Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasiltahu seseorang terhadap objek melalui
indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu
penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian
dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera
pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek
mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda.
1. Tahu (Know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, mengingat
kembali termasuk (recall) tehadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan atau rangsangan yang telah
diterima.
2. Memahami (Comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara luas.
3. Aplikasi (Application), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari
pada situasi atau kondisi nyata.
4. Analisis (Analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam
komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada
kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Synthesis), menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (Evaluation), ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek
1. Pendidikan,
pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang padaorang lain terhadap sesuatu hal agar
mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin
mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang
dimilikinya.
2. Pekerjaan,
lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik
secara langsung maupun tidak langsung."
3. Umur,
dengan bertambahnya umur seseorang, akan terjadi perubahan pada aspek psikologis. Pada aspek ini,
taraf berpikir seseorang semakin matang dandewasa."
4. Minat,
Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal danpada akhirnya diperoleh
pengetahuan yang lebih dalam.
5. Pengalaman,
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Bila pengalaman tersebut menyenangkan, maka secara psikologis akan timbul kesan yang
mendalam hingga akhirnya dapat membentuk sikap positif dalam kehidupannya.
6. Kebudayaan,
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan memiliki pengaruh besarterhadap pembentukan sikap
kita."
Antibiotika adalah obat untuk mencegah dan mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
Sebagai salah satu jenis obat umum, antibiotika banyak beredar di masyarakat. Hanya
saja,masih ditemukan perilaku yang salah dalam penggunaan antibiotika yang menjadi risiko
terjadinya resistensi antibiotik, diantaranya: peresepan antibiotik secara berlebihan oleh tenaga
kesehatan; adanya anggapan yang salah di masyarakat bahwa antibiotik merupakan obat dari
segala penyakit; dan lalai dalam menghabiskan atau menyelesaikan treatment antibiotik.1
a. Antibiotik Beta-Laktam
Antibiotik beta-laktam pada umumnya bersifat bakterisid (membunuh kuman) dan efektif terhadap
sebagian besar organisme Gram -positif dan negatif. Antibiotik beta-laktam mengganggu sintesis dinding
sel bakteri dengan menghambat heteropolimer yang memberikan stabilitas mekanik pada dinding sel
bakteri yang merupakan langkah terakhir dalam sintesis peptidoglikan. Antibiotik beta-laktam terdiri dari
berbagai golongan obat yang mempunyai struktur cincin beta-laktam, seperti penisilin, sefalosporin,
monobaktam, karbapenem, daninhibitor beta-laktamase.
b. Basitrasin
Basitrasin efektif terhadap berbagai kokus dan basil Gram-positif, Neisseria, H. Influenzae, dan
Treponema pallidum. Basitrasin tersedia dalam bentuk salep mata dan kulit, serta bedak untuk topikal.
Pada beberapa sediaan, basitrasin sering dikombinasi dengan neomisin dan/atau polimiksin. Basitrasin
jarang menyebabkan hipersensitivitas. Basitrasin bersifat nefrotoksik bila memasuki sirkulasi sistemik.
C. Vankomisin
Vankomisin merupakan antibiotik lini ketiga yang memiliki efektivitas terutama terhadap bakteri Gram-
positif. Vankomisin hanya diindikasikan untuk infeksi yang disebabkan oleh S Aureus yang resisten
terhadap metisilin (MRSA). Semua basil Gram-negatif dan mikobakteria resisten terhadap vankomisin.
Vankomisin diberikan secara intravena dengan waktu paruh sekitar 6 jam. Efek samping yang ditimbulkan
dari vankomisin adalah reaksi hipersensitivitas, demam, flushing dan hipotensi (pada infus cepat), serta
gangguan pendengaran dan nefrotoksisitas pada dosis tinggi.
a. Aminoglikosid
b. Tetrasiklin
Tetrasiklin termasuk ke dalam golongan antibiotik yang mempunyai spektrum luas dan dapat
menghambat berbagai bakteri Gram-positif, Gram- negatif, baik yang bersifat aerob maupun anaerob,
serta mikroorganisme lain seperti Ricketsia, Mikoplasma, Klamidia, dan beberapa spesises mikobakteria.
