Anda di halaman 1dari 17

m

SEKSI INDUSTRI KECIL MENENGAH PANGAN, BARANG DARI KAYU DAN FURNITUR

Tugas :

1. Melaksanakan pelayanan administrasi seksi industri kecil menengah pangan, barang dari
kayu dan furnitur

2. Melaksanakan program dan kegiatan industri kecil menengah pangan, barang dari kayu
dan furnitur

3. mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dengan stakeholder terkait

4. Menyiapkan dan melaksanakan bimbingan sarana produksi industri kecil menengah


pangan, barang dari kayu dan furnitur

5. Menyiapkan dan melaksanakan bimbingan untuk meningkatkan wawasan


kewiraswastaan

6. Menyiapkan dan melaksanakan bimbingan ketrampilan teknis untuk industri kecil


menengah pangan, barang dari kayu dan furnitur

7. Menyiapkan dan melaksanakan bimbingan manajemen usaha industri kecil menengah


pangan, barang dari kayu dan furnitur

8. Memfasilitasi kemitraan dan rangka pembinaan dan pengembangan industri kecil


menengah pangan, barang dari kayu dan furnitur

9. Memfasilitasi bantuan usaha dalam rangka pembinaan dan pengembangan industri kecil
menengah pangan, barang dari kayu dan furnitur

10. Membuat dan menyusun laporan kegiatan yang dilaksanakan seksi industri kecil
menengah pangan, barang dari kayu dan furnitur

11. Melaksanakan monitoring dan evaluasi seksi industri kecil menengah pangan,
barang dari kayu dan furnitur

12. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan

 BIDANG FASILITASI DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL MENENGAH

Tugas :

Bidang fasilitasi dan pengembangan industri kecil menengah mempunyai tugas melaksanakan
urusan dibidang industri kecil menengah pangan, barang dari kayu dan furnitur, logam, mesin,
elektronik, kimia, sandang, aneka dan kerajinan, bina usaha, sarana, standardisasi dan promosi
industri kecil menengah.

Fungsi :
1. Pemberian pelayanan administrasi dilingkungannya

2. Penyusunan rencana dan pelaporan kegiatan

3. Pengkoordinasian, pembagian dan pengaturan pelaksanaan tugas

4. Penyelenggaraan urusan industri kecil menengah pangan, barang, dari kayu dan
furnitur

5. Penyelenggaraan urusan industri kecil menengah logam, mesin, elektronik, kimia,


sandang, aneka dan kerajinan

6. Penyelenggaraan urusan bina usaha, sarana, standardisasi dan promosi industri kecil
menengah

Pengembangan Usaha
Pengolahan Pangan
Lokal UMKM dan
Rumah Tangga
Pola konsumsi masyarakat masih belum
menunjukkan pola makan gizi seimbang dan
beragam, yang ditunjukkan dengan tingginya
konsumsi padi-padian yang mendominasi
karbohidrat. Sebagian besar penduduk Indonesia
(97%) mengkonsumsi sumber karbohidrat dari
beras. Daerah-daerah yang dulunya
mengkonsumsi pangan sumber karbohidrat non
beras, seperti sagu, jagung, dan umbi-umbian
saat ini berubah mengkonsumsi beras. Tingginya
konsumsi beras dan jumlah penduduk yang
semakin meningkat setiap tahunnya
menyebabkan penyediaan beras semakin berat
pada setiap tahunnya. Selain itu juga pola
konsumsi yang tidak proporsional dapat
menyebabkan efek yang kurang baik terhadap
kesehatan.

Penganekaragaman konsumsi pangan khususnya


konsumsi karbohidrat harus didukung oleh
penyediaan sumber pangannya. Minat
masyarakat untuk mengkonsumsi sumber
karbohidrat non beras berkurang manakala
ketersediannya kurang dan harganya relatif
mahal. Oleh karena itu untuk meningkatkan
konsumsi pangan sumber karbohidarat non
beras perlu didukung upaya pengadaannya
yaitu melalui pengembangan pengolahan
pangan lokal.

