Nama Anggota:
Judul: Produksi -amilase rekombinan dalam inang Pichia pastoris defisien protease.
Peneliti/Pelaksana
Nama Lengkap : Dr. Shabarni Gaffar, M.Si.
NIDN : 0025047105
Jabatan Fungsional : Lektor
Program Studi : Kimia
Nomor HP : 081573019025
Alamat surel (e-mail) : era2504@yahoo.com
Anggota (1)
Nama Lengkap : Dian Siti Kamara, M.Si
NIDN : 0006126603
Perguruan Tinggi : Universitas Padjadjaran
Menyetujui
Dekan FMIPA Unpad
RINGKASAN ................................................................................................................ 1
PRAKATA .................................................................................................................... 2
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................................. 3
1.1. Latar Belakang ......................................................................................................... 3
1.2. Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 5
2.1. Sistem ekspresi Pichia pastoris ............................................................................... 5
2.2. Enzim α-amilase Saccharomycopsis fibuligera ....................................................... 7
2.3. Penelitian yang telah dilakukan ............................................................................... 7
2.4. Penelitian yang akan dikerjakan .............................................................................. 8
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN .............................................. 15
3.1. Tujuan .................................................................................................................... 15
3.2. Manfaat penelitian ................................................................................................. 15
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................................ 20
4.1. Alat dan Bahan....................................................................................................... 20
4.1.1. Alat...................................................................................................................... 22
4.1.2. Objek Penelitian .................................................................................................. 23
4.1.3. Bahan Penelitian ................................................................................................. 24
4.2. Metode Penelitian .................................................................................................. 24
4.2.1. Isolasi plasmid rekombinan yang membawa gen pengode a-amilase ................ 25
4.2.2. Peremajaan inang P. pastoris.............................................................................. 26
4.2.3. Pembuatan sel kompeten dan transformasi P. pastoris ...................................... 28
4.2.4. Penetuan fenotipe P. pastoris ............................................................................. 29
4.2.5. Ekspresi α-amilase .............................................................................................. 30
4.2.6. Karakterisasi α-amilase dengan SDS PAGE ...................................................... 31
4.2.7. Penentuan aktivitas α-amilase............................................................................. 32
4.2.8. Penentuan kadar protein...................................................................................... 33
BAB V. HASIL YANG DICAPAI ............................................................................. 34
5.1. Isolasi plasmid rekombinan yang membawa gen pengode α-amilase ................... 35
5.2. Peremajaan inang P. pastoris SMD 1165 .............................................................. 35
5.3. Transformasi P pastoris SMD 1165 dengan metoda elektroporasi ....................... 36
5.4. Ekspresi α-amilase oleh P. pastoris rekombinan ................................................... 37
5.5. Aktifitas α-amilase rekombinan ............................................................................. 38
5.6. Karakterisasi α-amilase rekombinan ...................................................................... 39
5.7. Penentuan kadar protein......................................................................................... 40
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 21
DAFTAR GAMBAR
2
PRAKATA
Penyusun
3
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
-Amilase telah dipakai pada bidang industri seperti makanan, alkohol, gula, dan
tekstil. Sampai saat ini, Indonesia masih mengimpor enzim ini dari beberapa negara,
karena belum adanya industri yang memproduksi enzim ini. Padahal Indonesia
memiliki biodiversitas mikroba yang tinggi, yang potensial untuk menghasilkan -
amilase. Salah satu mikroba penghasil -amilase yang telah dipelajari adalah
Saccharomycopsis fibuligera (Soemitro et al, 1996)
-Amilase S. fibuligera merupakan salah suatu enzim ekstraseluler yang mampu
memecah pati mentah sehingga dapat menghemat energi dalam pemrosesan pati,
dengan demikian memiliki potensi untuk dapat dikembangkan dan diaplikasikan
dalam industri (Hostinova, 2002; Hasan et al., 2006). Optimasi produksi -amilase S.
