Anda di halaman 1dari 18

Tugas

ALKANA dan ALKUNA


DISUSUN
O
L
E
E
H

NAMA : Eska Zuhriana Adam


NIM : A02418001
PRODI :GEOGRAFI
FAKULTAS : SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kependudukan telah menjadi isu dunia yang ditandai dengan adanya deklarasi
kependudukan PBB tahun 1967 yang menyatakan bahwa pemecahan masalah
kependudukan harus dilakukan secara terencana,sistimatis, dan kompresif dalam
jangka Panjang dengan mengikutsertakan bidang dan sector pembagunan terkait
termasuk Pendidikan.tahun 1970 menjadi “ tahun Pendidikan internasional “ ya g
ditetapkan oleh PBB pada tahun yang sama telah diselenggarakan seminar dengan
tajuk” Pendidikan kependudukan” (population education) se-Asia pasifik di Bangkok,
Thailand dan disponsori oleh UNESCO. Dari hali ini terlihat bahwa masalah
kepenudukan telah menjadi perhatian dunia.

Indonesia sendiri sebagai negara berkembang tidak lepas dari masalah


kependudukan. Jumlah penduduk diindonesia berada di urutan ke empat terbesar di
dunia setelah berturut-turut china,india,amerika serikat, dan keempat Indonesia.
Jumlah penduduk di Indonesia dari hasil sensus 2010 mencapai angka 237.641.326
{www.bps.go.id} bukan tidak mungkin jika masalah kependudukan ini tidak dapat di
atasi, jumlah penduduk diindonesia di masa akan dating mencapai 2 miliar jiwa.

Pertambahan jumlah penduduk yang tidak terkendali, peyebaran penduduk yang


tidak merata bahkan rendahnya kualitas penduduk , merupakan masalah
kependudukan yang ada diinonesia. Peningkatan jumlah penduduk akan membuat
pemerintah kesulitan untuk mensejahterakan rakyat karena anggaran untuk membantu
masyarakat menengah kebawah juga akan meningkat. Jumlah lowongan perkerjaan
yag tidak sesuai dengan jumlah pengganguran tentu akan semakin memperburuk
keadan ekonomi diindonesia bahkan hal ini juga akan mendorong tingginya tingkat
kriminalitas,kemiskinaan, dan lingkungan kumuh.
Karakter dari suatu bangsa sangat ditentukan oleh Pendidikan yang ada pada
bangsa tersebut. Sebuah bangsa tidak akan maju tanpa adanya Pendidikan yang
mendasarinya.salah satu upayah yang dapat dilakukan dalam menekankan laju
pertumbuhan penduduk yaitu dengan Pendidikan kependudukan.

Pendidikan merupaka segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi


orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa
yang di terapkan oleh pelaku Pendidikan. Sedangkan kependudukan adalah hal-hal
yang berhubungan dengan struktur , jumlah, jenis kelamin, umur, perkawianan,
kehamilan, kelahiran, kematian dan lain-lain sehingga ketahana yang berhubungan
dengan ekonomi,social, budaya serta politik.kata dasar kependudukan yaitu
kependudukan yaitu penduduk yang berarti warga negara dan orang asing yang
tinggal di negara tersebut.

Dengan demikian kependudukan bertujuan untuk merubah sikap serta perilaku


reproduksi dan peyebaran penduduk secara rasional dan bertanggung jawab. Dimana
diharapkan masyarakat/remaja dapat mengetahui factor yang meyebabkan tingginya
angka pertumbuhan penduduk,akibat yang di timbulkan serta dapat menghubungkan
antara pertumbuhan penduduk dengan program pembangunan yang dilaksanakan oleh
pemerintah guna mencapai kesejahteraan masyarakat.

