OLEH
KELOMPOK 7
1. SUTRIAH (21906112)
2. A. NUR ANISA (21906081)
3. DAHLIA (21906137)
4. M. FARID IDRUS (21906096)
TAHUN 2019/2020
74
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
75
Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi. Dislokasi terjadi saat
ligamen memberikan jalan sedemikian rupa sehingga tulang berpindah dari
posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor
penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir
(kongenital).
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dislokasi ?
2. Apa etologi dislokasi ?
3. Bagaimana patofisiologi dislokasi ?
4. Apa saja jenis-jenis dislokasi ?
5. Apa saja komplikasi dislokasi ?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk ?
7. Bagaimana penatalaksanaan dislokasi ?
8. Bagaimana patway dislokasi ?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa pengertian dislokasi
2. Mengetahui apa etiologi dislokasi
3. Mengetahui bagaimana patofisiologi dislokasi
4. Mengetahui jenis-jenis dislokasi
5. Mengetahui komplikasi dislokasi
6. Mengetahui apa pemeriksaan penunjang dislokasi
7. Mengetahui penatalaksanaan
8. Mengetahui patway dislokasi
76
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN ASKEP TEORI
A. Pengertian
Dislokasi adalah keluarnya bongkol sendi dari mangkok sendi, Keadaan
dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara
anatomis (tulang lepas dari sendi) (Brunner & Suddarth, 2002). Dislokasi
merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera (Arif
Mansyur, dkk. 2000). Dislokasi sendi atau luksasio adalah tergesernya permukaan
tulang yang membentuk persendian terhadap tulang lain (Sjamsuhidajat, 2011).
Dislokasi sendi adalah menggambarkan individu yang mengalami atau beresiko
tinggi untuk mengalami perubahan posisi tulang dari posisinya pada sendi
(Carpenito, 2000).
Dislokasi adalah deviasi hubungan normal antara rawan yang satu dengan
rawan yang lainnya sudah tidak menyinggung satu dengan lainnya (Price &
Wilson, 2006).
B. Etiologi
Dislokasi terjadi saat ligamen rnamberikan jalan sedemikian rupa sehingga
tulang berpindah dari posisinya yang normal didalam sendi. Dislokasi dapat
disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau
karena sejak lahir (kongenital). Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi
dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dis-
lokasi. Hal-hal yang menyebabkan terjadinya dislokasi sendi antara lain sebagai
berikut.
1. Cedera olahraga biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan
hoki serta olahraga yang beresiko jatuh, misalnya: terperosok akibat bermain
ski, senam, volley, basket, dan pemain sepak bola paling sering mengalami
dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola
dari pemain lain.
2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga benturan keras pada sendi
saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi, terjatuh dari tangga
atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin.
77
3. Terjadinya ‘tear’ ligament dan kapsul articuler yang merupakan kompenen
vital penghubung tulang.
4. Terjatuh.
C. Jenis-Jenis Dislokasi Sendi
Dislokasi sendi dapa dibedakan sebagai berikut.
1. Dislokasi congenital
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
2. Dislokasi patologik
Terjadi akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor,
infeksi, atau osteoporosis tulang. Hal ini disebabkan oleh kekuatan tulang
yang berkurang.
3. Dislokasi traumatic
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami
stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat edema (karena
mengalami pengerasan) terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat
mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan merusak struktur sendi,
ligamen, syaraf, dan sistem vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.
Berdasarkan tipe kliniknya dibagi sebagai berikut.
1. Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip serta disertai nyeri akut dan
pembengkakan di sekitar sendi
2. Dislokasi Berulang.
Jika suatu trauma dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang
berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang.
Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint. Dislokasi
biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang/ fraktur yang disebabkan
berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau
kontraksi otot dan tarikan.