fibuligera perlu dilakukan untuk mempermudah pengembangan produksi -amilase
dalam skala komersial, dengan harga yang bersaing dengan enzim impor. Penelitian-
penelitian tentang -amilase S. fibuligera telah dilakukan oleh kelompok kami sejak
tahun 1993. Penelitian ini telah menghasilkan publikasi internasional tentang
proteolisis -amilase S. fibuligera (Hasan et al., 2008), Karakterisasi biokimia
glukoamilase (Natalia et al., 2011) dan peningkatan aktivitas -amilase S. fibuligera
melalui modifikasi kovalen (Ismaya et al., 2013). Selanjutnya -amilase S. fibuligera
di produksi dalam P. pastoris pada penelitian RUT XII (Puspasari et al, 2006), dan
dimodifikasi peptida signalnya untuk peningkatan sekresi dalam P. pastoris (Gaffar et
al, 2007). Hasil yang diperoleh dari penelitian-penelitian ini telah berhasil
meningkatkan produksi -amilase dalam P. pastoris, namun masih lebih rendah
dibandingkan yang dipublikasikan oleh Paifer et al. (1994) yang melaporkan ekspresi
-amilase suatu bakteri dalam P. pastoris. Beberapa faktor yang mempengaruhi
tingkat sekresi juga sudah dipelajari, yaitu: penambahan faktor pelipatan protein dan
faktor sekresi (Gaffar et al., 2010). Pada penelitian ini akan dilakukan ekspresi -
amilase S. fibuligera menggunakan inang P. pastoris defisien protease. Penggunakan
galur ini berhasil meningkatkan produksi endostatin murin dan manusia
(Cereghino&Cregg, 2000).
4
Dari hasil penelitian RUT XII (Puspasari et al. 2006) dengan topik ”Produksi -
amilase dengan kestabilan tinggi dalam P. pastoris”, diperoleh aktivitas -amilase S.
fibuligera R64 tertinggi dengan sistem batch sebesar 5000 U/mL. Sementara itu Paifer
et al. (1994) melaporkan bahwa tingkat ekspresi -amilase bakteri dalam P. pastoris
mencapai 22.000 U/mL. Berdasarkan hal tersebut di atas, disimpulkan bahwa ternyata
tingkat ekspresi -amilase S. fibuligera R64 dalam P. pastoris masih relatif rendah.
Pengaruh penambahan faktor pelipatan protein dan faktor sekresi juga sudah dipelajari
(Gaffar et al., 2010; Gaffar et al., 2012), namun hasil yang diperoleh masih belum
memuaskan.
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi level sekresi protein oleh mikroba.
Menurut Shi-Hwei et al. (2005), beberapa masalah yang sangat potensial dalam
sekresi protein, termasuk dalam P. pastoris adalah: (1) jenis penggunaan kodon dari
gen yang diekspresikan, (2) jumlah gen yang digunakan, (3) efisiensi dan kekuatan
promoter, (4) efisiensi sinyal translasi, (5) jenis peptida sinyal, (6) proses dan
pelipatan di dalam retikulum endoplasma dan badan Golgi, (7) faktor lingkungan
dalam sekresi ekstraseluler, dan (8) hidrolisis protein oleh protease.
5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
6
sehingga menurunkan hasil yang diperoleh. Disisi lain, protein heterolog mengalami
hiperglikosilasi dengan lebih dari 100 residu manosa dalam bentuk rantai samping N-
oligosakarida. Kelebihan manosa sering mengubah fungsi protein sehingga protein
heterolog menjadi bersifat antigenik. Selain itu bila densitas sel tinggi, S. cerevisiae
akan memproduksi etanol yang bersifat racun, sehingga menurunkan jumlah protein
yang disekresikan (Glick dan Pasternak, 2003).
Pichia pastoris merupakan spesies alternatif untuk ekspresi protein
rekombinan. Penggunaan sistem ekspresi P. pastoris memberikan keuntungan
dibandingkan dengan sistem ekspresi lain. Sistem ini merupakan satu-satunya sistem
yang menggabungkan keuntungan penggunaan E. coli (tingkat ekspresi tinggi, mudah
dilakukan peningkatan skala produksi, dan murah) dan sistem ekspresi eukariot
(adanya komponen pelipatan protein dan modifikasi pasca translasi). Fleksibilitas
sistem ekspresi P. pastoris menjadikannya alat yang ideal untuk riset laboratorium
yang ditujukan untuk aplikasi industri. Berbagai jenis protein telah berhasil diproduksi
dengan sistem ekspresi P. pastoris dengan tingkat ekspresi hingga 12 g/L (Invitrogen,
2004). Tingkat ekspresi -amilase suatu bakteri dalam P. pastoris yang cukup tinggi
telah diperlihatkan oleh Paifer et al. (1994), yaitu sebanyak 2,5 g/L. P. pastoris telah
digunakan juga untuk ekspresi mutan -amilase pankreas manusia yang berbobot
molekul 56 kDa (Rydberg et al., 1999). Hasil yang ditunjukkan di atas dapat menjadi
pertimbangan kuat dalam penggunaan P. pastoris sebagai vektor dalam produksi -
amilase untuk aplikasi industri.
