Anda di halaman 1dari 9

Terapi cairan pada pasien di scenario (perbedaan kristaloid dan koloid).

1. Total Body Water (TBW)


Air merupakan komponen utama dalam tubuh yakni sekitar 60% dari berat
badan pada laki-laki dewasa. Persentase tersebut bervariasi bergantung
beberapa faktor diantaranya :
- TBW pada orang dewasa berkisar antara 45-75% dari berat badan.
Kisaran ini tergantung pada tiap individu yang memiliki jumlah jaringan
adipose yang berbeda, yang mana jaringan ini hanya mengandung sedikit
air.
- TBW pada wanita lebih kecil dibanding dengan laki-laki dewasa pada
umur yang sama, karena struktur tubuh wanita dewasa yang umumnya
lebih banyak mengandung jaringan lemak.
- TBW pada neonatus lebih tinggi yaitu sekitar 70-80% berat badan.
- Untuk beberapa alasan, obesitas serta peningkatan usia akan
menurunjkan jumlah kandungan total air tubuh TBW dibagi dalam 2
komponen utama yaitu cairan intraseluler (CIS) dan cairan ekstra seluler
(CES) seperti terlihat pada gambar berikut :

Gambar 1.1 Total Body Water

Cairan intra seluler merupakan 40% dari TBW. Pada seorang laki-
laki dewasa dengan berat 70 kg berjumlah sekitar 27 liter. Sekitar 2 liter
berada dalam sel darah merah yang berada di dalam intravaskuler.
Komposisi CIS dan kandungan airnya bervariasi menurut fungsi jaringan
yang ada. Misalnya, jaringan lemak memiliki jumlah air yang lebih sedikit
dibanding jaringan tubuh lainnya. Komposisi dari CIS bervariasi menurut
fungsi suatu sel. Namun terdapat perbedaan umum antara CIS dan cairan
interstitial. CIS mempunyai kadar Na+, Cl- dan HCO3- yang lebih rendah
dibanding CES dan mengandung lebih banyak ion K+ dan fosfat serta
protein yang merupakan komponen utama intra seluler.
Komposisi CIS ini dipertahankan oleh membran plasma sel dalam
keadaan stabil namun tetap ada pertukaran. Transpor membran terjadi
melalui mekanisme pasif seperti osmosis dan difusi, yang mana tidak
membutuhkan energi sebagaimana transport aktif. Sekitar sepertiga dari
TBW merupakan cairan ekstraseluler (CES), yaitu seluruh cairan di luar
sel. Dua kompartemen terbesar dari mairan ekstrasluler adalah cairan
interstisiel, yang merupakan tiga perempat cairan ekstraseluler, dan
plasma, yaitu seperempat cairan ekstraseluler. Plasma adalah bagian darah
nonselular dan terus menerus berhubungan dengan cairan interstisiel
melalui celah-celah membran kapiler. Celah ini bersifat sangat permeabel
terhadap hampir semua zat terlarut dalam cairan ekstraseluler, kecuali
protein. Karenanya, cairan ekstraseluler terus bercampur, sehingga plasma
dan interstisiel mempunyai komposisi yang sama kecuali untuk protein,
yang konsentrasinya lebih tinggi pada plasma.
Cairan transeluler merupakan cairan yang disekresikan dalam
tubuh terpisah dari plasma oleh lapisan epithelial serta peranannya tidak
terlalu berarti dalam keseimbangan cairan tubuh, akan tetapi pada
beberapa keadaan dimana terjadi pengeluaran jumlah cairan transeluler
secara berlebihan maka akan tetap mempengaruhi keseimbangan cairan
dan elektrolit tubuh. Cairan yang termasuk cairan transseluler yaitu
:Cairan serebrospinal, cairan dalam kelenjar limfe, cairan intra okular,
cairan gastrointestinal dan empedu, cairan pleura, peritoneal, dan
perikardial.