78
Berdasarkan tempat terjadinya :
1. Dislokasi Sendi Rahang
2. Dislokasi sendi rahang dapat terjadi karena menguap atau terlalu lebar serta
terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka, akibatnya penderita tidak
dapat menutup mulutnya kembali.
3. Dislokasi Sendi Bahu
4. Pergeseran kaput humerus dari sendi glenohumeral berada di anterior dan
medial glenoid (dislokasi anterior), di posterior (dislokasi posterior), dan di
bawah glenoid (dislokasi inferior).
5. Dislokasi Sendi Siku
6. Mekanisme cederanya biasanya jatuh pada tangan yang dapat menimbulkan
dislokasi sendi siku ke arah posterior dengan siku jelas berubah bentuk dengan
kerusakan sambungan tonjolan-tonjolan tulang siku.
7. Dislokasi Sendi Jari
8. Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak ditolong dengan segera
sendi tersebut akan menjadi kaku kelak. Sendi jari dapat mengalami dislokasi
ke arah telapak tangan atau punggung tangan.
9. Dislokasi Sendi Metacarpophalangeal dan Interphalangeal
10. Merupakan dislokasi yang disebabkan oleh hiperekstensi-ekstensi persendian.
11. Dislokasi Panggul
12. Bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada di posterior dan atas
acetabulum (dislokasi posterior), di anterior acetabulum (dislokasi anterior),
dan caput femur menembus acetabulum (dislokasi sentra).
13. Dislokasi Patella
14. Dislokasi patella paling sering terjadi ke arah lateral. Reduksi dicapai dengan
memberikan tekanan ke arah medial pada sisi lateral patella sambil
mengekstensikan lutut perlahan-lahan. Apabila dislokasi dilakukan berulang-
ulang diperlukan stabilisasi secara bedah. Dislokasi biasanya sering dikaitkan
dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang
yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.
79
D. Manifestasi Klinis
1. Nyeri akut.
2. Perubahan kontur sendi.
3. Perubahan panjang ekstremitas.
4. Kehilangan mobilitas normal.
5. Perubahan sumbu tulang yag mengalami dislokasi.
6. Deformitas pada persendiaan
7. Kalau sebuah tulang diraba secara sering akan terdapat suatu celah.
8. Gangguan gerakan Otot-otot tidak dapat bekerja dengan baik pada tulang
tersebut.
9. Pembengkakan, Pembengkakan ini dapat parah pada kasus trauma dan dapat
menutupi deformitas.
10. Rasa nyeri sering terdapat pada dislokasi Sendi bahu, sendi siku, metakarpal
phalangeal dan sendi pangkal paha servikal.
11. Kekakuan.
E. Patofisiologi
Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan
congenital yang mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi
penurunan stabilitas sendi. Dari adanya traumatic akibat dari gerakan yang
berlebih pada sendi dan dari patologik karena adanya penyakit yang akhirnya
terjadi perubahan struktur sendi. Dari tiga hal tersebut, menyebabkan dislokasi
sendi. Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma jaringan dan tulang,
penyempitan pembuluh darah, perubahan panjang ekstremitas sehingga terjadi
perubahan struktur. Dan yang terakhir terjadi kekakuan pada sendi.
F. Komplikasi
1. Komplikasi dini
a. Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera, pasien tidak dapat mengkerutkan
otot deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot
tesebut.
b. Cedera pembuluh darah : arteri aksilla dapat rusak.
c. Fraktur disloksi.
2. Komplikasi lanjut.
80
a. Kekakuan sendi bahu:I immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan
kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40
tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral secara otomatis membatasi
abduksi.
b. Dislokasi yang berulang: terjadi kalau labrum glenoid robek.
c. Kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid.
d. Kelemahan otot.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar-X (Rontgen)
Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik noninvasif untuk
membantu menegakkan diagnosa medis. Pada pasien dislokasi sendi
ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi dimana tulang dan
sendi berwarna putih.
2. CT scan
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan
komputer, sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat
gambaran secara 3 dimensi. Pada psien dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi
dimana sendi tidak berada pada tempatnya.
3. MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan
frekuensi radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif, sehingga
dapat diperoleh gambaran tubuh (terutama jaringan lunak) dengan lebih detail.
Seperti halnya CT-Scan, pada pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran
sendi dari mangkuk sendi.
H. Penatalaksanaan
Dislokasi dapat direposisi tanpa anastesi, misalnya pada sendi bahu atau siku.
Reposisi dapat diadakan dengan gerakan atau perasat yang barlawanan dengan
gaya trauma dan kontraksi atau tonus otot. Reposisi tidak boleh dilakukan dengan
kekuatan karena bisa mengakibatkan patah tulang. Untuk mengendurkan
kontraksi dan spasme otot perlu diberikan anastesi setempat atau umum.
Kekenduran otot memudahkan reposisi.
1. Reposisi
81
a. Lakukan reposisi segera.
b. Dengan manipulasi secara hati-hati permukaan sendi diluruskan kembali.
Tindakan ini sering dilakukan anestesi umum untuk melemaskan otot-
ototnya.
2. Dislokasi sendi :
a. Dislokasi sendi kecil dapat direposisi ditempat kejadian tanpa anestesi.
Misalnya dislokasi jari ( pada fase shock ), dislokasi siku, dislokasi bahu.
b. Dislokasi sendi besar. Misalnya panggul memerlukan anestesi umum
c. Fisioterapi harus segera mulai untuk mempertahankan fungsi otot dan
latihan yang aktif dapat diawali secara dini untuk mendorong gerakan
sendi yang penuh, khususnya pada sendi bahu.
d. Tindakan pembedahan harus dilakukan bila terdapat tanda-tanda gangguan
neumuskular yang berat atau jika tetap ada gangguan vaskuler setelah
reposisi tertutup berhasil dilakukan secara lembut. Pembedahan terbuka
mungkin diperlukan, khususnya kalau jaringan lunak terjepit diantara
permukaan sendi.
e. Persendian tersebut disangga dengan pembedahan, dengan pemasangan
gips, misalnya pada sendi panngkal paha, untuk memberikan kesembuhan
pada ligamentum yang teregang.
f. Dislokasi reduksi: dikembalikan ke tempat semula dengan menggunakan
anastesi jika dislokasi berat.
g. Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke
rongga sendi.
h. Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan
dijaga agar tetap dalam posisi stabil.
i. Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus
3-4X sehari yang berguna untuk mengembalikan kisaran sendi.
j. Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa
penyembuhan.
Penatalaksanaan Medis
1. Farmakologis : pemberian obat-obatan : analgesik non narkotik
82
a. Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala,
nyeri pinggang. Efek samping dari obat ini adalah agranulositosis. Dosis:
sesudah makan, dewasa: sehari 3×1 kapsul, anak: sehari 3×1/2 kapsul.
b. Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau sedang,
kondisi akut atau kronik termasuk nyeri persendian, nyeri otot, nyeri
setelah melahirkan. Efek samping dari obat ini adalah mual, muntah,
agranulositosis, aeukopenia. Dosis: dewasa; dosis awal 500mg lalu 250mg
tiap 6 jam.
2. Pembedahan
a. Operasi ortopedi
Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang mengkhususkan
pada pengendalian medis dan bedah para pasien yang memiliki kondisi-
kondisi arthritis yang mempengaruhi persendian utama, pinggul, lutut dan
bahu melalui bedah invasif minimal dan bedah penggantian sendi.
Prosedur pembedahan yang sering dilakukan meliputi Reduksi Terbuka
dengan Fiksasi Interna atau disingkat ORIF (Open Reduction and
Fixation). Berikut dibawah ini jenis-jenis pembedahan ortopedi dan
indikasinya yang lazim dilakukan :
1) Reduksi terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang
yang patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan
tulang yang patah.
2) Fiksasi interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan
skrup, plat, paku dan pin logam.
3) Graft tulang : penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun
heterolog) untuk memperbaiki penyembuhan, untuk menstabilisasi
atau mengganti tulang yang berpenyakit.
4) Amputasi : penghilangan bagian tubuh.
5) Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu alat
yang memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi tanpa
irisan yang besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka.
6) Menisektomi : eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak.
83
7) Penggantian sendi: penggantian permukaan sendi dengan bahan logam
atau sintetis.
8) Penggantian sendi total: penggantian kedua permukaan artikuler dalam
sendidengan logam atau sintetis.
Non medis
1. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan
anastesi jika dislokasi berat.
RICE
a. R : Rest (istirahat)
I : Ice (kompres dengan es)
C : Compression (kompresi/ pemasangan pembalut tekan)
E : Elevasi (meninggikan bagian dislokasi)
2. Pencegahan
a. Cedera akibat olahraga
1) Gunakan peralatan yang diperlukan seperti sepatu untuk lari.
2) Latihan atau exercise.
3) Conditioning.
b. Trauma kecelakaan
1) Kurangi kecepatan.
2) Memakai alat pelindung diri seperti helm, sabuk pengaman.
3) Patuhi peraturan lalu linta
84
Pathway
Trauma langsung trauma tidak langsung kondisi patologis
Dislokasi
tulang
Perubahan status kesehatan
Deformitas
85
Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik (trauma)
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
3 Ansietas berhubungan dengan perubahan besar (status kesehatan)
4 Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
86
Intervensi
NO Diagnosa Nursing Outcome Nursing Outcome
DX Keperawatan Classification Classification
(NOC) (NIC)
1. Nyeri akut NOC NIC
(00132) 1. Kontrol nyeri 1. Manajemen nyeri
berhubungan 2. Tingkat nyeri (1400)
dengan agens Kriteria hasil: - Lakukan pengkajian
1. Mengenali kapan nyeri nyeri komprehensif yang
cedera fisik
terjadi (160502) meliputi lokasi,
(trauma) karakteristik,
2. Menggunakan tindakan
pengurangan nyeri onset/durasi, frekuensi,
tanpa analgesic kualitas, intensitas atau
(160504) beratnya nyeri dan factor
3. Melaporkan perubahan pencetus
terhadap gejala nyeri - Ajarkan prinsip-prinsip
pada professional manajemen nyeri
kesehatan (160513) - Berikan individu
4. Nyeri yang dilaporkan penurun nyeri yang
(210201) optimal dengan
5. Ekspresi nyeri wajah peresepan analgetik
(210206) 2. Pemberian analgesic (
6. Mengeluarkan keringat 2210)
(210225) - Cek adanya riwayat
alergi obat
- Susun harapan yang
positif mengenai
keefektifan analgesic
untuk mengoptimalkan
respon pasien
- Dokumentasikan
respon terhadap
analgesic dan adanya
efek samping
3. Monitor tanda-tanda
vital (6680)
- Monitor tekanan darah,
nadi, suhu dan status
pernafasan dengan tepat
- Monitor dan laporkan
tanda dan gejala
hiportermia dan
hipertermia
- Identifikasi
kemungkinan penyebab
perubahan tanda-tanda
vital.
87
2. Hambatan NOC NIC
mobilitas fisik 1. Pergerakan 1. Peningkatan mekanika
(00085) 2. Pergerakan sendi: pasif tubuh (0140)
berhubungan Kriteria hasil: - Kaji kesadaran pasien
1. Koordinasi (020809) tentang abnormalitas
dengan
2. Gerakan sendi muskuloskeletalnya
gangguan dan efek yang mungkin
(020804)
musculoskeletal 3. Panggul kiri (020718) timbul pada jaringan
otot dan postur
- Berikan informasi
tentang kemungkinan
posisi penyebab nyeri
otot dan sendi
2. Terapi latihan:
pergerakan sendi
(0224)
- Jelaskan pada pasien
atau keluarga manfaat
dan tujuan melakukan
latihan sendi
- Pakaikan baju yang
tidak menghambat
pergerakan pasien
- Bantu untuk
melakukan
pergerakan sendi
yang ritmis dan
teratur sesuai kadar
nyeri yang bisa
ditoleransi, ketahanan
dan pergerakan sendi
3. Pengaturan posisi (
0840)
- Dorong latihan ROM
aktif dan pasif
- Jangan menempatkan
pasien pada posisi yang
bisa meningkatkan
nyeri
- Sangga dengan
sandaran yang sesuai
88
berhubungan Kriteria hasil: yang tenang dan
menyakinkan
dengan 1. Perasaan gelisah
- Nyatakan dengan jelas
perubahan besar (121105) harapan terhadap
perilaku klien
(status 2. Rasa cemas yang
- Berikan informasi
kesehatan) disampaikan secara factual terkait diagnosis,
perawatan dan prognosis
lisan (121117)
2. Peningkatan koping
3. Menghindari pergi (5230)
- Bantu pasien untuk
keluar rumah (121603)
menyelesaikan masalah
4. Menghindari situasi dengan cara konstruktif
- Berikan penilaian
social (121601)
mengenai pemahaman
pasien terhadap proses
penyakit
- Berikan suasana
penerimaan
- Bantu pasien dalam
mengembangkan
penilaian terkait dengan
kejadian dengan lebih
obyektif
3. Terapi relaksasi
(6040)
- Ciptakan lingkungan
yang tenang dan tanpa
distraksi dengan lampu
yang redup dan suhu
lingkungan yang
nyaman, jika
memungkinkan
- Tunjukkan dan
praktikkan teknik
relaksasi pada pasien
- Dorong pengulangan
teknik praktik-praktik
tertentu secara berkala
- Evaluasi dan
dokumentasikan respon
terhadap terapi relaksasi
89
pengetahuan 1. Pengetahuan: proses 1.Pengajaran proses
(00126) penyakit penyakit (5602)
berhubungan 2. Pengetahuan: - Kaji tingkat
dengan kurang manajemen penyakit akut pengetahuan pasien
informasi Kriteria hasil: terkait dengan proses
1. Karakter spesifik penyakit yang spesifik
penyakit (180302) - Jelaskan mengenai
2. Tanda dan gejala proses penyakit,
penyakit (180306) sesuai kebutuhan
3. Proses perjalanan - Beri ketenangan terkait
penyakit biasanya kondisi pasien, sesuai
(180307) kebutuhan
4. Pilihan pengobatan 2. Pengajaran
yang tersedia (184418) preoperative (5610)
5.Pentingnya mematuhi - Kaji riwayat operasi
rejimen pengobatan sebelumnya, latar
(184418) belakang, budaya dan
6. Sumber informasi tingkat pengetahuan
terpercaya terkait terkait operasi
penyakit (184423) - Berikan kesempatan
pasien untuk bertanya
- Jelaskan prosedur
persiapan pre-operasi
- Instruksikan pasien
mengenai teknik
mobilisai, batuk dan
nafas dalam
3. Pengurangan
kecemasan (5820)
- Gunakan pendekatan
yang tenang dan
menyakinkan
90
- Nyatakan dengan jelas
harapan terhadap
perilaku klien.
Implementasi
melakukan intervensi yang rinci sesuai dengan rencana keperawatan yang telah
lokasi. Setiap intervensi yang telah dilakukan kemudian akan catat sebagai
Evaluasi
membandingkan diagnose secara teori pada klien dengan Dislokasi dengan apa
yang ditemukan di lokasi. Selain itu, juga akan mengevaluasi tindakan yang
tercapai dan yang tidak tercapai, serta perbandingan kondisi klien sebelum dan
91
BAB III
ASKEP KASUS
A. PENGKAJIAN
No. RM : 895587
1. Identitas
a. Nama : Tn. I
c. Agama : Islam
d. Pendidikan : SMA
e. Pekerjaan : Mahasiswa
j. Alamat : Gowa
92
segala kebutuhannya di bantu oleh keluarga dan rencana tindakan operasi
open reduction left hip.
c. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan tidak pernah masuk rumah sakit sebelumnya dan tidak
pernah operasi.
d. genogram keluarga
? ? ? ? ?
24
?
= meninggal
= garis keturunan
2.Tipe keluarga
bersaudara kakek dan nenek dari ayah klien sudah lama meninggal dan
kakek dan nenek dari ibu klien juga sudah lama meninggal.
93
1) Klien mengatakan sebelum sakit klien rajin ikut kerja bakti, kumpul
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum :
Pernapasan : 18x / i
Nadi : 80x/i
Suhu :36,5º C
b. Pernafasan
c. Kardiovaskuler
Irama jantung reguler s1/s2 tunggal, tidak terdapat nyeri dada, akral
hangat.
d. Persyarafan
GCS : 15
94
Gangguan tidur : tidak ada
e. Penginderaan
1) Penglihatan
2) Pendengaran
3) Penciuman
f. Perkemihan
Warna urin kuning cerah, klien tidak menggunakan alat bantu seperti
kateter dll.
g. Pencernaan
berikan,
h. Muskuloskeletal / integumen
Masalah : nyeri pada panggul sebelah kiri dan gangguan sikap berjalan
i. Endokrin
95
Masalah : tidak ada masalah pada endokrin
j. Personal hygiene
2) Sebelum sakit klien sikat gigi 1x/hari setelah sakit klien sikat gigi
1x/hari
4. Pemeriksaan penunjang
Hematologi urin
96
BASO 0.11 0.00 – 0.10 10^3/ul
LED Jam II
5. Terapy obat :
B. Klasifikasi data
97
perubahan dalam peristiwa hidup tentang penyakitnya dan
tertusuk-tusuk S : Skala 4
1-10
bantu keluarga
C. Data Fokus
timbul
dari 1-10
98
2. Klien mengatakan gangguan Keterbatasan rentang gerak
di bantu keluarga
dilakukan
99
D. Analisa data
100
keluarganya
Klien nampak
kesulitan
membolak- balik
posisi
cemas dengan
Diskontinuitas tulang
penyakitnya
Kerusakan frag. Tulang
Klien mengatakan
perubahan dalam
Perubahan status kesehatan
peristiwa hidup
DO: Ansietas
Klien dan
keluarga Nampak
cemas
Klien dan
keluarga bertanya
tentang
penyakitnya dan
tindakan operasi
yang akan
dilakukan
Pasien nampak
gelisah
Pasien Nampak
berkeringat
101
4 DS: Trauma tidak langsung Defisiensi
pengetahuan
Klien dan keluarga
mengatakan kurang Dislokasi
pengetahuan
tentang penyakit
dan rencana Kurang terpapar informasi
tindakan operasi
yang akan
dilakukan Defisiensi
pengetahuan
DO:
Klien dan
keluarga bertanya
tentang
penyakitnya dan
tidakan operasi
yang akan
dilakukan
Klien dan
keluarga Nampak
cemas
102
E. Diagnosa
103
F. Intervensi
104
hiportermia dan
hipertermia
- Identifikasi
kemungkinan
penyebab perubahan
tanda-tanda vital.
105
- Sangga dengan
sandaran yang
sesuai
106
relaksasi pada pasien
- Dorong pengulangan
teknik praktik-praktik
tertentu secara
berkala
- Evaluasi dan
dokumentasikan
respon terhadap
terapi relaksasi
107
tentang bertanya
- Jelaskan prosedur
penyakitnya dan
persiapan pre-
tidakan operasi
operasi
yang akan - Instruksikan pasien
mengenai teknik
dilakukan
mobilisai, batuk dan
Klien dan nafas dalam
keluarga Nampak 3. Pengurangan
kecemasan (5820)
cemas
- Gunakan pendekatan
yang tenang dan
menyakinkan
- Nyatakan dengan
jelas harapan
terhadap perilaku
klien.
108
G. Implementasi
109
10.40 4. Pakaikan baju yang tidak menghambat
pergerakan pasien
Hasil :
Pasien memakai pakaian yang longgar dan
menyerap keringat
10.50
5. Sangga dengan sandaran yang sesuai
Hasil:
Pasien mengatur posisi yang nyaman dan
memberi sangga dengan sandaran yang sesuai
Rabu 10.55 3 1. Gunakan pendekatan yang tenang dan
01 januari menyakinkan
Hasil: Pasien koperatif
11.00 2. Berikan informasi factual terkait diagnosis,
perawatan dan prognosis
Hasil:
Keluarga mengatakan tidak begitu paham dan
selalu berdoa untuk kesembuhan anaknya dan
pasien Nampak tenang dan
keluargamemperhatikanpenjelasan yang
diberikan.
3. Berikan suasana penerimaan
11.05 Hasil: pasien dan keluarga masih berusaha untuk
menerima kondisinya
4. Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa
11.10 distraksi dengan lampu yang redup dan suhu
lingkungan yang nyaman, jika memungkinkan
Hasil:
Menciptakan lingkungan yang tenang dengan
membatasi pengunjung dan pasien Nampak
tenang
Rabu 11.15 4 1. Jelaskan mengenai proses penyakit, sesuai
01 januari kebutuhan
Hasil:
Pasien dan keluarga memperhatikan penjelasan
yang di berikan
11.20
2. Kaji riwayat operasi sebelumnya, latar
belakang, budaya dan tingkat pengetahuan
terkait operasi
Hasil:
Klien mengatakan tidak pernah masuk rumah
sakit sebelumnya dan tidak pernah operasi
11.25
3. Jelaskan prosedur persiapan pre-operasi
Hasil:
Pasien dan keluarga memperhatikan penjelasan
yang di berikan
11.30 4. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
perilaku klien.
Hasil:
110
Pasien mengerti
111
Hasil:
Pasien mengerti informasi yang diberikan
13.00 4. Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa
distraksi dengan lampu yang redup dan suhu
lingkungan yang nyaman, jika memungkinkan
Hasil:
Menciptakan lingkungan yang tenang dengan
membatasi pengunjung dan pasien Nampak
tenang
Kamis 13.10 4 1. Jelaskan mengenai proses penyakit, sesuai
02 januari kebutuhan
2020 Hasil:
Pasien dan keluarga mengerti
13.15 3. Jelaskan prosedur persiapan pre-operasi
Hasil:
Pasien dan keluarga mengerti tentang prosedur
persiapan operasi
13.20 4. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
perilaku klien.
Hasil:
Pasien mengerti
112
H. Evaluasi
113
- Rasa cemas yang disampaikan secara lisan 2/5
- Menghindari pergi keluar rumah 1/5
- Menghindari situasi social 2/5
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
2. Berikan informasi factual terkait diagnosis, perawatan
dan prognosis
4. Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa distraksi
dengan lampu yang redup dan suhu lingkungan yang
nyaman, jika memungkinkan
4. 12.30 S : Klien dan keluarga mengatakan kurang pengetahuan
tentang penyakit dan rencana tindakan operasi yang
akan dilakukan
O : - Karakter spesifik penyakit 2/5
- Tanda dan gejala penyakit 2/5
- Proses perjalanan penyakit biasanya 2/5
- Pilihan pengobatan yang tersedia 2/5
- Pentingnya mematuhi rejimen pengobatan 2/5
- Sumber informasi terpercaya terkait penyakit 2/5
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Jelaskan mengenai proses penyakit, sesuai kebutuhan
2. Kaji riwayat operasi sebelumnya, latar belakang, budaya
dan tingkat pengetahuan terkait operasi
3. Jelaskan prosedur persiapan pre-operasi
4. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku klien.