Pendidikan kependudukan bagi remaja sangat diperlukan, kerena 25% atau sekitar
63.233.703 jiwa {enam puluh tiga juta dua ratus tiga puluh tiga ribu tujuh ratus tiga
jiwa} dari total jumlah penduduk Indonesia yaitu 255,182.144 jiwa {dua ratus lima
puluh lima juat serratus delapan puluh dua ribu serratus empat puluh empat jiwa}
yang berumur 16-30 tahun adalah pemuda{menurut undang -undang nomor 40 tahun
2009}.
A. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang


timbul adalah sebagai berikut :
1. Teori-teori kependudukan
2. Determinaan pertumbuhan dan perkembangan
3. Masalah kependudukan
B. Tujuan
1. Memenuhi tugas mata kuliah lingkungan
2. Mengetahui tentang teori-teori kependudukan, determinaan pertumbuhan
dan perkembangan ,dan masalah kependudukan.
BAB II
Pembahasan
A. Teori-Teori Kependudukan
1. Aliran Malthusian (Thomas Robert Malthus)
Malthus adalah orang pertama yang mengemukakan tentang penduduk. Dalam
“Essay on Population”, Malthus beranggapan bahwa bahan makanan penting untuk
kelangsungan hidup, nafsu manusia tak dapat ditahan dan pertumbuhan penduduk
jauh lebih cepat dari bahan makanan. Teori Malthus menyebutkan bahwa
pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur sedangakn pertumbuhan ketersediaan
pangan mengikuti deret hitung, pada kasus ini dimana terdapat permasalahan
meledaknya jumlah penduduk dikota yang tidak diimbangi dengan ketersediaan
pangan pun berkurang, hal ini merupakan perimbangan yang kurang menguntungkan
jika kita kembali kepada teori Malthus.1
Teori Malthus jelas menekankan tentang pentingnya keseimbangan pertambahan
jumlah penduduk menurut deret ukur terhadap persediaan bahan makanan menurut
deret hitung. Teori Malthus tersebut sebetulnya sudah mempersoalkan daya dukung
lingkungan dan daya tampung lingkungan. Tanah sebagai suatu komponen
lingkungan alam tidak mampu menyediakan hasil pertanian untuk mencukupi
kebutuhan jumlah penduduk yang terus bertambah dan makin banyak. Daya dukung
tanah sebagai komponen lingkungan menurun, karena beban manusia yang makin
banyak. Jumlah penduduk harus seimbang
dengan batas ambang lingkungan, agar tidak menjadi beban lingkungan atau
mengganggu daya dukung dan daya tampung lingkungan, dengan menampakkan
bencana alam berupa banjir, kekeringan, gagal panen, kelaparan, wabah penyakit dan
kematian.
Menurut pendapatnya, faktor pencegah dari ketidakseimbangan penduduk dan
manusia antara lain Preventive checks (penundaan perkawinan, mengendalikan hawa
nafsu dan pantangan kawin), Possitive checks (bencana alam, wabah penyakit,
kejahatan dan peperangan). Robert Malthus ini mengemukakan beberapa pendapat
tentang kependudukan, yaitu :

1
Edmund Conway, 50 Gagasan Ekonomi yang Perlu Anda Ketahui, Esensi Erlangga
Group, Jakarta, 2015, hlm.15
a. Penduduk (seperti juga tumbuhan dan binatang) apabila tidak ada pembatasan akan
berkembang biak dengan sangat cepat dan memenuhi dengan cepat beberapa bagian
dari permukaan bumi.
b. Manusia untuk hidup memerlukan bahan makanan, sedangkan laju pertumbuhan
makanan jauh lebih lambat (deret hitung) dibandingkan dengan laju pertumbuhan
penduduk (deret ukur).2
Menurut aliran ini pembatasan pertumbuhan penduduk dapat dilakukan dengan 2 cara
:
1. Preventif Checks (pengekangan diri), yang terdiri dari,
a. Moral restraint (pengekangan diri)
1) Mengekang nafsu seks
2) Tunda kawin
b. Vice atau Kejahatan (pengurangan kelahiran)
1) Pengguguran kandungan
2) Homoseksual
2. Positive Checks (lewat proses kelahiran), yang terdiri dari,
a. Vice atau kejadian (pencabutan nyawa)
1) Bunuh anak-anak
2) Bunuh orang cacat
3) Bunuh orang tua
b. Misery (kemelaratan)
1) Epidemi
2) Bencana alam
3) Peperangan

