REHABILITASI MEDIK
Disusun oleh:
Pascallinda Thenia
071801170
Pembimbing:
dr. Sanjoto S., Sp.FKR
2.1 DEFINISI
Menurut WHO, Rehabilitasi Medik adalah ilmu pengetahuan kedokteran yang
mempelajari masalah atau semua tindakan yang ditujukan untuk mengurangi atau
menghilangkan dampak keadaan sakit, nyeri, cacat dan atau halangan serta
meningkatkan kemampuan pasien mencapai integrasi sosial.
WHO tahun 1969 : serangkaian upaya yang bersifat medik, sosial, edukasional dan
vokasional yang terkoordinasi untuk melatih atau melatih kembali penyandang cacat
untuk mencapai kemampuan semaksimal mungkin.
WHO tahun 1981 : semua upaya yang bertujuan untuk mengurangi dampak dari semua
keadaan yang menimbulkan disabilitas dan handicap yamg memungkinkan penyandang
cacat untuk berpartisipasi secara aktif dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.
Selain itu juga dikenal namanya rehabilitasi sosial, yaitu bagian rehabilitasi yang
bertujuan agar penderita cacat dapat berintegrasi kedalam masyarakat dengan
menyesuaikan diri pada keluarga, pekerjaan, dan masyarakat. Sedangkan rehabilitasi
kekayaan yaitu bagian dari rehabilitasi yang berusaha memulihkan kemampuan bekerja
dan daya guna penderita cacat dengan diadakan pelayanan kekaryaan.
2
2.2 SEJARAH
Rehabilitasi penderita cacat berkembang setelah PD I, terutama dititikberatkan pada
bidang ortopedi, fisioterapi, dan terapi kerja. Ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi
(Physical Medicine and Rehabilitation) diakui sebagai disiplin ilmu kedokteran spesialis
tahun 1947 di AS. Di Indonesia (1951) setelah PD ke II : profesor dr. Soeharso (ahli
bedah) àpusat rehabilitasi di Solo. Tahun 1978 : PRU (preventive Rehabilitation Unit) /
IRM di RSUP Dr. Karyadi Pusat pendidikan dokter spesialis Rehab Medik : UNDIP,
UNAIR, UI, UNSRAT, UNPAD
3
Prinsip - prinsip dasar kegiatan rehabilitasi anak
Ada beberapa prinsip dasar kegiatan rehabilitasi anak berkebutuhan khusus, diantaranya:
1. Ditinjau dari tujuan rehabilitasi
Tujuan rehabilitasi bagi anak berkebutuhan khusus adalah agar mereka mampu
mengikuti pendidikan dengan baik, atau agar mereka mampu melaksanakan fungsi sosial
secara wajarn dalam kehidu-pan masyarakat. Untuk mewujudkan tujuan rehabilitasi
tersebut, prinsip dasar kegiatan rehabilitasi adalah:
a. Prinsip menyeluruh
Kegiatan rehabilitasi dilakukan secara menyeluruh atau lengkap, baik pada aspek
fisik, psikhis, sosial maupun ketrampilan (total care concept rehabilitation). Seorang
anak yang mengalami amputasi, sedini mungkin ditangani bidang rehabilitasi medic
tidak terbatasl kepada mempercepat penyembuhan luka-penguatan ptot, tetapi juga
pembuatan kaki palsu, mempersiapkan mental agar yang bersangkutan menerima
alat tersebut, melatih ketrampilan sesuai dengan kemampuan yang ada, dsb.
b. Prinsip pelayanan segera atau pelayanan dini
Pelayanan rehabilitasi dilakukan mulai sejak usia dini atau segera setelah diketahui
kebutuhan rehabilitasi yang diperlukan masing-masing anak.