P. pastoris memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan S. cerevisiae,
yaitu: (1) P. pastoris memiliki promoter yang diregulasi dengan ketat, yaitu gen AOX1
yang mengkode alkohol oksidase yang dapat diinduksi oleh metanol. Apabila ada
metanol, 30% dari protein selular adalah alkohol oksidase. Sedangkan bila tidak ada
metanol, gen AOX1 tidak bekerja. Selanjutnya promoter gen AOX1 dengan cepat
merespons penambahan metanol ke medium. Dengan kata lain, promoter AOX1
merupakan kandidat yang baik untuk menjalankan transkripsi gen yang diklon dan
memproduksi protein rekombinan dalam jumlah besar; (2) Tingkat sekresi protein
rekombinan pada P. pastoris tinggi, hal ini disebabkan oleh konsentrasi sel yang
tinggi dan tidak dihasilkannya etanol yang merupakan racun bagi sel; dan (3) P.
pastoris biasanya mensekresikan sangat sedikit proteinnya sendiri, sehingga
7
memudahkan pemurnian protein rekombinan yang disekresikan (Glick dan Pasternak,
2003).
Protein dapat disekresikan ke medium ekstraselular dengan cara memilih
peptida sinyal tertentu dari sel eukariot seperti ragi. Banyak jenis sinyal sinyal yang
telah digunakan dalam sistem ekspresi ragi, seperti peptida sinyal yang berasal dari
gen PHO1, yeast invertase, sinyal sekresi -mating factor, dan lain-lain. Masing
masing sinyal memiliki keunggulan tersendiri dan tidak ada aturan khusus untuk
menentukan urutan sinyal yang efektif. Diantara peptida sinyal yang paling umum
digunakan adalah peptida sinyal protein -mating factor dari S. cerevisiae (Cereghino
dan Cregg, 2000).
Vektor P. pastoris pada umumnya dirancang sebagai plasmid integrasi untuk
mencegah masalah ketidakstabilan plasmid selama pertumbuhan jangka panjang. Gen
asing dan marker seleksi ragi diinsersikan ke kromosom spesifik melalui proses
rekombinasi homolog antara DNA pada vektor dengan daerah yang homolog pada
genom P. pastoris. Peta vektor ekspresi P. pastoris diperlihatikan pada Gambar 2.1.
(Invitrogen, 2004).
Gambar 2.1. Peta vektor ekspresi pPICZA, B, C dari P. pastoris (Invitrogen, 2005).
Pada P. pastoris terdapat dua gen yang mengkode alkohol oksidase, yaitu:
AOX1 dan AOX2. AOX1 bertanggung jawab terhadap aktivitas alkohol oksidase di
sel. Ekspresi gen AOX1 sangat tergantung kepada regulasi dan induksi dari metanol
dan biasanya jumlah AOX1 mencapai 30% dari total protein P. pastoris ketika
metanol dijadikan sebagai sumber karbon. Gen AOX2 memiliki kemiripan dengan
AOX1 sampai 97%. Gen ini terekspresi lebih lambat di metanol dibandingkan AOX1.
Tingkat ekspresi dari AOX1 diatur pada tingkat transkripsi. Pada medium sel yang
8
mengandung metanol, sekitar 5% dari polyA-RNA di dalam sel berasal dari gen
AOX1. Terdapat dua mekanisme regulasi AOX1, yaitu: mekanisme represi/ depresi
dan mekanisme induksi (Glick dan Pasternak., 2003).
Kemampuan P. pastoris mensekresikan protein tertentu dengan tingkat sekresi
tinggi tidak terlepas dari kemampuan ragi tersebut melakukan metabolisme terhadap
alkohol. Metabolisme yang dimaksud adalah oksidasi metanol menjadi formaldehid
dengan menggunakan molekul oksigen oleh alkohol oksidase. Salah satu produk
samping dari oksidasi metanol adalah hidrogen peroksida (H2O2). Untuk mencegah
sifat racun dari H2O2, maka metabolisme metanol ini dilakukan disebuah organel sel
khusus yang disebut dengan peroksisom. Karena alkohol oksidase memiliki afinitas
yang sangat rendah terhadap oksigen, maka kompensasi P. pastoris adalah dengan
cara mensekresi protein dengan jumlah sangat banyak (Invitrogen, 2004).
