesak napas akibat gagal jantung kiri lebih mudah
sering terjadi pada klien yang mengalami kecemasan,ketegangan, euforia
atau kegembiraan yang berlebihan klien diberi obat sedative untuk
mengurangi stress emosional
13) Beri dukungan secara fisiologis
Rasional : dapat membantu meningkatkan motivasi klien dalam mematuhi
aturan terapeutik.
4. Implementasi
1. Mengkaji skala nyeri
2. Mengobservasi tanda tanda nyeri
20
3. Mengkolaborasikan dengan dokter pemberian obat analgetik
4. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
5. Melakukan penyuluhan kesehatan sesuai indikasi.
5. Evaluasi
Hasil yang diharapkan pada proses perawatan klien dengan gagal jantung
1) Bebas dari nyeri
2) Terpenuhinya aktivitas sehari-hari
a) Tanda-tanda vital kembali normal
b) Terhindar dari risiko penurunan perfusi perifer
c) Tidak terjadi kelebihan volume cairan
d) Tidak sesak
e) Edema ekstermitas tidak terjadi
3) Menunjukkan peningkatan curah jantung
4) Menunjukkan penurunan kecemasan
5) Memahami penyakit dan tujuan perawatannya`
a) Mematuhi semua aturan medis
b) Mengetahui kapan harus meminta bantuan medis bila nyeri menetap
atau sifatnya berubah.
c) Memahami cara mencegah komplikasi dan menunjukkan tanda-tanda
bebas dari komplikasi
6) Bebas dari nyeri
7) Terpenuhinya aktivitas sehari-hari
a) Tanda-tanda vital kembali normal
b) Terhindar dari risiko penurunan perfusi perifer
c) Tidak terjadi kelebihan volume cairan
d) Tidak sesak
e) Edema ekstermitas tidak terjadi
8) Menunjukkan peningkatan curah jantung
9) Menunjukkan penurunan kecemasan
10) Memahami penyakit dan tujuan perawatannya`
a) Mematuhi semua aturan medis
b) Mengetahui kapan harus meminta bantuan medis bila nyeri menetap
atau sifatnya berubah.
c) Memahami cara mencegah komplikasi dan menunjukkan tanda-tanda
21
bebas dari komplikasi.
22
BAB III
PEMBAHASAN
I. PENGUMPULAN DATA
A. Identitas Klien
Nama : Tn. E
Umur : 68 Tahun
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Alamat : Ciamis
23
Ibu klien mempunyai riwayat hipertensi
a. Sistem Persyarafan
1) Status Mental
Emosi pasien stabil
2) Tingkat kesadaran
Composmentis
Verbal :4
Motorik :6
3) Refleks-refleks
4) Nerveus Cranial
24
(a) Nervus kranial I (Olfactorius)
Klien mampu membedakan bau-bauan seperti bau kayu putih dan alkohol.
b. Sistem Pernafasan
25
1) Inspeksi : Bentuk hidung simertis, terlihat pernafasan cuping hidung,
pergerakan dada simetris, terdapat retraksi dinding dada, SpO2 :
94%, pernafasan cepat 28x/menit dan terpasang nasal kanul
2L/menit
4) Auskultasi : Bunyi nafas crackles pada area paru kanan dan kiri
c. Sistem Pencernaan
1) Inspeksi : Bentuk bibir simetris, tidak ada lesi, mukosa mulut agak kering,
warna pucat , ovula berada di tengah, tonsil terletak simetris,
lidah tampak kotor,tidak ada caries pada gigi.
d. Sistem Cardiovasculer
3) Perkusi : Suara redup ( dullness) pada area dada, batas jantung bagian
atas ICS II linea sternalis kanan – ICS II linea sternalis kiri,
bagian pinggang ICS III 2-3 cm ke kiri dari linea sternalis kiri,
bagian bawah ICS V linea sternalis kanan dari kiri – ICS VI mid
clavikula linea kiri
26
e. Sistem Integumen
1) Inspeksi : Kulit terlihat pucat, terdapat edema pada area tangan dan kaki,
edema di kedua tungkai
2) Palpasi : Edema pada area tangan dan kaki pitting edema pada area
tangan dan kaki dengan kedalaman 4 mm dan waktu Kembali 7
detik
3) Perkusi :-
4) Auskultasi :-
f. Sistem Musculoskeletal
4) Auskultasi :-
g. Sistem Genitourinaria
3) Perkusi : ginjal dan kandung kemih tidak terasa sakit Ketika diperkusi
4) Auskultasi : -
1. Psikososial
a. Non verbal
27
Klien dapat berinteraksi dengan anggota keluarga, perawat, dokter, tim kesehatan lain
serta keluarga klien yang lainnya
b. Verbal
Klien bisa berkomunikasi secara verbal dengan semua orang baik setelah sakit atau
sebelum sakit
c. Status Emosi
Pada saat dikaji status emosi klien masih bisa dikendalikan tidak menampakan
tingkah laku yang mengancam diri atau orang lain.
