Soebagyo Loehoeri
Bagian/ SMF llmu Penyaftit Datarn, Fakultas Kedokteran UGM/RSUP Dr. Sardjito
yooyakarta
At strak
Virus Cytomegalo adalah salah satu anggota dari herpes virinae beta. Set yans
terinfeksi virus Cyt.rrnegalo mernbesar lcytomeaalia), memperlihatkan inktusiones
intranuklear. Setelah infeksi, virus tak pernah dapat dieliminasi, dan mungkin menjaga
latensi di banyak,aringan hospes. Virus Cytomegalo 1CN,4V) terdapat di seluruh penjuru
dunia, lebih lebih di neqara negara yang sedang berkembang dan di daerah denqan kondisi
sosial ekonomi yang rendah. Beberapa penderita yang mendapatkan infeksi CMV setetah
lahir, mengalami gejala sepe.ti suatu sindroma mononucleosis dengan demam
berk€panjangan dan sualu hepatitis ringan. Seseorang terinfeksi, virus tetap hidup, tetapr
umLrmnya dalam keaclaan "dormant" di dalam tubuh penderita.
CMV harus dicurigai bila seseorang penderital
mempunyai gejala infeks' mononukleosis tetapi punya hasil tes negatif unruk
mononukleosis dan virus Epstein Barr, atau
memperlhatkan tanda hepalitis, tetapi tes yanq neqatif untuk hepatitis A, B
dan C
nilai kadar antrbodi lgM yanq bermakna
nilai krdar antibodi lgG yang menrngkat empat kali pa.la evaluasr berikutnya,
menunjukk.n adanya i feksi CMV aktlf
kuJtur yang posilif CMV dari rrrin, usapan tenggorok atau sampel iaringan
lnfeksi CMV prevalensinya lebih banyak dalam populasi dengan resiko terinfeksi HIV atau
daya tahan tubuh yang rendah (imunokompromi); hampir mendeteksi 75% pengguna obat
suntikan dan lebih dari 9O% laki laki homoseks yang terinfeksi HIV telah terdeteksi antibodi
lgc dari CMV (Jacks JB., e.a/., 1ga8)..
Khorioretinitis paling sering terjadi pada penderita dengan jumlah CD4 limiosrt
dibawah 5o/nrnl'dan berianggung iawab atas 80 sampai 90o/o peoyakit CMV
pada penderita AIDS (Jacobson MA., el ai., 1988).
EntFrocoliris l-NlV tcrljrdi 5 sampai 10% penderita AIDS dengan iumlah limfosir
CD4 drbawi\ 50 1,m'(Meselman MS., eral., 1985).
Esofagitis srmtomatik yang terdeteksi secara endoskopi yang telah dipastikan
adanya invasi oleh CMV, sanciclovir dan foscarnet sebagai obat pilihan
menunjukkan kenranjuran yang sama (Blansshard C.. ea a/., 1995).
Pneunronitis dengan CMV sebagai penyebab, penderita mengeluh sesak nafas,
.lispnoe dan i)atuk k€ring nonproduktif, toraks foto gambaran infiltrat interstisiel
161
yanq diflrs. Pengobatan ann CMV s{rsudah nrengeklLrsikan patoqen yang iarn
(Slrepp DN., er a/., 1945).
Sirrlroma neurologis discbabkan oleh Cl,4V p6da Dendeflta AIDS adatah
radikulopaii. rlrtandai .a!a sakit pada Ekstrimitas bawah dan kelemahan,
spastisila!, aretieksi, retensi uin dan hipoeslesiar{Meller RG., cr a/., 1S90).
Ensefalilis slb akul hubunganryB.jeng?n rsolasi CMV darj jarin3an or.k alaU
cairan serehrostirrnl lelah dilaporkan (llawley DA., c.al, 1988t.
Pendahuluan
Cytomegalo vius (CMV) adalah salah satu anggola dari herpesvirinae beta,
suatu subfarrrili dari h{)rl)csviridae. Herpesvirinae beta bertendensi mempunyai
suatu kelo'llpok hosfres yallg relatif terbatas, lingkaran pertumbLrharr yang pcirjang,
dan penyebaran yanll larr)bat didalam k ltur sel. Sel yang lerinfeksi CMV rnembesar
lcytonegali), rne rperlihatkan inklLrsiones inlranuklear. Setelah infeksi, vir$s tak
pernah dapat dieli'r)inasi, dan mungkin meniaga latensi di banyak jarinqan hospes.
Reaktivasi virLrs pacla penderita imunokompromi berpenga(ih secara berrnakna.
CMV terdapat diseluruh penjunr dunia, lebih lebih lagi di negara negara yang
sedang berkembang dan di daerah dengan konc,isi sosial ekcnorni Vang reirdah.
Kebanyakan orang sclrat yang nrendapatkan CMV setelah Iahir ada beberapa gejala
dan sebagai al(ibatnya nrasa sehatnya tak lama. Bcberapa penderita dcngan
rrrenqalami qeiala seperti suallr s;ndroma mononucleosis dengan demam yanll
berkepanjangan, dan sUalu lrepatitis ringan. Seseorang sekali terinfeksi, vinrs tetap
hidup, ietapi LrJrLrmnva dalam keadaar "donDant" didalam tubuh penderita. .iaranq
<Z
hal ini penyakitnya kambuh kembali kecuali sistem imun penderita tertekan
karena
suatu pengobatan dengan obat atau suatu penyakit. Oleh karena itu. untrik
mayoritas individu yang maha luas, infeksi CMV tidaklah merupakan problem yang
lnfeksi virus CMV mungkin tercurah kedalam cairan tutruh pada seseorang
awal
terinfeksi, dan kebanyakan ditemukan dalam urin, darah, saliva, air mata,
semen
dan air susu dari buah dada. pe'epasan virus mungkin te.jadi secara intermiten,
tanpa suatu gejala yang terdeteksi, dan tanpa menyebabkan gejala. Kontak
dengan
penderita suntber CMV secara dekat dan lama biasanya diperlukan
datam
mendapatkan infeksi.
