Anda di halaman 1dari 45

Serie/Judul :

SM 11
PENGENDALIAN PELAKSANAAN
PEMBANGUNAN

PELATIHAN MANAJER
LAPANGAN PELAKSANAAN
KONSTRUKSI
BANGUNAN GEDUNG
(SITE MANAGER FOR BUILDING)

BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA


PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
SM - 11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

KATA PENGANTAR

Memperhatikan laporan UNDP (Human Development Report, 2004) yang mencantumkan


Indeks Pengembangan SDM (Human Development Index HDI), Indonesia pada urutan
111, satu tingkat diatas Vietnam urutan 112, jauh dibawah negara-negara ASEAN
terutama Malaysia urutan 59, Singapura urutan 25 dan Australia urutan 3.

Bagi para pemerhati dan khususnya bagi yang terlibat langsung pengembangan Sumber
Daya Manusia (SDM), kondisi tersebut merupakan tantangan sekaligus sebagai modal
untuk berpacu mengejar ketinggalan dan obsesi dalam meningkatkan kemampuan SDM
paling tidak setara dengan negara tetangga ASEAN, terutama menghadapi era
globalisasi.

Untuk mengejar ketinggalan telah banyak daya upaya yang dilakukan termasuk perangkat
pengaturan melalui penetapan undang-undang antara lain :
- UU. No 18 Tahun 1999, tentang : Jasa Konstruksi beserta peraturan
pelaksanaannya, mengamanatkan bahwa per orang tenaga : perencana,
pelaksana dan pengawas harus memiliki sertifikat, dengan pengertian sertifikat
kompetensi keahlian atau ketrampilan, dan perlunya “Bakuan Kompetensi” untuk
semua tingkatan kualifikasi dalam setiap klasifikasi dibidang Jasa Konstruksi
- UU. No 13 Tahun 2003, tentang : Ketenagakerjaan, mengamantakan (pasal 10
ayat 2). Pelatihan kerja diselenggarakan berdasarkan program pelatihan yang
mengacu pada standar kompetensi kerja
- UU. No 20 Tahun 2003, tentang : Sistem Pendidikan Nasional, dan peraturan
pelaksanaannya, mengamanatkan Standar Nasional Pendidikan sebagai acuan
pengembangan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi).
- PP. No 31 Tahun 2006, tentang : Sistem Pendidikan Nasional, dan peraturan
pelaksanaannya, mengamanatkan Standar Nasional Pendidikan sebagai acuan
pengembangan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi).

Mengacu pada amanat undang-undang tersebut diatas, diimplementasikan kedalam


konsep Pengembangan Sistem Pelatihan Jasa Konstruksi yang oleh PUSBIN KPK (Pusat
Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi) pelaksanaan programnya didahului
dengan mengembangkan SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia), SLK
(Standar Latih Kompetensi), dimana keduanya disusun melalui analisis struktur

i
SM - 11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

kompetensi sektor/sub-sektor konstruksi sampai mendetail, kemudian dituangkan dalam


jabatan-jabatan kerja yang selanjutnya dimasukkan kedalam Katalog Jabatan Kerja.

Modul pelatihan adalah salah satu unsur paket pelatihan sangat pnting karena menyentuh
langsung dan menentukan keberhasilan peningkatan kualitas SDM untuk mencapai
tingkat kompetensi yang ditetapkan, disusun dari hasil inventarsisasi jabatan kerja yang
kemudian dikembangkan berdasarkan SKKNI dan SLK yang sudah disepakati dalam
suatu Konvensi Nasional, dimana modul-modulnya maupun materi uji kompetensinya
disusun oleh Tim Penyusun/Tenaga Profesional dalam bidangnya masing-masing,
merupakan suatu produk yang akan dipergunakan untuk melatih dan meningkatkan
pengetahuan dan kecakapan agar dapat mencapai tingkat kompetensi yang
dipersyaratkan dalam SKKNI, sehingga dapat menyentuh langsung sasaran pembinaan
dan peningkatan kualiatas tenaga kerja konstruksi agar menjadi lebih berkompeten dalam
melaksanakan tugas pada jabatan kerjanya.

Dengan penuh harapan modul pelatihan ini dapat dimanfaatkan dengan baik, sehingga
cita-cita peningkatan kualitas SDM khususnya dibidang jasa konstruksi dapat terwujud.

Jakarta, November 2006


Kepala Pusat
Pembinaan Kompetensi Pelatihan Konstruksi

Ir. Djoko Subarkah, Dipl. HE


NIP. 110 016 435

ii
SM - 11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

PRAKATA

Usaha dibidang Jasa Konstruksi merupakan salah satu bidang usaha yang telah
berkembang pesat di Indonesia, baik dalam bentuk usaha perorangan maupun sebagai
badan usaha skala kecil, menengah dan besar. Untuk itu perlu diimbangi dengan kualitas
pelayanannya. Pada kenyataannya saat ini mutu produk, ketepatan waktu penyelesaian,
dan efisiensi pemanfaatan sumber daya masih relatif masih jauh dari yang diharapkan.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah kesediaan tenaga ahli /
terampil dan penguasaan manajemen yang efisien, kecukupan permodalan serta
penguasaan teknologi.

Masyarakat sebagai pemakai produk jasa konstruksi semakin sadar akan kebutuhan
terhadap produk dengan kualitas yang memenuhi standar mutu yang dipersyaratkan.
Untuk memenuhi kebutuhan produk sesuai kualitas standar tersebut SDM, standar mutu,
metode kerja dan lain-lain.

Salah satu upaya untuk memperoleh produk konstruksi dengan kualitas yang diinginkan
adalah dengan cara meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang menggeluti
pekerjaan konstruksi baik itu desain pekerjaan jalan dan jembatan, desain hydro mekanik
pekerjaan sumber daya air maupun untuk desain pekerjaan dibidang bangunan gedung.
Kegiatan inventarisasi dan analisa jabatan kerja dibidang Cipta Karya telah menghasilkan
sekitar 55 (lima puluh lima) Jabatan Kerja, dimana Jabatan Kerja Manajer Lapangan
Pelaksanaan Konstruksi Bangunan (Site Manager For Building) merupakan salah
satu jabatan kerja yang diprioritaskan untuk disusun materi pelatihannya mengingat
kebutuhan yang sangat mendesak dalam pembinaan tenaga kerja yang berkiprah dalam
juru gambar arsitektur bidang cipta karya.

Materi pelatihan pada jabatan kerja Manajer Lapangan Pelaksanaan Konstruksi


Bangunan (Site Manager For Building) ini terdiri dari 14 (empat belas) modul yang
merupakan satu kesatuan yang utuh yang diperlukan dalam melatih tenaga kerja yang
menggeluti Manajer Lapangan Pelaksanaan Konstruksi Bangunan (Site Manager For
Building).

Namun penulis menyadari bahwa materi pelatihan ini masih banyak kekurangan
khususnya untuk modul Pengendalian Pelaksanaan Pembangunan.

iii
SM - 11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Untuk itu dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik, saran dan masukan
guna perbaikan dan penyempurnaan modul ini.

Jakarta, November 2006

Tim Penyusun

iv
SM - 11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

LEMBAR TUJUAN

JUDUL PELATIHAN : SITE MANAGER FOR BUILDING

TUJUAN UMUM PELATIHAN :


Setelah mengikuti pelatihan peserta mampu menjalankan fungsinya sebagai Site
Manager for Building sesuai dengan acuan dan kriteria yang di tetapkan.