2. Komposisi cairan tubuh

Substansi Plasma Cairan interstitial Cairan


intraseluler
Kation
Na+ 153
145 10
K+ 4,3
Ca2+ 2,7 4,1 159
Mg2+ 1,1
2,4 <1
Total 161,1
1 40
Anion
152,5 209
Cl- 112
HCO3- Protein Lainnya 25,8
15,1
Total
8,2 117 3
161,1 27,1 7
<0,1 45
8,4 154
152,5 209

3. Jumlah kebutuhan air dan elektrolit


a. Bayi dan anak
Pada bayi dan anak sesuai dengan perhitungan di bawah ini :
Berat badan Kebutuhan air perhari
Sampai 10 kg 100 ml/kgBB
11-20 kg 1000 ml + 50 ml/kgBB
>20 kg 1500 ml + 20 ml/kgBB

Kebutuhan kalium 2,5 mEq/kgBB/hari


Kebutuhan natrium 2-4 mEq/kgBB/hari

b. Dewasa
Pada orang dewasa kebutuhannya yaitu :
- Kebutuhan air sebanyak 30 -50 ml/kgBB/hari
- Kebutuhan kalium 1-2 mEq/kgBB/hari
- Kebutuhan natrium 2-3 mEq/kgBB/hari

 Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan


Yang menyebabkan adanya suatu peningkatan terhadap kebutuhan cairan
harian diantaranya :
- Demam ( kebutuhan meningkat 12% setiap 10 C, jika suhu > 370 C )
- Hiperventilasi
- Suhu lingkungan yang tinggi
- Aktivitas yang ekstrim / berlebihan
- Setiap kehilangan yang abnormal seperti diare atau poliuria

Yang menyebabkan adanya penurunan terhadap kebutuhan cairan harian


diantaranya yaitu :
- Hipotermi ( kebutuhannya menurun 12% setiap 10 C, jika suhu <370
C)
- Kelembaban lingkungan yang sangat tinggi  Oliguria atau anuria
- Hampir tidak ada aktivitas
- Retensi cairan misal gagal jantung

4. Pergerakan cairan tubuh


a. Osmosis
Osmosis adalah bergeraknya molekul (zat terlarut) melalui
membran semipermeabel (permeabel selektif dari larutan berkadar lebih
rendah menuju larutan berkadar lebih tinggi hingga kadarnya sama.
Membran semipermeabel ialah membran yang dapat dilalui air (pelarut),
namun tidak dapat dilalui zat terlarut misalnya protein.1,4 Tekanan
osmotik plasma darah ialah 285 ± 5 mOsm/L. Larutan dengan tekanan
osmotik kira-kira sama disebut isotonik (NaCl 0,96%, Dekstrosa 5%,
Ringer-laktat), lebih rendah disebut hipotonik (akuades) dan lebih tinggi
disebut hipertonik.
b. Difusi
Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan
akan bergerak dari konsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi
rendah. Tekanan hidrostatik pembuluh darah juga mendorong air masuk
berdifusi melewati pori-pori tersebut. Jadi difusi tergantung kepada
perbedaan konsentrasi dan tekanan hidrostatik.

5. Terapi cairan (kristaloid & koloid)


Penatalaksanaan terapi cairan meliputi dua bagian dasar yaitu ;
a. Resusitasi cairan Ditujukan untuk menggantikan kehilangan akut
cairan tubuh, sehingga seringkali dapat menyebabkan syok. Terapi ini
ditujukan pula untuk ekspansicepat dari cairan intravaskuler dan
memperbaiki perfusi jaringan.
b. Terapi rumatan Bertujuan untuk memelihara keseimbangan cairan tub
uh dan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh Hal ini digambarkan dalam
diagram berikut :