Transmisi/pencegahan
Cara penularan dari CMV dari seseo.ang ke orang lain tjdak diketahui
sepenuhnya. lnfeksi kelihalannya memerlukan kontak yang dekal dan intim dengan
seseorang yang mengekresikan virus dalam salivanya. urin atau cairan tubuh
Iainnya. lnfeksi CMV dapat ditularkan lewat hubungan sex, dapat juga lewat
air
susu, tranfusi darah dan transplantasi organ. Transmisi dari virus sering kati
dapat
dicegah, karena hal ini sering kali ditularkan lewat cairan tubuh terinf;ksi
kontak
langsung dengan tangan dan kemudian terserap melalui hidung dan
mulut dari
seseorang yang rentan. Oleh karena itu perlu hati hati dan waspada bila menangani
anak'anak termasuk popoknya. Mencuci tangan cukup elektif menghilangkan virus
dari tangan (Cente6 for disease c.ontrol and preventior, March 9, 1995).
Kehamilan
Kejadian infeksi CMV primer pada wanita hamil di Amerj(a Serjkar berkisar t yo
sampai 3olo. Wanita hamil sehat tidaklah pada resiko khusus untuk penyakit inteksi
CMV. Bila terinfeksi CMV kebanyakan wanita tak ada gejala ctan sangatlah jarang
seperti sLlatu penyakit mononukleosis. Hal ini janin yang belum lahir
berkembangnya munqkin pada resjko penVakit CMV kongenital. CMV tetap
merupakan penyebab terpentinq infeksi virus kongenital di Amerika Serikat {dalam
arti dari kelahira'r). Untuk bnyj yrng terinfeksi ojeh ibu mereka sehclrm
masalah potensial yang ada:
1. lnfel(sj Limum ft tDEkin terjadi pada bayi, dan gejala mungkjn berkisar dari
pembesaran heper yar)g moderat dan lien (dengan ikterik) sampai sakit yang
fatal. Dengan terapi suportit kebanyakan bayi dengan penyakit CMV
biasanya hidup. Meskipun demikian. dara 804/o sampai 9oo/o akan mendapat
kan komplikasi dalarn beberapa tahun perlama hidup termasuk pendengaran
yang hilang, penqlihatan yenq terganqgu, dan berbaqai deraiat retardasi
rnental.
2. Bayi lain 5% sampai l0o/o yang lerinfeksi tetapi tanpa gejala pada kelahtran
nya akan menqikufi pLrnva variasi derajat pendenqarannya dan menlal alau
problem kocrdir13sa
Sebagai hasil diagnostik terbaik, tes laboratorium untuk antibodi CMV harus di
lakLrkan dengan menggunal(an sepasang sampel serum. Satu sarnpel darah
seharLrsnya dianrbil lerhadap CMV yang dicuriga;, dan satu lainnya diambil dalam 2
minggu- Suatu kultLrr virurs dapal dilakukan setizip waktu penderita yang srnlto
matik.
164
Tes Serologis
Elisa adalah tes serologis yang umum terbanyak mudah didapat unlLrk
mengukur antibodi terhadap CMV. Hasilnya dapat ditentukan bila inleksi akut,
sebelum inJeksi, atau didapat secara pasit antibodi maternal pada seorang bayi
yang ada. Tes lain ternrasuk beberapa ,'fluorcscence assays,', hemaglLrtinasi
ind,rek
dan, lateks aglutinasi.
Suatu tehnik Elissa untuk spesifik lgM CMV didapat, tetapi mungkin memberikan
hasil 'false-positive ' kecuali langkah telah diambil faktor reumatoid atau
kebanyakan antibodi lgc sebelum sampel serum di tes.
Karena spesifik lgM CMV mungkin dihasilkan dalam kadar yang rendah pada infeksi
CMV reaktivas;, hal ini ada tidaklah sela'u indikasi infeksi primer. Hanya virLts yang
ditemukan dari suatu organ target. seperti paru, memberikan bukti yang tidak
meragukan bahwa alur penyakil disebabkan oleh inteksi CMV yang didapai. Bila tes
serologi deteksi titer tinggi dari lgc atau positiv, hasil ifii tidak secara otomatts
diinterpretasikan bahwa ;nteksi CMV secara aktif ada. Bagaimanapun, bila tes
antibodi sepasang sampel serum menunjukkan suatu kenaikan empat kali pada lgG
antibodi dan suatu kadar antibodi lgM yang bermakna, berartl seta.a 3oolo minimal
nilai lgc, atau virus dikultur dari suatu urin atau usapan tenggorok, penemuan
menunjukkan adanya infeksi CMV aktil yang ada.
