PERENCANAAN PAJAK
“PENYUSUTAN”
PJ/2
Oleh Kelompok 1 :
Tania A. Ropah 17061104109
Allan S. Kaparang 17061104111
Arief M. Sinaga 17061104126
Djefry Tulangow 17061104127
Felia L. Wotulo 17061104128
Meyling Lie 17061104136
Bryan C. M. Theis 17061104146
Cintia Samsudin 17061104147
Puji dan Syukur kami Panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan dengan baik Tugas Makalah dengan judul
“Penyusutan”. Makalah ini kami buat untuk memenuhi Tugas kelompok Mata Kuliah
Perencanaan Pajak.
Kami menyampaikan Terima Kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam penyusunan makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada
waktunya.
Kami selaku penyusun makalah ini sepenuhnya menyadari bahwa penulisan makalah
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami selaku penyusunan makalah ini
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kami selaku penyusun maupun bagi para pembaca.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang masa
manfaat yang diestimasi (PSAK 17). Penyusutan perlu dilakukan karena manfaat yang
diberikan dan nilai dari aset tersebut semakin berkurang.
Kebijakan pajak untuk penyusutan harus mempertimbangkan tiga hal yaitu :
1. Keadilan pajak (tax equity)
Untuk keadilan pajak perlu diperhatikan jenis kegiatan dari Wajib Pajak, apakah
perusahaan manufaktur atau perusahaan jasa, bagaimana struktur modalnya, padat modal
(capital intensive) atau padat karya (labour intensive). Dengan adanya penyusutan, maka
kegiatan usaha manufaktur dan jenis usaha yang padat modal akan lebih diuntungkan
daripada yang lain.
2. Kebijakan ekonomi
Dengan adanya penyusutan membawa akibat pada peningkatan modal (capital growth).
Jika penyusutan besar maka laba setelah pajak juga besar, pengembalian atas investasi
(return on investment-ROI) besar sehingga arus kas menjadi tinggi. Menurut ketentuan
perpajakan, perhitungan penyusutan dimulai pada tahun perolehan. Secara ekonomis dapat
diatur dengan peraturan tertentu secara selektif untuk mendorong atau menghambat suatu
peningkatan modal. Penyusutan secara selektif dapat dibedakan menjadi :
a. Penyusutan untuk barang baru atau barang bekas
b. Penyusutan berdasarkan jenis industry tertentu
c. Penyusutan berdasarkan jenis aset
d. Penyusutan berdasarkan lokasi (terpencil)
3. Administrasi
Secara administrasi penyusutan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sederhana dan
kompleks. Pemilihan jenis penyusutan, baik yang sederhana ataupun kompleks,
bergantung pada beberapa hal seperti besarnya biaya administrasi, sumber daya manusia,
dan kepatuhan dari Wajib Pajak.
2
Nilai aset yang dapat disusutkan harus menurun secara bertahap, baik karena semakin
buruk fisiknya atau karena faktor kualitas. Kalau nilainya tidak menurun secara bertahap,
maka tidak dapat disusutkan tapi langsung dibiayakan. Adapun aset yang tidak dapat
disusutkan adalah tanah, aset pendanaan, barang dagangan, dan persediaan.
3. Aset berwujud dan aset tak berwujud
Aset berwujud maupun aset tak berwujud yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode
dapat disusutkan. Untuk aset tak berwujud penyusutannya disebut amortisasi.
4. Pihak yang berhak melakukan penyusutan
Pihak yang berhak melakukan penyusutan adalah :
a. Pihak yang menggunakan aset tersebut dalam kegiatan usaha
b. Pemilik, dapat dibagi menjadi legar owner dan beneficial owner.
5. Saat dilakukan penyusutan
Secara umum saat dilakukan penyusutan adalah saat digunakan, tetapi adakalanya pada
tahun perolehan.
6. Dasar untuk melakukan penyusutan
Pada umumnya, dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a. Harga Perolehan (historical cost)
Termasuk di dalamnya adalah harga, ongkos, dan pajak. Pajak yang dapat dikreditkan
seperti Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dapat dikreditkan dengan pajak keluaran
tidak termasuk dalam harga perolehan.
b. Harga penggantian (replacement cost)
Pada prinsipnya harga penggantian tidak diperkenankan karena untuk kepentingan
pencatatan menggunakan harga perolehan.
c. Revaluasi (revaluation)
Suatu aset yang telah direvaluasi biasanya disusutkan berdasarkan nilai revaluasinya.
Sebagaimana telah diatur dalam Pasal 9 ayat 2 UU PPh bahwa pengeluaran untuk
mendapatkan manfaat, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat
lebih dari satu tahun tidak boleh dibebankan sekaligus, tetapi dibebankan melalui penyusutan.
3
dilakukan sebulan penuh. Pengecualian dari ketentuan ini hanya dapat terjadi karena
hal-hal berikut ini :
1. Harta/aset yang masih dalam proses pengerjaan
Untuk harta/aset dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada tahun
selesainya pekerjaan tersebut. Jadi, walaupun pada umumnya penyusutan atas
harta/aset dimulai pada tahun perolehan tapi untuk harta/aset yang pengerjaannya
memerlukan waktu lebih dari satu tahun, perhitungan penyusutan dimulai saat
selesainya harta/aset yang bersangkutan.
2. Harta/aset dalam usaha sewa guna usaha (leasing)
Penyusutan terhadap harta dalam usaha sewa guna usaha (leasing) khususnya sewa
guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) dimulai pada bulan harta tersebut
disewagunausahakan.
3. Wajib Pajak yang mengajukan permohonan kepada Dirjen Pajak.
Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan kepada Dirjen Pajak apabila tidak
mengikuti prinsip umum penyusutan. Misalnya, penyusutan baru dilakukan pada tahun
harta/aset tersebut menghasilkan.
Pengelompokan Harta Berwujud
Dalam sistem penyusutan menurut UU PPh, semua aset tetap berwujud yang memenuhi
syarat penyusutan fiscal harus dikelompokkan terlebih dahulu menjadi dua golongan
sebagai berikut.
1. Harta berwujud kelompok bukan bangunan
2. Harta berwujud kelompok bangunan
Metode dan Tarif Penyusutan Fiskal
Mulai tahun 1995 Wajib Pajak diperkenankan untuk memilih metode penyusutan fiscal
untuk aset tetap berwujud bukan bangunan, yaitu metode saldo menurun ganda atau
metode garis lurus.
Tarif Penyusutan untuk Aset Tetap Bukan Bangunan
4
Aset tetap dan akuntansi penyusutan diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) didalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 16 tentang Aset
Tetap dan Aset lain-lain, PSAK Nomor 17 tentang Akuntansi Penyusutan.
Aset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau
dibangun lebih dulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk
dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari
satu tahun.
Tanah biasanya memiliki masa manfaat yang tidak terbatas dan tidak dianggap
sebagai suatu aset yang dapat disusutkan. Namun, tanah yang memiliki masa manfaat terbatas
bagi perusahaan diperlakukan sebagai aset tetap yang dapat disusutkan.
Penyusutan adalah alokasi sistematis suatu nilai aset yang dapat disusutkan sepanjang
masa manfaat yang dapat diestimasi. Penyusutan periode akuntansi dibebankan ke
pendapatan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Jumlah yang dapat disusutkan (depreciable amount) adalah jumlah perolehan suatu
aset atau jumlah lain yang disubstitusikan untuk biaya perolehan dalam laporan keuangan
dikurangi nilai sisanya.
Pengukuran penyusutan aset tetap berdasarkan pada umur ekonomis maupun umur
teknis. Umur ekonomis bisa lebih pendek dari umur teknis, misalnya karena perubahan
teknologi yang cepat.
Nilai sisa atau nilai residu adalah jumlah neto yang diharapkan dapat diperoleh pada
akhir masa manfaat suatu aset setelah dikurangi taksiran biaya pelepasan.
Nilai wajar adalah suatu jumlah, untuk itu aset mungkin dapat ditukar atau suatu
kewajiban diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan
transaksi yang wajar (arm’s length transaction).
Jumlah tercatat (carrying amount) adalah nilai buku, yaitu biaya perolehan suatu aset
setelah dikurangi dengan akumulasi penyusutan.
Biaya Perolehan
Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar
imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau
konstruksi sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk
digunakan.
Kriteria Aset yang Dapat Disusutkan
Kriteria aset yang dapat disusutkan adalah sebagai berikut :
1. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi
2. Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas
3. Ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok barang
dan jasa, disewakan, atau tujuan administrasi.
Masa Manfaat
Pengertian masa manfaat sebagai berikut :
1. Periode suatu aset diharapkan digunakan oleh perusahaan.
2. Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aset oleh perusahaan.
Masa manfaat (ekonomis) dari suatu aset yang dapat disusutkan untuk suatu
perusahaan mungkin lebih pendek dari usia fisik atau usia teknisnya.
5
Metode Penyusutan
Penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dikelompokkan menurut
kriteria berikut ini :
1. Berdasarkan waktu
a. Metode garis lurus (straight line method)
b. Metode pembebanan yang menurun
1) Metode jumlah angka tahun (sum of the years digit method)
2) Metode saldo menurun/saldo menurun ganda (declining/double declining
balance method)
2. Berdasarkan penggunaan
a. Metode jam jasa (service hours method)
b. Metode jumlah unit produksi (productive output method)
3. Berdasarkan kriteria lainnya
a. Metode berdasarkan jenis dan kelompok (group and composite method)
b. Metode anuitas (annuity method)
c. Sistem persediaan (inventory systems)
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Pembuatan Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan sumber
yang diperoleh. Maka dari itu kami mengharapkan para pembaca memberikan sebuah kritikan
dan saran kepada kami agar kami bisa menjadikan kritikan dan saran tersebut sebagai bahan
evaluasi untuk selanjutnya.
7
DAFTAR PUSTAKA
8
9