Gambar 1.2 Terapi Cairan

- Kristaloid
Cairan kristaloid yang paling banyak digunakan adalah normal
saline dan ringer laktat. Cairan kristaloid memiliki komposisi yang mirip
cairan ekstraselular. Karena perbedaan sifat antara kristaloid dan koloid,
dimana kristaloid akan lebih banyak menyebar ke ruang interstitial
dibandingkan dengan koloid maka kristaloid sebaiknya dipilih untuk
resusitasi defisit cairan di ruang intersisial.
Penggunaan cairan normal salin dalam jumlah yang besar dapat
menyebabkan timbulnya asidosis hiperkloremik, sedangkan penggunaan
cairan ringer laktat dengan jumlah besar dapat menyebabkan alkalosis
metabolik yang disebabkan adanya peningkatan produksi bikarbonat
akibat metabolisme laktat.
Larutan dekstrose 5% sering digunakan jika pasien memiliki gula
darah yang rendah atau memiliki kadar natrium yang tinggi. Namun
penggunaannya untuk resusitasi dihindarkan karena komplikasi yang
diakibatkan antara lain hiperomolalitashiperglikemik, diuresis osmotik,
dan asidosis serebral.
- Koloid
Cairan koloid disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau
biasa disebut “plasma expander”. Di dalam cairan koloid terdapat
zat/bahan yang mempunyai berat molekul tinggi dengan aktivitas osmotik
yang menyebabkan cairan ini cenderung bertahan agak lama dalam ruang
intravaskuler.
Koloid dapat mengembalikan volume plasma secara lebih efektif
dan efisien daripada kristaloid, karena larutan koloid mengekspansikan
volume vaskuler dengan lebih sedikit cairan dari pada larutan kristaloid.
Sedangkan larutan kristaloid akan keluar dari pembuluh darah dan hanya
1/4 bagian tetap tinggal dalam plasma pada akhir infus. Koloid adalah
cairan yang mengandung partikel onkotik dan karenanya menghasilkan
tekanan onkotik. Bila diberikan intravena, sebagian besar akan menetap
dalam ruang intravaskular.
Meskipun semua larutan koloid akan mengekspansikan ruang
intravaskular, namun koloid yang mempunyai tekanan onkotik lebih besar
daripada plasma akan menarik pula cairan ke dalam ruang intravaskular.
Ini dikenal sebagai ekspander plasma, sebab mengekspansikan volume
plasma lebih dari pada volume yang diberikan.
 Albumin
Albumin merupakan larutan koloid murni yang berasal dari
plasma manusia. Albumin dibuat dengan pasteurisasi pada suhu 600C
dalam 10 jam untuk meminimalisir resiko transmisi virus hepatitis B atau
C atau pun virus imunodefisiensi. Waktu paruh albumin dalam plasma
adalah sekitar 16 jam, dengan sekitar 90% tetap bertahan dalam
intravascular 2 jam setelah pemberian.
 Dekstran
Dekstran merupakan semisintetik koloid yang secara komersial
dibuat dari sukrose oleh mesenteroides leukonostok strain B 512 dengan
menggunakan enzim dekstran sukrose. Ini menghasilkan dekstran BM
tinggi yang kemudian dilengketkan oleh hidrolisis asam dan dipisahkan
dengan fraksionasi etanol berulang untuk menghasilkan produk akhir
dengan kisaran BM yang relatif sempit. Dekstran untuk pemakaian klinis
tersedia dalam dekstran 70 (BM 70.000) dan dekstran 40 (BM 40.000)
dicampur dengan garam faal, dekstrosa atau Ringer laktat. Dekstran 70 6
% digunakan pada syok hipovolemik dan untuk profilaksis
tromboembolisme dan mempunyai waktu paruh intravaskular sekitar 6
jam. Pemakaian dekstran untuk mengganti volume darah atau plasma
hendaknya dibatasi sampai 1 liter (1,5 gr/kgBB) karena risiko terjadi
perdarahan abnormal.
Batas dosis dekstran yaitu 20 ml/kgBB/hari. Sekitar 70% dosis
dekstran 40 yang diberikan akan dieksresikan ke dalam urine dalam 24
jam. Molekul- molekul yang lebih besar dieksresikan lewat usus atau
dimakan oleh sel-sel sistem retikoloendotelial. Volume dekstran melebihi
1 L dapat mengganggu hemostasis. Disfungsi trombosit dan penurunan
fibrinogen dan faktor VIII merupakan alasan timbulnya perdarahan yang
meningkat. Reaksi alergi terhadap dekstran telah dilaporkan, tetapi
kekerapan reaksi anafilaktoid mungkin kurang dari 0,02 %. Dekstran 40
hendaknya jangan dipakai pada syok hipovolemik karena dapat
menyumbat tubulus ginjal dan mengakibatkan gagal ginjal akut.

