Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

KEJANG DEMAM
Di Ruang 7A
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

Oleh :
1. Frida Anice Putri
2. Galuh Kusumaningtyas
3. Rieski Dwi Maharani
4. Bayu Abib Dwi Kurniawan
5. Bayu Virgian

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2019
HALAMAN PENGESAHAN

1
SAP “KEJANG DEMAM”

Telah diperiksa dan disetujui pada :

Hari :

Tanggal :

Oleh :

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

(..................................................) (..............................................)

Mengetahui,
Kepala Ruang PICU

(..................................................)

SATUAN ACARA PENYULUHAN


DIARE

2
Pokok Pembahasan : Gangguan pada Sistem pencernaan
Topik : Diare
Sasaran : Keluarga pasien
Hari / tanggal : Kamis, 07 Oktober 2019
Tempat : Ruang 7A RSSA
Pukul : 11.00 - 11.30 WIB
Penyuluh : Mahasiswa Prodi Ners Stike ICME Jombang

A. LATAR BELAKANG
Anak merupakan hal yang penting bagi keluarga, sebagai penerus keturuanan
juga sebagai penerus generasi. Insiden kejang demam dialami oleh 2% - 4% pada
anak usia 6 bulan hingga 5 tahun (ME Sumijati, 2000) dengan durasi kejang
selama beberapa menit.
Kejang demam merupakan salah satu kelainan neurologis yang sering dijumpai
pada bayi dan anak. Penelitian oleh beberapa pakar didapatkan bahwa sekitar
2,2% - 5% anak pernah mengalami kejang demam sebelum mereka mencapai
umur 5 tahun. Penelitian di Jepang bahkan mendapatkan angka kejadian kejang
demam yang lebih tinggi mencapai 9,7% (pada laki-laki 10,5% dan pada
perempuan 8,9% dan Tsuboi mendapatkan angka 7% (Maeda, 2016)).
Kejadian kejang demam diperkirakan 2 – 4% di Amerika Serikat, Amerika
Selatan dan Eroupa Barat. Kejadian kejang demam di Asia lebih tinggi sekitar
20%. Kejang demam di klasifikasikan menjadi; kejang demam sederhana yang
berlangsung kurang dari 15 menit, sedangkan kejang demam kompleks yang
berlangsung lebih dari 15 menit, fokal atau multiple ( lebih dari 1 kali kejang
demam dalam 24 jam) (Arif Manjoer, 2000).
Kejang demam bisa diakibatkan oleh infeksi ekstrakranial seperti ISPA,
radang telinga, campak, cacar air. Dalam keadaan demam kenaikan suhu tubuh
sebesar 1ºC dapat mengakibatkan kenaikan metabolisme basal yang
mengakibatkan kenaikan kebutuhan oksigen jaringan seberar 10 -15% dan otak

3
sebesar 20%. Apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka akan terjadi
kejang. umunya kejang tidak akan menimbulkan gejala sisa jika kejang
berlangsung kurang dari 5 menit, tetapi pada anak yang mengalami kejang harus
mendapatkan penangan lanjutan agar kejang tidak terjadi secara berulang yang
biasanya frekuensinya lebih lama dari kejang pertama. Timbulnya kejang pada
anak akan menimbulkan berbagai masalah seperti resiko cidera, resiko terjadinya
aspirasi atau yang lebih fatal lidah jatuh kebelakang yang mengakibatkan
obstruksi jalan nafas.
Kejang demam merupakan kegawatan medis yang harus segera ditangani.
Diagnose secara dini serta pengelolan yang tepat sangat diperlukan untuk
menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan adanya kejang secara
berulang dengan frekuensi yang sering, untuk itu tenaga medis dituntut untuk
berperan aktif dalam penanganan kejang demam serta memberikan asuhan
keperawatan kepada keluarga dan pasien yang merliputi aspek promotif, kuratif,
preventif dan rehabilitative secara terpadu dan berkesinambungan.
B. TUJUAN INTRUKSIONAL
1. Tujuan Intruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit, sasaran mampu
memahami dan mengerti tentang kejang demam
2. Tujuan Intruksional Khusus
a. Peserta penyuluhan dapat menjelaskan definisi kejang demam
b. Peserta penyuluhan dapat menjelaskan penyebab kejang demam
c. Peserta penyuluhan dapat menjelaskan manifestasi klinik dan faktor
resiko kejang demam
d. Peserta penyuluhan dapat menjelaskan pemeriksaan klinis kejang
demam.
e. Peserta penyuluhan dapat menjelaskan penatalaksanaan kejang demam
C. METODE PEMBELAJARAN
Ceramah, roleplay