Antibiotik yang termasuk ke dalam golongan tetrasiklin adalah tetrasiklin, doksisiklin, oksitetrasiklin,
minosiklin, dan klortetrasiklin.
c. Kloramfenikol
Kloramfenikol termasuk ke dalam golongan antibiotik berspektrum luas yang dapat menghambat bakteri
Gram-positif dan negatif baik aerob mapun anaerob, Klamidia, Ricketsia, dan Mikoplasma. Kloramfenikol
menghambat Sintesis Pprotein bakteri dengan berikatan pada subunit ribosom 505. Elek sampng
kloramienikol adalah supresi sumsum tulang, grey baby syndronme, neurius opuk pada anak,
pertumbuhan kandida di saluran cerna, dan timbulnya ruam.
d. Makrolida
Makrolida efektif menghambat bakteri Gram-positif, tetapi Juga dapat menghambat beberapa
Enterococcus dan basil Gram-positif. Sebagian besar Gram-negatif aerob resisten terhadap makrolida,
namun azitromisin dapat menghambat Salmonela. H. influenzae dapat dihambat oleh azitromisin dam
klaritomisin, tapi azitromisin mempunyai aktivitas terbesar. Keduanya juga erekur menghambat H. pylori.
Makrolida mempengaruhi sintesis protein bakteri dengan cara yang sama dengan kloramfenikol yaitu
berikatan dengan subunit 50S ribosom bakteri. Termasuk ke dalam golongan antibiotik makrolida
adalaheritromisin, azitromisin, klaritomisin, dan roksitromisin.
e. Klindamisin
Klindamisin aktif terhadap sebagian kokus Gram-positif dan sebagian besar bakteri anaerob, tetapi tidak
terhadap bakteri Gram-negatif aerob seperti Haemophilus, Mycoplasma dan Clamydia. Efek samping
klindamisin dapatberupa diare dan enterokolitis pseudomembranosa."
f. Mupirosin
Mupirosin merupakan antibiotik yang tersedia dalam bentuk topikal yang menghambat bakteri Gram-
positif dan beberapa Gram-negatif. Tersedia dalam bentuk krim atau salep 2% untuk penggunaan di kulit
(lesi kulit traumatik, impetigo yang terinfeksi sekunder oleh S. aureus atau S. pyogenes) dan salep 2%
untuk intranasal. Efek samping yang ditimbulkan seperti iritasi kulit dan mukosa serta sensitisasi.
g. Spektinomisin
a. Kuinolon
1) Asam Nalidiksat
b. Nitrofuran
Nitrofuran diabsorpsi melalui saluran cerna sebesar 94% dan tidak berubah dengan adanya makanan.
Nitrofuran dapat menghambat infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram-positif dan negatif, termasuk
E.coli, Staphylococcus sp, Klebsiella sp, Enterococcus sp, Neisseria sp, Salmonella SP Shigella sp, dan
Proteus sp.
utama:http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-5-infeksi/51-antibakteri
1. Penyebab infeksi
Pemberian antibiotik yang paling ideal adalah berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologis dan uji
kepekaan kuman. Namun dalam praktek sehari-hari, tidak mungkin melakukan pemeriksaan
mikrobiologis untuk setiap pasien yang dicurigai menderita suatu infeksi. Di samping itu, untuk infeksi
berat yang memerlukan penanganan segera, pemberian antibiotik dapat segera dimulai setelah
pengambilan sampel bahan biologik untuk biakan dan pemeriksaan kepekaan kuman.
2. Faktor pasien
Diantara faktor pasien yang perlu diperhatikan dalam pemberian antibiotik antara lain fungsi ginjal,
fungsi hati, riwayat alergi, daya tahan terhadap infeksi (status imunologis), daya tahan terhadap obat,
beratnya infeksi, etnis, usia, penggunaan pengobatan konkomitan, untuk wanita apakah sedang hamil
atau menyusui, atau sedang mengkonsumsi kontrasepsi oral.
Penggunaan antibiotik oleh pasien harus memperhatikan waktu, frekuensi dan lama pemberian sesuai
rejimen terapi dan memperhatikan kondisi pasien. Berdasarkan efikasi klinis untuk eradikasi mikroba
atau sesuai protokol terapi, lama pemberian antibiotik adalah sebagai berikut:
• Cystitis : 3 hari
•Endokarditis : 2 – 6 minggu
• Pyelonephritis : 2 minggu
• Osteomyelitis : beberapa minggu/ bulan
Selanjutnya harus dilakukan evaluasi berdasarkan data mikrobiologis dan kondisi klinis pasien serta data
penunjang lain.
1. Tujuan terapi
3. Tidak boleh berhenti minum antibiotik tanpa sepengetahuan Dokter/Apoteker (harus diminum sampai
habis kecuali jika terjadi reaksi obat yang tidak diinginkan),
4. Reaksi obat yang tidak diinginkan yang mumgkin terjadi serta tindakan yangharus dilakukan
5. Cara penyimpanan. Pemberian informasi oleh apoteker dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis.
Informasi tertulis tentang antibioik dibuat oleh Unit Pelayanan Informasi Obat (PIO) Instalasi Farmasi
Rumah Sakit.
Dalam upaya pengobatan suatu penyakit, perlu diberikan beberapa jenis obat yang saling berbeda baik
bentuk sediaannya maupun kemasannya. Apabila hal ini terjadi di suatu rumah tangga, maka perlu
dipikirkan cara menyimpan obat. Bila cara penyimpanan obat tidak memenuhi persyaratan cara
menyimpan obat yang benar, maka akan terjadi perubahan sifat obat tersebut, sampai terjadi kerusakan
obat.
Umum :
2. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.
3. Simpan obat ditempat yang sejuk dan terhindar dari sinar matahari langsung atau ikuti aturan yang
tertera pada kemasan.
4. Jangan tinggalkan obat di dalam mobil dalam jangka waktu lama karena suhu yang tidak stabil dalam
mobil dapat merusak sediaan obat.
Khusus :
Jangan menyimpan tablet atau kapsul ditempat panas dan atau lembab.
Obat dalam bentuk cair jangan disimpan dalam lemari pendingin (freezer) agar tidak beku kecuali
disebutkan pada etiket atau kemasan obat.
Sediaan obat untuk vagina dan anus (ovula dan suppositoria) disimpan di lemari es karena dalam suhu
kamar akan mencair.
Sediaan obat jangan disimpan di tempat yang mempunyai suhu tinggi karena dapat menyebabkan
ledakan.
Pengertian Resistensi
Resistensi Antimikroba adalah kemampuan mikroba untuk bertahan hidup terhadap efek antimikroba
sehingga tidak efektif dalam penggunaan klinis.
Penyebaran kuman resistan menimbulkan masalah besar dewasa ini. Menurut riwayat terjadinya,
resistensi terhadap antibiotik dapat terjadi sebagai berikut:
1. Resistensi yang terjadi secara ilmiah : di sini bakteri memang sudah resistan sejak awal mula.
2. Mutasi: Mutan resistan ini tidak menimbulkan masalah karena jumlahnya kecil sekali dibandingkan
dengan kuman yang tidak bermutasi. Namun bila ada paparan terhadap antibiotik dalam waktu lama,
maka terjadi tekanan selektif yang mematikan kuman yang sensitif.
3. Transmisi gen antar kuman: materi genetik (misalnya plasmid, suatu DNA ekstra kromosomal) yang
membuat enzim perusak kuman dapat dipindahkan antara kuman. Yang sering terjadi ialah pemindahan
plasmid untuk membuat enzim p-laktamase dan yang merusak aminoglikosida.
Pencegahan Resistensi
1. Pasien diharapkan untuk menggunakan antibiotik sesuai dengan petunjuk
sisa antibiotik di waktu yang akan datang. dengan kultur mikrobiologi. durasi pemberian dan indikasi
pemberian antibiotik. pola resistensi kuman