 Gelatin
Gelatin dibuat dengan jalan hidrolisis kolagen sapi. Preparat yang
umum dipasaran adalah gelatin yang mengalami suksinasi seperti
Gelofusin dengan pelarut NaCL isotonik. Gelatin dengan ikatan urea-
poligelin ( Haemaccel ) dengan pelarut NaCL isotonik dengan Kalium 5,1
mmol/l dan Ca 6,25 mmol/ L.
Pemberian gelatin agaknya lebih sering menimbulkan reaksi
alergik daripada koloid yang lain. Berkisar dari kemerahan kulit dan
pireksia sampai anafilaksis yang mengancam nyawa. Reaksi-reaksi
tersebut berkaitan dengan pelepasan histamine yang mungkin sebagai
akibat efek langsung gelatin pada sel mast.
Gelatin tidak menarik air dari ruang ekstravaskular sehingga
bukan termasuk ekspander plasma seperti dekstran. Larutan gelatin
terutama diekskresikan lewat ginjal dalam urin, sementara itu gelatin
dapat menghasilkan diuresis yang bagus. Sebagian kecil dieliminasikan
lewat usus. Karena gelatin tidak berpengaruh pada sistem koagulasi,
maka tidak ada pembatasan dosis. Namun, bila terlalu banyak infus,
pertimbangkan adanya efek dilusi. Gelatin dapat diberikan pada pasien
dengan gangguan fungsi ginjal bahkan pada pasien yang menjalani
hemodialisis. Indikasi gelatin : Penggantian volume primer pada
hipovolemia, stabilisasi sirkulasi perioperatif. Sedangkan kontraindikasi
adalah infark miokard yang masih baru terjadi, gagal jantung kongestif
dan syok normovolemik.
Hubungan keluhan pasien dengan keadaan menangis tidak mengeluarkan
airmata.

 Pada pemeriksaan fisik pada anak di scenario. Di dapatkan hasil


berupa ; mata cowong, ubun-ubun cekung, turgor kulit menurun, BAK gelap
dan sedikit, serta menangis tidak mengeluarkan airmata. Hal ini dapat di
sebabkan oleh diare anak yang sudah lebih dari 10x dan encer. Pada keadaan
seperti ini, dapat mengakibatkan keadaan dehidrasi. Yang di mana klasifikasi
dehidrasi di bagi menjadi 3 ( tanpa dehidrasi, ringan – sedang dan berat).
 Pada anak di scenario, masuk ke dalam kategori dehidrasi sedang, hal
ini di tunjukan oleh hasil PF yang menunjang. Keadaan tidak keluarnya air
mata ini, di sebabkan oleh penurunan dari jumlah cairan tubuh dan
sedikitnya cairan tubuh yang akan di metabolism oleh ginjal. Air mata
termasuk dalam satu komponen yang membutuhkan cairan, sehingga jika
terjadi penurunan jumlah cairan tubuh. Maka akan mempengaruhi jumlah
sekresi air mata yang di lepas oleh kelenjar air mata.

Referensi :

Salam Hilal Sayamsul. 2013. Dasar – Dasar Terapi Cairan dan Elektrolit. UNIMUS :
Semarang.

Anda mungkin juga menyukai