Patotisiologi
Penderita dengan AIDS, hilangnya fungsi imun secara progresif, pada penderita
yang utama hilangnVa mecliate sel imunitas, mutai munc!jlnya replikasi CMV secara
aklil; ekresi CMV asinltorrratik didalam urin dapat terdeteksi mendekati 5Oyo
individu vang terinfFksr lltV dcngan suatu jumtah limfosit CD4 kurang dari 1OO
sel/mm" (Maccregor RR., et al-, 1995). Episode viremia dapat luga terjacji sebentar
dan berlalu (Gema G., eaal., 1990). WalaLlpun virem;a secara klinis yang signifikan
tidak jelas, kemungkinan suatu episode hasil penyebaran CMV ke orqan lain
penernpatan stadium penyakil berikut pada
{misalnya ke reiina), 'lenllan demikian
bukl'
organ terakhir. Pa.la aut('psi, lebih claari 90% penderita AIDS mempunyai
penyebaran inlcksi Clu4V {Rcichert CM , cl a/, 1983)
(ter\gatt "inchtisian bodie'
lnfeksi CMV Rrcrrqh;jsilkan :iel atipikTl yarr!J be:tar
intranLrklear darr intrtrsilolla:nr3. Sr:l ini dLla atau empat
kali sel norFril d'n
gambaran seperti burung hantu
mempunyai nrlkleL's yin{l ekscnirik menrberikan
dcrl'qan
Transrnisi flL,lr-r {lari sPI sGl rllr:n.Jlr.lJriikatl iarin!}an nekrosis sehubungarl
intlamas; valig rror rs|csif il{
Manilesrasi klirlis
Khorioretiniiis
Khoriorctinilin palii,(1 !;eiirrq l{rrin.li pacla penderita iumlah CDa limtosit
ditrawalr
5O/nrm3 darr b(tlangqtrrlti jar^jrb et's B0 sampai 9006
penyakit CMV pada
Penyakil gastrointestinal
Enterocolitis CMV terjadi d^alam 5 sampai 1Oolo penderita AIDS dencJan jumlah
Iimfosit CD4 dibawah 5O/mm3 (Meiselman WS., sf a/., 19851. Diarel rurrrnnya
berat badan, nyeri abdomen, anoreksia, dan demam yang serinokali muncul.
De{erensial diagnosis termasuk penyakit yang disebabkan karena kelainan patogen
gastrointestinal lainnya, tennasuk Crytospoti.fium, Giardia, Entantoeba histolytica,
Mycobactetium, Shigc a, Canpylobactet, dar\ Strcngyloides stercoralis, dart
termasuk oleh limfoma atau sarcoma Kaposi. Endoskopi biasanya menerangkan
submukosal yang hemoragis dan difus dan ulserasi mLtkosa, rneskipun secara garis
besar mukosa terlihal norrnal mencapai 1O06 dari individu yang terbukt; secara
histologis colitis neLllrofil, dan inflamasi nonspesifik; diagnosis dipastikan aclanya
inclusiones CMV yanq karakteristik yang arla dan tidak adanya patogen yang lain.
Esolagitis pada penderita AIDS adalah terbiasa dengan selain Candida albicans
atau virrrs herpes simplex, mungkin juga disebabkan oleh CMV (Wilcox CM., et al.,
'1990). Penderita dengan esofagitis CMV sering rasa sakit waktu
menelan
sehubungan dengan suatu ulserasi yang besar pada bagian distal. Bila colitis,
diagnosis harus ditegakkan melakJi pemeriksaan endoskopi dan biopsi iaringan.
Penderita derrgan esofagitis simtomatik enterocolitis yang tak punya patogen
yanq lain yang terdeteksi oleh endoskopi, histologi, atau kultur dan yang telah
dipastikan adanya invasi oleh CMV harushh mendapat pengobalan sehingga
penyembuhan klinis tercapai. Ganciclovir dan foscarnet telah menuniLlkkan ke
majuan yang sama pada pengobatan colitis CMV dan esotagitis, tetapi keuntungan
tidak dramatik {Blanshard C., et at., 1995). Penderita seperti itu mun!rkin juqa
manlaat dari pengobatan pemeliharaan secara oral dengan gar)ciclovir sctelah
resolusi dari sinrlorn akt]t hagian suatu pencegahan retinitis.
Pneumonitis
Penderita dengan penyakit paru oleh karena Pneumonitis carinii seringkali
punya isolasi CMVdari biopsi paru atau lavage (Emanuel D., e/ a/., lggb). Banyak
penderila ina memberikan respon pengobatan yang langsung ditujukan pada
P.ca nii Da t saja, nenunjukkan bahwa CMV adalah 1ak sepatogen p.ca nii. Bila
CMV penyebabl<an penyakit paru pada penderita AIDS, sindromalrya adalah suatu
pneLrmonia interstisiel. Penderita sering mengeluh nafas yang pendek, djspnoe dan
suatu batuk kering yang nonproduktif. Kecepatan pernafasan dan detak jantunq
meningkat, letapi auskult€si paru menunjukkan penemuan minimal tak ada bukti
konsoladasi. Toraks toto gambaran inliltrat interstisiel yanq diftts, clan hipoksemia
bi,rsanVa rnUncUl.
Penderita dengan pneumonia interstisiel, positif CMV secara histologis dari
jaringan paru mungkin dengan penumonia CMV invasif. pengobalan anti CMV
harus ditentukan pada penderita dengan suat! rangkaian klinis yang ntemburuk
secara proqresif sesudah ntengeklusi patoqen yang lain lShepfr DH., eI a/., j985).
Pada penderita transplantasi denqan CMV, tarnbahan pengobatan antivi13i pa.la
16i
imunoglobulin CMV menghasilkan perbaikan, tetapi tak seberapa keunlungan
setetah daamati pada penderita AIDS.
Administrasi Ganciclovir
Pemberian ganciclovir secara intravena'- umumnya memerhlkan penempatan
suatu kateter. Untrrk terapi induksi, 5 mg/KBB pemberian secara intravena dua kali
sehari selama 2 sampai 3 minggu alau sampai stabilisasi retinitis. Pengobatan
pemeliharaan dengan ganciclovir i5 mg/KBB) diberikan sekali sehari. Ganciclovir
perlu
alan!i eleiminasi di ginial, sehingga pada penderita dengan insufisiensi ginial
reduksi dosis.