114
- Ekspresi nyeri wajah 3/5
- Mengeluarkan keringat 3/5
A: Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
2. . Cek adanya riwayat alergi obat
3. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
4. Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda-
tanda vital.
2. 13.50 S : klien mengatakan gangguan sikap berjalan
Klien mengatakan kesulitan membolak balik posisi
O : - Koordinasi 3/5
- Gerakan sendi 3/5
- Panggul kiri 2/5
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Kaji kesadaran pasien tentang abnormalitas
muskuloskeletalnya dan efek yang mungkin timbul
pada jaringan otot dan postur
2. Berikan informasi tentang kemungkinan posisi
penyebab nyeri otot dan sendi
3. Jelaskan pada pasien atau keluarga manfaat dan tujuan
melakukan latihan sendi
4. Pakaikan baju yang tidak menghambat pergerakan
pasien
5. Sangga dengan sandaran yang sesuai
3. 14.00 S : Klien mengatakan cemas dengan penyakitnya
Klien mengatakan kekwatiran karena perubahan dalam
peristiwa hidup
O : - Perasaan gelisah 3/5
- Rasa cemas yang disampaikan secara lisan 3/5
- Menghindari pergi keluar rumah 3/5
- Menghindari situasi social 3/5
A : Masalah teratasi
P : pertahankan intervensi
115
- Sumber informasi terpercaya terkait penyakit 4/5
A : Masalah teratasi teratasi
P : pertahankan intervensi
116
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam melakukan pengkajian pada Tn “I” dengan masalah Dislokasi, Data
yang ditemukan dalam konsep teori tapi tidak terdapat dalam stadi kasus
adalah : Pembengkakan, Pembengkakan ini dapat parah pada kasus trauma
dan dapat menutupi deformitas, Sendi bahu, sendi siku, metakarpal phalangeal
dan sendi pangkal paha servikal, Kekakuan.
2. Dalam menetapkan Diagnosa Keperawatan pada Tn I dengan masalah
Dislokasi. Menurut konsep teori terdapat 4 diagnosa keperawatan yang
ditetapkan adalah, Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik
(trauma), Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
musculoskeletal, Ansietas berhubungan dengan perubahan besar (status
kesehatan),Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
Sedangkan pada Tn I ditemukan 4 diagnosa keperawatan yang terdapat
dalam konsep teori.
3. Dalam menentukan rencana keperawatan pada Tn I dengan masalah Dislokasi.
Pada dasarnya rencana intervensi keperawatan yang ditetapkan penulis
berpedoman pada rencana intervensi keperawatan yang ada dalam konsep
teori.
4. Pada tahap implementasi pada Tn I dengan masalah Dislokasi. Penulis dalam
melakukan implementasi keperawatan berpedoman pada implementasi
keperawatan yang ada pada konsep teori. Adapun faktor pendukung dalam
melaksanakan implementasi antara lain: pasien kooperatif, kerja sama yang
baik dari keluarga pasien, dan dukungan perawat dan pembimbing dalam
melakukan implementasi keperawatan, Sedangkan faktor penghambat dalam
melakukan implementasi adalah kurangnya waktu interaksi dengan pasien.
5. Dari hasil eveluasi keperawatan pada Tn I dengan masalah Dislokasi terdapat
dua diagnosa yang teratasi yaitu Ansietas berhubungan dengan perubahan
besar (status kesehatan), Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang
informasi
117
B. Saran
kerjanya demi kesejahteraan kesehatan pada umumnya dan pada klien dengan
4. Bagi Penulis
118
DAFTAR PUSTAKA
119