c. Prinsip prioritas
Kondisi kesehatan atau kecacatan yang menimbulkan rasa sakit dapat mengganggu
setiap aktivitas anak, maka kegiatan rehabilitasi medik bagi anak yang memerlukan,
perlu didahulukan/mendahului kegiatan rehabilitasi yang lain. pada kasus-kasus
tertentu yang memerlukan pelayanan segera, perlu memperoleh prioritas dalam
rehabilitasi.
d. Kegiatan berpusat pada anak
Kegiatan rehabilitasi yang dilakukan, lebih banyak memberikan kesempatan kepada
anak/peserta didik untuk mencoba sendiri, memecahkan masalahnya sendiri serta
melakukan latihan sendiri, sudah tentu setelah mereka memperoleh penjelasan
secukupnya dari provider.
e. Prinsip konsisten
Setiap kegiatan rehabilitasi didasarkan pada program yang telah disiapkan
sebelumnya, dan dievaluasisetiap kemajuan yang dicapai anak/peserta didik secara
konsisten.
4
f. Prinsip efektivitas dan penghargaan
Memberikan pujian dan penghargaan atas keberhasilan dan kemajuan kemampuan
anak/peserta didik.
g. Prinsip pentahapan.
Artinya bahwa kegiatan rehabilitasi dimulai dari kegiatan yang minimal (kecil,
sederhana, mudah) sampai pada yang maksimal (luas, besar, sukar), baik yang
berhubungan dengan bentuk, sifat maupun hasil yang diharapkan.
h. Prinsip kesinambungan, berulang dan terus menerus.
Artinya kegiatan terapi agar mencapai hasil maksimal perlu dilakukan
berkesinambungan, berulang-ulang, terus menerus. Jadi tidak berhenti sebelum
terlihat hasilnya yang lebih baik, menjadi bertambah meningkat kemampuannya,
menjadi berkurang kesulitan dan hambatannya, dsb.
i. Prinsip terintegrasi
Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi tidak selalu terpisah dengan kegiatan proses
belajar mengajar dalam suatu bidang studi tertentu, misalnya ketrampilan, olahraga,
PMP, agama, kesenian, dsb.
5
c. Orientasi pada jenis kecacatan dan kasus
Ada kegiatan rehabilitasi yang dapat dilakukan secara kelompok berdasarkan atas
jenis kecacatan, macam kasus, tingkat kelas, kelompok usia, dsb. MisaInya: semua
anak tunanetra memerlukan latihan orientasi dan mobilitas, semua anak tunarungu
memerlukan latihan komunikasi, semua anak tuna grahita dan tunadaksa
memerlukan latihan ADL, dsb
Seluruh program rehabilitasi berada di bawah tanggung jawab ketua tim yang
dibantu oleh tiga ahli di bidang medik, social psikologis dan ketrampilan. Dalam
pelaksanaannya dapat dilakukan oleh beberapa pelaksana rehabilitasi sesuai
dengan kemamputan dan kewenangannya.
Tindakan rujukan ke ahlinya perlu dilakukan oleh para guru dan petugas rehabilitasi
lainnya, agar anak segera terpecahkan permasalahannya. Dalam hal ini perlu
6
disertai administrasi seperlunya (buku rujukan).
7
2. Upaya preventif
Edukasi dan penanganan yang tepat pada kondisi sakit/ penyakit untuk mencegah
dan atau meminimalkan gangguan fungsi atau risiko kecacatan.
3. Upaya kuratif
Penanganan melalui paduan intervensi medik, keterapian fisik, dan upaya
rehabilitatif untuk mengatasi penyakit/kondisi sakit untuk mengembalikan dan
mempertahankan kemampuan fungsi.
4. Upaya rehabilitatif
Penanganan melalui paduan intervensi medik, keterapian fisik, keteknisan medik dan
upaya rehabilitatif lainnya melalui pendekatan psiko-sosio-edukasi-okupasi-
vokasional untuk mengatasi penyakit/kondisi sakit yang bertujuan mengembalikan
dan mempertahankan kemampuan fungsi, meningkatkan aktivitas dan peran serta/
partisipasi di masyarakat.