Toksisitas Ganciclovii
Penggunaan ganciclovir secara inlravena menyebabkan neutropeni Pada :lO
sampai 4O7" penddita dan trombositopeni pada 5olo penderitta lcollaborative
164
DHPG Trealment Study Group, 1986). Gejala oastrointestinal, rash, dan telah
dilaporkan juga adanya ne{roktoksisilas. pemeriksaan hitungan clarah lengkap
seharusnya dimonitor dua kali serninggu selama dosis induksi denqan qanciclovir
dan mingguan selama penqobatan pemeliharaan dengan menambah suatu {aklor
stimulasi koloni (Marcly WD., 1991) dan atau penghentian disertai terapi mielo
supresi (misalnya AZT). Penderita dengan neutopenia tetap dibawah 5O0 sellmnt3
seyogyanya disadari untuk pengobatan anti CMV alternati{_
Ganciclovir oral
Peneljtian secara randorn memhandingkan gangciclovir oral (3 g/hari) terhadap
ganciclovir secara L V {5 mg/KBB} per hara lelah menyimpulka bahwa ganciclovir
oral sedikit kurang elektil dibanding pemberian ganciclovir l.V sebagai terapi
pemeliharaan dalam ntenqhfimbat progresi retinitjs CMV {Drew WL., et a/., 199b).
Penelitian ini nlengikutkan penderita dengan suatu diagnosis awal relatif dari
retinitis (rata rata waktu masuk = 38 haril dan pelyakit slabil diikuti De[tberian
terapi ganciclovir I.V- Ganc;clovir oral menurunkan penenlpatan kateter .jan res;ko
sehubungan penernpatan kateter clan sebabkan kurangnya neutropenia dan anernra
dibancling ganciclovir LV.
Suatu penelitian dosis tinggi ganciclovir oral, membandlngkan 3,4,5, clan 6
g/hari dengan terapa LV. {5 mg/KBB) telah lengkap {Lalezari Jp., et a/., 1996}.
Penelitian ini rnenLlDjukkan ganciclov;r oral pada 3 g/hari hasilnya ctibawah
dibanding ganciclovir LV. dalam progresi waktLl dari retinitis sama halnya terhadap
funqsi pengl;hatan. llasil pengobatan 4,5 dan 6 g/hari sama denllan terapi clari
awal retinitis dan mcndapatkan 3 g ganciclovir oral per hari hasilnya lebih buruk
secara bermakna dibanding penerima LV. Waktu yang lama retinitis pada
masukrlya dalam penelitian ini kerrlunqkinan menerangkan'ebih perbec{aan pengamatan
dari penel;tian terdal)ukr. Diambil bersama, hasil ini menduga bahwa ganciclovir per
oral dapat digunakan lebilr efekti{ pada penderita yang dini, stabil, rJan retr itis
CMV yang perifer diikuti dengan terapi l.V.
169
Foscamet
piro{osfat
F.,scarnet lFoscavit, ltisodium fosfonoformalel adalah suatu analog
seperti halnYa HIV
dengan aktititas in vitro terhadap semua virus herpes manusia
Ioscarnet 1ak memerlukan
tChr]st P., Clissold sP., 19911. Tidak sepe'ti ganciclovir'
losforilase intraseluler dalam menghambat polimerase DNA virus dan karenya
aktivitas menahan terhadap strain yang resisten kebanyakan ganciclovir dari CMV
'1991) Suatu trial terkontrol Yang menlbandingkan
{Jacobson MA., et at.,
toscarnet terhadap penderita tanpa obat dengan retirlitis perifer menunjukksfl
(Palesttine AG et al
t.m"n;,-rr"n dalam penundaan berkembangnya retinitis CMV
1991).suattltrialsecararandommembandingkanfoscarnetterhadapganci{]lov.r
perkembanqan retinitis
menuni,:kkan tak ada perbedaan antara kedua zat ini dari
dalam perhitungan waktu.
Admin:strasi Foscarnet
Pernberian {os{iarllet secara l V biasanya menlerlukan
penenlpatan slralu
gO mg/KBB diberikan secara lV denqan
cateter terpasang. Urrt{k induksi terapi
untuk 2
,uu,u po-pu infis datam waktu 1 iam dengan NaCl 1 liter dua kali sehari
..-p"i 3 -i,rggu atau sampai stabilisasi retinitis Terapi pemeliharaan 1
dengan
liter NaCl
foscarnet {9O Jampai t zO mg/KBB) diberikan lebih dari 2 iam dengan
O,9% sekali per hari secara l.V {Jacobson MA , et at' 1994)
Foscarnet dieliminas'
ginjaf aan se.irtg {rnisal. dua kali seminggu) monitoring Iunqsi ginial denqan
yang d;perlukan
i.nurun"n dosis berdasar estimasi dari klerens kreatinin
17()
-7
Cidofovir
Cidofovit lvisitide, HPMPCI adalah sualu analog nucleotid dengan suatu vvaktu
paroh intraseluler yanq berkepanjangan dan aktivitas yang poten terhadap suatLr
herpes virLls yang berspektrum luas, termasuk CMV {De Clercq E., et a/., 19g6}.
Sebagai suatu nucleotid, cidofovir tidak memerlukan aktivitas media virus oleh
tosforilasi dan mempertahankan aktivitas terhadap banyak isolasi kl,nis CMV yang
ganciclovir resisten bahwa resistensi karena mutasi dalam kinase ganciclovir
fosforilase. Penelitian frada penderita yang baru terdiagnosis dan retinitis CMV
yang relaps telah tunjukkan keuntungan yang bermakna dalam penundaan
perkernbangan retanitis {l.alezari JP., et a!., 1995). CidoJovir dengan dosrs
larang
terencarra leb;h nikntat untuk penderita dan dapat mengeliminasi penggunaan
kateter terpasang.
Administasi Cidofovir
Cidofovir diberika|l socara intravena sebagai terapi induksi S rng/KBB sekali
senrinqgu untuk 2 firingqu diikut, terapi perneliharaan denoan 5 ntglKBB tiap dua
nrinqqlr. Pada tiap iDfLls, penderita harus aDtbil 4 q probenecid per orall menur nkan
ambilan qinjal dari (;idolovir (Probenecid dilrerikan sebagai s atu 2 g dosis 3 janr
per ;nJus dan suatLr dosis 'l g setelah 2 iafi dan lagi B jam st)sudah infus).