Sistem ekpresi P. pastoris telah digunakan untuk memproduksi lebih dari 100
protein aktif dari bakteri, jamur, invertebrata, tumbuh-tumbuhan, dan mamalia,
termasuk manusia. Protein-protein rekombinan ini, seperti antigen permukaan
hepatitis B, serum albumin manusia, dan bovine lysozyme, memiliki sifat identik
dengan protein natifnya (Cereghino dan Cregg, 2000)
Menurut Shi-Hwei et al. (2005), beberapa masalah yang sangat potensial
dalam sekresi protein, termasuk dalam P. pastoris adalah: (1) jenis penggunaan kodon
dari gen yang diekspresikan, (2) jumlah gen yang digunakan, (3) efisiensi dan
kekuatan promoter, (4) efisiensi sinyal translasi, (5) jenis peptida sinyal, (6) proses
dan pelipatan di dalam retikulum endoplasma dan badan Golgi, (7) faktor lingkungan
dalam sekresi ekstraseluler, dan (8) hidrolisis protein oleh protease.
Beberapa galur defisien protease SMD1163 (his4pep4prb1), SMD1165
(his4prb1), dan SMD1168 (his4, pep4) mendegradasi beberapa protein asing dengan
efektif. Hal ini terutama dapat diamati pada kultur fermentor, karena kombinasi dari
sel densitas tinggi dan lisis sejumlah kecil sel menghasilkan protease vakuola
konsentrasi tinggi. Galur defisien protease SMD1168 Δpep4:: URA3 Δkex1:: SUC2
his4 ura3 baru-baru ini dikembangkan untuk menginhibisi proteolisis dari endostatin
murine dan manusia. Protease Kex1 dapat memotong ujung karboksil dari lysin dan
arginin. Sehingga galur dengan delesi Kex1 dibuat untuk menghambat proteolisis
ujung karboksil. Setelah fermentasi selama 40 jam, pemurnian endostatin dapat
dilakukan. Namun sel defisien protease ini tidaklah sebagus galur wild type (dalam hal
9
PEP4). Selain itu, kelangsungan hidupnya juga rendah dan sel ini tumbuh lambat dan
lebih sulit untuk ditransformasi. Sehingga penggunaan galur defisien protease hanya
direkomendasikan pada situasi bila cara lain untuk mengurangi proteolisis
memberikan hasil yang tidak memuaskan (Cereghino & Cregg, 2000).
10
-amilase S. fibuligera melalui modifikasi kovalen (Ismaya et al., 2013). Selanjutnya
-amilase S. fibuligera di produksi dalam P. pastoris pada penelitian RUT XII
(Puspasari et al, 2006), dan dimodifikasi peptida signalnya untuk peningkatan sekresi
dalam P. pastoris (Gaffar et al, 2007). Hasil yang diperoleh dari penelitian-penelitian
ini telah berhasil meningkatkan produksi -amilase dalam P. pastoris, namun masih
lebih rendah dibandingkan yang dipublikasikan oleh Paifer et al. (1994) yang
melaporkan ekspresi -amilase suatu bakteri dalam P. pastoris. Beberapa faktor yang
mempengaruhi tingkat sekresi juga sudah dipelajari, yaitu: penambahan faktor
pelipatan protein dan faktor sekresi (Gaffar et al., 2010; Gaffar et al., 2012).
11
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah produksi -amilase S. fibuligera dalam inang P.
pastoris defisien protease. Sistem ekspresi yang dihasilkan diharapkan mampu
memproduksi -amilase yang secara ekonomi dapat bersaing dengan enzim
komersial.
Tujuan khusus yang akan dicapai pada penelitian ini adalah :
1. Transformasi inang P. pastoris defisien protease dengan vektor ekspresi yang
telah membawa gen pengode a-amilase.
2. Ekspresi a-amilase oleh P. pastoris defisien protease.
3. Produksi -amilase dalam P. pastoris.
4. Mengetahui aktivitas -amilase dan kadar protein
5. Karakterisasi a-amilase dengan SDS-PAGE dan Western Blot
6. Mengetahui kondisi optimum untuk produksi -amilase dalam inang P.
pastoris defisien protease.