Pemanfaatan pangan lokal yang bersumber dari


aneka umbi, sagu, pisang, sukun, labu kuning,
dan yang lainnya sudah banyak dikembangkan
dengan dijadikan tepung. Kedepan diharapkan
aneka tepung ini dapat diolah sebagai pangan
pokok mensubstitusi beras dan terigu sebagai
sumber karbohidrat. Melalui teknologi
pengolahan pangan dapat dikembangkan
berbagai olahan pangan yang dapat
disandingkan dengan beras sebagai menu
makanan sehari-hari serta mendorong dan
mengembangkan penganekaragaman pangan
berbasis sumber daya lokal.

Melalui kegiatan Pengembangan Industri


Pangan Lokal (PIPL) ini diharapkan dapat lebih
memasifkan gerakan diversifikasi pangan,
khususnya pangan sumber karbohidrat, dalam
rangka mendukung pemantapan ketahanan
pangan nasional. Gerakan diversifikasi pangan
semakin efektif apabila didukung oleh
ketersediaan aneka ragam bahan pangan
melalui pengembangan industrialisasi usaha
pangan lokal dan perilaku konsumen dalam
mengonsumsi aneka ragam pangan.

Kegiatan Pengembangan Industri Pangan Lokal


ini bertujuan untuk:

 mengembangkan pangan pokok sumber


karbohidrat dengan berbagai bentuk olahannya
yang dapat disandingkan dengan beras/nasi,
yang berbahan baku sumber pangan lokal;
 membangun kesadaran masyarakat untuk
kembali pada pola konsumsi pangan pokok
asalnya melalui penyediaan bahan pangan
pokok selain beras serta sosialisasi dan promosi
diversifikasi pangan.
Sasaran dari kegiatan Pengembangan Industri
Pangan Lokal tahun 2019 ialah dilaksanakan di
10 kabupaten di 10 provinsi yang memiliki
potensi pangan lokal berupa sagu, jagung, dan
umbi-umbian. Adapun indikator keberhasilan
dari kegiatan ini yaitu:

Indikator keluaran (output)

Berkembangnya usaha pengolahan pangan


pokok lokal di 10 kabupaten.

Indikator hasil (outcome)

Tersedianya sumber pangan lokal sumber


karbohidrat non beras untuk masyarakat di
sekitar lokasi kegiatan.

Indikator manfaat

Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam


mengkonsumsi pangan lokal sumber karbohidrat
non beras di sekitar lokasi kegiatan.
Kegiatan PIPL dilaksanakan dalam rangka
mendukung percepatan peningkatan
penganekaragaman pangan masyarakat berbasis
pada potensi sumberdaya lokal di daerah.
Penerima manfaat kegiatan ini adalah
kelompok usaha yang bergerak di bidang
pengolahan pangan pada skala usaha industri.
Kelompok UMKM/Gapoktan yang ditetapkan
akan mendapat bantuan untuk proses produksi
atau pengolahan mulai dari bahan baku, mesin
peralatan, pengemasan, hingga uji kelayakan
produk. Produk yang dihasilkan merupakan
produk pangan lokal yang dapat dikonsumsi
oleh masyarakat sebagai pangan pokok dalam
mengurangi konsumsi nasi.

Produk pangan lokal yang dihasilkan oeh


penerima manfaat PIPL dapat dipasarkan atau
diolah kembali menjadi bentuk olahan lain oleh
usaha pangan lokal yang berada di sekitarnya
dengan mekanisme kemitraan. Melalui kegiatan
ini diharapkan terbentuk jejaring produksi dan
pemasaran yang efisien sehingga mendorong
meningkatnya penyediaan pangan lokal di
masyarakat. Peningkatan kesadaran
masyarakat untuk mengkonsumsi pangan lokal
dapat diupayakan melalui gerakan/kampanye
diversifikasi pangan dengan menggunakan
berbagai media dan kegiatan yang masif dan
efektif.