Spesialis saraf
Untuk pencegahan, diagnosis, dan perawatan stroke dan penyakit lain di otak
dan medulla spinalis
8
Perawat rehabilitasi
Khusus untuk menolong orang dengan disabilitas, membantu pasien mengelola
masalah yang mempengaruhi stroke (missal: diabetes, hipertensi) dan
menyesuaikan diri untuk hidup setelah stroke
Fisioterapis
Ahli yang ,memiliki ilmu dan seni pengobatan fisik dengan perantaraan unsur-
unsur alamiah (unsur panas, dingin, air, arus listrik) pemijatan dan manipulasi
serta latihan.
Tujuannya :
• Menghilangkan rasa sakit/mengurangi rasa sakit
• Mencegah dan mengoreksi kecacatan
• Memperbaiki sirkulasi darah
• Memulihkan kekuatan, mobilisasi serta koordinasi secara maksimal
Modalitas Fisioterapi (terapi)
1. Terapi panas : superfisial (infra red, parafin, air panas) dalam (SWD, MWD,
US)
2. Terapi dingin : kompres es, massase es, cryoterapi
3. Massage : vibrasi, friksi, dll
4. Traksi leher/traksi lumbal
5. Stimulasi Listrik : faradisasi, interferensi, tens
6. Penjaruman/terapi fisik dengan suntikan: Dry-needling pada trigger Point
7. Hidroterapi: kolam air, hubbard tank, whirlpool, contrast bath
8. Terapi latihan : penguatan, koordinasi, ROM/LGS, ketahanan, dengan
sasaran khusus.
Terapi panas.
Indikasi: nyeri, tendinitisis/ bursitis/ tenosynovitis dll, kontraktur, inflamasi
kronis
Kontraindikasi:
1. Radang dan trauma akut
2. Gangguan vaskular : obstruksi, iskemik
9
3. Diatethesa hemoragik/ gangguan koagulasi
4. Malignancy
5. Pemakaian implant logam( fraktur), kecuali dengan USD
6. Penyakit jantung koroner
7. Bayi (centrum pertumbuhan)atau orang tua
8. Gangguan sensasi
No 1-5 adalah KI absolut
No 6-8 adalah KI tidak absolut
Traksi cervical
Penderita duduk dengan agak fleksi 10-20 derajat atau berbaring terlentang
dengan 1 bantal. Beban + 5-10 kg, selama 10-20menit. Traksi dihentikan bila:
1. Nyeri bertambah di daerah servical
2. Nyeri menjalar atau kesemutan di lengan
3. Keluhan pusing
Indikasi :
1. Cervikal root syndrom(CRS)
2. Nyeri leher diluar CRS : nyeri atau spasme
Kontraindikasi:
1. Infeksi spinal : TBC, Osteomielitis
2. Malignancy
3. Kompresi mielum
4. Osteoporosis
5. Orang tua yang lemah
6. Kehamilan
7. RA servikal
8. Hipertensi dan PJK
Traksi lumbal
Upaya dokter agar penderita bed rest/istirahat. Beban tarikan tidak
dipersoalkan Perlu diperhatikan : -sendi paha dan lutut fleksi (diganjal, -
10
pengurangan lordose, -foramen Intervertebralis terbuka. Beban 25-50 kg,
selama 20 menit
Indikasi
• Nyeri pinggang bawah (NPB) : sprains (ligamen) atau strains
(otot/tendo)
• Diskogenik (HNP)
Kontaindikasi
Sama dengan traksi cervical.
Ahli gizi
Mengajari penderita tentang makanan sehat dan diet khusus (seperti: rendah
garam, rendah lemak, rendah kalori)
11
Pekerja social
Membantu penderita untuk membuat keputusan tentang program rehab,
menyusun hidup selanjutnya, asuransi, dan fasilitas pendukung di rumah.