4
D. MEDIA
PPT, LCD, Leaflet
E. JOB DESCRIPTION

1. Moderator : Mengarahkan jalannya acara


2. Penyaji : Menyampaikan materi penyuluhan dan menjawab
pertanyaan
3. Fasilitator : Membantu mengarahkan peserta untuk bergerak secara
aktif dalam diskusi
4. Observer : Mengamati dan mencatat proses jalannya penyuluhan,
mengevaluasi jalannya penyuluhan.
F. MATERI
Terlampir
G. PROSES PELAKSANAAN
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN PESERTA

1 2 menit Pembukaan : 1.Menjawab salam


1.Membuka kegiatan dengan 2.Mendengarkan
salam 3.Memperhatikan
2.Memperkenalkan diri 4.memperhatikan
3.Menjelaskan tujuan
penyuluhan
4.Menyebutkan materi yang
akan diberikan
5.Menjelaskan kontrak waktu
6.Menjelaskan aturan dalam
Penyuluhan
2 10 menit Isi : 1.Mendengarkan
DIARE 2. Memperhatikan
1. Definisi kejang demam

5
2. Penyebab kejang demam
3. Manifestasi kejang demam
4.Pemeriksaan klinis kejang
demam
5.Penatalaksanaan kejang
demam

3 5 menit Evaluasi : Tanya Jawab


1.Memberikan kesempatan
pada peserta untuk bertanya
2.Menjawan pertanyaan
peserta
3.Memberi kesempatan
peserta untuk menanggapi
jawaban
4 .Menanyakan kembali pada
peserta tentang materi yang
disampaikan

4 3 menit Penutup : 1.Mendengarkan


1. Menyimpulkan materi 2.Menjawab salam
2. Memberi salam
H. KRITERIA EVALUASI
a. Evaluasi Proses
Input :
1. Kegiatan penyuluhan dihadiri oleh pasien dan keluarga pasien.
2. Media penyuluhan yang digunakan adalah Leaflet dan lcd
3. Paket penyuluhan sesuai SPO dan Up to Date
4. Waktu Kegiatan Penyuluhan adalah 30 menit

6
5. Tempat penyuluhan adalah diruang 15
6. .Pengorganisasian penyuluhan disiapkan beberapa hari sebelum kegiatan
penyuluhan
Output
Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan peserta penyuluhan mengikuti
penyuluhan yang diberikan, mengerti, dan memahami materi penyuluhan.
b. Evaluasi Hasil
KEJANG DEMAM
1. 75 % peserta penyuluhan mampu menyebutkan Definisi kejang demam.
2. 75 % peserta penyuluhan mampu menyebutkan Penyebab kejang demam.
3. 75 % peserta penyuluhan mampu menyebutkan Manifestasi klinis kejang
demam
4. 75 % peserta penyuluhan mampu menyebutkan Pemeriksaan klinis kejang
demam .
5. 75 % peserta penyuluhan mampu menyebutkan Komplikasi dari kejang
demam.

LAMPIRAN MATERI
KEJANG DEMAM
A. Definisi kejang demam
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu
38ºC yang disebakan oleh proses ekstranium, biasanya terjadi pada usia 3 bulan –
5 tahun. Kejang demam adalah bangkitan demam yang terjadi karena kenaikan
suhu tubuh (mencapi >38º C). kejang demam dapat terjadi karena proses
intrakraial maupun ekstrakranial. Kejang demam terjadi pada anak usia 6 bulan –
5 tahun (Ahmid dan Hardi,NANDA NIC-NOC, 2013).
Kejang demam merupakan gangguan transien pada anak yang terjadi
bersamaandengan demam. Keadaan ini merupakan salah satu gangguan

7
neurologik yang paling seringdijumpai pada anak-anak dan menyerang sekitar 4%
anak. Kebanyakan serangan kejangterjadi setelah usia 6 bulan dan biasanya
sebelum usia 3 tahun dengan peningkatan frekuensiserangan pada anak-anak yang
berusia kurang dari 18 bulan. Kejang demam jarang terjadisetelah usia 5 tahun.
(Dona L.Wong, 2008)

B. Etiologi
1. Faktor prenatal
2. Mal formasi otak conginetal
3. Faktor genetika
4. Penyakit infeksi (ensefalitis, meningitis)
5. Gangguan metabolisme
6. Trauma
7. Neoplasma dan toksin
8. Gangguan sirkulasi
9. Penyakit degenerative susunan saraf
10. Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal

C. Manifestasi Klinis
Ada 2 jenis kejang demam (menurut Lwingstone) :
1. Kejang demam sederhana (Simple Fibrile Seizure) :
a. Kejang berlangsung singkat < 15 menit.
b. Kejang umum tonik atau klonik
c. Umunya berhenti sendiri dan tanpa gerakan fokal atau berulang selama
24 jam
2. Kejang demam Komplikata (Complite Fibrile Seizure):
a. Kejang lama > 15 menit
b. Kejang fokal atau parsial satu sisi