Strategi pelaksanaan kegiatan ini terdiri dari


pendekatan teknologi, bisnis, dan pendekatan
kearifan lokal. Pendekatan teknologi dilakukan
melalui pemanfaatan teknologi pengolahan
pangan. Hal ini dilakukan dengan mengubah
bentuk asli pangan lokal yang sudah ada di
masyarakat dan memperkaya nilai gizi yang
terkandung didalamnya melalui fortifikasi atau
penambahan kandungan gizi lain secara instan.
Pendekatan bisnis dilakukan dengan pola
industrialisasi berbasis korporasi, peningkatan
kuantitas produksi dan pemasaran. Sedangkan
pendekatan kearifan lokal dilakukan dengan
mempertahankan kearifan lokal terhadap
budaya pola pangan setempat namun tetap
memperhatikan higienitas dalam proses
produksi. Selain itu, perlu dilakukan sosialisasi
dan promosi kepada masyarakat agar timbul
kepercayaan diri bahwa pola konsumsi pangan
lokal adalah hal sangat bijaksana untuk
dipertahankan baik dari sisi kesehatan maupun
pelestarian budaya.
Kegiatan pengolahan pangan pokok lokal
dilaksanakan dalam rangka mengurangi
ketergantungan terhadap beras serta
mengembalikan pola konsumsi pangan
masyarakat kepada budaya dan potensi
setempat. Pemilihan komoditas pangan yang
akan dikembangkan melalui penyediaan
teknologi pengolahan yang lebih modern
mengacu kepada potensi dan kebutuhan
setempat. Pengembangan Industri Pangan Lokal
(PIPL) dilaksanakan dengan kegiatan sebagai
berikut:

 Identifikasi calon penerima dan calon lokasi


kegiatan PIPL.
 Mekanisme identifikasi dan penetapan penerima
manfaat kegiatan pengembangan pangan pokok
lokal dilaksanakan dengan rincian sebagai
berikut:
 Identifikasi calon penerima manfaat kegiatan
pengembangan pangan pokok lokal yaitu
kelompok usaha dengan skala industri yang
bergerak di bidang usaha pengolahan pangan
lokal. Penerima manfaat tersebut kemudian
ditetapkan oleh Dinas Pangan Provinsi dengan
memperhatikan kelayakan usaha, memiliki
kemampuan secara teknis, serta manajemen
usaha dan kelembagaan yang baik;
 Identifikasi lokasi penerima manfaat yaitu yang
memiliki potensi ketersediaan bahan baku baik
jumlah dan lokasinya serta potensi pemasaran
produk yang akan dihasilkan;
 Membentuk tim teknis yang terdiri aparat
dinas ketahanan pangan kabupaten dan
provinsi. Tim ini juga dapat ditambah pakar
dari perguruan tinggi atau pihak lain yang
dapat mendukung pelaksanaan kegiatan
pengembangan industri pangan lokal.
 Merancang produk olahan pangan lokal yang
akan dihasilkan:
Penetapan komoditas untuk bahan baku yang
akan dijadikan produk PIPL;

Perencanaan bentuk produk yang akan


dihasilkan (tepung);

Pengkajian dan analisis produk PIPL (uji


laboratorium, uji penerimaan konsumen, analisis
kelayakan pasar).