Melakukan pekerjaan sosial yang diterapkan dalam bidang pengobatan dan
kesehatan serta merupakan bagian pekerjaan sosial umum yang bergerak dalam
masalah sosial emosional penderita
Tugas :
1. Mancari dan mengumpulkan data yang berhubungan dengan latar
belakang sosial penderita
2. Sebagai penghubung dengan staf RS, keluarga, dan masyarakat
3. Memberikan bimbingan sosial/motivasi selama perawatan/rehabilitasi
medik
4. Membantu memecahkan masalah sosial yang dihadapi penderita
5. Memanfaatkan sumber bantuan yang ada dimasyarakat baik bersifat
instansi/lembaga sosial pemerintahan atau swasta
6. Mengadakan tindak lanjut dalam proses rehabilitasi
Psikolog
Mendiagnosa dan merawat penderita yang mungkin menghadapi perubahan
dalam berpikir, ingatan, dan perilaku. Tujuan utamanya agar penderita cacat
dapat menyesuaikan diri secara positif baik terhadap lingkungan sosialnya
maupun keadaan cacatnya sehingga dapat memberikan arti/makna baru dalam
kehidupannya
12
Tugas Psikologi
1) Mempersiapkan penderita secara mental selama menjalani perawatan
medis dan selama proses penyembuhan (operasi, amputasi)
2) Mengurangi ketegangan emosi
3) Membantu memecahkan problem-problem emosional yang timbul
4) Membantu mengembalikan kepercayaan pada diri sendiri
5) Membantu mempersiapkan lingkungan sosial dimana penderita berada
(lingkungan keluarga, kerja, sekolah)
Pengelola kasus
Membantu penderita untuk mendapatkan perawatan fase akut, mengkoordinasi
perawatan dari berbagai penyedia jasa perawatan, dan menghubungkan dengan
pelayanan local
Layanan yang diberikan selama rehabilitasi meliputi terapi fisik, okupasi, bicara, dan bahasa,
terapi rekreasi, dan layanan khusus medis maupun psikologis.
Terapi Fisik
Terapi fisik membantu mengembalikan fungsi dan kemampuan fisik seperti berjalan,
lingkup gerak, dan masalah kelemahan satu sisi badan, keseimbangan yang cacat dan drop
foot. Baca bab 4 dari buku ini untuk contoh-contoh latihannya.
Terapi okupasi
Terapi okupasi meliputi mempelajari kembali kemampuan yang dibutuhkan untuk
aktivitas sehari-hari diantaranya makan, pergi ke kamar mandi, memakai pakaian, dan
perawatan diri sendiri.
13
Terapi wicara
Akibat dari stroke, Anda mungkin akan memiliki masalah dalam berkomunikasi,
berpikir atau menelan. Terapi wicara dan bahasa (speech language therapy (SLG) atau
speech therapy (ST)) akan meliputi teknik-teknik untuk mengurangi dan mengkompensasi
masalah ini.
Dua kondisi – disartri dan afasia – dapat menyebabkan masalah bicara diantara
penderita stroke. Seseorang dengan disartri tidak mampu lagi untuk mengucapkan kata-kata
secara jelas karena kelemahan atau masalah dalam kontrol otot-otot wajah dan mulut.
Seseorang dengan afasia (lihat secara rinci dalam appendix A) dapat berfikir dengan jelas
tetapi tidak mampu untuk menghasilkan bahasa, baik mengeluarkan suara maupun untuk
memahami orang lain. Terapi wicara dan bahasa dapat mengajari Anda dan keluarga Anda
metode untuk mengatasi tantangan komunikasi ini. Jika kesulitan komunikasi Anda berat,
terapis akan menyarankan alternative untuk berkomunikasi, seperti menggunakan bahasa
tubuh atau gambar.
Petugas terapi wicara dan bahasa juga mengatasi masalah hilangnya memori dan
masalah berpikir lain yang ditimbulkan oleh stroke. Terapis dapat mengajari Anda dan
keluarga Anda jalan untuk mengatasi masalah-masalah ini.