TUJUAN KHUSUS PELATIHAN :


Setelah mengikuti pelatihan diharapkan peserta mampu:
1. Melakukan tata cara dan prosedur K3 serta lingkungan di tempat kerja.
2. Melakukan Tata cara kerjasama dengan rekan kerja dan lingkungan sosial yang
beragam
3. Melakukan survai dan Pengukuran/Pemetaan Tapak
4. Melaksanakan Dokumen Kontrak
5. Melakukan Organisasi proyek
6. Melakukan Kantor Proyek di Lapangan
7. Melaksanakan Jadwal Pekerjaan
8. Melakukan Penyusunan dan pengelolaan Anggaran Biaya
9. Melakukan Prosedur Kegiatan
10. Melakukan Persiapan Pelaksanaan Pembangunan
11. Melakukan Pengendalian Pelaksanaan Pembangunan
12. Melakukan Pengujian dan Kendali Mutu
13. Melakukan Proses Serah terima Pekerjaan
14. Melakukan Laporan Akhir Pengendalian Pembangunan

v
SM - 11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

SERIE : SM – 11
JUDUL : PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEBANGUNAN

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM ( TIU ) :


Peserta Mampu Melaksanakan Pengendalian Pelaksanaan Pekerjaan untuk Bangunan
Gedung Tidak Sederhana

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS ( TIK ) :


1. Peserta mampu menjelaskan tata cara pemberian instruksi kerja yang paling sesuai
2. Peserta mampu menjelaskan tata cara pembagian tugas dan wewenang pekerjaan
3. Peserta mampu menjelaskan tata cara pemeriksaan dan verifikasi realisasi pekerjaan
4. Peserta mampu menjelaskan tata cara pengawasan mutu parsial

vi
SM - 11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

DAFTAR ISI

halaman
Kata Pengantar ............................................................................................... i
Prakata............................................................................................................. iii
Lembar Tujuan ................................................................................................ v
Daftar Isi .......................................................................................................... vi
Daftar Gambar ................................................................................................. viii
Daftar Tabel ..................................................................................................... viii
Deskripsi Singkat Pengembangan Modul .................................................... x
Daftar Modul .................................................................................................... xi
Panduan Pembelajaran .................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ I–1


A. Umum .................................................................................... I–1
B. Ruang Lingkup....................................................................... I–1
C. Maksud dan Tujuan ............................................................... I–1

BAB II INSTRUKSI KERJA ....................................................................... II – 1


A. Instruksi Tertulis .................................................................... II – 1
B. Instruksi Lisan ........................................................................ II – 2
C. Instruksi Isyarat...................................................................... II – 4
Rangkuman ........................................................................... II – 5
Latihan ................................................................................... II – 5

BAB III PEMBAGIAN TUGAS DAN WEWENANG ..................................... III – 1


A. Umum .................................................................................... III – 1
B. Struktur Organisasi ’Vertikal’ .................................................. III – 3
C. Struktur Organisasi ’Horisontal’ ............................................. III – 5
D. Struktur Organisasi ’Line-Staff’............................................... III – 6
E. Struktur Organisasi ’Dinamis’ ................................................. III – 7
F. Struktur Organisasi ‘ Memusat’ .............................................. III – 9
Rangkuman ........................................................................... III – 10
Latihan ................................................................................... III – 10

vii
SM - 11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

BAB IV PEMERIKSAAN DAN VERIFIKASI ................................................ IV – 1


A. Proses Pemeriksaan .............................................................. IV – 1
B. Tahap Pemeriksaan ............................................................... IV – 5
Rangkuman ........................................................................... IV – 10
Latihan ................................................................................... IV – 10

BAB V PENGAWASAN MUTU PARSIAL .................................................. V–1


A. Pengawasan Elemen Arsitektural ......................................... V–2
B. Pengawasan Elemen Sipil/Struktural ..................................... V–2
C. Pengawasan Elemen mekanikal ............................................ V–2
D. Pengawasan Elemen Elektrikal .............................................. V–2
E. Pengawasan Elemen Tata Ruang Luar.................................. V–2
Rangkuman ........................................................................... V–3
Latihan ................................................................................... V–3

DAFTAR PUSTAKA

viii
SM - 11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

DAFTAR GAMBAR

NO. GAMBAR JUDUL

GB – 2.1 Bentuk Instruksi Tertulis


GB – 2.2 Komunikasi Lisan
GB – 2.3 Ruang Pribadi-Ruang Publik
GB – 2.4 Instruksi dengan Isyarat
GB – 3.1 Bentuk Umum Struktur Oraganisasi
GB – 3.2 Struktur Organisasi ’Matriks’
GB – 3.3 Struktur Organisasi ’Line & Staff’
GB – 3.4 Struktur Organisasi ’Dinamis’
GB – 3.5 Struktur Organisasi ’Memusat’
GB – 4.1 Bagan Alir Proses Pemeriksaan
GB – 4.2 Borang – Borang Pemeriksaan Kondisi
GB – 4.3 Borang – Borang Kriteria Kualitas

DAFTAR TABEL

NO. TABEL JUDUL

Tabel 4.1 Uraian Komponen Bangunan Gedung

ix
SM - 11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

DESKRIPSI SINGKAT
PENGEMBANGAN MODUL MANAJER LAPANGAN
PELAKSANAAN KONSTRUKSI BANGUNAN
(SITE MANAGER FOR BUILDING)

1. Tujuan pelatihan pada dasarnya adalah memberikan bekal pengetahuan dan


keterampilan kepada peserta agar dapat memenuhi tuntutan kompetensi yang
diinginkan atau upaya untuk memperkecil dan bila perlu menghilangkan kesenjangan
kompetensi ( competency gap ) yang ada dengan kompetensi yang diinginkan.
2. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Site Manager for Building telah
ditetapkan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia ( SKKNI ) yang telah
dirinci menjadi unit-unit kompetensi, sehingga dalam Pelatihan Site Manager for
Building, unit-unit kompetensi tersebut menjadi Tujuan Khusus Pelatihan.
3. Standar Latihan Kerja ( SLK ) disusun berdasarkan hasil analisis dari Unit
Kompetensi, Elemen Kompetensi, Kriteria Unjuk Kerja dari setiap Elemen Kompetensi
yang telah ditetapkan dalam SKKNI, dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan
silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut.
4. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan
Kurikulum dan Silabus yang telah ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul
pelatihan ( seperti tercantum dalam Daftar Modul ) yang harus menjadi bahan latihan
dalam pelatihan Site Manager for Building.

x
SM - 11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

DAFTAR MODUL

No. KODE JUDUL NO. REPRESENTASI UNIT

Keselamatan, Kesehatan
1. SM – 01 1.
Kerja dan Lingkungan

2. SM - 02 Hubungan Kerja 2.

Survai dan Pengukuran/


3. SM-03 3.
Pemetaan Tapak

4. SM-04 Dokumen Kontrak 4.

5. SM-05 Organisasi proyek 5.

6. SM-06 Kantor Proyek di Lapangan 6.

7. SM-07 Jadwal Pekerjaan 7.

Penyusunan dan
8. SM-08 pengelolaan Anggaran 8.
Biaya

9. SM-09 Prosedur Kegiatan 9.

Persiapan Pelaksanaan
10. SM-10 10.
Pembangunan

Pengendalian
11. SM-11 Pelaksanaan 11.
Pembangunan

Pengujian dan Kendali


12. SM-12 12.
Mutu

Proses Serah terima


13. SM-13 13.
Pekerjaan

xi
SM - 11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Laporan Akhir
14. SM-14 Pengendalian 14.
Pembangunan

xii
SM - 11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

PANDUAN PEMBELAJARAN

PELATIHAN : MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN


KONSTRUKSI BANGUNAN
(SITE MANAGER FOR BUILDING)
JUDUL : Pengendalian Pelaksanaan Pembangunan
DESKRIPSI : Materi ini membahas prinsip dan tata cara
pengendalian pelaksanaan pembangunan
TEMPAT KEGIATAN : Ruang kelas
WAKTU : 2 (dua) Jam Pelajaran (JP) dimana 1 JP = 45 m

No. KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG

1 2 3 4

1 Ceramah Pembukaan : Menyimak, mendengarkan - OHT


Menjelaskan Tujuan Pembelajaran dan menanyakan materi - Flip chart
Umum dan Tujuan Pembelajaran yang kurang jelas - LCD
Khusus (TPU dan TPK) - White board
merangsang motivasi peserta Diskusi -
dangan pertanyaan atau
pengalamannya dalam Membuat tugas
menerapkannya

Waktu : 10 Menit

2. Ceramah : Menyimak, mendengarkan - OHT


Menjelaskan materi tentang prinsip dan menanyakan materi - Flip chart
dan tata cara pengendalian yang kurang jelas - LCD
pelaksanaan pembangunan - White board
Diskusi -
Waktu : 15 Menit
Bahan : Materi Bab I
3. Ceramah : Menyimak, mendengarkan - OHT
Menjelaskan materi tentang prinsip dan menanyakan materi - Flip chart
instruksi kerja yang kurang jelas - LCD
- White board
Waktu : 15 Menit Diskusi -

xiii
SM - 11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Bahan : Materi Bab II

Membuat tugas
4. Ceramah : Menyimak, mendengarkan - OHT
Menjelaskan materi tentang prinsip dan menanyakan materi - Flip chart
dan dan tata cara pembagian yang kurang jelas - LCD
tugas dan wewenang - White board
Diskusi -
Waktu : 15 Menit
Bahan : Materi Bab III
Membuat tugas
5. Ceramah : Menyimak, mendengarkan - OHT
Menjelaskan materi tentang prinsip dan menanyakan materi - Flip chart
dan tata cara pemeriksaaan dan yang kurang jelas - LCD
verifikasi - White board
Diskusi -
Waktu : 15 Menit
Bahan : Materi Bab IV
Membuat tugas
6. Ceramah : Menyimak, mendengarkan - OHT
Menjelaskan materi tentang prinsip dan menanyakan materi - Flip chart
dan tata cara pengawasan mutu yang kurang jelas - LCD
parsial - White board
Diskusi -
Waktu : 20 Menit
Bahan : Materi Bab V
Membuat tugas

xiv
SM-11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Umum
Pengalaman menunjukkan bahwa banyak pelaksanaan pekerjaan tidak mencapai
target yang ingin dicapai, baik menyangkut biaya, mutu maupun waktu, karena
pengendalian pelaksanaan pekerjaan dianggap tidak penting, karena dianggap
persiapan pelaksanaan sudah dilakukan secara baik.

Perencanaan pengendalian pekerjaan yang baik, berarti 50% pekerjaan selesai,


tetapi untuk mencapai hasil 100% baik pengendalian pelaksanaan tidak dapat
diabaikan.

B. Ruang Lingkup
Pengendalian pelaksanaan pekerjaan merupakan sekumpulan instruksi kerja
didasarkan pada pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas dan dilakukan
pada waktu yang tepat, serta secara terus menerus diawasi realisasinya.

Jika instruksi merupakan masukan, pelaksanaan instruksi merupakan proses, maka


keluarannya akan berupa hasil kerja. Sebagai penunjang proses diperlukan
masukan instrumen berupa metoda kerja dan sistem pengawasan kerja.

C. Maksud dan Tujuan


Dengan adanya instruksi kerja yang jelas , pembagian tugas dan wewenang,
pemeriksaan dan verifikasi, serta pengawasan mutu parsial pengendalian
pelaksanaan pembangunan dapat berjalan dengan baik. Jika semua unsur –unsur
tersebut dapat terkendali, maka hasil pekerjaan akan sesuai dengan persyaratan
yang ditentukan.

I-1
SM-11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

BAB II
INSTRUKSI KERJA

A. Instruksi Tertulis
Untuk menghindari salah pengertian dan salah persepsi atas suatu bentuk instruksi,
sebaiknya digunakan instruksi tertulis. Instruksi tertulis ini berguna sebagai bukti
adanya perintah untuk melakukan atau tidak melakukan suatu kegiatan.

Bentuk yang paling umum digunakan adalah dengan menggunakan memo ukuran
saku yang biasa disebut Avoid Verbal Order (Gambar 2.1).

PROYEK : Lembar ke-1: Penerima Instruksi I


Lembar ke-2: Penerima Instruksi II
LOKASI : Lembar ke-3: Arsip Pemberi Instrk.
ZONA : Lembar ke-4: Lampiran Lap.Harian

AVOID VERBAL ORDER


Nomor: ……………….

Pemberi Instruksi: Penerima I: Penerima II:

Paraf/Tanggal Paraf/Tanggal Paraf/Tanggal

Gambar 2.1. Bentuk Instruksi Tertulis

Di samping bentuk memo tersebut di atas, instruksi tertulis dapat berupa


pengumuman yang dikirimkan kepada pihak terkait atau ditempelkan pada papan
pengumuman atau dalam bentuk surat keputusan, baik yang mengacu pada
peraturan perundangan, maupun atas dasar kesepakatan atau hasil pertemuan
dengan pihak-pihak terkait.

Penggunaan short message service – sms dan e-mail dapat dikategorikan sebagai
instruksi tertulis.

II - 1
SM-11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

B. Instruksi Lisan
Instruksi lisan, secara sederhana, selalu melibatkan dua pihak, pemberi instruksi
(pembicara) dan penerima instruksi (pendengar). Pembicara menyampaikan pesan
(instruksi) yang disampaikan dengan mulut dan ditangkap oleh pendengar melalui
indra pendengarannya. Pada komunkasi lisan yang agak kompleks, ada unsur
perilaku, emosi, peran, dan tingkah laku non verbal yang mempengaruhi pemberi
instruksi, demikian pula halnya dengan penerima instruksi (Gambar 2.2).

Gambar 2.2. Komunikasi Lisan

Akibat pengaruh tersebut, maka reaksi penerima instruksi dapat positif dan/atau
negatif.

Instruksi lisan dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Pada instruksi
yang dilakukan secara langsung, pemberi dan penerima instruksi dapat secara
langsung pula memperlihatkan persetujuan atau penolakan, karena kedua belah
pihak dapat melihat secara langsung melihat ekspresi melalui kontak mata. Pada
komunikasi lisan, umpan balik merupakan tanggapan terhadap instruksi yang
diberikan, baik secara verbal maupun non verbal.

II - 2
SM-11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Bahasa tubuh (body language), mimik dan gerakan bagian badan (mata, tangan,
dan mulut) merupakan bagian dari reaksi non verbal, dan sangat tergantung pada
jarak antara kedua belah pihak dapat dilihat pada Gambar 2.3..

Gambar 2.3. Ruang Pribadi – Ruang Publik

Dalam instruksi lisan tidak langsung, pemberi dan penerima instruksi melakukan
komunikasinya dengan bantuan media komunikasi, melalui telepon atau radio. Pada
komunikasi lisan tidak langsung, dapat terjadi distorsi yang diakibatkan oleh
gangguan media komunikasi dan ekspresi pemberi dan penerima instruksi tidak
diketahui, kecuali jika menggunakan fasilitas video conference atau telepon dengan
teknologi 3G.

II - 3
SM-11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

C. Instruksi Isyarat
Pada pelaksanaan di lapangan, kadang-kadang digunakan bahasa isyarat,
khususnya dalam kegiatan mengangkat dan menurunkan barang dengan
menggunakan alat angkat – tower crane. Meskipun operator dilengkapi dengan
radio komunikasi, namun sering kali digunakan isyarat aba-aba yang diberikan
petugas di darat, untuk kepraktisan operasional.

Bahasa isyarat juga sering digunakan pada waktu pekerjaan pengukuran dan
pemetaan, antara petugas pemegang rambu ukur dengan surveyor, karena
dianggap lebih praktis dan mudah dibandingkan dengan menggunakan radio
komunikasi. Gambar 2.4. berikut ini memperlihatkan contoh pemberian aba-aba
untuk gerakan umum dangan gerakan vertikal.

Gambar 2.4. Instruksi dengan Isyarat

II - 4
SM-11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Rangkuman
Dalam melaksanakan suatu pekerjaan untuk menghindari salah pengertian dan
salah persepsi atas suatu bentuk perintah maka diperluakan suatu alat yang
dinamakan instruksi, dimana instruksi terdiri dari berbagai macam antara lain :
Instruksi Tertulis, Instruksi Lisan dan Instruksi Isyarat

Latihan
1. apa yang dimaksud dengan instruksi
2. sebutkan macam-macam instruksi dan jelaskan tentang kelebihan dan
kekurangannya.
3. bilaman instruksi tersebut digunakan

II - 5
SM-11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

BAB III
PEMBAGIAN TUGAS DAN WEWENANG

A. Umum
Pembagian tugas dan wewenang sangat dipengaruhi oleh bentuk struktur organisasi
yang digunakan.

Saluran komunikasi formal, sebagaimana dijelaskan di atas, merupakan bagian


integral dari struktur organisasi. Rangkaian struktur organisasi merupakan aturan
dan kebiasaan yang menentukan pembagian wewenang dan tanggung jawab,
tingkatan, serta jenis pekerjaan dalam organisasi.

Sebaliknya, komunikasi informal, merupakan jaringan dan rangkaian komunikasi


yang dibentuk oleh hubungan persahabatan dan sosial di dalam lingkungan kerja
organisasi. Komunikasi inter personal ini merupakan hal yang penting dalam
komunikasi informal dalam suatu organisasi.

Diagram atau tabel yang menggambarkan struktur organisasi merupakan gambar


anatomi yang menjelaskan komunikasi formal, jalur kedinasan yang harus dilalui
oleh berita/pesan/instruksi. Jalur komunikasi informal tidak muncul dalam struktur
organisasi, karena sifatnya yang tidak mapan dan bentuknya yang sulit dipolakan.
Namun demikian, struktur organisasi tidak dapat menunjukkan semua jalur formal,
hanya secara garis besar saja. Diagram yang menunjukkan semua jalur formal yang
dilalui oleh berita/pesan/instruksi akan terlihat rumit dan memusingkan. Sekretaris
atau resepsionis, misalnya, kadang-kadang tidak tergambar dalam struktur
organisasi, tetapi dalam organisasi yang besar, hampir semua berita/pesan/instruksi
disampaikan melalui unit ini. Baik buruknya sistem komunkasi banyak tergantung
dari mutu sekretaris direksi dalam berinteraksi dengan unit-unit lainnya.

III - 1
SM-11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

I
A B
II

III

IV

Struktur Organisasi 'Vertikal'


- Maksimum Rentang Manajemen : 3
- 4 Tingkatan Manajemen

I
A B C D
II

Struktur Organisasi 'Horizontal'


- Maksimum Rentang Manajemen : 12
- 2 Tingkatan Manajemen

Gambar 3.1. Bentuk Umum Struktur Organisasi

Struktur organisasi menggambarkan struktur internal dari pembagian pekerjaan dan


hirarki kekuasaan serta jalur formal bagi setiap berita/pesan/instruksi yang perlu
dilalui di antara dan/atau di dalam devisi-devisi yang ada.

Secara umum ada dua jenis pengelompokan struktur organisasi, struktur organisasi
yang vertikal dan struktur organisasi yang horizontal (Gambar 3.1). Makin ‘jangkung’
struktur organisasi makin lama waktu yang dibutuhkan untuk penyampaian suatu
berita/pesan/instruksi, dan jika hal ini dilakukan secara lisan, maka makin besar pula
kekeliruan yang mungkin terjadi.

III - 2
SM-11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

B. Struktur Organisasi ‘Vertikal’


Berita/pesan/instruksi bergerak sepanjang garis vertikal ke atas dan ke bawah.
Meskipun kedua komunikasi (ke bawah dan ke atas) melalui jalur yang sama,
namun seperti halnya dengan air, maka komunikasi ke bawah biasanya lebih mudah
(tanpa hambatan) dibandingkan dengan yang ke atas. Hal ini menyebabkan
terjadinya ketidak seimbangan antara komunikasi yang datangnya dari atas (top
down) dengan yang berasal dari bawah (bottom up).

Komunikasi dari atas biasanya berisi informasi atau instruksi dan merupakan bentuk
komunikasi yang tercepat, apalagi jika menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti dan sederhana. Kelemahan komunikasi jenis ini adalah atasan sering kali
menganggap bahwa ia mengerti masalah yang dihadapi bawahan, sehingga
menyebabkan atasan kurang peduli terhadap keluhan bawahan.

Meskipun instruksi tertulis dapat digunakan untuk koordinasi dan penegendalian,


namun kadang kala dapat diinterpretasikan secara keliru oleh bawahan, sehingga
banyak bawahan lebih suka mendengarkan penjelasan secara lisan, di mana
mereka dapat langsung menanyakan hal-hal yang dianggap kurang jelas.
Penjelasan tulisan dan lisan tetap diperlukan, terutama jika menyangkut hal-hal
yang dapat menimbulkan konflik internal. Komunikasi lisan biasanya digunakan jika
memerlukan putusan yang cepat, lagi pula komunikasi lisan biasanya lebih cepat
dan lebih murah.

Beberapa hal yang dapat menyempurnakan komunikasi top down adalah:


a. Bawahan perlu secara jelas memahami berita yang disampaikan, untuk tidak
menjadikan bahan perdebatan yang menghabiskan banyak waktu, akibat
perbedaan persepsi dan/atau interpretasi.
b. Bawahan mesti diyakini bahwa berita yang disampaikan tetap konsisten dengan
tujuan organisasi. Keraguan akan menyebabkan bawahan enggan untuk
mengerjakannya secara cepat dan/atau memerlukan penjelasan tambahan agar
dapat diterima dan tidak menimbulkan konflik.
c. Bawahan juga mesti diyakini bahwa hal itu sesuai dengan harapan dan
kepentingannya, jika tidak akan timbul penolakan, pengunduran diri, pemogokan
dan bukan tidak mungkin sabotase.
d. Bawahan harus mampu menjalankan instruksi yang diberikan, baik secara
mental maupun secara fisik.

III - 3
SM-11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Selanjutnya, komunikasi dari bawah biasanya berupa informasi, gagasan, usulan,


opini atau permintaan pada seseorang diatasnya. Banyak kesalahan dalam
organisasi disebabkan oleh karena atasan (manajer tingkat menengah) keliru dalam
menafsirkan apa yang diinginkan bawahan. Atasan harus menempatkan tiga hal ini,
penghargaan atas pekerjaan yang diselesaikan secara baik, menaruh perhatian atas
segala hal yang terjadi, dan memberi pertolongan dan bersimpati pada masalah
pribadi yang dihadapi bawahan.