 Pengadaan mesin dan peralatan untuk


produksi, pengemasan dan labeling. Mesin dan
peralatan yang digunakan harus menyesuaikan
dengan jenis produk yang akan dihasilkan,
kapasitas produksi, infrastruktur yang dimiliki
oleh penerima manfaat, serta sarana dan
prasarana di lokasi kegiatan.
 Penetapan petugas pendamping kelompok dan
pendamping kabupaten/kota, yang memenuhi
kriteria sebagai berikut:
 Aparat/petugas yang menangani ketahanan
pangan di kabupaten/kota.
 Memiliki kemampuan teknis di bidang teknologi
pangan dan penanganan proses produksi
pangan.
 Memiliki kemampuan dan pengetahuan di
bidang perizinan, pendaftaran dan pelabelan
produk pangan (Kemenkes, BPOM, Halal MUI,
dan sebagainya).
 Memiliki kemampuan dalam memotivasi dan
memberdayakan kelompok usaha pangan, baik
di bidang produksi maupun pemasaran produk
pangan.
 Kegiatan operasional di kabupaten dan provinsi
yang meliputi: identifikasi, koordinasi,
pendampingan, monitoring, evaluasi dan
pelaporan.
Sumber pendanaan untuk membiayai kegiatan
PIPL tahun 2019 berasal dari APBN dan
diharapkan pula partisipasi dari sumber
pendanaan lainnya seperti APBD Provinsi,
APBD Kabupaten/Kota, swadaya masyarakat,
dan pemanfaatan dana Corporate Social
Responsibility (CSR)/Program Kemitraan dan
Bina Lingkungan (PKBL). Pengelolaan dana
dekonsentrasi bantuan pemerintah untuk
kegiatan P2KP mengacu pada Peraturan
Menteri Pertanian Nomor
46/Permentan/RC.110/12/2017 tentang
Pedoman Umum Pengelolaan dan Penyaluran
Bantuan Pemerintah Lingkup Kementerian
Pertanian Tahun Anggaran 2018 dan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme
Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah
pada Kementerian Negara/Lembaga
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 173/PMK.05/2016.

Pelaksanaan kegiatan PIPL merupakan tugas


bersama antara pemerintah, pemerintah
daerah, dan masyarakat. Sesuai dengan
semangat dan paradigma baru pembangunan,
peran dan partisipasi masyarakat dalam
kegiatan PIPL harus dikedepankan sebagai
pelaku utama penentu keberhasilan program.
Peranan pemerintah terbatas pada fungsi
pelayanan, penunjang, fasilitasi, dan motivasi.

Pada tingkat nasional, Kepala Badan Ketahanan


Pangan mengkoordinasikan instansi terkait baik
kementerian/lembaga terkait, pihak swasta,
dan pemangku kepentingan (stakeholder)
terkait untuk memperlancar kegiatan PIPL
antara lain seperti perumusan kebijakan
subsitusi tepung terigu, pengembangan kerja
sama dengan Kadin, dan promosi serta
advokasi. Penanggung jawab kegiatan di daerah
adalah dinas/unit kerja yang menangani
pangan di provinsi atau kabupaten/kota dengan
melibatkan instansi dan lembaga terkait seperti
dinas yang menangani Pertanian, Perdagangan,
Perindustrian, Koperasi dan UMKM, perguruan
tinggi, lembaga penelitian/pengkajian, atau
stakeholder lainnya yang terkait. Untuk
memperlancar pelaksanaan kegiatan PIPL
secara berjenjang dari kabupaten/kota, provinsi
sampai tingkat pusat, harus berkoordinasi
dengan baik dan efektif.

Kegiatan Pengembangan Industri Pangan Lokal


(PIPL) dilaksanakan dalam rangka
mengembalikan pola konsumsi masyarakat
kepada budaya dan potensi setempat. Kegiatan
ini sudah dilaksanakan sejak tahun 2012 dalam
bentuk Model Pengembangan Pangan Pokok
Lokal (MP3L), Pengembangan Pangan Pokok
Lokal (P3L) yang tujuan awalnya untuk
mengembangkan pangan pokok lokal selain
beras dan terigu sebagai pangan bersubsidi yang
akan diberikan kepada masyarakat miskin,
melengkapi Raskin. Namun sejalan dengan
berjalannya program, pelaksanaan kegiatan ini
lebih untuk menghasilkan dan menciptakan
produk pangan pokok non beras non terigu
yang biasa dikonsumsi di suatu wilayah
tergantung kearifan lokal masyarakatnya.
Pemilihan komoditas pangan yang akan
dikembangkan melalui penyediaan teknologi
pengolahan yang lebih modern dengan mengacu
kepada potensi dan kebutuhan setempat.