Penderita yang tahan tumlah cairan sebaiknya juqa mendapatkan 2 liter hiclrasi
secara I.V denqan NaCl O,9% (minimum 1 liTer) denqan Tiap in{us cidofovir
Toksisitas Cidolovir
Mendekati 25olo penderita dalam penelitian cidotovir dari retinitis terapi
berkembang membatas, nefrotoksisitas atau reaksi probenecid. Menekan toksisitas,
penderita harus diinstruksikan peranan kritik penggunaan probenecid dan hidrasi
lLalezari .JP., ct al., 1995|'. Probenecid berisi suatu bagian sulfa, clar) reaksi kuranq
baik, seperti yang terlihat der\gaa t metopiim-sulfametoksazol. dapat makanan dan
lerapa tarnbahan dengan antihistamin antipiretik, dan ataLl anti emetik dapat
menLrrunkan efek samping probenec;d.
Cidofovir sebaiknya diberikan dalam suatu penempatan infus yang terkontrol
dengan terapi pemeliharaan secara hati hati yang menjamin aturan yang keras
dalanl terapi reginlen. Dalam menghindari nefrotoksisilas, protein urin dan kadar
kreatinin serLrm harus diperiksa dalam 48 jam pelaksanaan masing masing infus.
Atoran untuk dosis modifikasi diterangkan dalam paket cidofovir didalamnya
terlihat pemberian yang memadai dengan satu kekecualian: sampai kita punVa
pengalaman lebih, kita percaya dosis yang dikurangi sampai 3 mg/KBB diusahakan
untuk individu yang baru dan dengan proteinuria yang persisten 2+. Dengan
tambahan, cidofovir dikontra indikasikan penderita yang menerima zat ne{rotoksik
lain dan penderita cJcngan dasa. insufisiensi renal (serum kreatinin leb;h dari 1,5
mq/dl, klearance tercatat 55 ml/min, atau proteinurin lebih dari 2 I .
111
Pongobalan intravitrsal.
Terapi intravitreal diberikan lebih tinggi dan letih konsisten konsentrasi obat
intraokuler dari pada yang dapat dicapai dengan pemberian zat anti CMV secara
sisremik. Dua penelitian tenlang memasukkan ganciclovir telah menunlukkan cara
kontrol Vang etektif retinitis sampai dengan 6 sampai 8 bulan dari satu kali
pemasukan (Martin DF., et at ,19941. Terapi dengan suatu pernasukan ganciclovi
saja, bagaimanapun, dapat menghasilkan retinitis kontralateral dan penyakit cMV
sistemik dalam 50o/o dan 3O% penderita, masing-masing sesudah 6 bulan' Hasil ini
mengindikasikan bahwa terdpi dengan suatu pemasukan ganciclovir intravitrial
haft,slah diikuti terapi secara sistemik. Suatu penelitian mengevaluasi kombinasi
ganciclovir intraviteal dengan oral ganciclovir umum dikerjakan.
lnjeksi intravitreal langsung dari ganciclovir atau foscarnet juga menjadi umum,
terulama pada penderila dengan penglihatan yang teGncam retinis dan progresi{
(Hodge WG., er a/., 1 996). Hal ini juga mengirimkan obat kadar dengan konsentrasi
vanq lebih tinggi nrtra okulet, meskipun inieksi berulang diperlukan. Pemberian
intravitreal bersamaan pemberian terapi secara sistemik memang dipe.lLlkan lDieksi
intravitreal dari cidofovir dilaporkan berhasil dari satu senter (Rahhal FM , et a/,
'1996). Terapi ioi dopat menyebabkan hipotoni yang hebat dan ireversibel, tetapi
dan sebaiknya tak digunakan sampai dengan peneiitian tebih laniut dipastikan
dalan) suatu iendela lerapi.
Administrasi intravitreal
Penempatan secara bedah intravitaeal dari ganciclovir dapat dilaksanakan
dibawah lokal ata,-rprin general anaestesi. lntravitreal umomnya heri:ii ganciclovir
cukup tetap elektif untuk 6 sampai B butan; penempatan suatu intravitreal kedua
menjadi perlu sampai sekarang. lnjeksi intravitreal ganciclovir atair fo$carnet dapat
dilakukan dibawah anaestesi lokal. Terbatasnya volume dosis dan waktu paroh
intravitreal yang diperlukan ulangan beberapa kali pemberian isampai dengan dua
sampai tiga kali per mingg!).
172
yang diduga resisten terhadap ganciclovir sebaiknya tidak mendapatkan suatu
intravitreal terapi. sampai resistensi dikesampingkan dengan tes suseptibilitas
secara in vitro dari isolasi CMV atau suatu keberhasilan trial terapi intravitreal atau
dosis tinggi ganciclovir l.V (1O mg/KBB/haril.
Reistensi ganciclovir seringkali dirandai oleh suatu mutasi dalam gena UL97,
yang mengkoda kinasse viral yang mengaktivasi ganciclovir ke monofosfat (Sulivan
V., et al., 1992). Sebagai hasil, kebanyakan srrain CMV yang resisten terhadap
ganciclovir tetap suseptibel untuk kedua foscarnet dan cidofovir, yang tak
memerlukan aktitasi viral. Kebanyakan penderita dengan ganciclovir resisten dapat
cidofovir. Resisten ganciclov;r, bagaimanapun, dapat juga {meskipun jarang) evolusi
lewat mutasi dalam DNA polimerasi viral. Sayangnya, suatu mutant polimerase
dapat tuniukkan resistensi silang ke loscarnet (Baldanti F., et a,/., 1996), dan atau
cidofovir (Charingto JM., et al., 19961. Penanganan penderita dengan CMV
resistensi tinggi dapat dilawan dan mungkin memerlukan dosis yang lebih tinggi
dari zat sistemik, sering dikonrbinasikan dengan terapi intravitreal.