12
BAB III. METODE PENELITIAN
4.1.1 Alat
4.2.1. Isolasi plasmid rekombinan yang mengandung gen pengode -amilase dan
linearisasi dengan enzim restriksi Pme1.
Plasmid rekombinan akan diisolasi dari inang E. coli yang diperoleh pada
penelitian sebelumnya. Plasmid rekombinan diisolasi dari koloni E. coli transforman
menggunakan QIAgen Spin Plasmid Miniprep Test Kit (Qiagen) mengikuti protocol.
13
DNA plasmid rekombinan hasil pemurnian, dianalisis dengan elektroforesis agarosa
1%. Sebanyak 1-5 μg plasmid rekombinan pPICZA-Sfamy dilinearisasi menggunakan
enzim restriksi Pme1. Campuran reaksi mengandung 1-5 μg plasmid rekombinan, 10
Unit Pme1 dan buffer Tango 1X. Restriksi dilakukan dalam volume 20 L, dan
diinkubasi pada suhu 37C selama 16 jam. Hasil restriksi di elektroforesis
menggunakan gel agarosa 1%.
14
hasil linearisasi (dalam volume 5 μL). Kuvet yang telah berisi campuran didiamkan
dalam es selama 5 menit. Kuvet dikeringkan dan segera lakukan elektroporasi
menggunakan BTX electro cell manipulator 600. Kemudian segera tambahkan 1 mL
sorbitol 1M dingin ke dalam kuvet. Sel hasil transformasi ditumbuhkan pada media
padat YPDS (ekstrak ragi 1% (b/v), bakto pepton 2% (b/v), dekstrosa 2% (b/v),
sorbitol 1M, bakto agar 2% (b/v)) yang mengandung zeocin 100 μg/mL. Sel
diinkubasi pada suhu 30C selama 3-5 hari.
15
diresuspensi dalam 25 mL media BMMH (buffered minimal methanol-histidin: YNB
1,34% (b/v), kalium fosfat 100 mM pH 6, biotin 4x10-5% (b/v), metanol 1% (v/v),
histidin 0,004%) menggunakan labu 250 mL. Labu ditutup dengan kapas steril dan
inkubasi dilanjutkan dengan pengocokan.
Induksi dilakukan dengan menambahkan metanol dengan konsentrasi akhir 0,75%
setiap 24 jam, pada jam ke 24, 36, 72, 96, 120, dan 144. Pengambilan sampel
dilakukan setiap jam induksi dengan mengambil 1 mL kultur hasil ekspresi
dipindahkan ke dalam tabung mikro 1,5 mL. Sampel disentrifugasi pada kecepatan
maksimum selama 2-3 menit pada suhu ruang. Supernatan dipindahkan ke tabung
lain, supernatan dan pelet disimpan pada pendingin -20C sampai siap untuk diuji.
16
dalam 100 μL SDS 1% dalam natrium hidroksida 0,1N. Kemudian ditambahkan
sampel buffer (Tris-Cl 50 mM pH 6,8, gliserol 1% v/v, β-merkaptoetanol 100 mM,
SDS 2% b/v, bromofenol biru 0,1% b/v) dan dipanaskan dalam air mendidih selama 5
menit dan didinginkan.
Elektroforesis: Gel yang sudah memadat dimasukkan ke dalam tangki
elektroforesis dan ditambahkan running buffer (glisin 1,18% b/v, Tris base 0,32%
b/v, SDS 0,2% b/v). Sebanyak 25 μL sampel protein dimasukkan ke dalam tiap-tiap
lubang gel dan elektroforesis dilakukan pada tegangan 120 V, 400 A selama 60-80
menit). Sebagai marka digunakan PageRulerTM prestained protein ladder (Fermentas,
SM0671). Alat elektroforesis dimatikan setelah blue dye tepat keluar dari gel.
Staining dan Destaining: Gel dikeluarkan dari plat kaca kemudian di cuci 3x
selama 5 menit dalam 20 mL air de-ion, kemudian diinkubasi dalam 20 mL larutan
staining (coomassie brilliant blue 0,25% b/v, asam asetat glasial 10% v/v, metanol
45% v/v, dan akua dm) selama 45 menit dengan pengocokan rotasi. Kemudian
dipindahkan ke dalam 30 mL larutan destaining (asam asetat glacial 10% v/v glasial,
metanol 45% v/v, dan akua dm) dan dibiarkan sampai gel menjadi bersih (30 menit
sampai semalam). Gel yang sudah bersih di scan
17
menit pada 12.000 g. Supernatan dipindahkan ke tabung baru dan digunakan untuk
penentuan aktivitas -amilase.
Reaksi enzimatik: Sebanyak 325 μL pati 2% (b/v) (yang dilarutkan dalam
buffer fosfat 20 mM pH 6,0) ditambahkan 625 μL buffer fosfat 20 mM pH 6,0,
diinkubasi pada suhu 50C selama 10 menit. Kemudian 50 μL sampel supernatan atau
hasil lisis pelet ditambahkan ke dalam campuran reaksi, dan inkubasi dilanjutkan
selama 10 menit. Reaksi enzimatik dihentikan tepat setelah inkubasi 10 menit dengan
memindahkan tabung ke dalam wadah es. Sebagai blanko digunakan semua
komponen reaksi, kecuali sampel diganti dengan ddH2O.
Penentuan aktivitas amilase dan pembuatan kurva kalibrasi: Sebanyak 50 μL
hasil reaksi enzimatik digunakan untuk penentuan aktivitas -amilase dengan
menambahkan 50 μL reagen DNS. Kurva kalibrasi disiapkan dengan menambahkan
50 μL glukosa 1; 2; 3; 4; 5 mM ke dengan 50 μL reagen DNS. Semua tabung sampel
ditempatkan dalam waterbath dan dididihkan selama 7 menit. Setelah didinginkan,
sampel diencerkan 10x dengan menambahkan 900 μL aquadest, dan absorbansi diukur
pada 500 nm. Satu unit aktivitas enzim adalah enzim yang membebaskan sejumlah
gula pereduksi yang ekivalen dengan 1 μmol gula pereduksi per-menit pada kondisi
uji.
18
BAB 5. HASIL YANG DICAPAI
A. B.
Gambar 5.1. A. Hasil isolasi plasmid pPICZA-Sfamy. (1) Marka DNA, (2) Plasmid
pPICZA-Sfamy sirkular, (3) pPICZA-Sfamy/Kpn1/Apa1, (4) pPICZA-
Sfamy/Pme1. B. Peta plasmid pPICZA-Sfamy.
19
2% (b/v), bakto agar 2%) dalam cawan petri, untuk mendapatkan koloni tunggal.
Koloni tunggal yang diperoleh diperlihatkan pada gambar 5.3.
20
ditumbuhkan pada media padat YPDS yang mengandung zeocin 100 μg/mL dan
diinkubasi pada 30C selama 3 hari.
A. B.
Gambar 5.4. A. Koloni transforman P. pastoris[Sfamy]. B. replika P. pastoris[Sfamy]
Gambar 5.5 Hasil uji aktivitas -amilase secara kualitatif dalam media padat yang
mengandung 2% pati dan 0,5% metanol.
jam. Sebagai pembanding tingkat sekresi Sfamy oleh P. pastoris digunakan inang
GS115. Supernatan dan pelet dikumpulkan setiap 24 jam dan dianalisis aktivitas -
amilasenya dengan metode DNS. Sekresi Sfamy meningkat tajam pada jam ke-72,
namun kemudian menurun hingga pengambilan sampel terakhir pada jam ke-144.
Pada jam ke-72, aktivitas Sfamy pada supernatan kultur P. pastoris [MS-ALP1] dan
[WT-ALP1] berturut-turut adalah 106,69 U/mL dan 32,29 U/mL (Gambar 4.15).
Sedangkan pada inang GS115 aktivitas -amilase yang terdeteksi pada kultur
supernatan hanya 1,9 U/mL sehingga bisa dianggap bahwa inang P. pastoris tidak
22
mensekresikan -amilase. Hasil ini memperlihatkan level sekresi Sfamy oleh P.
1
y = 0.0757x + 0.0276
0.8
R² = 0.9879
Absorbansi
0.6
0.4
0.2
0
1 2 3 4 5 6
Konsentrasi Glukosa (mM)
23
1000
800
Aktivitas (U/ml)
600
400
[WTSfamy]
200
0
0 24 48 72 96 120
Waktu (jam)
24
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
7.2 Saran
1. Penelitian ini perlu dilanjutkan ke tahap berikutnya, yaitu transformasi P.
pastoris, ekspresi a-amilase, uji aktivitas dan karakterisasi.
25
DAFTAR PUSTAKA
Chandhuri, T.K., Horii, K., Yoda, T., Arai, M., Nagata, S., Terada, T.P., Uchiyama,
H., Ikura, K., Tsumoto, K., Kataoka, H., Matshushima, M., Kuwajima, K.,
Kumagai, I. 1999. Effect of the extra N-Terminal Met. Residu on the Stability
and folding of Recombinant-lactalbumin express in E. coli. J. Mol. Biol. 285,
1179-1194.
Gaffar, S., 2010. Penambahan faktor pelipatan protein (PDI1) untuk meningkatkan
sekresi -amilase S. fibuligera oleh P. pastoris. Laporan Penelitian Hibah
Bersaing.
Gaffar, S., 2011. Pengaruh manipulasi genetik terhadap tingkat sekresi -amilase
Sacharomycopsis fibuligera R64 dalam Pichia pastoris. Disertasi. Unpad.
Gaffar, S., 2012. Pengaruh ko-ekspresi Sec4p terhadap tingkat sekresi -amilase
S. fibuligera R64 oleh Pichia pastoris.
Hasan, K., Ismaya, W.T., Kardi, I., Andiyana, Y., Kusumawidjaya, S., Ishmayana, S.,
Subroto, T., and Soemitro, S. 2008. Proteolysis of -amylase from
Saccharomycopsis fibuligera: characterization of digestion products. Biologia.
63: 1044-1050.
Ismaya, W. T., Setiana, T., Mulyana, B., Natalia, D., Soemitro, S. 2001. Stabilization
and protein engineering of -amylase from Saccharomycopsis fibuligera. The
First Symposium on -Amilase Family, Slovakia. 30 September-4 Oktober.
26
Ismaya, W.T., Hasan, K., Kardi, I., Zainuri, A., Rahmawaty, R.I., Permanahadi, S.,
Viera, B.V.E., Harinanto, G., Gaffar, S., Natalia, D., Subroto, T., Soemitro,
S.2013. Chemical Modification of Saccharomycopsis fibuligera R64α-
Amylase to Improve its Stability Against Thermal, Chelator, and Proteolytic
Inactivation, Applied Biochemistry and Biotechnology, Vol 170, No.1, 44-57.
ISSN 0273-2289, DOI 10.1007/s12010-013-0164-8.
Ismaya, W. T., Setiana, T., Natalia, D., Soemitro, S. 2003. Peningkatan kestabilan
amilase melalui rekayasa protein. Laporan Hibah Bersaing IX. Departemen
Pendidikan Nasional
Paifer, E., Margolles, E., Cremata, J., Montesino, R., Herrera, L., Delgado, J. M. 1994.
Efficient expression and secretion of recombinat alpha amylase in Pichia
pastoris using two different signal sequences. Yeast. 10, 1415-1419.
Puspasari, F., Soemitro, S., Natalia, D. 2007. Produksi -Amilase dengan Kestabilan
Tinggi dalam Pichia pastoris. Laporan RUT XII. Kementrian Riset Dan
Teknologi.
Rydberg, E. H., Sidhu, G., Vo, H. C., Hewitt, J., Cote, H. C. F., Wang, Y., Numao, S.,
Macgillivray, R. T. A., Overall, C. M., Brayer, G. D., Withers, S. G. 1999.
Cloning, mutagenesis, and structural analysis of human pancreatic -amylase
expressed in Pichia pastoris. Protein Sci. 8, 635-643.
Shi-Hwei, L., Wei-I, C., Chia-Chin, S., Margaret Dah-Tsyr, C. 2005. Improved
secretory production of glucoamylase in Pichia pastoris by combination of
genetic manipulation. Biochem. Biophys. Res. Comm. 326, 817-824
Soemitro, S., Bahti, H. H., Adi, T. P, Thaurhesia, S., Hardjito, L., Niloperbowo, W.,
Wenten I. G. 1996. Produksi enzim pemecah pati. Laporan RUT I. Kementrian
Riset Dan Teknologi
Takano, K., Tsuchimora, K., Yamagata, Y., Yutani, K. 1999. Effct of foreign N-
terminal residues on the conformational stability of human lyzozyme. Eur. J.
Biochem. 266, 675-682.
27