PIPL dilakukan melalui pemanfaatan pangan


lokal yang bersumber dari aneka umbi, sagu,
serealia, dan lain-lain untuk dikembangkan
menjadi tepung. Selanjutnya aneka tepung ini
diharapkan dapat diolah sebagai makanan
pokok yang dapat mensubtitusi beras dan terigu
sebagai sumber karbohidrat. Teknologi
pengolahan pangan saat ini telah dapat
mengembangkan “beras analog” yang terbuat
dari tepung jagung atau umbi-umbian yang
dapat menggantikan beras padi sebagai
makanan pokok sehari-hari. Tepung-tepungan
dari sumber karbohidrat lokal pun diharapkan
dapat menggantikan konsumsi tepung terigu
yang masih diimpor dari luar negeri. Dampak
jangka panjang yang diharapkan adalah
berkembangnya industri berbahan baku lokal
yang dapat menggerakkan ekonomi daerah dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

gizi dan biologi sel


akan muncul pertanyaan, ada apa antara mempelajari gizi dengan biologi sel? jadi gunanya mempelajari
biologi sel dalam mata kuliah dasar-dasar gizi adalah untuk menjawab pertanyaan di bawah ini, yaitu:
1. dimana sebenarnya zat-zat gizi itu dibentuk oleh sel?
2. lalu zat gizi seperti apa yang dibutuhkan oleh sel itu?

zat gizi
makanan setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan di dalam alat pencernaan. bahan makanan
diuraikan menjadi zat gizi yang selanjutnya akan diserap melalui diniding usus dan masuk ke dalam cairan
tubuh. fungsi umum zat gizi ialah:
1. sebagai sumber energi atau tenaga
2. menyumbang pertumbuhan badan
3. memelihara jaringan tubuh, mangganti sel-sel yang rusak
4. mengatur metabolisme dan mengatur keseimbangan air, mineral, dan asam – basa dalam cairan tubuh
5. berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap penyakit sebgai antibodi dan antioksidan
terdapat penggolongan lain bahan makanan berdasarkan fugsi zat gizi, yaitu sebagai berikut:
1. zat gizi penghasil energi, ialah karbohidrat, lemak, dan protein. zat gizi ini dahasilkan terutama dari
makanan pokok.
2. zat gizi pembangun sel, terutama diperankan oleh protein. bahan makanan lauk-pauk digolongkan
makanan sebagi sumber zat pembangun.
3. zat pengatur, termasuk di dalamnya vitamin dan mineral. buah-buahan dan sayuran digolongkan sebagai
sumber zat pengatur ini.
hingga saat ini telah ditetapan ada 6 zat gizi yang harus dipenuhi setiap harinya, yakni:
1. karbohirat
2. lemak
3. protein
4. vitamin
5. mineral
6. air. namun, pada air masih terjadi perdebatan diantara pakar gizi. apakah air tergolong zat gizi atau
tidak. sebab sebagian ahli gizi mengatakan bahwa air dan oksigen itu mudah didapat sehingga tidak perlu
memasukkannya ke dalam zat gizi tetapi ada sebagian pakar gizi juga yang mengatakan bahwa air dan
oksigen termasuk zat gizi sebab kebutuhan individu akan keduanya sangatlah penting.

komposisi tubuh merupakan jumlah seluruh dari bagian tubuh.menurut willet (1990) komposisi tubuh
manusia terdiri dari adiposa (jaringan lemak) dan lean body mass / lbm (massa bebas lamak) seperi otot,
tulang, dan cairan ekstraselular.
menurut j. broochek komposisi tubuh terdiri dari 15.3% lemak dan 84,7% lbm yang terdiri dari air, protein,
dan energi.
sedangkan menurut who komposisi tubuh terdiri atas 5 tingkatan,yaitu:
• tingkat i anatomik
• tinkat ii molekuler
• tingakat iii seluler
• tingkat iv sistem jaringan
• tingkat v seluruh tubuh
namun, pada umumnya lemak adiposa dan lbm lah yang dapat mewakili komposisi tubuh kita sebab menurut
willet kedua hal ini dapat diukur secara antropometri untuk mengetahui keadaan gizi seseorang. alat
ukurnya disebut skinfold caliper. adapun bagian-bagian tubuh yang dianggap mewakili keseluruhan tubuh
terhadap penimbunan lemak adalah trisep, bisep, subscapula (belikat), suprailiac (diatas tulang panggul),
femur (paha), perut, dan betis.
skinfold caliper dipakai untuk mengukur komposisi lemak karena:
1. baik untuk mengukur lemak bawah kulit
2. pendistribusian lemak bawah kulit sama untuk semua orang
3. terdapat hubungan antara lemak bawah kulit dengan total lemak tubuh
4. jumlah dari beberapa pengukuran skinfold dapat dipergunakan untuk memperkirakan total lemak tubuh.
komposisi tubuh penting dipelajari dan mengetahui cara mengukurnya guna mengidentifikasi kelebihan atau
kekurangan zat gizi seseorang.