Profilaksi CMV
Ganciclovir oral telah dilesensikan untuk pencegahan penyakit CMV pada
penderita AIDS yang lanjut. Dalam satu penelitjan, pemberian ganciclovir oral
sebesar 3 g/hari rrrenurunkan kejadian penyakit CMV mendekati 50%,
dibandingkan placebo, pada penderita dengan kultur jaringan atau bukti serologi
infeksi CMV (Spector SA., et al., 1996). Hasil ini korelasi dengan keluaran virotogi;
kira'kira 40% resipien placebo tetap dengan kultur positif CMV dibandinq kuranq
dari 1O% res;pien qanciclovir.
Profilaksi rlrtin, bagaimanapun, tidak menjadi standard pada aturan penanganan
kebanyakan HlV. Beberapa keterangan terntasuk: profilaksi dengan biaya ttnqgt;
penggunaan 12 kapsul per hari yang tidak nyaman per hari; toksisilas yang
potensial llermasuk anemia dan neutrofeni); hasii dara suatu penelitian kedua
tentang SJanciclovir profilaksi per oral, yang tidak menuniukkan suatu keunlungan
irnungkan sebagai hasil penderata yang perlu dicatat dengan dasar hitungan CD4
yang Iebih tinggi dan keqagslan melakukan pemeriksaan optalmologi secara
sempurna dan teratrrr pada waktu masuk dan selama tollow up (Brosgart C., et a1.,
1996); dan nrengenai nrunculnya penyakit yang resisten terhadap ganciclovir.
SehLrbringan dengan persoalan terakhir ini, hasil premer mengindikasikin bahwa
kurang dari 1yo pcnderila yang menerima ganciclovir profilaksi secara oral
berkembang dalam bukti in vitro penurunan sLiseptibilitas tertladap qanciclovir
sesudah 1 rahun lDrew WL-, et a|.,1995|,.
t{ingga sekarane,, profiiaksi CMV dengan ganciclovir per oral seharusnya
disa.lari uitLrk penclerita dengan hitungan CD4 limfosit dibawah 5O/rnnt3 yang
rxrngkirr pada resiko retinitis yang meningkat pada dasar klinik (misal, penderita
dengan penyakil ektraokuler yang pasti). Di kemudian hari, profilaksi CMV yang
sepertinya akan langsLrrg pada penderita yanq diidentifikasi denclan dasar resiko
pada pemeriksaan laboratorium. Dalam hal ini, laporan baru pada penilai predil(si
CMV plasma dari PCR (Spector SA., et a/., 1996) nrelldeteksi nukieik acid CMV
mendulja bahwa target pro{ilaksi untuk pcnderita denqan muatan virrrs CMV yang
tinqqi munqkin seseqera mrngkin.
113
Kepustakaan
Ealdanti, F-, Underwood, M.R., et al., 1996. Single amino acid changes in the DNA
polymerase r;ontertoscarnet resislance and slow growth phenolvpe, while mrfarions
an the UL 97 encnled phophotransleras6 confer ganciclovir resistance in lhree
doutle resastnnt human cytomegalovirus strains reeovered from patients with AIDS
.J. Vitol 70 : l39O 1395.
Elanshard, C., Benhamou, Y., Dohin, E-, el a/.
'1995. Treatment o{ alDs_associated
gastroinresrinal cytomegalovirus inlection with foscarnet and ganciclovir: A
randomized comparison. J. lnfect. Dis., 172 : 622 628.
Brosgard, C., Craig, C., Hillman. D., el ar., 1996. Final results ltom a randomized
placebo controlled trial of the salely and efficacy of oral ganciclovir tor prophylaxas tlt
CMV retinal and gastrointestinal disease. Program and abstracts ot Tho Xl
lnternatiooal Con{erence on AIDS. Juli 7 '12. Vancouver, g C., Abst.act Th b.3O l
The Chiron Gaociclovir Study Group, 1995. A randomized controlled multicent€r clinical
rrial of an stl.tanred rclease intraocular ganciclovir implant in AIDS palienrs with CMV
retinitas- Program of the 35rh Inlerscience Conterence on antimicrobial Agenls ancla
ChemotH.rpy. S^a r'ansisco, 1215.
Chrisp, P., Cljssold, S.P., 1991. Foscamet: A review ol its antiviral activily
Dharmacokinetic properties and therapeutic use in immuoocompronlisecl patients wilh
cytoooomeqElovirus retanitis. Drugs 41 : 1O4 109.
Collaborativ€ DHPC Treatmen{ sfudy Group, 1986. Treatment ot serious cyro_ megalovirus
infect$ns with I (1,3 dihydrooxy_2 propoxymethyl) guanine in patients with ^i'ie 'n'l
other inrnrunodeliciencies. N. Engl. J. Med., 314 : AO1 AO5.
Crumpacker, C.S., 1996. Ganciclovir, /V. Engl. J. Med . 335 , 121 129
De Clercq, E., Holy, A., Rosenberg, 1., er a/., 1986. A novel selective ltroad- speclurm
anti DNA virus agent. /Vature, 323 : 464'467.
Drew. W.L.. Sweer, R., Miner, R.C., et al., 1984. Multiple inlection with cYio megalovirus
in paticnts with acqujred immunodetici€ncy syndrome: Docomentation bv Southern
biot hybridization. ./- lnfect. Dis.. 150 : 952'953
Drcw, W.1., 199a. Diaonosis ol cyiomegalovirus infection- Rev hrfect. lO (Suppl 3'
s468.