Terapi Rekreasi
Rekreasi yang bersifat terapeutik mengenalkan kembali kesenangan dan aktivitas
sosial dalam hidup Anda. Aktivitas dapat meliputi berenang, pergi ke museum, bermain dan
perpustakaan, atau mengambil kursus musik atau seni. Faktor penting dalam terapi ini
adalah mengembalikan Anda pada lingkungan dan membangun kembali kemampuan
interaksi sosial. Petugas rekreasi terapeutik dapat tersedia di rumah sakit Anda, organisasi/
program-program berbasis komunitas (missal: YMCA atau panti jompo), dan program-
program hari orang dewasa.
Jaminan Kesehatan
Program-program rehabilitasi dapat menghabiskan banyak biaya. Jadi penting untuk
mengetahui seberapa besar biaya yang akan ditanggung oleh asuransi Anda dan apa yang
Anda punya untuk membayar sisanya. Dan perlu diketahui bahwa Anda dapat memilih
dokter yang Anda mau. Penyembuhan stroke membutuhkan rehabilitasi yang menyeluruh.
14
Hal tersebut dapat meliputi banyak pelayanan di tempat-tempat yang berbeda. Periksa
bersama perusahaan asuransi kesehatan Anda untuk menemukan lokasi yang
diperbolehkan.
Jika Anda bekerja sebelum Anda mengalami stroke, penting bagi Anda untuk
mempergunakan keuntungan jangka pendek akibat disabilitas setelah stroke. Keuntungan
ini dapat membantu Anda secara financial sampai Anda dapat kembali bekerja.
Ada beberapa jenis keuntungan yang dapat Anda pergunakan, meliputi keuntungan
dari asuransi disabilitas swasta atau dari pemerintah. Keuntungan asuransi disabilitas swasta
disediakan oleh pekerja atau melalui rencana asuransi disabilitas yang yang Anda biayai
sendiri. Social Security Administration (SSA) memiliki dua program yang menyediakan dana
untuk orang-orang yang tidak mampu atau tidak dapat bekerja:
- Social Security Disability Insurance (SSDI)
- Supplemental Security Income (SSI)
Karena waktu yang dibutuhkan untuk membuat surat-surat, hubungilah mereka
sesegera mungkin. Manfaatkan keuntungan tersebut meskipun Anda berencana untuk
kembali bekerja. Dan juga, buatlah salinan dari dokumen-dokumen yang Anda kirimkan dan
surat jawaban yang mereka kirimkan pada Anda. Buatlah susunan nama-nama orang yang
mengajak bicara Anda, tanggal dan apa yang mereka beritahukan pada Anda. Jika Anda
ditolak, cari tahu apa pertimbangannya dan tantang penolakan Anda.
Setiap asuransi kesehatan memiliki keterbatasan jangkauan. Tapi Anda mungkin
memiliki banyak pilihan pelayanan rehabilitasi yang Anda butuhkan:
1. Cobalah untuk mernghubungi “pengecualian" departemen rencana kesehatan Anda.
2. Untuk informasi lebih lanjut tentang program kesehatan khusus asuransi pribadi Anda,
hubungi perusahaan asuransi Anda.
3. Mintalah untuk bekerja dengan seorang manajer untuk penyakit kronis.
4. Layangkan pengaduan jika Anda tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang Anda
inginkan.
5. Jika Anda perlu bantuan berbicara dengan perusahaan asuransi Anda tentang
perawatan kesehatan dan pemulihan Anda, pertimbangkan untuk menghubungi
sumber daya dalam komunitas Anda, termasuk pelayanan rehabilitasi, lembaga lansia,
proyek pembuatan hukum untuk orang yang cacat /lansia dan biro administrasi jaminan
15
social penyandang cacat. Tanyakan pada pekerja sosial atau perencana rehab rumah
sakit.
6. Bandingkan hari rawat inap ketika rehabilitasi dan hari rawat jalan. Beberapa plan
mempunyai hari rawat inap yang pendek dengan rawat jalan yang lama.