8
c. Berulang atau lebih dari satu kali dalam 24
jam
D. Penatalaksanaan
1. Pengobatan
a. Pengobatan fase akut
Obat yang paling cepat mengatasi kejang demam adalah diazepam yang
diberikan secara intavena atau intravecal, dosis awal 0,3 – 0,5
mg/kg/dosis IV.
b. Turunkan panas
Paracetamol atau berikan kompres air biasa pada kepala, leher dan daerah
lipatan.
c. Pengobatan profilaksis
Pengobatan ini ada dalam cara : profilaksis intermitten / saat demam dan
profilaksis terus menerus dengan antikanulsa setiap hari. Untuk
profilaksisintermitten diberikan diazepim secara oral dengan dosis 0,3 –
0,5mg/hgBB/hari.
d. Mencari dan mengobati penyebab
Memeriksaan cairan serebro spiral dilakukan untuk
menyingkirkankemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang
demam yang pertama,walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan
pungsi lumbal hanya padakasus yang dicurigai sebagai meningitis,
misalnya bila aga gejala meningitisatau bila kejang demam berlangsung
lama.
e. Penaganan sportif
1) Bebaskan jalan napas
2) Beri zat asam
3) Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit
4) Pertahankan tekanan darah
2. Pencegahan

9
a. Pencegahan berkala (intermitten) untuk
kejang demam sederhana.
Beri diazepamdan antipiretika pada penyakit-penyakit yang disertai
demam.
b. Pencegahan kontinyu untuk kejang demam komplikasiDapat
digunakan :Penobarbital : 5-7 mg/kg/24 jam dibagi 3 dosisFenitorri :
2-8 mg/kg/24 jam dibagi 2-3 dosisDiazepam : (indikasi khusus

E. Pemerikasaan Penunjang
1. Elektro encephalograft (EEG)
Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang mempunyai nilai prognostik. EEG
abnormaltidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya
epilepsi atau kejang demamyang berulang dikemudian hari. Saat ini
pemeriksaan EEG tidak lagi dianjurkan untuk pasien kejang demam yang
sederhana. Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan
dandikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi.
2. Pemeriksaan cairan cerebrospinal
Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya meningitis,
terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Pada bayi yang masih
kecil seringkali gejalameningitis tidak jelas sehingga harus dilakukan
lumbal pungsi pada bayi yang berumurkurang dari 6 bulan dan
dianjurkan untuk yang berumur kurang dari 18 bulan.
3. Darah
a. Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N <
200 mq/dl) b.
b. BUN: Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan
indikasi neprotoksik akibat dari pemberian obat.c.
c. Elektrolit : K, NaKetidakseimbangan elektrolit merupakan
predisposisi kejangKalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl ) Natrium ( N 135
– 144 meq/dl )

10
d. Cairan Cerebo Spinal : Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS
tanda infeksi, pendarahan penyebab kejang.
e. Skull Ray :Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan
adanya lesi6.
f. Tansiluminasi : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB
masih terbuka(di bawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu
khusus untuk transiluminasi kepala

DAFTAR PUSTAKA
Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah : Buku Saku untuk
Brunner danSuddarth. Jakarta : EGC.Behrman, Richard E, dkk. 1999.

Ilmu Kesehatan dan Anak Nelson, Volume 2. Edisi 15. Alih Bahasa A. Samik
Wahab. Jakarta : EGC.Corwin, Elizabeth J. 2007.

Buku Saku Patofisiologi, Ed. 3; Alih Bahasa, Nike BudhiSubekti. Jakarta:


EGC.Doctherman, J. McCloskey. 2008.

11
Nursing Interventions Classification (NIC) & NursingOutcomes Clasifications
(NOC).USA: Mosby.Grace, Pierce A & Borley, Neil R. 2006.

At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta : Erlangga.Herdman, T. Heather. 2013.

NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-


2014 . Jakarta : EGC.Kee, Joyce L.1996.

Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.Muscari, Mary E.


2005.
Panduan Belajar: Keperawatan Pediatrik; Alih Bahasa, Aifrina Hany. Jakarta:
EGC.
Nethina, Sandra, M. 2001.Pedoman Praktek Keperawatan. Alih Bahasa oleh
Setiawan,dkk. Jakarta : EGC. Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2013.

Aplikasi Asuhan Keperwatan Berdasarkan Diagnose Medis dan NANDA NIC-


NOC . Yogyakarta: MediactionPublishing. Wong, Donna L. dan Eaton, M. H…(et
all). 2001. Wong’s Essentials of Pediatric Nursing .(Ed. 6). Missouri : Mosby

12

Anda mungkin juga menyukai