hubungan gizi dengan biologi sel sebenarnya adalah hubungan yang saling membutuhkan yakni untuk
kehidupan sel ( berdegenerasi dan membelah ) memerlukan zat gizi tetapi sel pun berfungsi untuk memecah
zat-zat makanan menjadi zat gizi yang diperlukan oleh tubuh. setiap sel memiliki organel-organel sel dan
setiap organ memiliki lebih dari satu sel yang mempunyai fungsi sama. sel di organ mata tak bisa
berkembang jika dipindahkan ke bagian mata kaki. namun adakalanya suatu sel mampu tumbuh di tempat
yang lain asalkan masih memiliki struktur wadah yang sama. misalnya kulit dibagian punggung dapat
dipindah ke wajah untuk mengganti kulit wajah akibat luka baker.
semakin banyak sebuah sel memerlukan energi maka akan semakin banyak terdapat mitokondria di
dalamnya. macam-macam organel sel beserta fungsi dan zat-zat makanan yang diperlukannya:
1. lisosom fungsinya sebagai pengontrol benda-benda asing yang memasuki sel lalu oleh enzim yang
dimilikinya mengeluarkan benda asing tersebut dari dalam sel.
2. mitokondria mempunyai fungsi sebagai penghasil energi dari proses-proses di siklus krebs. melalui siklus
krebs, mitokondria menghasilkan glukosa, asam lemak, dan asam amino. di mitokondria juga terjadi siklus
urea awal sebelum senyawa citrulin keluar menuju sitoplasma. selain itu di mitokondria juga terjadi sintesis
asam amino non esensial (asam amino yang dapat disintesis sendiri oleh tubuh.
3. sitoplasma. di dalam sitoplasma banyak terdapat enzim-enzim untuk membantu proses-proses glikolisis
(merubah glukosa menjadi asam piruvat), sintesis dan degradasi glikogen , lanjutan siklus urea, dan sintesis
protein.
4. reticulum endoplasma halus fungsinya untuk sintesis membrane dan kolesterol, serta metabolisme obat-
obatan.
5. reticulum endoplasma kasar untuk sintesis protein.
6. nucleus sendiri berfungsi sebagai penghasil kode-kode genetik.

dan yang akan dijelaskan di bawah ini merupakan zat-zat gizi yang dibutuhkan organel sel untuk hidup yang
disimpannya:
membran plasma mengandung fospolipid, triasilgliserol, kolesterol, protein, dan vitamin c.
re memerlukan kalsium untuk hidupnya sehingga re biasa disebut juga depo kalsium.
sitoplasma banyak mengandung ion-ion k+, mg++, ca++, dan asam amino.
badan lemak atau lipid droplets hampir terdapat disemua sel mamalia yang berfungsi untuk melarutkan
vitamin-vitamin yang hanya larut dalam lemak (vitamin a, d, e, k).

madel 3.4.09
dasar-dasar gizi

daptar pustaka:
bahan ajar kuliah dasar-dasar gizi program studi kesehatan masyarakat fk unlam.
departemen gizi dan kesehatan masyarakat fkm ui. gizi dan kesehatan masyarakat. 2007. jakarta :
penerbit rajawali pers

Anda mungkin juga menyukai