Agar dapat terbina komunkasi dari bawah ke atas secara efektif, maka atasan dan
bawahan perlu bekerja sama dalam semangat yang didasari pada saling
mempercayai dan saling menghormati. Jika bawahan mengetahui bahwa usulan
yang disampaikan diperlakukan secara penuh perhatian dan rasa hormat, maka
setidak-tidaknya organisasi akan memperoleh lima hal:

a. Komunikasi ke atas yang efektif menunjukkan pada manajemen bahwa


kebijakan organisasi dapat diterima dan dipercaya oleh semua bawahan.
b. Kebebasan untuk menyampaikan sesuatu kepada atasan akan memacu
bawahan untuk bekerja secara lebih bergairah dan merangsang bawahan untuk
lebih berpartisipasi dalam memajukan organisasi.
c. Sering kali bawahan mempunyai gagasan dan usulan yang berharga bagi
peningkatan kuantitas dan mutu pekerjaan, sehingga unit pengembangan dan
penelitian bukan satu-satunya yang dapat menyempurnakan operasional
organisasi.
d. Jika komunikasi ke atas berjalan lancar, atasan dengan mudah dan cepat
mengetahui situasi yang kurang menguntungkan, sehingga secara cepat dapat
ditanggulangi tanpa perlu mencari ‘kambing hitam’ karena keterlambatan
penyelesaian masalah.
e. Jika bawahan dapat berbicara tentang masalah pribadinya yang dapat
mempengaruhi kinerjanya, dan atasan dengan sungguh-sungguh bersimpati
atas masalahnya itu, maka akan terbentuk dan berkembang tata nilai yang
didasari oleh rasa saling menghormati, yang akan mempengaruhi suasana
nyaman dalam bekerja.

III - 4
SM-11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

C. Struktur Organisasi ‘Horizontal’


Struktur organisasi ‘horizontal’ digunakan bila anggotanya berada pada tingkat
hirarki dan kewenangan yang sama, satu dengan yang lainnya. Struktur organisasi
ini dapat berjalan untuk keperluan formal maupun informal, kedinasan maupun
bukan kedinasan. Struktur ini memberikan suasana informal, yang sering kali
membawa tingkat keberhasilan yang tinggi. Kondisi ini biasanya didasarkan pada
persahabatan dan pertolongan yang diberikan serta dimiliki sebagai upaya untuk
menghindari permintaan, mengurangi peraturan atau mengubah alur pekerjaan.

Pada masa sekarang ini beberapa organisasi berinisaitif mencari terobosan dalam
menjalankan program organisasi dengan menciptakan komunikasi antar
departemen yang lebih baik, yang sering disebut sebagai struktur organisasi
‘matriks’ atau tim proyek (Gambar 3.2).

B C D

E F G H I J K L M

Struktur Organisasi
'Umum'

A B M

F H L

Struktur Organisasi
'Proyek Jangka Pendek'

Gambar 3.2. Struktur Organisasi ‘Matriks’

III - 5
SM-11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan hirarki, sehingga yang dulunya


merupakan bawahan sekarang mungkin menjadi atasan atau sama tingkatannya.
Pada awalnya, mungkin terjadi semacam ‘rasa sungkan’ atau ketegangan di dalam
menjalankan komunikasi, tetapi setelah pekerjaan mulai berjalan maka struktur
organisasi ini dapat membantu memecahkan hambatan yang dulunya terasa kaku
akibat komunikasi formal.

Struktur yang disusun secara terpadu ini merupakan penggabungan dari beberapa
unit dalam satu tim kerja yang ‘memutus’ hubungan atasan-bawahan, yang tentunya
jika berjalan baik akan dapat memperbaiki suasana kerja, tetapi juga beresiko
terjadinya hambatan-hambatan, karena setiap orang yang terlibat harus belajar
membiasakan berhubungan secara horizontal dengan teman sekerjanya dan secara
diagonal dengan orang yang berbeda tingkatannya.

D. Struktur Organisasi ‘Line-Staff’


Fungsi line biasanya ditujukan pada hal-hal yang berhubungan langsung dengan
kegiatan utama organisasi, sedang staff berfungsi sebagai asisten yang membantu
memberikan masukan/nasihat atau dalam kapasitas administratif (Gambar 3.3).

Presiden
Direktur

Asisten
Pres. Dir.
(STAF)

Direktur Direktur Direktur


Teknik Keuangan Personalia

Riset Komputer Psikolog


(STAF) (STAF) (STAF)

Gambar 3.3. Struktur Organisasi ‘Line & Staff’

Ada tiga jenis staf, yaitu: staf umum, staf khusus dan staf pribadi. Staf umum
biasanya membantu dalam beberapa hal, staf khusus hanya melakukan ketrampilan

III - 6
SM-11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

yang spesifik dalam bidang keahlian yang sempit, sedang staf pribadi biasanya
diwujudkan dalam bentuk sekretaris pribadi yang mengurus jadwal kegiatan,
mengatur pertemuan, dan menyimpan surat-surat koresponden pribadi.

Staf umum lebih dinamis dibandingkan orang yang berada dalam ‘line’, oleh sebab
itu ia harus mempunyai informasi yang lebih banyak dari biasanya.

Staf khusus sering kali menimbulkan konflik dengan pejabat (‘line’), karena pejabat
merasa kuatir staf menemukan hal-hal baru yang dapat mengurangi
kewenangannya. Komunikasi yang buruk, kekasaran dan bukan tidak mungkin
adanya sabotase terjadi antara staf dan pejabat. Para staf khusus umumnya tidak
diberikan kewenangan untuk memberikan instruksi, tetapi mereka biasanya
mempunyai motivasi yang lebih besar untuk berkomunikasi, karena mereka sadar
bahwa keberhasilannya tergantung dari gagasan yang diusulkan pada pihak lainnya.
Staf juga mempunyai keterbatasan dalam berhubungan dengan pejabat diatasnya,
yang berakibat mobilitas mereka lebih banyak dibandingkan pekerjaan operasional.

Keterpaduan tim kerja yang dibentuk oleh personil ‘line & staff’ menciptakan
hubungan inter personal yang lebih baik di antara orang-orang yang bekerja dan
memberikan pengaruh yang cukup besar dalam komunikasi dalam kelompok kecil.

E. Struktur Organisasi ‘Dinamis’


Struktur organisasi ini merupakan terminologi dari organisasi informal yang
disebabkan oleh terbatasnya gambaran dan alur komunikasi formal yang mungkin
dikembangkan oleh struktur organisasi yang biasa digunakan (Gambar 3.4).

Struktur organisasi ini memungkinkan perluasan pekerjaan penting dengan cara


mengambil alih tanggung jawab yang seharusnya dipikul oleh orang lain. Ini
disebabkan bahwa pada kenyataan ada pihak yang mengabaikan pekerjaan yang
merupakan bagian tanggung jawabnya.

III - 7
SM-11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Komite Koordinasi
Dewan Direksi
Komite Produk Baru
Presiden
Direktur

as.pres.dir
Komite Anggaran

Komite Manufaktur
Komite Pengelolaan
Garis Komando Langsung

-
Wakil Presiden
Direktur
(Khusus)

Perencanaan Biro Hukum Riset STAF


Organisasi Teknik PENASIHAT
Bendahara

Personalia
FUNGSI
Engineering Pemasaran
STAF
NOTASI:
Hubungan Industri

Titik Konflik

Bidang Minat
Presiden Direktur
Anggaran Jalur Komunikasi
Informal

Tumpang Tindih Logistik


Wewenang & Tanggung Penjualan 'LINE'
Jawab Manufaktur
(indikasi pengaruh relatif)

Gambar 3.4. Struktur Organisasi ‘Dinamis’

Namun pada kenyataan, organisasi formal yang menggunakan struktur organisasi


ini tidak terlalu rasional, karena ada beberapa bagian yang harusnya berada dalam
garis komando langsung. Di samping itu, struktur organisasi ini dapat menimbulkan
konflik di antara departmen/unit yang ada. Selanjutnya, keberadaan komite juga
tidak memberikan manfaat yang jelas bagi pelayanan organisasi. Konflik juga
muncul akibat adanya koordinasi kerja yang tidak jelas.