d. Konsep diri
Klien mengatakan kurang nyaman dengan keadaan sekarang.
e. Interaksi sosial
Klien dapat berinteraksi dengan anggota keluarga, perawat, serta keluarga klien yang
lainnya dan klien sering menanyakan tentang kondisinya kepada perawat atau
dokter.
f. Pola koping
Klien bila mempunyai masalah dipecahkan bersama keluarga, Pasien tidak memahami
berapa banyak ia harus minum
2. Masalah Emosional
N PERTANYAANNYA YA TIDAK
O
Pertanyaan Tahap – 1
1. Apakah klien mengalami sukar tidur ? YA
2. Apakah klien sering merasa gelisah ? YA
3. Apakah klien sering murung atau menangis TIDAK
sendiri ?
4. Apakah klien sering was-was atau kuatir ? YA
Pertanyaan Tahap – 2
1. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 YA
kali dalam 1 bulan ?
2. Ada masalah atau banyak pikiran ? YA
3. Ada gangguan/ masalah dengan keluarga lain TIDAK
?
4. Menggunakan obat tidur/ penenang atas TIDAK
28
anjuran dokter ?
5. Cenderung mengurung diri ? TIDAK
3. Spiritual
Klien beragama islam dan yakin adanya tuhan yang maha esa, klien mengatakan selalu
sholat lima waktu walaupun dengan kondisi saat ini dan berharap diberi kesembuhan
atas penyakitnya.
G. Status Fungsional
1. KATZ Indeks :
A. Mandiri dalam hal mandi, berpakaian, toileting, berpindah, kontinen dan makan.
E. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan satu fungsi yang lain.
F. Mandiri, kecuali mandi berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi yang lain.
Penilaian :
Klien tidak mandi kalau tidak di ingatkan oleh perawat, dan klien sulit untuk berpindah
tempat karena merasa sesak setiap kali berjalan (C)
3. Barthel Indeks
NILAI
DGN MANDI
NO KRITERIA KETERANGAN
BANTUA RI
N
29
1. Makan 5 10 Frekuensi : 3x/hari
Jumlah : 3 sendok
Jumlah : 1500 ml
Konsistensi : lembek
11. Kontrol bladder (BAK) 5 10 Frekuensi : 4x/hari
30
12. Olah raga/latihan 5 10 Frekuensi : 1x/hari
31
angka baru, semua secara menurun.
Interpretasi hasil :
2. Identifikasi Aspek Kognitif dari Fungsi Mental dengan Menggunakan MMSE ( Mini
Mental Status Exam )
❑ Tahun
❑ Musim
❑ Tanggal
❑ Hari
❑ Bulan
❑ Negara Indonesia
❑ Kab. Ciamis
32
❑ PSTW ……
❑ Wisma …….
❑ Obyek meja
❑ Obyek selimut
❑ 93
❑ 86
❑ 79
❑ 72
❑ 65
4. Mengingat 3 3 Minta klien untuk
mengulangi menyebutkan
ketiga obyek pada no. 2.
Bila benar 1 point untuk
masing-masing obyek
33
5 Bahasa 9 6 Tunjukkan pada klien suatu
benda dan tanyakan
namanya :
❑ Misal balpoin
❑ Lipatkan ( dua )
❑ Taruh dilantai
34
untuk
❑ Menyalin gambar
Interpretasi hasil :
35
2. Komponen Gaya Berjalan atau Gerakan
Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan kondisi dibawah ini, atau beri nilai 1 jika
klien menunjukkan salah satu dari kondisi dibawah ini.
Hasil Penilaian : 10
Interpretasi hasil :
Jumlahkan semua nilai yang diperoleh klien dan diinterpretasikan sebagai berikut :
36
ANALISA DATA
DATA KEMUNGKINAN ETIOLOGI MASALAH
DS : Elastisitas dinding aorta (pembuluh Penurunan curah jantung
arteri besar) menurun kontiu akibat
- Pasien mengeluh
aterosklerosis.
sesak nafas yang
timbul ketika
istirahat, aktivitas
ringan, dan pada
saat berbaring datar
- Pasien mempunyai Beban kerja jantung meningkat
riwayat hipertensi
tidak terkontrol
sejak 8 tahun yang
lalu
Jantung membengkak
DO:
- EKG : Hipertrofi
ventrikel kiri,
adanya depresi ST Jantung tidak bisa berkontraksi
dan elevasi secara normal
gelombang T.