Program Pelepasan
Program pelepasan adalah proses mempersiapkan Anda untuk hidup mandiri di
rumah. Program ini bertujuan untuk membantu menjaga manfaat hasil terapi rehabilitasi
medik yang telah Anda dapatkan. Program ini dimulai sejak Anda mendapatkan terapi
rehabilitasi medik, melibatkan Anda, keluarga Anda dan tim rehabilitasi medik stroke. Anda
akan segera dibiarkan hidup mandiri begitu tujuan terapi Anda tercapai.
Program pelepasan dapat meliputi:
1. Memastikan Anda memiliki tempat yang aman untuk hidup setelah selesai terapi
2. Memutuskan apa perawatan, bantuan, atau peralatan khusus yang Anda perlukan.
3. Mengatur layanan rehabilitasi lebih lanjut atau layanan lainnya di rumah.
4. Memilih penyedia layanan kesehatan yang akan memantau kesehatan dan kebutuhan
medis Anda.
5. Menentukan perawatan harian, yang akan melakukan pengawasan, dan bantuan di
rumah
6. Menentukan pelayanan masyarakat yang dapat membantu sekarang atau setelah
beberapa waktu. Contohnya pengiriman makan, pengantar ke pusat rehabilitasi,
program kunjungan, dan bantuan pengasuh
Dukungan Sosial
Bersosialisasi dengan keluarga dan teman-teman adalah bagian penting dari
pemulihan stroke. Setiap orang membutuhkan dukungan tak terkecuali penderita stroke.
Ada banyak cara untuk mendapatkan dukungan yang Anda butuhkan.
Kelompok pendukung
Kelompok pendukung mengijinkan Anda untuk berinteraksi dengan pasien stroke
lainnya yang tahu apa yang Anda alami. Orang –orang dalam kelompok pendukung dapat:
16
1. Membantu Anda menemukan cara untuk memecahkan masalah yang berhubungan
dengan stroke Anda.
2. Berbagi informasi tentang produk yang dapat membantu pemulihan Anda.
3. Mendorong Anda untuk mencoba hal baru.
4. Dengarkan keluh kesah tentang rasa frustasi Anda
5. Memberikan Anda kesempatan untuk keluar dari rumah
6. Memberikan Anda kesempatan untuk berbagi cerita
7. Menjadi teman baru Anda.
17
Prinsip rehabilitasi pasien stroke ialah: tahapan latihan penderita haruslah mengikuti
tahapan perkembangan refleks. Awalnya refleks primitif mungkin dimanfaatkan,
namun kemudian ditekan dan selanjutkan digantikan dengan refleks/reaksi yang
lebih tinggi, yaitu reaksi tegak dan reaksi keseimbangan.
Kapan memulai rehabilitasi pada pasien stroke:
a. SNH: rehabilitasi sedini mungkin (hari 2-3) namun bila dengan komplikasi infark
(minggu 2-3)
b. SH: rehabilitasi mulai hari 8-9
Tindakan rehabilitasi:
a. Bed proper positioning: intinya ialah membuat pasien dalam kondisi yang
comfortable:
- Penderita diletakkan dalam posisi yang melawan spastisitas. Posisi ini dapat
dilakukan dalam posisi miring kanan-telentang-miring kiri (@2 jam).
Bahu tertarik ke belakang dan bawah Ganjal bantal di bawah bahu
Lengan atas endorotasi Lengan atas eksorotasi
Siku fleki Siku ekstensi
Lengan bawah pronasi Lengan bawah supinasi
Pergelangan tangan dan jari fleksi Ekstensi pergelangan tangan dan jari
sedikit fleksi serta abduksi ibu jari
(gunakan botol aqua)
Panggul retraksi Ganjal bantal di di bawah panggul agar
panggul protraksi
Paha eksorotasi Paha endorotasi
Sendi lutut ekstensi Sendi lutut fleksi
Pergelangan kaki plantar fleksi Pergelangan kaki dorsofleksi
b. Secara bertahap naikkan sandaran kepala tempat tidur sebelum memulai latihan
duduk. Mulai dari 30 derajat selama 30 menit dan setelah stabil (cek tensi tidak
ada hipotensi postural) naikkan 5-10 derajat lagi hingga posisi duduk. Inget
untuk latihan duduk harus melalui tahap perkembangan motorik anak melalui
latihan rolling: telentang-tengkurap-telentang.