2
Ibid, hlm.17
4) Kekurangan makanan.3
Meskipun demikian teori mendapat berbagai kritik karena Malthus tidak
memperhitungkan hal-hal sebagai berikut :
a. kemajuan bidang transportasi yang dapat menghubungkan satu daerah dengan
daerah lain sehingga distribusi makana dapat berjalan
b. kemajuan bidang teknologi, terutama bidang pertanian
c. Usaha pembatasan kelahiran bagi pasangan yang sudah menikah
d. fertilitas akan menurun apabila perbaikan ekonomi dan standar hidup penduduk
dinaikkan.4
2. Aliran Marxist (Karl & F. Angel)
Aliran ini tidak sependapat dengan Malthus (bila tidak dibatasi penduduk akan
kekurangan makanan). Menurut Marxist tekanan penduduk di suatu negara bukanlah
tekanan penduduk terhadap bahan makanan, tetapi tekanan terhadap kesempatan
kerja (misalnya di negara kapitalis) Marxist juga berpendapat bahwa semakin banyak
jumlah manusia semakin tinggi produk yang dihasilkan, jadi dengan demikian tidak
perlu diadakan pembatasan penduduk. Negara-Negara yang mendukung teori Malthus
umumnya adalah negara berekonomi kapitalis seperti USA, Inggris, Prancis,
Australia, Canada, dll Sedangkan negara-negara yang mendukung teori Marxist
umumnya adalah negara-negara berekonmi Sosialis seperti Eropa Timur, RRC,
Korea, Rusia dan Vietnam.
Dasar Pegangan Marxist adalah beranjak dari pengalaman bahwa manusia sepanjang
sejarah akan dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Beda pandangan
Marxist dan Maltus adalah pada “Natural Resource” tidak bisa dikembangkan atau
mengimbangi kecepatan pertumbuhan penduduk.Menurut Marxist tekanan penduduk
di suatu negara bukanlah tekanan penduduk terhadap bahan makanan, tetapi tekanan
terhadap kesempatan kerja (misalnya di negara kapitalis). Marxist juga berpendapat
bahwa semakin banyak jumlah manusia semakin tinggi produk yang dihasilkan, jadi