- Terdapat edema
pada tangan dan
kaki Gagal jantung
- Distensi vena
jugularis
- Kulit terlihat pucat
37
ireguler dan
terdengar bunyi S3 /
Gallop.
- Pasien mengeluh
sesak nafas yang
timbul ketika
istirahat, aktivitas
ringan, dan pada Peningkatan beban kerja jantung
saat berbaring datar
juga pada malam
hari
- Pasien tampak
sesak
- Terlihat pernafasan Gagal jantung kongestif
cuping hidung
- Terdengar bunyi
nafas crackles pada
area paru kanan – Ventrikel kiri tidak mampu
kiri. memompa darah menuju ke aorta
- Pernafasan cepat lalu ke seluruh tubuh
dengan RR: 28
38
x/menit
- pH : 7,34 mmHg
- pCO₂ : 47 mmHg Peningkatan tekanan pada atrium
- HCO₃ : 29 mEq/L kiri dan pembuluh darah sekitarnya
- SpO2 : 94 %,
- Rontgen thorax
:Cor membesar,
sinus dan diafragma Aliran darah kembali ke paru paru
kanan normal, kiri dan mengisi rongga intersisial
tampaknya
berselubung, hili
kabur, corakan
bertambah, Atelektasis paru
bercorak di medial
kedua paru
39
beraktivitas ringan
serta Ketika
berbaring datar di
malam hari
- Pasien mengatakan Kerja jantung meningkat
sulit untuk berjalan
dan berpindah dari
tempat tidurnya
karena sesak
Hipertrofi serabut jantung
sehingga aktivitas
BAB BAK dibantu
keluarga di tempat
tidur
Gagal jantung kongestif
DO:
40
- Tekanan darah :
150/100mmHg
Suplai oksigen menurun
- Pernafasan 28
x/menit
Aktivitas terganggu
DS: Gagal jantung kongestif Kelebihan volume cairan
- Pasien mengatakan
sesak nafas Ketika
istirahat, beraktifits
ringan, berbaring Penurunan curah jantung
datar, sesak di
daerah dada
- Pasien mengatakan
ada bengkak di Respon RAAS meningkat
kaki, tangan, dan
perut
- Terdengar bunyi
nafas crackles pada
area paru kanan –
Retensi Na dan H2O meningkat
kiri
- Edema pada area
tangan dan kaki
- pitting edema pada
Edema
area tangan dan
41
kaki dengan
kedalaman ± 4 mm
dan waktu kembali
7 detik
- Perut teraba asites Kelebihan volume cairan
- Adanya
hepatojugular reflex
- Irama jantung
ireguler dan
terdengar bunyi S3 /
Gallop.
- TD : 150/100
mmHg
- R : 28 x/menit
- Distensi vena
jugularis
- Tinggi JVP 5+3
cmH2O
- Pasien mengeluh sesak nafas yang timbul ketika istirahat, aktivitas ringan, dan
pada saat berbaring datar juga pada malam hari
DO:
42
- HCO₃ : 29 mEq/L
- SpO2 : 94 %,
- Rontgen thorax :Cor membesar, sinus dan diafragma kanan normal, kiri
tampaknya berselubung, hili kabur, corakan bertambah, bercorak di medial kedua
paru
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload,
perubahan preload, perubahan kontraktilitas ditandai dengan :
DS :
- Pasien mengeluh sesak nafas yang timbul ketika istirahat, aktivitas ringan, dan
pada saat berbaring datar
- Pasien mempunyai riwayat hipertensi tidak terkontrol sejak 8 tahun yang lalu
DO:
- Pasien mengatakan sesak nafas Ketika istirahat, beraktifits ringan, berbaring datar,
sesak di daerah dada
- Pasien mengatakan ada bengkak di kaki, tangan, dan perut
DO:
43
- Perut teraba asites
- Adanya hepatojugular reflex
- Irama jantung ireguler dan terdengar bunyi S3 / Gallop.