Drew. W-1., Buhles, W.C., Jr, 1988. Erlich X.S. Herpesvirus infection {caused by
r:ytomegalovires, herpes simplex virus and varicolla-zoster virus) : How to use
ganciclovir {DHPGI and acyctovir. In: Sande M E, Volberding P. A, eds. Thc Mcdical
Management of AIDS. Philadelphia : W.B Saunders, 1991 :271 2AA-
Dr€w. W.1., Miner, R.C., Busch, D.F. 1991. Prevalence of resistance in patients receivinq
ganciclovir for serious cylomegalovirus infectaon. J. lnfect. D?3, 163 : 716'71s-
Drew, W.L., Miner, R-C., C6get,M., et al.,19g5 Does resistance to ganciclovir develop in
patients recdving prophylaclic drug? 35rh lnterscience Conference on Antimicrotrial
A.Jents and Chem.rletapy.
Drew, W.L., lves D., Lalezari, J. P., et al., 1 995. Oral ganciclovir as majntenance lrcatment
lor cvtomegatovirus retinitis in patients with AIDS /V. Engl. J. Med.,333 : 615 620
Emanuel, D., Peppaard, J., Stover, D-. et a/ 1986. Rapid immunodiagnosis of
cytomegalovirus pneumonia by branchoalveolar tavage using human an'l mo'ine
mortoclonal antibodies. Ann. lntem. Med.. lO4 : 476'481.
Freitas, V.R., Fraser Smith, E-8., Mathew, I.8., et al., 1989 lncreassd elficacy ol
ganciclovir in cornbination with Ioscarnet against cytomegalovirus and herpes sim,rlex
virus type 2 in virro and in vivo.,4rtiviral Res ,12:2O5 212-
174
Gerna, G., Parea, M., Percivall€, E., et al., 1990. Human cyrornetjatovinJs vjraemia in HtV l
seropositive patjents at various cfunical staqes of intection_ //rS, 4 : 1027 !031.
rla.dv, W.D. Combina|on 0anciclovir and reconrbinanr human granulocyre macro phage
colony stimLrlating factor ,n the treatment of cytomeltatovirus rctinitis in AIDS
patients. .1. Acguit. ln Du)e Detic. SyndL, 1991,4 | S22 S28.
Hawley, D.A., Schacfer. J.F., Schultz, D.M., 1988. Cytomegatovirtls encephatitis in
acqujred immonodeliciency syndrorne. ,4m. J. Pathol.. 't33 : l3 a1.
Hodge, W.G., Lalonde, R.G., Sampalis, J., et al., 1996. Once weekly intraocrrar inj€clions
ot gancaclov; for mainrenance therapy ol cytomega'oviRrs rerinitis : Ctinjcat arld
ocular outcomes..,/. httect. Dis., 1 74 : 393-396.
Hoover, D.R-, Saah, A.J., aacellar, H., et al., 1993. Ctinicat manilesrations oI AtDS in iho
era (,f pneurnocyslis r)rophylaxis- N. Engl. J. Med., 329 | 1922.1926.
Jackson, J-8., Erice, A.. En!,lund, .t.A., et al., 1988. Prevalence of cyto- rneqatovirus
antibody in hemoophiliacs and homosexuals in{ected with hunran immunodeficiency
virus lype l. Ttanstusion,28 : 147 189.
Jacobson, M.A-. O'Donnell, J.J., Poreus, D., et al., 1988. Retina{ and qastro. intestinat
disease due to cytome!:talovirus in patients with the acquired immune deficiency
syndrome : Prevalence natual hystory and response to ganci.bvir therapy. O ../.
Mc.l 51 .4/3 4P'6
Jacobson, M.4.. O'Donnell, J.J., Mills, J., 1989. Foscarent treatrndrt ol cyromegak,virus
retinitis in patients wilh the acqLrired imnunodeliciency sytidtonrc_ Antintictob.
Agettts Chentottte... 33 : 736 741.
Jacobson, M.A., Drew. W-1., Feinberg, J., e. at, 1991. Foscarner therapy for
ganciclovir resistant cytomegalovirus relinitis in patients wilh AIDS. .t. Infecr. Dis..
163: 1344 1352.
.,.cobson, M.A., WLrlfshon, M. Feinberg, J. E., et al., 1994. Phase ll dose ranqing lriat of
foscarnet salvalle therapy k)r cytomegalovirus retjfl;tis nr AIDS parrents intoranr ot or
resistant to gancicbvir : AIDS Clinical Trla,s croup Protocol O93. ,4lDS, A : 451 459.
Krech, tJ., 1973. Complement fixing antibodies against cyromeqalovirus in dilferent parts of
thc watkl. Aut WH.t 49 . lO3 IO5
Krm, Y.S., Hollander. H., 1993. Polyradiculopathy due to cytomegalovirus : Rcport ol two
cases in whhh irnprcvement occurr€d alter prolonge.J therapy and review oI rhe
Itt.tatufe. (:1i1. lnfect. Dis., 1 1 : 32 3l.
Lalerari, J.P., Staqg, R., Kuppermar\. A-, et al., 1995. A phase lulll randomized stlrdy of
immediate versus delerred intravenous cidofovir {HPMPC} for rhe treatment ot
peripheral CMV .etinitis in patients with AIDS. ln : Program an.l Absiracts of The ll
Naiional Conf.rrence on Homan Retroviruses and RelatFd Infections- Washinllron :
LBl A.
Lalezari, .,.P., Holland, G., Stagg,'R- ea al, 1995. A. ran.Jomized, controlled srudy of
cidofovir ior ft)lrpJjinq CMV retinitis in patients wilh AIDS- 351h lnterscience
Co'rference on Antimrcrohial AOenls arxl Chemotherapy, San Fransisco.
Lalezari. J.P, Drew, W.1., Glutzer, e.. er a/., 1995. (S) l l3,lrydroxy 2 (plrospho
nylmethoxyl) propylcytosine {cidofovir) : Resulls of a phase l/ll stucly of a novel
anriviral nucleoti(le analogue-.J. hitect Dis ,171 .lAA 796.
Lalezari, J P., Friedberg, D., Eisset, .l-, er a/., 1996. A cornparison of the satety and
elfioacy of 3G. 4, 5G and 6G doses ot oral qanciclovir versLrs lV qanciclovir lor
nraintenance trdatment of CMV retinitis. lr i Program and Abstrnca oI The X!
lnlernanonal Conierence on AlDS..lulv 7-12. Vancouve. Canada. Abslra{:l Th. B.
305.
Lerner, C. W., Tappsr, M. L., 1984. Opportunistic intection complicating acquired immune
deliciency syndrome. Clinical feature ol 25 cases. Medicine, 63 : 155-164-
Maccregor, R.R., Pakola, S.J., Graziani, 4.L., et al-, 1995. Evidence of
cytomegalovirris infeciion in clinically atable HIV'infected individuals with CD4 +
lymphocyte counts below 1OO ml ol blood : Fearures and relation to
subsequent CMV retinitis. J. lnfect. Dis., 10 . 324'329.
Manin, D.F-, Parks, D.J., Mellow, S.D., ea a/., 1994. Treatment of cytomeoalovirus
with an intraocular sustained-release ganciclovir implant. arch. Opthalmol.. 112:
1531 1539.
Meiselman, M.S., Celb, J.P.. Margaretten. W., 1985. Cytomegalovirus colitis : Repon of
the clinical, endoscopic and pathologic findings in rwo patients with the acquired
immune deliciensy syndrome- Gastroenterclogy, 8 i 171-175-
Miller, R.G., Storey, J.R., et al., 1990. Ganciclovir h the treatment ot prog.essrve
AIDs'related polyradiculopalhy. Neurclogy. 40 : 569-574.
Oral Ganciclovir European and Australian Cooperative Study Group, 1995. lntravenous
versLJs oral ganciclovir : European/Australiafl comparative study of elticacy in the
prevention oI cytomegalovirus retinitis recurrence in patienrs with AlDs.A,frs,9:
471-4'18.
Palestine, A.G., Polis, M.A., De Smet, M.D.. et al., 1991. A ranclomized, conrrolled trial ot
foscarnet in the treatment ot cytomegalovirus retinitis in patients with AIDS.4rr.
ttnctn. Med., Il5:665 673.
Polis, M.A., Spooner, K.M., Baird, 8.F., cr El, 1995. Anticytomegaloviral acrivity and
safety of cidofovir in patients with human immunodeliciency virus intection and
cytomegalovirus viruraa. ,Antimictob. Agents ChemotheL, 39 i 882-486.
Rahhal. F.M., Arevalo, J.F., Chaves de la Paz, E., et al., 1996. Treatmena of
cvtomegalovirus retinitis with intravitreous cidofovir io patienls with AIDS. Atr-
lnten. Med..125 | 98.r03.
Reichert, C.M., O'Leary, T.J., Levens, D.1., eaal., '1983. Autopsy pathology in the acquired
immune d€liciency syn{home. Am. J. Pathol.. 112:351-382.
Shepp, D.H., Dandliker, P.S., de Miranda, P., 1985. Activity of 9'[2'hydroxy-1
(hydroxy methyl) ethoxymethyll guanine in the lreatment of cytomegalovirus
pneu.nonia. 4rn. hflenl Med., 1O3 : 36a-373.
Spector, S.A., Weingeist, T., Pollard, R.8., ea al, 1993. A randomi.ed, conrrolled study of
intravenous ganciclovir thrapy therapy for cytomegalovirus peri- pheral retinitis in
patients with AIDS. J inlect. Dis.,168 : 557 563.
Cherrirgton, J.M., Smith, 1.L., Jiles, R.E., ct al., 1996. Ganciclovir resistant cMV :
lmplications oI ULST and polymerase mutations in cross resistance to cido{ovir.
Antivinl. Res.,30 : 444.
Spector, S.A., McKinley, G., Lalez;ri, J.P., et al., 1996. Oral ganciclovir for the preventron
ol cvtomegalovirus disease in persons with AIDS. N. Engl. .1. Med., 334 :
| 491 1497.
Spector, S-A., Pilcher, M., Lamy, P., el a/., 1996. PCR of plasma lor cyto' megalovirus
DNA identifies HIV intected persons most likely to benefit kom orai ganciclovir
prorJhvlaxis. Proqram and Abstract ot The Xl lnternaiional Conference orr AIDS JL'ly
/ 12. Van, ouv"', 8.c., Absi'act th.B.JO2.
Studies ot Ocular Complications oI AIDS R€search Group, AIDS Clinical Trial Group, 1992-
Mo.tality in patients with the acquke.l immunodeficiency syndrome trealed with
oither foscarnet or garlciclovir for cytome0alovirus rctinitis. N. Engl. J. Med.,326:
213 220.
176
Studies ot Ocular Complications of AIDS Research Grcup ir collaboration with rhe AIDS
Clinical Trials croup, 1996. Combination loscarnet and ganciclovi therapy vs
monotherapy for tho treatment ot relapsod cytomegalovirus r6tinitis in patients with
AIDS. Atch. Opththaln ol., 114 : 23-33.
Sullivan, V., Talarico, C.L., Stanat, S.C., et aL.,1992. A protein kinase homologue controls
phosphorylation of ganciclovir in human cytomogalo- virus-intected cells. Naturc, 3SB
| 162-164.
leich, S., Orellana, J., '1986. Retinal losions in cytomegatovirus intectaon. Ann. lnten.
Med., 1O4 : 132.
Wilcox, C.M.. Diehl, D.L., C6llo, J. P., etrl, 1990. Cytomegalovirus esophagitis in patients
with AIDS : A clinical, endoscopic and pathologic corretation. Ann. tnten. Med..113l
589 593.
'l1 I