18
c. Setelah duduk, lakukan sitting balance exercise: badan didorong ke kanan-kiri-
muka-belakang.
d. Lakukan latihan ROM secara pasif dan berlanjut aktif, latihan meliputi stretching-
strengthening-endurance.
e. Latih motorik kasar dan motorik halus pasien. Inget bahwa pasien stroke
hemiplegik cenderung untuk mengabaikan sisi sakit, oleh karena itu selalu
sertakan sisi yang sakit.
f. Latihan berdiri: tahapan latihan berdiri melalui jalur: lying (baring)-
rolling(tengkurap)-propping(tengkurap secara kuadripedal bertumpu pada kedua
siku dan lutut)-kneeling-sitting-standing (dibantu caranya latihan berdiri dari
posisi duduk). Inget syarat latihan berdiri hanya bila MMT otot ekstremitas
bawah 3 ke atas dan sudah mencapai keseimbangan duduk.
g. Latihan berjalan: di parallel bars dan walker bertujuan untuk melatih
keseimbangan, simetri, dan toleransi berdiri.
h. Latihan transfer pasien hemiplegia:
i. Latihan terapi wicara untuk problem kesulitan menelan, drooling dan disartria:
latihan mengatup dan membuka mulut, merapatkan bibir, mengunyah.
Masukkan makanan lunak minta pasien untuk mengunyah dapat dibantu secara
pasif.
j. Bladder training: kateterisasi berkala (clean unsterile)
k. Bowel training: evakuasi manual feses
l. Ankle pumping
m. Latihan nafas (breatthing exercise) selalu disertakan dalam setiap latihan yang
dilakukan.
19
5. Neoplasma: myeloma, hodgkin, ca pankreas, metastase ca dari mammae,
prostate, lung.
6. GI: pankreatitis, kolelitiasis, IBD
7. Renal: batu ginjal
8. Ginekologik: ca uterus dan ca ovarium, dismenorea
9. Psikogenik
10. Kelainan postur: akibat lordosis berlebihan
Anamnesa:
1. Tanyakan apa nyeri belokasi setempat atau menjalar ke ekstremitas bawah
2. Tanyakan tentang etiologi
3. Tanyakan ttg kebiasaan: memakai high heel
4. Tanyakan riwayat pekerjaan
Pemeriksaan fisik:
1. Inspeksi:
a. Leher: tortikolis
b. Bahu: asimetris
c. Pelvic obliquity
d. Café au lait, cicatrix, benjolan
2. Palpasi: nyeri tekan, spasme otot
3. Periksa LGS
4. Pemeriksaan neurologi: motorik dan sensorik
Pemeriksaan penunjang:
1. Lab : DL, UL
2. Foto polos: Ap/lateral/oblik
3. Mielografi
4. CT scan
Rehabilitasi:
1. Terapi panas: IR, UV, SWD.
2. Stimulasi listrik: memblok rangsang sakit
3. Traksi lumbal: menurut indikasi
20
4. Terapi latihan: stretching ligamen, strengthening otot (pelvic tilt, cat and camel,
gluteal stretch, dll)
5. Terapi edukasi: mengajarkan teknik pemeliharaan sendi dan cara gerak tubuh
yang benar
- Bagaimana cara mengangkat barang
- Bagaimana posisi berdiri (bersandar), duduk, dan tidur (tidak memakai bantal
ukuran besar)
6. Ortotik: alat bantu untuk imobiliasasi spt TLSO
3. Osteoartritis
Anamnesis:
a. Faktor resiko: obesitas, usia>50 tahun, wanita, trauma pekerjaan, kebiasaan
memakai sepatu hak tinggi.
b. Penyebab: OA primer idiopatik, OA sekunder penyebabnya antara lain: post
trauma, infeksi, avaskuler nekrosis, dll
c. Gejala: nyeri meningkat dengan pergerakan, asimetris, tanda radang.