- TD : 150/100 mmHg
- R : 28 x/menit
- Distensi vena jugularis
- Tinggi JVP 5+3 cmH2O
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen ditandai dengan :
DS:
- Pasien mengeluh sesak nafas pada saat istirahat, beraktivitas ringan serta Ketika
berbaring datar di malam hari
- Pasien mengatakan sulit untuk berjalan dan berpindah dari tempat tidurnya karena
sesak sehingga aktivitas BAB BAK dibantu keluarga di tempat tidur
DO:
- KATZ index : Klien tidak mandi kalau tidak di ingatkan oleh perawat, dan klien
sulit untuk berpindah tempat karena merasa sesak setiap kali berjalan (C)
- Barthel index: Score 65 – 125 : Ketergantungan sebagian
- EKG : Hipertrofi ventrikel kiri, adanya depresi ST dan elevasi gelombang T.
- Tekanan darah :150/100mmHg
- Pernafasan 28 x/menit
44
III. RENCANA KEPERAWATAN, IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
45
DO: 94% menjadi 95- oksigen(Tekanan berkurang mmHg
97% oksimetri, ADG) - HCO3 : 28
- Pasien tampak 3.Untuk
2. pH arteri mEq/L
sesak mengetahui
meningkat dari 2. Memberikan - RR : 26x/Menit
apakah terapi
- Terlihat 7,34 menjadi 4.Kolaborasi terapi oksigen nasal
oksigen efektif - Masih terdapat
pernafasan cuping 7.35-7.45 mmHg dengan tenaga kanul 3L/menit
atau tidak suara nafas
hidung Kesehatan lain
3. pCO2 turun sehingga dapat RK : Klien bersedia tambahan
mengenai
- Terdengar bunyi dari 47 menjadi melakukan crackles
pemberian obat Hasil : Klien
nafas crackles pada 35-45 mmHg tindakan lebih A; Masalah gangguan
atau penambahan mengakatakan
area paru kanan – lanjut pertukaran gas teratasi
4. HCO3 turun oksigen tambahan nyaman karena
kiri. Sebagian
dari 29 menjadi pernafasannya
- Pernafasan cepat 25-28 mEq/L terbantu
4. Pemberian
dengan RR: 28 5. tidak terjadi NIC : Monitor
obat diuretic P: Lanjutkan intervensi
x/menit dispnea saat tanda tanda vital
dapat 1, 3, 4, 5
3.Melakukan
- pH : 7,34 mmHg istirahat, tidur, 5. Monitor TD, menurunkan
pemeriksaan
atau sedang nadi, suhu dan
- pCO₂ : 47 mmHg cairan dalam oksimetri dan
melakukan status pernafasan tubuh analisa gas darah
- HCO₃ : 29 aktivitas
untuk mengetahui
mEq/L NOC : Status
keefektifan terapi
pernafasan : 5.Untuk
- SpO2 : 94 %, oksigen
Ventilasi mengetahui
- Rontgen thorax
1. Suara crackles
46
:Cor membesar, tidak ada perkembangan RK : Klien bersedia
sinus dan 2. Respiratory tanda tanda vital
Hasil :
diafragma kanan rate dalam
normal, kiri rentang 15- SpO2 : 95%
RK : Klien bersedia
5.Melakukan
pemeriksaan TD,
nadi, suhu dan
status pernafasan
dengan
47
mengauskultasi
suara nafas
RK : Klien bersedia
Hasil:
-TD : 140/100
mmHg
-HR : 74x/menit
-RR : 26x/menit
-S : 36,5 derajat
Celcius
-Masih terdapat
suara tambahan
crackles
2. Penurunan curah Setelah tindakan NIC : 1. Menghindari 12 Agustus 2021 12 Agustus 2021
jantung keperawatan terjadinya beban
Perawatan Pukul 09.30 Pukul 12.00
berhubungan selama 3x24 jam kerja yang
jantung
dengan perubahan diharapkan terlalu keras 1. Memberitahu S: Klien mengatakan
afterload, penurunan curah 1. Pastikan tingkat pada jantung yan pasien untuk tidak sesak nafas berkurang
48
perubahan preload, jantung teratasi aktivitas pasien bisa memicu melakukan aktivitas
perubahan dengan kriteria yang tidak terjadinya yang
O:
kontraktilitas hasil: membahayakan serangan jantung membahayakan
ditandai dengan : NOC : curah jantung jantung dan - TD: 140/90
49
adanya depresi ST 5.Tidak terdengar pada kulit, RK : Klien bersedia
dan elevasi bunyi jantung S3 membran mukosa 5.Membantu
Hasil :
gelombang T. dan kuku klien) untuk
menurunkan Klien mengatakan
-Terdapat edema
hipertensi sesak nafas Ketika
pada tangan dan
5.Kolaborasi sedang berbaring
kaki
pemberian obat atau tidur saat
-Distensi vena antihipertensi malam hari
jugularis