III - 8
SM-11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

F. Struktur Organisasi ‘Memusat’

ASISTEN
ADMINISTRASI KONSULTAN

MANAJER
MANAJER KANTOR MANAJER
ADMINISTRASI CABANG PENGEMBANGAN
KEUANGAN USAHA

RESEPSIONIS

Gambar 3.5. Struktur Organisasi ‘Memusat’

Struktur Organisasi ‘memusat’ ini (Gambar 3.5) tidak sebagaimana lazimnya yang
mempunyai tingkatan hirarki yang berbentuk piramid. Struktur organisasi ini
menunjukkan bahwa setiap unit mempunyai peran dan fungsi yang strategis,
sehingga orang yang terlibat didalamnya merasa mendapat kedudukan yang
penting.

Struktur organisasi ini merupakan rancangan yang mempunyai nilai ‘politis’ dalam
memotivasi orang yang bekerja. Kelemahannya, orang merasa terlalu bangga akan
dirinya, sehingga kadang kala bertindak kurang terkendali.

III - 9
SM-11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Rangkuman
Untuk memperjelas aturan main dalam suatu proyek diperlukan suatu saluran
komunikasi formal, sebagaimana dijelaskan di atas, merupakan bagian integral dari
struktur organisasi. Rangkaian struktur organisasi merupakan aturan dan kebiasaan
yang menentukan pembagian wewenang dan tanggung jawab, tingkatan, serta
jenis pekerjaan dalam organisasi.

Latihan
1. Secara umum ada dua jenis pengelompokan struktur organisasi, struktur
organisasi yang vertikal dan struktur organisasi yang horizontal (Gambar 3.1).
Jelaskan !
2. Struktur organisasi ini merupakan rancangan yang mempunyai nilai ‘politis’,
Jelaskan !

III - 10
SM-11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

BAB IV
PEMERIKSAAN DAN VERIFIKASI

Pada setiap selesainya tahap pelaksanaan pekerjaan, dilakukan pemeriksaan dan


dicocokkan terhadap gambar kerja dan persyaratan teknis serta kemungkinan adanya
perubahan karena kondisi lapangan sebagaimana dibahas dan diputuskan dalam rapat
mingguan proyek.

Jika hasil realisasi pekerjaan sudah sesuai dengan ketentuan dokumen kontrak dan/atau
perubahannhya, maka tahapan pekerjaan berikutnya dapat dilanjutkan, hingga seluruh
bangunan selesai dilaksanakan.

IV - 1
SM-11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

MULAI

REALISASI
PEKERJAAN
DOKUMEN
KONTRAK

PEMERIKSAAN
LAPANGAN

SESUAI YA
DOKUMEN
KONTRAK

TIDAK

VERIFIKASI

LAPORAN
NCR

PERBAIKAN/
PENYEMPURNAAN

SELESAI

Gambar 4.1. Bagan Alir Proses Pemeriksaan

A. Proses Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Kuantitatif
Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengevaluasi kondisi fisik bangunan gedung,
yang didasarkan pada pengamatan visual.

IV - 2
SM-11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Kondisi fisik bangunan gedung dibagi atas sistem utama dan sistem sekunder
sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Uraian Komponen Bangunan Gedung


Arsitektural & Struktural
Sistem Utama Sistem Sekunder
1. Fondasi 5. Sistem Plafon
Fondasi Dangkal Struktur yang diekspos
Fondasi Dalam Tanpa Rangka Plafon
Lapisan Kedap Air Dengan Rangka Plafon

2. Sistem Struktur Atas 6. Sistem Penutup Lantai


Sistem Lantai Bahan Penutup lantai
Sistem Rangka Atap
Sistem Struktur Atas
Dak dan Koridor
Tangga

3. Sistem Dinding Luar 7. Sistem Dinding Dalam


Dinding Luar Dinding Dalam/Partisi
Pintu Luar Pintu Dalam
Jendela Luar Jendela Dalam
Pintu Masuk Alat Penggantung
Cerobong & Ventilasi Luar Partisi Toilet

4. Sistem Atap 8. Pelengkap


Penutup Atap Asesoris Kamar Mandi
Peredam Panas Perlengkapan Dapur
Peredam Kebisingan Perlengkapan Laboratorium
Pengakhiran Atap Layar
Jendela Atap Penunjuk Arah/Tanda
Dilatasi Pesawat Telepon
Talang Pengangkut Sampah

IV - 3
SM-11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Lanjutan Tabel 4.1 Uraian Komponen Bangunan Gedung

Sistem Utilitas (Mekanikal & Elektrikal)


Sistem Utama Sistem Sekunder
9. Sistem Tata Udara 13. Sistem Tata Cahaya
Boiler Fitur Lampu
Radiasi Kabel
Pemanas Tenaga Surya Motor Pengendali
Saluran Udara Motor Penggerak
Kipas Udara Sakelar Keselamatan
Pompa Telekomunikasi dan Data
Unit Fan Coil Daya Listrik Cadangan
Unit Penghantar Udara Penangkal Petir
Pendingin Paket
Water Chiller
Cooling Tower
Ruang Pengendali

10. Sistem Plambing 14. Sistem Transportasi


Pipa, Kran, dan Perangkap Udara Dumbwaiter
Pengendali Lif
Pompa Eskalator
Bak Penampungan Sistem Pengangkut Barang
Fitur Plambing Travelator
Sistem Sprinkler Sistem Hidrolik

11. Sistem Elektrikal 15. Sistem Lainnya


Layanan Dalam Tanah Sistem Jam
Layanan Atas Tanah Jaringan Komunikasi
Saluran Kabel Tertutup Sistem Pengendali Energi
Pembagi Tata Suara
Rak Kabel Pembagi Antena & Piringan Parabola
Kabel Sistem Keamanan
Sakelar Utama Sistem Televisi
Papan Sakelar Utama Detektor dan Alarm
Panel Utama Asesibilitas
Panel Pembagi Lampu Darurat
Transformator Gudang Penyimpanan Barang
Berbahaya/Beracun
12. Sistem Keselamatan
Bahan Berbahaya/beracun
Persyaratan Penggunaan
Jalur dan Pintu Darurat
Ketahan Api
Proteksi Kebakaran

Tata Ruang Luar


Sistem Utama Sistem Sekunder
1. Halaman 4. Pasokan Utilitas
Gili-gili/curb Jalan Gardu Listrik
Pagar Distribusi Air
Tempat Parkir Udara Bertekanan
Jalan Kendaraan Air hasil pengolahan
Jalan Orang dan Plaza Pasokan PDAM
Kolam Air/Empang Pasokan Listrik PLN

IV - 4
SM-11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Pengendali Energi/Meter PLN


2. Taman Proteksi Kebakaran
Lansekap Pemanas Air
Lampu Penerangan Luar Saluran Irigasi
Landscape Furniture Pasokan Gas
Telepon Darurat Uap dan Kondensasi
Tiang Bendera Saluran air hujan
Patung dan Air Mancur Saluran Limbah
Lubang/Bak Kontrol
3. Struktur Ruang Luar Unit Pengolah Limbah
Jembatan Unit Penjernih Air
Gorong-gorong
Dinding Penahan Tanah

2. Pemeriksaan Kualitatif
Terkait pada persyaratan laik fungsi bangunan gedung. Pemeriksaan kualitatif
akan memberikan gambaran yang lengkap akan kondisi fisik bangunan.

Pemeriksaan ini membutuhkan acuan untuk panduan, seperti:


a) Kerangka Acuan Kerja / Dokumen Kontrak
b) Acuan bagi konfigurasi ruangan.
c) Standar bahan penutup dan pelapis
d) Standar perlengkapan dan peralatan bangunan
e) Standar mekanikal dan elektrikal
f) Standar penerangan dan komunikasi
g) Persyaratan khusus lainnya

Hasil pemeriksaan kualitatif dapat saja melampaui batas anggaran yang


disediakan untuk perbaikan kerusakan yang ada, namun biasanya tidak melebihi
dana retensi yang ditahan oleh pemberi tugas.

B. Tahap Pemeriksaan
Pemeriksaan merupakan pengumpulan informasi yang diperoleh dari kondisi realitas
pelaksanaan pembangunan gedung, berupa:
1. Inventarisasi bangunan untuk memperoleh deskripsi karakateristik.
2. Pemeriksaan atas kondisi bangunan dan prasarananya.
3. Evaluasi atas testing & commissioning.
4. Rekomendasi untuk memperbaiki kerusakan yang ada.
Metode pemeriksaan dapat digabungkan antara pemeriksaan kuantitatif dan
kualitatif.

IV - 5
SM-11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

1. Tahap Perencanaan
a. Penetapan Lingkup Pemeriksaan
Penetapan lingkup pemeriksaan ditentukan dari target dan tujuan yang ingin
dicapai dalam pemeriksaan, termasuk untuk keperluan evaluasi atas kondisi
nyata dan tingkat kerusakannya, penentuan program perbaiakan /
penyempurnaan.

b. Pemilihan Tenaga Pemeriksa


Penetapan jadwal bagi tenaga pemeriksa yang terlibat, termasuk penetapan
laboratorium tempat pengujian komponen bangunan, konsultan yang
digunakan (jika pemeriksaan dilakukan oleh pihak lain), kriteria kualifikasi
dan klasifikasi tenaga ahli/trampil.

c. Penentuan Penanggung Jawab Pemeriksaan


Penanggung jawab pemeriksaan adalah badan usaha yang memiliki
sertifikasi yang disyaratkan dan didukung oleh tenaga ahli/trampil yang
bersertifikasi sesuai dengan klasifikasi dan kualifikasi yang disyaratkan.

d. Perencanaan Inspeksi
Dalam tahap perencanaan diperlukan daftar simak (check list), seperti:
1. Penentuan target dan tujuan pemeriksaan
2. Penetapan metodologi pemeriksaan (dilakukan sendiri atau outsourcing)
3. Persiapan standar acuan mutu
4. Penentuan penggunaan hasil pemeriksaan dan borang-borang laporan
5. Pembahasan atas informasi yang ada dari bangunan yang ingin diperiksa
6. Persiapan kerangka awal dari bangunan dan komponen yang ingin
diperiksa
7. Penetapan batas waktu, ketersediaan tenaga ahli, staf pemeriksa dan
akses ke bangunan yang ingin diperiksa.

2. Tahap Pendataan
a. Inspeksi data bangunan
Data bangunan diperoleh dengan menggunakan boang-borang, seperti
terlihat pada Gambar 4.1, di mana terdapat:
1. Identifikasi dan latar belakang bangunan dan komponen yang ingin
diperiksa

IV - 6
SM-11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

2. Uraian kerusakan, lokasi dan usulan perbaikan atau pengujian


3. Informasi tentang skala prioritas, usulan waktu pelaksanaan, dan
rencana anggaran biaya perbaikan.

b. Uraian komponen yang rusak


Berdasarkan survai dan pengamatan disusun komponen-komponen yang
rusak dengan mengacu pada standar mutu yang disyaratkan untuk dijadikan
informasi bagi tindak lanjut berikutnya.

c. Uraian evaluasi kerusakan


Evaluasi didasarkan pada borang-borang seperti terlihat pada Gambar 4.2 di
mana akan diberi peringkat tentang kondisi bangunan atau komponen yang
diperiksa .

1. DATA PEMERIKSAAN BANGUNAN


Bangunan : Nama Bangunan :
Komponen : Nama Komponen :
Pemeriksa : Tanggal :
2. URAIAN KERUSAKAN KOMPONEN
No.1

No.2

No.3

No.4

N0.5

3. EVALUASI KOMPONEN
Judul Nomor Prioritas Waktu Rencana Biaya

Gambar 4.2. Borang-Borang Pemeriksaan Kondisi

IV - 7
SM-11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

1. BANGUNAN
Bangunan : Nama Bangunan :
2
Luas Lantai Bruto : m Fungsi Bangunan :
2
Luas Lantai Netto : m Tanggal :
Lama penggunaan : tahun
2. KRITERIA KUALITAS (contoh ruang kelas)
Karakteristik Kriteria Kualitas Bobot (1 – 5)
a. Kaitan dengan fungsi Konfigurasi ruang dan standar
luasan ruang
b. Arsitektural Bahan pelapis & penutup sesuai
dan mudah dibersihkan
c. Mekanikal Tata udara nyaman untuk
kegiatan kelas
d. Elektrikal Daya listrik cukup dan
sambungan kabel baik
e. Pencahayaan Kuat penerangan sesuai
f. Tata suara persyaratan
g. Pendukung Tingkat kebisingan sesuai
instruksional persyaratan
h. Perabot/Peralatan Peralatan pembelajaran cukup
Penataan perabot dan peralatan
i. Aksisibilitas sesuai dengan konfigurasi ruang
j. Lain-lain Sesuai standar aksesibilitas

3. KOMENTAR (identifikasi kerusakan dan usulan perbaikan)

4. KONDISI UMUM BANGUNAN/PERINGKAT


(A) Kondisi Prima [ ]
(B) Kondis baik [ ]
(C) Kondisi cukup [ ]
(D) Kondisi buruk [ ]
(E) Tidak memenuhi syarat kelaikan [ ]

Disiapkan oleh : Tanggal :

Gambar 4.3. Borang-Borang Kriteria Kualitas

IV - 8
SM-11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Untuk prioritas 1 : Tanpa perbaikan, bangunan tidak dapat diserah terimakan


Untuk prioritas 2 : Perbaikan dapat menyebabkan waktu serah terima
bangunan tertunda
Untuk prioritas 3 : Bangunan dapat diserah terimakan dengan persyaratan
Untuk prioritas 4 : Bangunan dapat diserah terimakan dengan catatan
Untuk prioritas 5 : Bangunan memenuhi syarat untuk diserah terimakan

3. Tahap Evaluasi Hasil Pemeriksaan


Pada tahap ini tenaga ahli akan melakukan peninjauan ulang dan pembahasan
atas kelengkapan borang-borang pemeriksaan, rencana atau pemetaan dengan
mengidentifikasi kerusakan dan mendiskusikannya dengan petugas pemeriksa.
Setiap hasil pengujian atau hasil pemeriksaan laboratorium perlu dievaluasi
untuk menentukan rekomendasi bagi perhitungan dan ketepatan anggaran biaya
perbaikan kerusakan bangunan.