3
Mark Skousen, Sang Maestro Teori-Teori Ekonomi Modern, Prenada Media,
Jakarta, 2005, hlm. 90

4
Edmund Conway, Op.Cit, hlm.32
dengan demikian tidak perlu diadakan pembatasan penduduk. Berikut beberapa
pendapat aliran Marxis :
a. Populasi manusia tidak menekan makanan, tapi mempengaruhi kesempatan kerja.
b. Kemeralatan bukan terjadi karena cepatnya pertumbuhan penduduk, tapi karena
kaum kapitalis mengambil sebagian hak para buruh
c. Semakin tinggi tingkat populasi manusia, semakin tinggi produktifitasnya, jika
teknologi tidak menggantikan tenaga manusia sehingga tidak perlu menekan jumlah
kelahirannya, ini berarti ia menolak teori Malthus tentang moral restraint untuk
menekan angka kelahiran.5
3. Aliran neo-malthusain (Garreth Hardin & Paul Ehrlich)
Pada abad 20 teori Malthus mulai diperdebatkan kembali. kelompok ini menyokong
aliran Malthus, akan tetapi lebih radikal lagi dan aliran ini sangat menganjurkan
untuk mengurangi jumlah penduduk dengan menggunakan cara-cara “Preventif
Check” yaitu menggunakan alat kontrasepsi. Tahun 1960an dan 1970an foto-foto
telah diambil dari ruang angkasa dengan menunjukkan bumi terlihat seperti sebuah
kapal yang berlaya dengan persediaan bahan bakar dan bahan makanan yang terbatas.
Pada suatu saat kapal ini akan kehabisan bahan bakar dan bahan makanan tersebut
sehingga akhirnya malapetaka menimpa kapal tersebut. Tahun 1871 Ehrlich menulis
buku “The Population Bomb” dan kemudian direvisi menjadi “The Population
Explotion” yang berisi :
a. Sudah terlalu banyak manusia di bumi ini.
b. Keadaan bahan makanan sangat terbatas.
c. Lingkungan rusak sebab populasi manusia meningkat.
Analisis ini dilengkapi oleh Meadow (1972), melalui buku “The Limit to Growth” ia
menarik hubungan antara variabel lingkungan (penduduk, produksi pertanian,
produksi industri, sumber daya alam) dan polusi. Tapi walaupun begitu, melapetaka
tidak dapat dihindari, hanya manusia cuma menunggunya, dan membatasi
pertumbuhannya sambil mengelola alam dengan baik. Kritikan terhadap Meadow
umumnya dilakukan oleh sosiolog yang menyindir Meadow karena tidak
mencantumkan variabel sosial-budaya dalam penelitiannya. Karena itu Mesarovic

5
http://www.google./ur/jurnal/kependudukan/Felisa.ugm.ac.id diakses pada Jum‟at
29 Juli 2016
dan Pestel (1974) merevisi gagasan Meadow & mencantumkan hubungan lingkungan
antar kawasan.6
4. Teori Kependudukan Kontemporer.
a. John Stuart Mill.
John Stuart Mill, seorang ahli filsafat dan ahli ekonomi berkebangsaan Inggris dapat
menerima pendapat Malthus mengenai laju pertumbuhan penduduk melampaui laju
pertumbuhan bahan makanan sebagai suatu aksioma. Namun demikian dia
berpendapat bahwa pada situasi tertentu manusia dapat mempengaruhi perilaku
demografinya. Selanjutnya ia mengatakan apabila produktivitas seorang tinggi ia
cenderung ingin memiliki keluarga kecil. Dalam situasi seperti ini fertilitas akan
rendah. Jadi taraf hidup (standard of living) merupakan determinan fertilitas.
Tidaklah benar bahwa kemiskinan tidak dapat dihindarkan (seperti dikatakn Malthus)
atau kemiskinan itu disebabkan karena sistem kapitalis (seperti pendapat Marx)
dengan mengatakan, kalau suatu waktu di suatu wilayah terjadi kekurangan bahan
makanan, maka keadaan ini hanyalah.
bersifat sementara saja. Pemecahannya ada dua kemungkinan yaitu : mengimpor
bahan makanan, atau memindahkan sebagian penduduk wilayah tersebut ke wilayah
lain. Memperhatikan bahwa tinggi rendahnya tingkat kelahirann ditentukan oleh
manusia itu sendiri, maka Mill menyarankan untuk meningkatkan tingkat golongan
yang tidak mampu. Dengan meningkatnya pendidikan penduduk maka secara rasional
maka mereka mempertimbangkan perlu tidaknya menambah jumlah anak sesuai
dengan karier dan usaha yang ada. Di sampan itu Mill berpendapat bahwa pentingnya
distribusi kekayaan para konglomerat eropa.7
b. Arsene Dumont.
Arsene Dumont seorang ahli demografi bangsa Perancis yang hidup pada akhir abad
ke-19. Pada tahun 1980 dia menulis sebuah artikel berjudul Depopulation et
Civilization. Ia melancarkan teori penduduk baru yang disebut dengan teori
kapilaritas sosial (theory of social capilarity). Kapilaritas sosial mengacu kepada
keinginan seseorang untuk mencapai kedudukan yang tinggi di masyarakat, misalnya:
seorang ayah selalu mengharapkan dan berusaha agar anaknya memperoleh

