Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

A. DEFENISI
Merupakan penyakit yang terdapat pada anak dan remaja atau orang dewasa
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang biasanya memburuk
setelah 2 hari pertama (Arif Mansjour dkk, Kapita Selekta Kedokteran, 2001)

B. ETIOLOGI
Penyebab penyakit DBD ini adalah “Virus Dengue” termasuk group B
Arthropodborn Virus (Arbovirusses) dan sekarang dikenal sebagai genus
flavinus, family flaviridiae dan mempunyai 4 serotype, yaitu: DEN I, DEN II,
DEN III, dan DEN IV. Infeksi dengan salah satu serotype akan menimbulkan
antibody seumur hidup terhadap serotype yang bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotype yang lain (Demam Berdarah Dengue, FK UI, Hal
80).

C. CARA PENULARAN
Terdapat 3 faktor yang berperan pada penularan infeksi dengue, yaitu: manusia,
virus, dan faktor perantara. Virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk
aedes aegypti. Nyamuk Aedes Albopictus, Aedes Polinesiensis dan beberapa
spesies yang lain dapat pula menularkan virus dengue tetapi kurang berperan.
Nyamuk aedes tersebut dapat menularkan virus dengue kepada manusia, baik
secara langsung yaitu setelah menggigit orang yang sedang mengalami viremia,
maupun secara tidak langsung yaitu setelah melalui masa inkubasi didalam
tubuhnya selama 8-10 hari (Ekstrinsic Incubation Period). Pada manusia
diperlukan waktu 4-6 hari (Instrinsic Incubation Period) sebelum menjadi sakit
setelah virus masuk kedalam tubuh
Pada nyamuk, sekali virus dapat masuk dan berkembang biak didalam tubuhnya,
maka nyamuk tersebut dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif).
Sedangkan pada manusia, penularan dapat terjadi pada saat tubuh dalam
keadaaan viremia yaitu antara 3-5 hari. (Demam Berdarah Dengue, FK UI, hal
80-81)

D. PATOGENESIS
Virus ini merupakan mikroorganisme yang hanya dapat hidup dalam sel hidup
maka dalam kelangsungan hidupnya, virus harus bersaing dengan sel manusia
sebagai pejamu (Host) terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut
sangat tergantung pada daya tahan tubuh pejam, persaingan akan sembuh
sempurna dan timbul antibody atau perjalanan penyakit menjadi berat dan bahkan
dapat menyebabkan kematian

E. PATOFISIOLOGI
Virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti sebagai vektor ke tubuh
manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Setelah manusia terkontaminasi oleh
virus tersebut maka akan terjadi infeksi yang pertama kali yang dapat
memberikan gejala sebagai DBD. DBD dapat tejadi bila seorang yang telah
terinfeksi pertama kali dapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Virus akan
bereplikasi dinodus limpatikus regional dan menyebar kejaringan lain, terutama
ke sistem retikuloendotelial dan kulit secara brobkogen maupun hematogen.
Tubuh akan membentuk kompleks virus antibody dalam sirkulasi darah sehingga
akan mengaktivasi sistem komplemen yang berakibat dilepaskannya
anafilaktoksin C3a dan Csa sehingga permeablitas dinding pembuluh darah
meningkat dan akan terjadi juga agregasi trombosit yang melepaskan ADP,
trombosit melepaskan vasoaktif yang bersifat meningkatkan permeabilitas kapiler
dan melepaskan trombosit. Faktor-faktor yang merangsang koagulasi
intravaskuler. Terjadinya aktivasi faktor homogen (faktor VII) akan menyebabkan
pembekuan intravaskuler yang meluas dan meningkatkan permeabilitas dinding
pembuluh darah.
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah
viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual,
pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam dan bintik-bintik merah pada kulit (petechie)
dan hal-hal yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening,
pembesaran hati (hepatomegali) dan pembesaran limpa. Peningkatan
Permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan kurangnya volume plasma, terjadi
hipotensi, hemokensentrasi (peningkatan hematokrit 20%) menunjukkan adanya
kebocoran (perembesan) plasma sehingga hematokrin menjadi lebih penting
untuk menjadi ukuran patokan pemberian cairan intravena. Setelah pemberian
cairan intravena peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma
telah teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan
jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya
jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami
kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa
mengakibatkan renjatan.
Jika renjatan dan hipovolemia berlangsung lama, maka akan timbul anoksia
jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan
baik.
Gangguan hemostasis pada penderita DHF, menyangkut 3 faktor yaitu:
1. Perubahan vaskuler
2. Trombositopenia
3. Gangguan koagulasi