4. Tahap Paparan Hasil Evaluasi


Selanjutnya, secara berkala, dalam periode masa pemeliharaan, penyedia jasa,
perlu menyampaikan laporan perbaiakan/penyempurnaan bangunan gedung
yang ditanda-tangani oleh lapangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

IV - 9
SM-11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Rangkuman
Jika terdapat penyimpangan atau ketidak sesuaian, maka dilakukan verifikasi dan
dilaporkan dalam laporan Non Conforming Report, yang selanjutnya dicarikan upaya
untuk memperbaiki atau menyempurnakannya. Hasil perbaikan atau
penyempurnaan perlu diperiksa ulang terhadap persyaratan teknis dan gambar
kerja, untuk memastikan bahwa pelaksanaan pekerjaan sudah sesuai dengan
ketentuan yang disyaratkan.

Latihan
1. jelaskan mengenai pemeriksaan dan verifikasi
2. apa fungsi dan kelebihan dari diadakannya pemeriksaan dan verifikasi

IV - 10
SM-11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

BAB V
PENGAWASAN MUTU PARSIAL

Bangunan gedung terdiri dari kumpulan sistem bangunan, arsitektur, sipil/struktur,


mekanikal, elektrikal dan tata ruang luar. Selanjutnya, tiap bagian tadi dirinci menjadi
komponen dan elemen serta bahan yang lebih spesifik. Komponen, elemen dan bahan-
bahan tadi saling berkait satu dengan lainnya. Hal ini mengakibatkan mutu komponen
yang satu akan berpengaruh pada mutu pelaksanaan komponen lain, yang pada
gilirannya akan mempengaruhi mutu pelaksanaan bangunan secara keseluruhan

MUTU
PELAKSANAAN
BANGUNAN

MUTU MUTU MUTU MUTU MUTU


PELAKSANAAN PELAKSANAAN PELAKSANAAN PELAKSANAAN PELAKSANAAN
ARSITEKTURAL STRUKTURAL MEKANIKAL ELEKTRIKAL TATA RUANG LUAR

MUTU MUTU MUTU MUTU MUTU


PELAKSANAAN PELAKSANAAN PELAKSANAAN PELAKSANAAN PELAKSANAAN
ELEMEN/BAHAN ELEMEN/BAHAN ELEMEN/BAHAN ELEMEN/BAHAN ELEMEN/BAHAN

Gambar 5.1. Bagan Mutu Pelaksanaan Bangunan


.
Sebagai contoh, jika mutu pelaksanaan pengukuran dan pematokan tidak teliti akan
berakibat penempatan kolom bergeser atau ruang menjadi tidak siku. Pada tingkat
pekerjaan struktur, pergeseran kolom mempunyai toleransi ketelitian yang lebih besar
dibandingkan dengan ketelitian komponen/elemen arsitektur. Pergeseran kolom sekitar 2-
3 centimeter tidak berdampak pada kekuatan dan keandalan struktur, tetapi akan
berpengaruh besar pada pemasangan lantai dan langit-langit, karena secara visual
terlihat bahwa dinding tidak lurus dan sudut ruangan tidak siku-siku.

V-1
SM-11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

A. Pengawasan Elemen Arsitektural

Pekerjaan arsitektural biasanya membutuhkan ketelitian pekerjaan yang cukup


tinggi, oleh karenanya pengawasan mutu parsial dititik beratkan pada pengukuran
awal, agar pada saat pekerjaan finishing dilaksanakan penyesuaian yang perlu
dilakukan untuk memenuhi persyaratan dan toleransi yang ditentukan dapat dengan
mudah dilakukan.

Pada pemasangan lantai atau plafon, misalnya, pembuatan patokan duga sangat
penting, oleh karenanya pengawasan mutu parsial ditujukan pada awal pekerjaan
finishing.

B. Pengawasan Elemen Sipil/Struktural

Meskipun tingkat keteilitian pekerjaan struktur tidak seketat pekerjaan arsitektural,


namun kecerobohan pekerjaan struktur akan berakibat pada kesulitan pekerjaan
arsitektural. Oleh karenanya pekerjaan struktural dapat merupakan pengawasan
mutu parsial bagi pekerjaan arsitektural.

Pengawasan mutu parsial pada pekerjaan struktur lebih ditujukan pada


[pertimbangan atas pekerjaan elemen lainnya, seperti arsitektural, mekanikal dan
elektrikal. Penempatan lubang shaft, sparring untuk pipa plambing dan jaringan
kabel perlu diteliti letak dan dimensinya agar sesuai dengan kebutuhan elemen dan
komponen yang akan dipasang.

C. Pengawasan Elemen Mekanikal

Pada sistem tata udara, pengawasan mutu parsial ditujukan pada saluran udara
(ducting), agar betul-betul memenuhi syarat, sehingga jika udara dingin disalurkan
tidak menyebabkan timbulnya kondensasi.

Dimensi ruang luncur merupakan bagian pengawasan parsial yang perlu dilakuklan
sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan sistem tramnsportasi vertikal, agar
ukuran kereta lif dapat ditempatkan pada ruang luncur.

D. Pengawasan Elemen Elektrikal

Pengawasan mutu parsial ditujukan pada pemasangan jaringan instalasi sebelum


dibebani oleh daya listrik. Kesalahan pemasangan pada instalasi akan
menyebabkan kerugian dan malah dapat menyebabkan akibat yang fatal.

E. Pengawasan Elemen Tata Ruang Luar

Pada pekerjaan ruang luar yang berhubungan dengan sistem drainage, maka
pengawasan mutu parsial dilakukan pada elevasi dan kemiringan muka tanah, agar
aliran air dapat mengalir ke saluran dengan baik dan tidak terjadi genangan pada
saat hujan.

V-2
SM-11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

Rangkuman
Untuk mendapatkan suatu hasil yang maksimal maka pada tiap-tiap elem pekerjaan/
bangunan sangat perlu untuk diadakan pemgawasan mutu parsial karena jika
terdapat penyimpangan atau ketidak sesuaian, maka dilakukan verifikasi dan
dilaporkan dalam laporan Non Conforming Report, yang selanjutnya dicarikan upaya
untuk memperbaiki atau menyempurnakannya. Hasil perbaikan atau
penyempurnaan perlu diperiksa ulang terhadap persyaratan teknis dan gambar
kerja, untuk memastikan bahwa pelaksanaan pekerjaan sudah sesuai dengan
ketentuan yang disyaratkan.
Hal inilah yang dimaksud dengan pengawasan mutu parsial

Latihan
1. jelaskan mengenai pengawasan mutu parsial
2. apa fungsi dan kelebihan dari diadakannya pengawassan mutu secara parsial

V-3
SM - 11 MODUL XI
MANAJER LAPANGAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN (SITE MANAGER FOR BUILDING)

DAFTAR PUSTAKA

Alif Martadi, Perencanaan Proyek dengan Metoda Jaringan Kerja, Golden Terayon
Press, 1986

Haji Zakaria Haji Yahya, Project Network Analysis, BSB SEAMEO VOCTECH, 1986

Iman Soeharto, Manajemen Proyek, Erlangga, Jakarta, 1995

Istimawan Dipohusodo, Manajemen Proyek & Konstruksi, Kanisius, Yogyakarta,1996

Juwana, J.S., Paduan Sistem Bangunan Tinggi – Untuk Arsitek dan Praktisi Bangunan,
Penerbit Erlangga, Jakarta, 2005.

Larry J. Johnson, Project Management, Carter Track Publication, 1990

Magdalena Adiwardana Jamin, Manajemen Proyek, 1983

Oberlender, G.D., Project Management for Engineering and Construction, McGraw-Hill


International Edition, New York, 1993.

Soetomo Kajatmo, Network Planning, Departemen Pekerjaan Umum, 1997

Anda mungkin juga menyukai