PF:
a. Tanda radang
b. Abnormalitas anatomi sendi
c. LGS sendi yang terbatas karena nyeri
d. Kontraktur
PP:
a. Foto rontgen (osteofit dan penyempitan celah sendi)
b. Artroskopi
c. MRI
Terapi rehabilitasi:
a. Edukasi: kurangi BB, jangan pakai sepatu hak, jangan angkat berat, pegangan
saat naik tangga, jangan berdiri terlalu lama.
b. Terapi dingin untuk fase akut (24-48 jam)
c. Terapi panas (IR,dll) untuk mengurangu nyeri dan mencegah kekakuan sendi.
d. Terapi latihan untuk pasien artritis (referat amel):
21
1. Fase akut: sebaiknya bed rest dahulu selama 2 hari kemudian datang kontrol.
Kemudian dipasang bidai atau splint selama 2 hari juga untuk imobilisasi dan
dilakukan latihan isometrik. Setelah bidai dilepas lakukan latihan gentle joint
movement yakni latihan strengthening dan ROM exercise secara aktif
dibantu.
2. Fase subakut: merupakan periode antara fase akut dan kronik kekambuhan.
Penting untuk menjaga kesehatan umum dan mencegah kekambuhan pada
pasien. Latihan dilanjutkan dengan menggunakan alat bantu dengan
menggunakan kruk, crutches.
3. Fase kronik: pada tahap ini bila dibiarkan, pasien akan jatuh dalam kontraktur
sendi. Oleh karena itu pentingnya melakukan terapi latihan di fase akut dan
subakut agar tidak jatuh dalam kontraktur.
Intinya ada 2 terapi latihan artritis:
1. Terapi latihan stretching,strengthening, enduranceuntuk mencegah atrofi,
meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.
2. Latihan ROM pasif dan aktif.
Inget Goal terapi artritis:
a. Kontrol pain
b. Increase mobility
c. Increase strength and endurance
4. Skoliosis
Faktor resiko:
a. Struktural: kongenital, CP, artritis
b. Non struktural: Leg length discrepancy, spasme otot punggung, habitual
asymmetric posture
Klasifikasi skoliosis:
a. Skoliosis ringan: kurva < 20
b. Skoliosis sedang: 20-50
c. Skoliosis berat >50
Diagnosis:
22
a. Anamnesis: riwayat etiologi, kebiasaan, postur, pekerjaan
b. PF: Postural assesment (inspeksi anterior, lateral dan posterior: level bahu
asimetris, skapula yang prominens di sisi konveks, protrusi hip satu sisi, pelvic
obliquity), flexibility of the curve (lateral dan forward bending untuk melihat
adanya hump), periksa chest ekspansi (total lung capasity)
c. PP: Radiologis.
Komplikasi skoliosis:
a. Deformitas
b. Kelainan jantung
c. Kelainan paru
Tujuan terapi:
a. Mencegah progresifitas dan mempertahankan keseimbangan
b. Mempertahankan fungsi respirasi
c. Mengurangi nyeri dan memperbaiki status neurologis
d. Kosmetik
Tiga kategori penanganan penderita skoliosis:
a. Skoliosis ringan: cukup diterapi dengan latihan, massage, dan modalitas
b. Skoliosis sedang: selain latihan, massage, modalitas, dan dianjurkan memakai
spinal brace.
c. Skoliosis berat: umunya uda gak dapat diatasi dengan terapi sebelumnya, jadi
perlu operasi.
23