6
Edmund Conway, Op.Cit, hlm.

7
Mark Skousen, Op.Cit, hlm.152
kedudukan sosial ekonomi yang tinggi melebihi apa yang dia sendiri telah
mencapainya. Untuk dapat mencapai kedudukan yang tinggi dalam masyarakat,
keluarga yang besar merupakan beban yang berat dan perintang. Konsep ini dibuat
berdasarkan atas analogi bahwa cairan akan naik pada sebuah pipa kapiler. Teori
kapilaritas sosial dapat berkembang dengan baik pada negara demokrasi, dimana tiap-
tiap individu mempunyai kebebasan untuk mencapai kedudukan yang tinggi di
masyarakat. Di negara Perancis pada abad ke-
19 misalnya, dimana system demokrasi sangat baik, tiap-tiap orang berlomba
mencapai kedudukan yang tinggi dan sebagai akibatnya angka kelahiran turun dengan
cepat. Di negara sosialis dimana tidak ada kebebasanuntuk mencapai kedudukan yang
tinggi di masyarakat, system kapilaritas sosial tidak dapat berjalan dengan baik.8
c. Emili Durkheim.
Emile Durkheim adalah seorang ahli sosiologis Perancis yang hidup pada akhir abad
ke-19. Apabila Dumont menekankan perhatiannya pada faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan penduduk, maka Durkheim menekankan perhatiannya
pada keadaan akibat dari adanya pertumbuhan penduduk yang tinggi (Weeks, 1992).
Ia mengatakan, akibat dari tingginya pertumbuhan penduduk, akan timbul persaingan
diantara penduduk untuk dapat mempertahankan hidup. Dalam memenangkan
persaingan tiap-tiap tiap-tiap orang berusaha untuk meningkatkan pendidikan dan
keterampilan, dan mengambil spesialisasi tertentu, keadaan seperti ini jelas terlihat
pada kehidupan masyarakat perkotaan dengan kehidupan yang kompleks. Apabila
dibandingkan antara kehidupan masyarakat tradisional dan masyarakat perkotaan,
akan terlihat bahwa pada masyarakat tradisional tidak terjadi persaingan dalam
memperoleh pekerjaan, tetapi pada masyarakat industri akan terjadi sebaliknya. Hal
ini disebabkan ada masyarakat industri tingkat pertumbuhan dan kepadatan
penduduknya tinggi.9
d. Michael Thomas Sadler dan Doubleday,
Kedua ahli ini adalah penganut teori fisiologis. Sadler mengemukakan, bahwa daya
reproduksi manusia dibatasi oleh jumlah penduduk yang ada di suatu wilyah atau
negara. Jika kepadatan penduduk tinggi, daya reproduksi manusia akan menurun,
sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah, daya reproduksi manusia akan
menungkat. Thomson (1953) meragukan kebenaran teori ini setelah melihat keadaan