F. MANIFESTASI KLINIS
Masa inkubasi dari dengue antara 3-15 hari namun rata-rata 5-7 hari.
Tanda dini infeksi dengue, adalah:
1. Demam tinggi
2. Facial flushing
3. Tidak ada tanda-tanda ISPA
4. Tidak tampak fokal infeksi
5. Uji tourniket positif
6. Trombositopenia
7. Hematokrit meningkat
Indikator fase syok:
1. Hari sakit ke 4-5
2. Suhu turun
3. Nadi cepat tanpa demam
4. Tekanan darah turun/hipotensi
5. Leukopenia (< 5000/mm3)

WHO memberikan pedoman untuk membantu menegakkan diagnosis demam


berdarah secara dini disamping menentukan derajat beratnya penyakit
Klinis :
 Demam mendadak tinggi
 Perdarahan (termasuk uji rumpelleede +) seperti: petechie, epistaksis,
hematemesis dan melena
 Hepatomegali
 Syok: nadi kecil dan cepat dengan tekanan darah turun atau hipotensi disertai
gelisah dan akral dingin
Klasifikasi Demam Berdarah Dengue:
 Derajat I (Ringan): terdapat demam mendadak selama 2-7 hari disertai gejala
klinis lain dengan manifestasi perdarahan ringan: uji Touniket +
 Derajat II : ditemukan pula perdarahan kulit dan manifestasi
perdarahan lain.
 Derajat III : ditemukan tanda-tanda dini renjatan
 Derajat IV : termasuk DSS dengan nadi dan tekanan darah yang tidak
terukur.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pada DBD dijumpai trombositopenia dan hemakonsentrasi
Laboratorium:
 Trombositopenia (< 100.000/mm3)
 Hemokonsentrasi (kadar Ht > 20% dari normal)
2. Air Seni, mungkin ditemukan albuminnya ringan
3. Uji Serologi memakai serum ganda yaitu:serum diambil pada masa akut dan
konvalesen yaitu uji peningkatan komplemen (PK), uji netralisasi (MT), dan
uji dengue Blok. Pada uji ini dicari kenaikan antibodi (antidengue) minimal
4x
4. Isolasi virus, yang diperiksa adalah darah Klien dan jaringan

H. PENATALAKSANAAN / TERAPI
Pada dasarnya penatalaksanaan DBD bersifat supportif yaitu mengatasi
kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan
sebagai akibat perdarahan. Untuk merawat Klien DBD dengan baik, diperlukan
dokter dan perawat yang terampil, sarana laboratorium yang memadai, serta bank
darah yang senantiasa siap jika diperlukan. (Demam Berdarah Dengue, FK, UI.
Hal. 104).

Menurut WHO:
 DBD derajat I
o Minm banyak (1,5-2 liter perhari)
o Kompres hangat
o Jika klien muntah-muntah infus RL / Asering.
 DBD derajat II
o Minum banyak (1,5-2 liter perhari)
o Infus RL / Asering
 DBD derajat III
o Infus RL /Asering 20 ml atau 20 cc/kg/BB/jam
 DBD derajat IV
o Infus RL / Asering tetapi diguyur atau dicor terlebih dahulu sampai nadi
teraba dan tekanan darah sudah mulai terukur
o Bila ada panas atau demam berikan kompres hangat dan paracetamol
o Bila ada perdarahan, tes Hb, jika Hb < 10 berikan PRC(Pack Red
Cell/Eritrosit) sampai Hb lebih dari 10.
o Bila terdapat infeksi sekunder atau renjatan yang berulang-ulang berikan
antibiotik
o Bila terjadi kesadaran menurun dengan kejang-kejang berikan
dexamethasone

I. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Kaji adanya peningkatan suhu tubuh, tanda-tanda perdarahan, mual muntah,
anoreksia, nyeri uluhati dan nyeri sendi
Tanda-tanda renjatan: nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan
lembab, trauma pada ekstermitas, sianosis, gelisah, penurunan kesadaran.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hypertermi b/d viremia
b. Nyeri b/d proses patologis penyakit
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
b/d mual, muntah dan anoreksia
d. Gangguan aktivitas sehari-hari b/d kondisi tubuh yang lemah
e. Gangguan pola tidur b/d sakit kepala dan pegal-pegal seluruh tubuh
f. Gangguan mobilisasi b/d nyeri
g. Risiko terjadinya perdarahan intra abdominal b/d trombositopenia
h. Risiko terjadnya syok hipovolemik b/d kehilangan cairan tubuh
i. Gangguan pola eliminasi b/d konstipasi
j. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatan DBD b/d kurangnya
informasi
k. Ansietas b/d kondisi Klien yang memburuk dan perdarahan yang dialami
Klien
l. Gangguan proses keluarga b/d anggota keluarga yang dirawat dirumah
sakit
m. Risiko infeksi b/dtindakan invasif
n. Kurang volume cairan tubuh peningkatan permeabilitas dinding plasma
o. Risiko terjadi plebitis b/d pemasangan infus
p. Risiko terjadinya kelebihan cairan b/d pemberian cairan intravena
3. Intervensi
NO. TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Perawat akan 1. Pantau status cairan dan Deteksi kekurangan cairan dini
menangani dan evaluasi akan dapat melakukan intervensi
meminimalkan - Pemasukan (mulut dan yang segera untuk mencegah syok
terjadinya syk intravena)
hipovolemik - Pengeluaran dan kehilangan
lain, seperti: urine dan
muntah
2. Pantau tanda-tanda dan gejala Respon komplikasi pada
syok, seperti: penurunan sirkulasi bertujuan
- Peningkatan frekuensi nadi meningkatkan pengiriman oksigen
disertai dengan tekanan darah dengan cara peningkatan frekuensi
yang normal atau sedikit jantung, pernapasan dan
menurun penurunan sirkulasi didaerah
- Pengeluaran urine <30 cc/jam perifer (yang ditandai dengan nadi
- Kelelahan, agitasi atau perifer tidak teraba dan kulit
penurunan kesadaran dingin) Nilai Hb dan Ht menurun
- Penurunan frekuensi jika terjadi perdarahan yang
pernapasan dan kehausan bermakna
- Penurunan nadi perifer
- Kulit dingin, pucat, lembab
atau sianosis
- Penurunan Hb dan Ht
3. Jika syok terjadi, tempatkan Meningkatkan pengembalian
Klien dengan posisi terlentang darah ke jantung (reload)
dengan kaki tinggikan
4. Pasang infus dan gunakan Misalnya dengan pengobatan
jarum yang besar jika vasopressor, meningkatkan
pemberian darah sudah tahanan perifer dan meningkatkan
diantisipasi, lakukan tekanan darah
penanganan sesuai dengan
prosedur
5. Kolaborasi dengan dokter Mengganti kehilangan cairan
untuk penggantian cairan yang akibat evaporasi
hilang dengan jumlah yang
cukup
6. Batasi penjelasan dan aktivitas
klien Membantu menurunkan
7. Berikan penjelasan yang kebutuhan O2 jaringan
singkat dan dukungan Ansietas yang tinggi
psikologis dalam menurunkan meningkatkan kebutuhan
ansietas metabolisme akan O2
2. Mendemonstrasikan 1. Pantau suhu tubuh Klien Suhu tubuh 38,9 C – 44,1 C
suhu dalam batas menunjukkan prosespenyakit
normal, bebas dari
kedinginan infeksius
2. Berikan kompres hangat,
hindari penggunaan alkohol Dapat membantu mengurangi
demam, penggunaan alkohol
mungkin menyebabkan
kedinginan, peningkatan suhu
secara actual. Selain itu alkohol
dapat mengeringkan kulit
3. Berikan anti piretik
Digunakan untuk mengurangi
demam dengan aksi sentral pada
hipothalamus, meskipun demam
mungkin dapat berguna dalam
membatasi pertumbuhan
organisme dan meningkatkan
autodestruksi dari sel-sel yang
terinfeksi
4. Anjurkan Klien minum
banyak Mengganti kehilangan cairan
akibat evaporasi
Dikutip dari: 1. Carpenito, Diagnosa Keperawatan. EGC
2. Dongoes, Rencana Asuhan Keperawatan. EGC
PENYIMPANGAN KDM

Bakteri Jamur Virus

Invasi kedalam tubuh Masuk sal. pencernaan

Agreegasi pada organ tubuh Pengeluaran endotoksin

Cemas
Aktivasi sel mononuklear Sekresi asam lambung

Koping yang tidak adekuat Stimulasi saraf vagus Inhibisi pusat lapar
Reaksi fagositosis

Mual Klien tidak merasakan lapar


Status psikologik menurun Pengeluaran Endogen Pyrogen

Muntah
Stressor meningkat Pelepasan As. Arakidonat di
Hipothalamus
Intake yang inadekuat
Timbul persepsi salah pada penyakitnya

Menjadi prostaglandin
Kurang pengetahuan Ggn. Nutrisi kurang dari
kebutuhan

Perubahan status kesehatan Menstimulasi set point

Suhu tubuh meningkat Suhu tubuh meningkat

Terjadi terus menerus Hiperthermi (Febris)


DAFTAR PUSTAKA

Christanti Effendy, 1995. Perawatan Pasien DHF. Penerbit buku Kedokteran


EGC, Jakarta

Doenges Marylinn E, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3, penerbit
buku Kedokteran EGC, Jakarta.

H.M. Sjaeffollah Noer, dkk., 1996. Buku Ajar Penyakit Dalam. Edisi ketiga,
balai penerbit FKUI, Jakarta.

Sri Reseki H. Hadinegoro, dkk., 1999. Demam Berdarah Dengue Naskah


Lengkap. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai