MANAJEMEN BIAYA
“ Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan (Job Order Costing)”
AM/1
Oleh Kelompok 3 :
Puji dan Syukur kami Panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan dengan baik Tugas Makalah dengan judul
“Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan ( Job Order Costing )”. Makalah ini kami buat
untuk memenuhi Tugas kelompok Mata Kuliah Manajemen Biaya.
Kami menyampaikan Terima Kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam penyusunan makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.
Kami selaku penyusun makalah ini sepenuhnya menyadari bahwa penulisan makalah
ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu, kami selaku penyusunan makalah ini
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih.Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kami selaku penyusun maupun bagi para pembaca.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Sebaliknya, perhitungan biaya berdasarkan proses mungkin akan ditemukan
pada perusahaan yang memproduksi satu atau beberapa produk atau jasa yang homogen.
2. Pengukuran Biaya : Perhitungan Biaya Aktual, Normal, atau Standar?
Sistem perhitungan biaya aktual jarang digunakan karena sistem tersebut dapat
menghasilkan biaya produksi per unit yang sangat fluktuatif, sehingga berpotensi untuk
menimbulkan kesalahan dalam penentuan harga, penambahan/pengurangan lini produk,
dan evaluasi kinerja. Selain itu, sebagian besar biaya overhead pabrik aktual dapat
diketahui hanya pada atau setelah akhir periode, bukan pada saat penyelesaian batch
produk. Dengan demikian, sistem perhitungan biaya aktual tidak dapat memberikan
informasi akurat tentang biaya produk per unit secara tepat waktu.
Sistem perhitungan biaya normal (normal costing system) menggunakan biaya
aktual untuk mencatat biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung serta
biaya normal untuk biaya overhead pabrik. Perhitungan biaya normal melibatkan
pengestimasian sebagai biaya overhead untuk dibebankan pada setiap produk ketika
produk tersebut diproduksi. Sistem perhitungan biaya normal memberikan estimasi biaya
produksi setiap produk atau pesanan secara tepat waktu.
Sistem perhitungan biaya standar (standard costing system) menggunakan biaya
dan jumlah standar untuk ketiga jenis biaya produksi : biaya bahan baku langsung, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya standar merupakan biaya yang
diekspektasikan perusahaan untuk dicapainya. Sistem perhitungan biaya standar
memberikan dasar untuk pengendalian biaya, evaluasi kinerja, dan perbaikan proses.
3. Pembebanan Biaya Overhead menurut Perhitungan Biaya Normal: berdasarkan
Volume atau Berdasarkan Aktivitas ?
Sistem perhitungan biaya berdasarkan volume mengalokasikan biaya overhead
pada produk atau pesanan menggunakan penggerak biaya berdasarkan volume, seperti
jumlah unit yang diproduksi. Pendekatan ini sangat bergantung pada asumsi bahwa setiap
produk menggunakan jumlah biaya overhead yang sama, karena setiap produk
dibebankan dalam jumlah yang sama. Banyak akuntan berpendapat alih-alih
membebankan dalam jumlah yang sama, biaya overhead dalam setiap produk harus
proposional terhadap jumlah jam tenaga kerja langsung yang dibutuhkan untuk
memproduksi unit tersebut, karena semakin banyak waktu tenaga kerja yang dibutuhkan,
berarti banyak perusahaan menggunakan pendekatan berdasarkan aktivitas.
3
Sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (activity-based costing-ABC)
mengalokasikan biaya overhead pabrik pada produk menggunakan kriteria sebab-akibat
dengan banyak penggerak biaya. System ABC menggunakan penggerak biaya
berdasarkan volume maupun nonvolume agar lebih akurat dalam mengalokasikan biaya
overhead pabrik pada produk berdasarkan konsumsi sumber daya selama berbagai
aktivitas berlangsung.
Jenis Perusahaan Komoditas atau dengan strategi kepemimpinan biaya dapat dengan
baik menggunakan system biaya yang mengombinasikan elemen-elemen perhitungan biaya
berdasarkan proses (bab 6), perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (bab 5) dan perhitungan
biaya standar (bab 14 dan bab 15).
Agar dapat menjadi kompetitif, perusahaan membutuhkan informasi biaya yang akurat
untuk penetapan harga pokok, analisis profitabilitas terhadap suatu produk, analisis
profitabilitas terhadap pelanggan individu, evaluasi terhadap kinerja pabrik manajemen, dan
pemurnian tujuan strategi.
1. Biaya Bahan Baku Langsung dan Biaya Bahan Baku Tidak Langsung
Formulir permintaan bahan baku (material requisition) adalah dokumen sumber
atau pencatatan data secara online yang digunakan departemen produksi untuk meminta
bahan baku produksi. Formulir permintaan bahan baku mengindikasikan pesanan khusus
yang dibebankan sesuai bahan baku yang digunakan.
4
Bahan baku tidak langsung diperlakukan sebagai bagian dari total biaya
overhead pabrik. Bahan baku tidak langsung yang biasa digunakan adalah lem, paku, dan
peralatan pabrik.
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung dan Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Biaya tenaga kerja langsung dicatat pada kartu biaya pesanan berdasarkan kartu
jam kerja yang disiapkan setiap hari untuk setiap karyawan. Kartu Jam Kerja (time
ticket), biasanya merupakan bagian dari system peranti lunak perhitungan biaya,
menunjukkan lama pekerjaan yang dilakukan seorang karyawan pada setiap pesanan,
tarif gaji, dan total biaya tenaga kerja yang dapat dibebankan pada setiap pesanan.
3. Biaya Overhead Pabrik
Pembebanan Biaya Overhead (overhead application) merupakan proses
pengalokasian biaya overhead pada pesanan. Alokasi dibutuhkan karena biaya overhead
tidak dapat ditelusuri pada masing-masing pesanan. Dua pendekatan untuk
mengalokasikan biaya overhead pabrik adalah perhitungan biaya actual dan perhitungan
biaya normal.
4. Perhitungan Biaya Aktual
Sistem perhitungan biaya actual (actual costing) menggunakan biaya actual
yang terjadi untuk bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung serta membebankan
biaya overhead pabrik actual ke berbagai pesanan.
Biaya overhead pabrik actual terjadi setiap bulan untuk bahan baku tidak
langsung, tenaga kerja tidak langsung, dan biaya pabrik tidak langsung lainnya,
mencakup sewa pabrik, asuransi, pajak bumi dan bangunan, depresiasi, perbaikan dan
pemeliharaan, listrik, penerangan, pemanas, serta pajak penghasilan karyawan pabrik.
5. Perhitungan Biaya Normal
Sistem Perhitungan biaya normal (normal costing) yang menggunakan biaya
actual untuk bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung serta membebankan biaya
overhead pabrik dengan menambahkan pada pesanan sejumlah biaya overhead untuk
setiap unit produk dalam pesanan.
Perhitungan biaya normal digunakan untuk menghindari fluktuasi biaya per unit pada
perhitungan biaya actual yang disebabkan oleh perubahan jumlah unit produksi dan biaya
overhead dari bulan ke bulan. Dengan menggunakan tarif biaya overhead pabrik tahunan
5
yang telah ditentukan sebelumnya akan menormalisasikan fluktuasi biaya overhead, maka,
disebut juga dengan istilah perhitungan biaya normal.
6
Tarif biaya overhead pabrik yang Estimasi total jumlah biaya overhead pabrik selama setahun
=
telah ditentukan sebelumnya Estimasi total jumlah penggerak biaya selama setahun
Pendekatan ini disebut juga metode perhitungan biaya normal pabrik secara
keseluruhan (plantwide method of normal costing), ketika total biaya overhead untuk
seluruh departemen digunakan untuk menentukan tariff biaya overhead pabrik.
Pendekatan alternatif, dan salah satu pendekatan yang digunakan oleh TFI, adalah
menentukan tarif biaya overhead pabrik untuk setiap departemen produksi.
3. Tarif Biaya Overhead Pabrik Departemen
Ketika jumlah biaya overhead pabrik departemen produksi pada pabrik sangat
serupa dengan jumlah biaya overhead pabrik pada setiap departemen dan penggunaan
penggerak biaya pada departemen, kemudian penggunaan tariff pabrik secara
keseluruhan (satu tariff untuk seluruh departemen produksi digunakan secara
keseluruhan) adalah tepat. Akan tetapi, dalam banyak kasus, berbagai departemen
produksi dapat berbeda secara signifikan pada jumlah biaya dan penggerak biaya.
4. Disposisi Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan Terlalu Rendah dan Terlalu
Tinggi
Dengan menggunakan tarif biaya overhead pabrik yang telah ditentukan
sebelumnya untuk membebankan biaya overhead pabrik ke produk, dapat menyebabkan
total biaya overhead pabrik actual yang terjadi pada periode ketika produksinya lebih
tinggi daripada yang diharapkan. Biaya overhead pabrik yang dibebankan dapat melebihi
biaya overhead pabrik yang terjadi jika jumlah produksi yang terjadi lebih kecil daripada
yang diestimasikan. Biaya overhead pabrik yang dibebankan terlalu tinggi (overapplied
overhead) merupakan jumlah biaya overhead pabrik yang dibebankan melebihi biaya
overhead pabrik actual yang terjadi.
Disisi lain, adalah mungkin biaya overhead pabrik yang dibebankan akan lebih
kecil daripada jumlah biaya overhead pabrik yang terjadi, disebabkan oleh fakta bahwa
jumlah biaya overhead pabrik actual yang terjadi lebih besar daripada yang diharapkan.
Biaya overhead pabrik yang dibebankan terlalu rendah (underapplied overhead)
merupakan jumlah dimana biaya overhead pabrik actual melebihi biaya overhead pabrik
yang dibebankan.
7
Selisih akibat pembebanan biaya overhead pabrik yang dibebankan terlalu
rendah atau terlalu tinggi dapat didisposisikan dengan dua cara :
a. Menyesuaikan akun Harga Pokok Penjualan
b. Menyesuaikan biaya produksi pada periode bersangkutan; yaitu, membagi rata saldo
biaya overhead pabrik dibebankan yang tersisa pada periode bersangkutan kesaldo
akhir akun persediaan barang dalam proses, persediaan barang jadi, dan harga pokok
penjualan.
Apabila selisih jumlah biaya overhead pabrik yang dibebankan terlalu rendah
atau terlalu tinggi tidak signifikan, biasanya disesuaikan ke harga pokok penjualan.
Penyesuaian pada Harga Pokok Penjulan
Apapun metode yang digunakan (menyesuaikan harga pokok penjualan atau
proata), biaya overhead pabrik yang dibebankan terlalu rendah atau terlalu tinggi
biasanya hanya disesuaikan pada akhir tahun.
8
dan perhitungan biaya berdasarkan pesanan membebankan biaya-biaya ini ke produk atau
jasa.
Industri yang sesuai untuk mengaplikasikan perhitungan biaya operasi mencakup
pakaian, dan peralatan elektronik.
System perhitungan biaya gabungan yang menggunakan perhitungan biaya
berdasarkan pesanan untuk membebankan biaya bahan berdasarkan proses untuk
membebankan biaya konversi ke produk atau jasa.
PT. ABC mendapat pesanan 1000 spanduk pada bulan Oktober 2018 dengan harga yang
dibebankan sebesar Rp25.000,00 per spanduknya. Bahan baku yang dibutuhkan sudah
dibeli yakni kain putih sepanjang 500 meter seharga Rp7.000.000,00. bahan penolong yang
dibutuhkan menghabiskan biaya sebesar Rp1.000.000,00. Biaya tenaga kerja langsung
membutuhkan biaya sebesar Rp3.000.000,00 dan untuk membayar gaji bagian administrasi
dan umum sebesar Rp2.000.000,00. Tak hanya itu terdapat biaya depresiasi mesin sebesar
Rp1.100.000,00.
Jawaban :
Jurnal yang dibutuhkan untuk kasus diatas diantaranya ialah sebagai berikut :
a. Pencatatan pembelian bahan baku
Persediaan bahan baku Rp7.000.000,00
Bahan penolong Rp1.000.000,00
Kas Rp8.000.000,00
b. Pemakaian bahan baku dan penolong
BDP-Biaya bahan baku Rp7.000.000,00
Persediaan bahan baku Rp7.000.000,00
BOP –Sesungguhnya Rp1.000.000,00
Bahan penolong Rp1.000.000,00
c. Pencatatan Biaya Tenaga Kerja
1. Ketika gaji dan upah dicatat terutang
Gaji & Upah Rp5.000.000,00
Utang gaji dan Upah Rp5.000.000,00
2. Saat didistribusikan
BDP - Beban tenaga kerja langsung Rp3.000.000,00
BDP - Beban Gaji adm & umum Rp2.000.000,00
Gaji & Upah Rp5.000.000,00
9
3. Pembayaran Gaji & Upah
Utang Gaji & Upah Rp5.000.000,00
Kas Rp5.000.000,00
d. Pencatatan BOP
BOP – Sesungguhnya Rp1.100.000,00
Akumulasi depresiasi mesin Rp1.100.000,00
e. Pencatatan barang jadi
Persediaan barang jadi Rp14.100.000,00
BDP-Bahan baku Rp7.000.000,00
BDP - Beban tenaga kerja langsung Rp3.000.000,00
BDP - Beban Gaji adm & umum Rp2.000.000,00
BOP Sesungguhnya Rp2.100.000,00
Harga pokok pesanan per barangnya ialah sebagai berikut : Rp14.100.000,00 : 1000 =
Rp14.100,00 per buahnya. Jika spanduk tersebut dihargai Rp25.000,00 per item maka
besaran keuntungan tiap item ialah Rp25.000,00 – Rp14.100,00 = Rp10.900,00 per
spanduknya.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Pembuatan Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan sumber
yang diperoleh. Maka dari itu kamimengharapkan para pembaca memberikan sebuah kritikan
dan saran kepada kami agar kami bisa menjadikan kritikan dan saran tersebut sebagai bahan
evaluasi untuk selanjutnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Buku Manajemen Biaya Edisi 5 buku 1 karangan Edward J.Blocher, David E.Stout, Gary
Cokins.
https://ukirama.com/blogs/cara-dan-contoh-menghitung-harga-pokok-pesanan-pada-
perusahaan-manufaktur
12