8
Felisa, Op.Cit, hlm.5
9
34 Ibid, hlm.6
di Jawa, India dan Cina dimana penduduknya sangat padat, tetapi pertumbuhan
penduduknya juga tinggi. Dalam hal ini Malthus lebih konkret argumentasinya dari
pada Sadler. Malthus mengatakan bahwa penduduk disuatu daerah dapat mempunyai
tingkat fertilitas yang tinggi, tetapi dalam pertumbuhan alaminya rendah karena
tingginya tingkat kematian. Namun demikian, penduduk tidak dapat mempunyai
fertilitas tinggi, apabila tidak mempunyai kesuburan (fecunditas) yang tinggi, tetapi
penduduk dengan tingkat kesuburan tinggi dapat juga tingkat fertilitasnya rendah.
Teori Doubleday hamper sama dengan teori Sadler, hanya titik tolaknya berbeda. 10
1. Prinsip Pertumbuhan
Menurut Sutterly Donnely (1973) terhadap 10 prinsip dasar pertumbuhan:
a. Pertumbuhan adalah kompleks, semua aspek-aspeknya
berhubungan sangat erat
b. Pertumbuhan mencakup hal-hal kuntitatif dan kualitatif
c. Pertumbuhan adalah proses yang berkesinambungan dan terjadi
secara teratur
d. Pada pertumbuhan dan perkembangan terdapat keteraturan arah
e. Tempo pertumbuhan tiap anak tidak sama
f. Aspek-aspek berbeda dari pertumbuhan, berkembang pada waktu
dan kecepatan berbeda
g. Kecepatan dan pola pertumbuhan dapat dimodifikasikan oleh faktor
intrinsic dan ekstrinsik
h. Pada pertumbuhan dan perkembangan terdapat masa-masa krisis
i. Pada suatu organism akan kecenderungan untuk mencapai potensi
perkembangan yang maksimum
j. Setiap indivisu tumbuh dengan caranya sendiri yang unik
2. Periode Pertumbuhan
a. Masa Prenatal atau msa intra uterin (masa janin dalam kandungan)
terbagi atas 3 periode:

10
Ibid, hlm.8
 Masa zigot (konsepsi-3 minggu)
 Masa embrio (2 – 8½ minggu)
 Masa janin/fetus (9/12 minggu-akhir kehamilan) yang terdiri
atas:
o Masa fetus dini (9 minggu-trimester kedua masa intra
uterin)
o Masa fetus lanjut (trimester akhir kehamilan)
b. Masa bayi (infacy) yaitu usia 0-11 bulan yang terbagi atas 2 periode:
 Masa neonatal (0-28 hari):
o Masa neonatal dini (0-7 hari)
o Masa neonatal lanjut (8-28 hari)
 Masa post (pasca) natal (29 hari -11 bulan)
c. Masa anak di bawah lima tahun (balita; 12-59 bulan)
d. Masa anak pra sekolah (60-72 bulan)

B. Determinan Pertumbuhan dan Perkembangan


Menurut Soetjiningsih secara umum terdapat dua faktor yang mempengaruhi
tumbuh kembang anak yaitu faktor genetik (instrinsik) dan faktor lingkungan
(ekstrinsik). Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir
proses tumbuh kembang anak. Faktor ini adalah bawaan yang normal dan patologis,
jenis kelamin, suku bangsa / bahasa, gangguan pertumbuhan di negara maju lebih
sering diakibatkan oleh faktor ini, sedangkan di negara yang sedang berkembang,
gangguan pertumbuhan selain di akibatkan oleh faktor genetik juga faktor
lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh kembang anak yang optimal.
Determinan Pertumbuhan
a. Faktor Internal (genetik)
Soetjiningsih (1998) mengungkapakan bahwa faktor genetik merupakan
modal dasar mencapai hasil pertumbuhan. Melalui genetik yang berada di
dalam sel telur yang telah dibuah, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas
pertumbuhan. Faktor genetik antara lain termasuk berbagai faktor bawaan
yang normal dan patologis, jenis kelamin, obsetrik dan rasa atau suku
bangsa. Apabila potensi genetic ini dapat berinteraksi dalam lingkungan
yang baik dan optimal maka akan menghasilkan pertumbuhan yang optimal
pula.
b. Faktor Eksternal (lingkungan)
Secara garis besar, faktor lingkungan dapat dibagi dua yaitu: lingkungan
prenatal dan lingkungan pascanatal. Faktor lingkungan pasacanatal yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan anak yaitu: lingkungan biologis,
lingkungan fisik, faktor psikososial, faktor keluarga dan adat istiadat.
a) Lingkungan biologis, yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
adalah ras, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan,
kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolism
yang saling terkait satu dengan yang lainnya
b) Lingkungan fisik, dapat mempengaruhi pertumbuhan adalh cuaca,
keadaan geografis, sanitasi lingkungan, dan radiasi. Di daeraah
pengunungan yang kandungan yidiummya sangat rendah dapat
mengakibatkan GAKY yang pertumbuhannya terhambat seperti
kretinisme. Sanitasi lingkungan yang kurang baik memungkinkan
terjadinya berbagai penyakit antra lain diare, kecacingan dan infeksi
saluran pebcernaan yang mengakibatkan penyerapan zat-zat gizi
terganggu sehingga pertumbuhan akan terganggu.
c) Faktor psikososial, stimulasi (ransangan), motivasi, ganjaran atau
hukuman, stress, lingkungan sekolah, cinta dan kasih sayang serta
kualitas interaksi anak dan orang tua.
d) Faktor keluarga dan adat istiadat, pekerjaan atau pendapatan
keluarga, stabilitas rumah tangga, adat istiadat, norma dan tabu serta
urbanisasi.
e) Faktor sosial ekonomi, pendidkan, pekerjaan, teknologi, budaya dan
pendapatan keluarga. Faktor tersebut berinteraksi satu dengan yang
lainnya sehingga dapat mempengaruhi masukan zat gizi dan infeksi
pada anak pada akhirnya akan mengakibatkan pertumbuhan
terganggu
3. Periode Pertumbuhan
a. Masa Prenatal atau msa intra uterin (masa janin dalam kandungan)
terbagi atas 3 periode:
 Masa zigot (konsepsi-3 minggu)
 Masa embrio (2 – 8½ minggu)
 Masa janin/fetus (9/12 minggu-akhir kehamilan) yang terdiri
atas:
o Masa fetus dini (9 minggu-trimester kedua masa intra
uterin)
o Masa fetus lanjut (trimester akhir kehamilan)
b. Masa bayi (infacy) yaitu usia 0-11 bulan yang terbagi atas 2 periode:
 Masa neonatal (0-28 hari):
o Masa neonatal dini (0-7 hari)
o Masa neonatal lanjut (8-28 hari)
 Masa post (pasca) natal (29 hari -11 bulan)
c. Masa anak di bawah lima tahun (balita; 12-59 bulan)
d. Masa anak pra sekolah (60-72 bulan)
C. Masalah kependudukan
Masalah kependudukan sampai saat sekarang belum dapat diatasi.
Permasalahan ini antara lain warnai jumlah besar dengan pertumbuhan yang
tinggi, serta angka kelahiran yang tinggi. Secara garis besar terdapat tiga
aspek permasalahan kependudkan diindonesia yaitu struktur umur
muda,kualitas pendudukan, dan persebaran penduduk antara wilayah yang
tidak merata{ BKKBN, 2013}
Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan hasil sesus penduduk
Indonesia tahun 2010 sebanyak 237,6 juta jiwa, terdiri atas 119,6 juta pria
dan 118 juta wanita dengan laju pertumbuhan penduduk diindonesia sebesar
1,49% per tahun sehingga merupakan jumlah penduduk sebesar keempat di