-RR:26xmenit
- Kulit terlihat
pucat
3. Monitor ttv
-Terdengar bunyi
nafas crackles pada RK : Klien bersedia
50
4. Melakukan
penilaian
komprehensif pada
sirkulasi perifer
RK : Klien
Kooperatif
5.Pemberian obat
amlodipine 1x10mg
melalui oral
RK : Klien bersedia
51
3. Kelebihan volume Setelah tindakan NIC : 1.Untuk menjaga 12 Agustus 2021 12 Agustus 2021
cairan keperawatan agar cairan
Manajemen Pukul 11.00 Pukul 16.00
berhubungan selama 2x24 jam dalam tubuh
cairan
dengan gangguan diharapkan kembali 1. Monitor ttv dan S; Klien mengatakan
mekanisme regulasi masalah 1. Monitor ttv dan seimbang berat badan masih kesulitan dalam
52
- Terdengar bunyi sehingga tidak auskultasi suara volume cairan teratasi
nafas crackles pada mengakibatkan paru Sebagian
area paru kanan – kelebihan cairan
RK : Klien
kiri
kooperatif
P: Lanjurkan intervensi
- Edema pada area
5.Pemeriksaan Hasil; terdapat
tangan dan kaki
vena jugularis bunyi nafas
- pitting edema untuk tambahan crackles
pada area tangan mengetahui
dan kaki dengan fungsi dari
kedalaman ± 4 mm ventrikel kanan 3.Melakukan
53
-TD : 150/100 area perut pasien
mmHg
-R : 28 x/menit
4.Anjurkan pasien
-Distensi vena untuk membatasi
jugularis minum sebanyak
yang dianjurkan
-Tinggi JVP 5+3
cmH2O RK : Klien
kooperatif
-Balance cairan =
+162,5 Hasil : Klien
meminum sesuai
dengan yang
dianjurkan
5. Melakukan
pemeriksaan JVP
RK : Klien bersedia
Hasil :
54
4. Intoleransi Setelah dilakukan NIC : 12 Agustus 2021 12 Agustus 2021
aktivitas tindakan selama
Manajemen Pukul 13.00 Pukul 16.00
berhubungan 3x24 jam
energi
dengan diharapkan 1.Memantau kondisi S : Pasien mengatakan
55
karena sesak 4.Evaluasi secara otot nyaman karena
sehingga aktivitas bertahap kenaikan aktivitasnya
BAB BAK dibantu level aktivitas terbantu
keluarga di tempat pasien 4.Mengetahui
56
pernafasan pasien
Rk : Kooperatif
Hasil : Pasien
menunjukan
peningkatan dalam
beraktivitas nya
walaupun masih
aktivitas ringan
57
BAB IV
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
CHF merupakan suatu keadaan dimana patologisnya yaitu kelainan fungsi jantung yang
menyebabkan kegagalan jantung untuk memompa darah untuk memenuhi kebutuhan darah
yang pada umumnya untuk metabolisme jaringan. Gangguan fungsi jantung dan metode-
metode bantuan sirkulasi ditinjau dari efek-efeknya terhadap 3 perubahan penentu utama dari
fungsi miokardium yaitu Preload, Afterload dan kontraktilitas miokardium
Diagnosa utama pada penderita chf adalah Gangguan pertukaran gas, Penurunan curah
jantung, Kelebihan volume cairan, dan Intoleransi aktivitas
B. Saran
Sebagai perawat diharapkan mampu untuk membuat asuhan keperawatan dengan baik
terhadap penderita penyakit jantung yaitu CHF. Oleh karena itu perawat juga harus mampu
berperan sebagai pendidik dalam hal ini melakukan penyuluhan ataupun memberikan edukasi
kepada pasien maupun keluarga pasoen terutama mengenai tanda-tanda, penanganan dan
pencegahannya
58
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo , Aru W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi VI. Jakarta: Interna
Publishing; 2014.
Asmoro Didik Aji. 2017.Asuhan Keperawatan Pada Pasien congestive heart failure (CHF)
Dengan Penurunan Curah Jantung Melalui Pemberian Terapi Oksigen Diruang PKU
Muhammadiyah Gombong.Gombong.Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Gombong Progam Studi D III Keperawatan
Mann.D.L (2012). Heart Failure And Cor Pulmonale Ed.17th. In:Harrison’s Cardiovaculer.
Medicine
Muttaqin, A (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika
Nirmalasari, 2017. Deep breathing exercise dan active range of motion efektif menurunkan
dyspnea pada pasien congestive heart failure. Nursingline Journal.Vol 2 No 2 November 2017.
159-165
59