dunia setelah china,imdia, dan amerika serikat. Pertumbuhan penduduk ini
tentu saja berimplikasikan secara signifkan terhadap perkembangan
ekonomi dan kesejahteraan negara. Berdasarkan jumlah tersebut,maka
setiap hariya penduduk Indonesia bertambah sebesar 9.027 jiwa. Setiap jam
terjadi petambahan pertumbuhan penduduk sebanyak 377 jiwa,bahkan
setiap detik jumlah pertambahan penduduk masih tergolong tinggi yaitu
sebanyak 1,04% { 1-2 juta jiwa}. Pertambahan penduduk di Indonesia
umumnya bisa dikatakan 99,9% disebabakan oleh kelahiran,sisanya berupa
bermigrasi. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa dalam 1 detik di
Indonesia terjadi kelahiran bayi sebanyak 1-2 jiwa{Iriyanti,2014}
Persoalan kependudukan Indonesia tersebut juga diperberat dengan
kondisi kependudukan lain yang kurang baik, diantaranya masih 60%
penduduk hanya tamat SD dan bahlan tidak atau belum taman SD. Angka
Human Development index {HDI} Indonesia masih menduduki peringkat
ke 108 dari 188 negara{2009} dan urutan ke 7 dari 10 negara ASEAN
setelah Vietnam, di atas laos, kambija, dan mynmar {UNDP 2009}.
Untuk mengatasi permasalah kependudukan di Indonesia,sejak tahun
1970, pemerintah telah melaksanakan program keluarga berencana {KB}
yang bertujuan untuk menekan laju pertambahan penduduk. Program KB
sampai dengan akhir tahun 1990 telah berhasil menekan laju pertambahan
penduduk dari samula sekitar 4,6 pada tahun 1970 menjadi sekitar 2,6 pada
akhir 1990. Keberhasilan program KB di Indonesia telah di akui oleh
perserikatan bangsa-bangsa {PBB} dan pada siding majelis umum PBB
menganugrahkan penghargaan kepada pemerintah Indonesia sebagai
negara yang berhasil mengatasi pertambahan penduduk.
BAB 111
KESIMPULAN
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses perubahan yang terjadi
pada setiap makhluk hidup. Perubahan yang terjadi pada seseorang tidak hanya
meliputi apa yang kelihatan seperti perubahan fisik dengan bertambahnya berat badan
dan tinggi badan, tetapi juga perubahan (perkembangan)dalam segi lain seperti
berpikir, emosi, bertingkah laku, semua anak-anak tumbuh melalui suatu tahapan
pertumbuhan dan perubahan fisik, kognitif, dan emosional yang dapat diidentifikasi.
Pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal dapat dicapai dengan
dukungan faktor intrinsik dalam hal ini genetic yang merupakan blueprint pertumbuhan
dan perkembangan seseorang. Kelainan genetik dapat mempengaruhi pertumbuhan
anatara lain akondroplasia, sindrom down, sindrom marfan dan lain-lain. Selain itu,
faktor ekstrinsik yaitu lingkungan (biologis, fisik, psikososial, keluarga dan sosial
ekonomi) yang baik dan a\saling berkaitan satu sam lain akan mempengaruhi pola
perkembangan anak pada akhirnya.
Seyiaqp anak memiliki potensi untuk tubuh dan berkembang. Penilaian dan
pemantauan terhadap tumbuh kembang anak merupakan salah satu cara untuk
mendukung pencapaian pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
Pertumbuhan yang tinggi merupakan masalah yang dihadapi banyak negara
berkembang, khususnya Indonesia. Indonesia merupakan negara dengan jumlah
penduduk yang terbanyak rangking ke empat dunia, yakni sebesar 238 juta jiwa tahun
2010.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1991. Psikologi Perkembangan. Rineka Cipta; Jakarta.
Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama.;Jakarta.
Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. EGC; Jakarta.
Rusmil, Kusnadi. 2006. Pedoman Pelaksanaan, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Dasar. Depkes RI. Jakarta.
Soetjaningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak. EGC; Jakarta
Santoso, soegeng. 2006. Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak Usia Dini Menuju Anak
Sehat & Cerdas Melalui Permainan. Jurnal Pendidikan Penabur,No.07;93-99
Satoto. 1997. Fitrah dan tumbuh Kembang Anak. Pidato Pengukuhan. Fakultas
Kedokteran Diponegoro. Undip.
Tanuwijaya S. 2002. Konsep Umum Tumbuh dan Kembang. Dalam: Nahendra
(penyunting) Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Edisi Pertama. Sagung
Seto:Jakarta.
https://dispenmaterikuliah.blogspot.com/2011/08/makalah-kependudukan.html
Anata,Aris 1992.” Penduduk dan pembanguna berkelajutan “ dalam warta demografi
tahun XXII nomor 9. September 1992. Jakarta : LDFEUI.

Anda mungkin juga menyukai